PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH YANG DIVISUALISASIKAN DALAM BENTUK FILM PENDEK

  

PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH

YANG DIVISUALISASIKAN DALAM BENTUK FILM PENDEK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

  Disusun 0leh : Nama : Yustinus Wijaya Kusuma

  NIM : 024114043

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA FEBRUARI 2010

  .

MOTTO PERSEMBAHAN

  

Kita hidup harus dengan satu tujuan,

kita harus hidup dengan tertawa,

kita harus hidup dengan tekad,

dan yang terpenting kita harus tetap hidup walau ada seribu masalah.

  

Di mana ada keyakinan di situ pasti ada harapan

(Wijaya Kusuma)

  

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Yesus Kristus dan Bunda Maria, Bapak dan Mama yang mencintaiku,

kakaku Agnes Silvia Purwaningsih yang selalu mengasihiku, Sri Wulandari Marta

yang menyayangiku dan selalu mendukungku

  

Peryataan Keaslian Karya

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagi layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 28 Februari 2010 Penulis

  Yustinus Wijaya Kusuma

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi kelimpahan dan tuntunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul

  Penciptaan Skenario “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” yang Divisualisasikan

dalam Bentuk Film ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra

  Indonesia di Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum. dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing sampai tersusunnya skripsi ini; 2. Para dosen jurusan Sastra Indonesia, yang telah dengan sabar mendidik penulis; 3. Para karyawan dan karyawati sekretariat Sastra dan BAAK yang selalu mempermudah pengurusan administrasi;

  4. Para karyawan dan karyawati Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu mempermudah peminjaman buku-buku;

  5. Ayahanda, Ibunda, dan Kakanda yang telah memberi dukungan materil dan spiritual kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai;

  6. Teman spesial yang selalu mendukung penggarapan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

  7. Teman-teman Bengkel Sastra, Lolenlones, Bobo, Bejo dan Biru yang telah membantu penulis mewujudkan penulisan skripsi ini;

  8. Teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia 2002 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis selalu terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini;

  9. Teman-teman “sukarelawan” yang telah berkenan membantu penulis dengan merelakan komputernya untuk di-booking dalam waktu lama;

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah banyak memberikan dukungan dan perhatian sampai selesainya skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mohon sumbangan berupa pemikiran, kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, terima kasih.

  Yogyakarta, 28 Februari 2010 Penulis

  Yustinus Wijaya Kusuma

  ABSTRAK Kusuma, Wijaya. 2009. Penciptaan Skenario

  ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” Yang

  Divisualisasikan Dalam Bentuk Film Pendek. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma

  Skenario adalah bagian terpenting dalam pembuatan film. Proses pembuatan skenario menjadi faktor utama yang mempengaruhi kualias sebuah sinematografi. Dalam skripsi ini penulis menciptakan sebuah skenario film pendek mulai dari tahap awal pembuatan skenario sampai proses produksi film pendek.

  Dari P roses pembuatan skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” dapat disimpulkan bahwa (1)sasaran cerita usia 17 tahun ke atas, (2)jenis cerita tragedi, (3)tema keluarga, (4)ide cerita berasal dari penulis yang terilhami cerita seorang teman, (5)alur maju/plot lurus, (6)grafik cerita menggunakan Grafik Aristoteles, (7)setting cerita menggunakan

  

outdoor dan indoor , (8)setting budaya menggunakan setting budaya Yogyakarta, (9)rencana

  plot dan treatment merupakan penerapan dari plot lurus, (10)kerangka tokoh mengambarkan bentuk fisik tokoh dan psikis tokoh, (11)bahasa yang digunakan dalam scenario film pendek” Bercak Merah Di Atas Kertas Puti h” adalah bahasa Indonesia yang menggunakan logat bahasa Jawa.

  Produksi film dibagi menjadi tiga tahap yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Pra-produksi meliputi (1)sutradara, (2)produser dan modal, (3)story board, (4)hunting lokasi, dan (5)tata kostum. Produksi meliputi (1)penata fotografi dan juru kamera, (2)pemeran, (3)tata rias, (4)tata suara dan cahaya, serta (5)tata artistik. Pasca-produksi meliputi (1)tata musik dan (2)editing.

  Skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” berkisah tentang perjuangan seorang penjual tabloid mingguan bernama Boli yang berjuang mencari uang untuk membiayai operasi kanker ibunya. Berbagai tantangan harus ia lalui hingga pada akhirnya ia harus berhadapan dengan kenyataan bahwa sang ibu meninggal sementara ia sendiri menjadi cacat. Nilai pantang menyerah dan pengabdian kepada orang tua menjadi hal penting yang ingin diungkapkan oleh penulis.

  Proses pembuatan skenario dan produksi film merupakan bagian yang tak terpisahkan dari unsur bahasa dan sen

i. Proses pembuatan skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas

  Kertas Putih” ini menghasilkan (1)skenario film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih”, (2)film “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” yang dikemas dalam bentuk VCD dan DVD, dan (3)laporan tugas akhir yang mendeskripsikan dan mempertanggungjawabkan proses pembuatan sebuah skenario film dan produksi film yang telah dilaksanakan.

  

ABSTRACT

  Kusuma, Wijaya. 2009. The

  Composition Of “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” Scenario Which Is Being Visualized In Short Film Model. Yogyakarta: Indonesian Literature Study

  Program, Sanata Dharma University The process of “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” scenario composition concludes that

  (1)the story target are adults, (2)it is a tragically kind of story, (3)family theme, (4)the story idea was taken from a true story of a friend’s experience, (5)progressive plot, (6)the story uses the Aristoteles Graphic, (7)outdoor and indoor setting, (8)Yogyakarta cultural setting, (9)plot planning and treatment as the application of progressive plot, (10)figure plan, (11)the main language is Indonesian language in Javanese language dialect.

  The film production contains of three main steps; pre-production, production, and post- production. Pre-production step contains of (1)film director, (2)producer and capital, (3)story board, (4)location hunting, and (5)costume. Production; (1)director of photography and cameraman, (2)characters, (3)makeup, (4)sound system and lighting, and (5)director of artistic. Post-production is about (1)musical directing and (2)editing.

  “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” scenario is about the struggle of Boli, a newspaper vendor, in financing his mother’s cancer surgery. This man has to overcome everything even he has to accept the facts o f his mother’s death and his paralysis. Not to give up easily and parenthood respect are the moral values of this story.

  Scenario composition and film production are inseparable parts of language and art. The results of “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” short film-scenario composition are (1)”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” short film scenario, (2)”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” film in

  VCD and DVD format, and (3)the final task report to describe and for being responsible to the film scenario composition and the film production process.

  DAFTAR ISI

  1.5 Kerangka Teori……………………………………………………. 4 1.5.1 Penciptaan Skenario ............................................................

  6 1.5.1.5 Alur Cerita………………………………………….

  1.5.1.4 Ide Cerita ………………………………………… .

  6

  5 1.5.1.3 Tema Cerita……………………………………… .

  5 1.5.1.2 Jenis Cerita……………………………………… ..

  4 1.5.1.1 Sasaran Cerita…………………………………… .

  4

  Halaman

  3 1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................

  3 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................

  1 1.1 Latar Belakang ..............................................................................

  ix BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

  

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

  7

  7 1.5.1.6 Grafik Cerita………………………………………..

  1.5.1.7 Setting

  11 Cerita………………………………………..

  12 1.5.1.8 Unsur Dramatik…………………………………….

  13

  1.5.1.9 Bahasa Dalam Skenario……………………………

  13 1.5.1.10 Sinopsis………………………………………… .

  14 1.5.1.11 Rencana Plot…………………………………… .

  14

  1.5.1.12Kerangka Tokoh……………………………………

  17 1.5.1.13Treatment…………………………………………..

  1.5.

  18

1.14Skenario……………………………………………

  19 1.5.2 Proses Produksi Film……………………………………….

  1.5.2.1 Pra-

  20 Produksi………………………………………

  20 a. Sutradara……………………………………… .

  21 b. Produser Modal………………………………. .

  21 c. Story Board…………………………………….

  21

  d. Hunting Lokasi…………………………………

  22 e. Kostum………………………………………...

  22 1.5.2.2 Produksi…………………………………………..

  22 a. Fotografi dan Juru Kamera…………………….

  23 b.Tata Rias………………………………………. .

  23

  c. Pemeran…………………………………………

  24

  d. Tata Suara dan Cahaya…………………………

  24 e. Tata Artistik…………………………………….

  1.5.2.3 Pasca-

  24 Produksi…………………………………….

  24 a. Tata Musik……………………………………..

  25

b. Editting…………………………………………

  1.6 Metode

  26 Penelitian……………………………………………

  26 1.7 Sistematika Penyajian……………………………………… ..

BAB II PROSES PENCIPTAAN SKENARIO

  27 ……………………………

2.1 Proses Pembuatan Skenario “Bercak Darah di Atas

  27 Kertas Putih”… ..................................................................... .

  28

  2.1.1 Sasaran Cerita………………………………………

  2.1.2

  29 Jenis Cerita………………………………………… .

  29

  2.1.3 Tema Cerita…………………………………………

  30

  2.1.4 Ide Cerita……………………………………………

  30 2.1.5 Alur Cerita…………………………………………. .

  31 2.1.6 Grafik Cerita………………………………………. .

  31 2.1.7 Setting Cerita………………………………………. .

  32 2.1.8 Unsur Dramatik……………………………………. .

  33 2.1.9 Bahasa Dalam Skenario…………………………….

2.2 Hasil Proses Pembuatan Skenario Film “ Bercak Darah Di Atas

  33 Kertas Putih”…………………………………………………

  33 2.2.1 Sinopsis……………………………………………. ..

  36 2.2.2 Rencana Plot………………………………………..

  2.2.3 Kerang 39 ka Tokoh…………………………………… ..

  2.2 52 .4 Treatment………………………………………… ....

  2.2 55 .5 Skenario…………………………………………… ..

  BAB III PROSES PRODUKSI FILM “BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS

  66 PUTIH”…………………………………………………………….

  66 3.1 Proses Produksi Film “ Bercak Darah Di Atas Kertas Putih”..

  3.1.1 Pra-

  66 Produksi………………………………………………. .

  3.1.1

  66 .1 Sutradara……………………………………………

  3.1.1.2 P 67 roduser Modal……………………………………..

  69 3.1.1.3 Story Board………………………………………. .

  3.1.1.4

  69 Hunting Lokasi…………………………………… .

  3.1 70 .1.5 Kostum…………………………………………… .

  3.1.2

  70 Produksi……………………………………………………

  3.1.2.1 Penata Fo 70 tografi dan Juru Kamera…………………

  3.1 70 .2.2 Pemeran…………………………………………. ...

  3.1.2.

  71 3 Tata Rias…………………………………………. .

  3.1.2.4 Tata

  72 Suara dan Cahaya………………………….. ...

  3.1.2.5

  72 Tata Artistik……………………………………… .

  3.1.3 Pasca-

  72 Produksi…………………………………………… ..

  3.1.3.1

  73 Tata Musik…………………………………………..

  3.1.3.2

  73 Editting……………………………………………...

  BAB IV PENUTUP

  74 ………………………………………………………….

  4.1 Kesimpul 74 an…………………………………………………………

  4.1.1 Pencipta 74 an Skenario………………………………………..

  4.1.2 Prose 75 s Produksi……………………………………………..

  4.2 Sa 75 ran………………………………………………………………. .

  DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… .

  78

BAB I PENCIPTAAN SKENARIO BERCAK DARAH DI ATAS KERTAS PUTIH YANG DIVISUALISASIKAN DALAM BENTUK FILM PENDEK

1.1 Latar Belakang

  Skenario adalah bagian terpenting dalam pembuatan film. Skenario merupakan intisari dari terbentuknya cerita dalam sinematografi. Kreativitas seorang penulis skenario sangat mempengaruhi kualitas film yang akan dibuat. Setiap tontonan di TV, film, dan bioskop tak lepas dari peran penulis skenario, sebab skenario adalah intisari yang lazim disebut sebagai jiwa atau roh dari terbentuknya cerita dalam sinetron atau film (Lutters, 2004:xiv).

  Skenario bukanlah karya sastra yang menjadi hasil akhir sebuah karya seni. Skenario merupakan bahan baku dasar, sebagai blue print, kerja produksi. Dengan kata lain skenario merupakan patokan awal dalam pembuatan film (Widagdo, 2004:17).

  Mata kuliah penulisan drama dan penulisan skenario dalam program studi Sastra Indonesia sangat mendukung untuk menghasilkan skenario dan karya sinematografi. Bertolak dari mata kuliah itu, timbul ide untuk membuat karya film pendek yang dititik beratkan pada proses penciptaan sebuah skenario mulai dari mencari ide, membuat skenario film, hingga akhirnya divisualisasikan dalam bentuk film pendek. Dalam hal ini film menjadi hasil akhir dari penciptaan sebuah skenario.

  Tema dari film ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih” ialah jangan pernah menyerah untuk menjalani hidup. Dasar dari skenario ”Bercak Darah Di atas Kertas Putih” adalah perjuangan dan pengorbanan seorang anak untuk ibunya.

  Boli adalah seorang penjual tabloid mingguan. Ia menerima surat dari ibunya dikampung yang berisi bahwa ibunya sedang sakit dan membutuhkan uang untuk operasi. Membaca surat itu, Boli memacu semangatnya untuk mencari uang demi biaya operasi sang ibu. Ketika berangkat untuk berjualan, Boli mendapat kabar bahwa dalam seminggu ini akan diadakan razia terhadap anak-anak jalanan dan para pedagang asongan. Razia ini dilakukan oleh para preman yang disewa oleh Satpol PP setempat. Niatnya untuk mencari uang bagi sang ibu tampaknya harus dipertimbangkan lagi. Tetapi setelah beberapa hari berpikir Boli memutuskan untuk tetap berjualan koran. Selesai berjualan Boli menulis surat untuk ibunya di pinggir jalan. Saat itulah dua orang preman datang dan mengejar Boli. Ia tertangkap dan dihajar hingga pingsan. Dua hari Boli terbaring tak sadarkan diri di kamar dan dirawat oleh teman-temannya. Dalam keadaan sakit datanglah sepucuk surat untuk Boli. Surat itu berisi berita bahwa sang ibu telah meninggal dunia. Setelah membaca surat itu Boli menangis penuh penyesalan karena tidak bisa menolong ibunya. Boli lalu membacakan surat balasan untuk ibunya yang belum sempat ia kirim. Hidup harus terus berjalan walau sang ibu telah meninggal. Dengan kursi roda Boli tetap berjualan koran untuk menyambung hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penciptaan skenario ”Bercak Darah Di Atas Kertas Putih”? 2.

  Bagaimana proses pembuatan film yang dibuat dari skenario ”Bercak Darah Di

  Atas Kertas Putih”?

1.3 Tujuan Penulisan

  Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Menghasilkan sebuah skenario film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih dari proses awal pembuatan sampai menjadi skenario film pendek.

  2. Membuat film pendek “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih sebagai hasil visualisasi dari sebuah skenario.

1.4 Manfaat Penulisan

  Hasil dari pembuatan skenario film pendek ini bermanfaat bagi perkembangan penulisan skenario dan film itu sendiri. Dengan adanya pembuatan skenario film

  “Bercak Darah Di Atas Kertas Putih yang akan direalisasikan dalam bentuk film pendek, kita dapat mengetahui proses pembuatan skenario film pendek dari awal munculnya ide sampai proses akhir yaitu memproduksi film pendek. Bagi program studi Sastra Indonesia karya ini dapat menjadi bahan kajian untuk mata kuliah penulisan skenario.

1.5 Kerangka Teori

  Dalam kerangka teori ini penulis menghadirkan dua bagian penting, yang pertama tentang proses penciptaan skenario dan yang kedua adalah proses produksi.

1.5.1 Proses Penciptaan Skenario

  Dalam subjudul ini, penulis akan menjelaskan skenario dan tahap-tahap pembuatan skenario. Skenario adalah naskah atau script yang menjadi acuan sutradara untuk memproduksi sebuah film. Penulis skenario menciptakan sebuah cerita secara utuh, lengkap dengan dialog dan deskripsi visualnya. Namun, pekerjaan seorang penulis skenario tidak hanya berhenti sampai di atas kertas. Selain harus memikirkan agar cerita enak dibaca secara tulisan (gunanya untuk panduan sutradara, produser, kru, pemain, dll), penulis skenario juga harus membayangkan bagaimana visualisasi tulisan tersebut menjadi tontonan sinetron atau film (Lutters, 2004:xv).

  Menurut Elizabeth Lutters (2004: 31), sebelum masuk pada tahap membuat skenario kita perlu mencari dan menentukan dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan cerita yang akan kita tulis.

  1.5.1.1 Sasaran Cerita

  Sasaran cerita yaitu kepada siapa cerita tersebut akan ditujukan. Salah satunya berkaitan dengan usia. Sasaran cerita mempengaruhi tema dan cara bertutur dalam skenario. Beberapa tingkat usia yang menjadi patokan dalam membuat skenario, antara lain: Anak-anak, remaja, dewasa, dan umum (Lutters,2004:31).

  1.5.1.2 Jenis Cerita

  Cerita dapat dikelompokkan menjadi drama tragedi (cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian), drama komedi (cerita lucu yang berasal dari para pemainnya maupun situasinya), drama misteri (cerita yang sangat terasa ketegangannya baik dari unsur mahluk halus maupun klenik), drama laga (cerita yang banyak menampilkan adegan pertempuran dan perkelahian), melodrama (cerita yang memunculkan unsur yang mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan), drama sejarah (cerita yang menampilkan kisah-kisah sejarah baik tokoh maupun peristiwanya), drama dokumenter (cerita yang berisi kisah non-fiksi atau non-drama), dan drama propaganda (cerita yang bertujuan untuk mempromosikan suatu produk maupun kegiatan sosial) (Lutters,2004:35-40)

  1.5.1.3 Tema Cerita

  Tema cerita adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan atau dapat diartikan pula sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Beberapa jenis tema yang cukup populer seperti percintaan (kisah tentang permasalah percintaan), rumah tangga (kisah tentang problema rumah tangga atau keluarga), perselingkuhan (kisah tentang suami istri yang tertarik pada laki-laki atau wanita lain), pembauran (kisah tentang asimilasi warga pribumi dengan keturunan Cina), persahabatan (kisah tentang kesetiaan pertemanan), kepahlawanan (kisah tentang tokoh utama yang memiliki kelebihan dibanding manusia lain yang mempunyai sifat suka menolong) petualangan (kisah yang berisi penelusuran atau perjalanan seorang tokoh utama), balas dendam (kisah yang berisi tentang pembalasan atas sakit hati dari tokoh utama), dan keagamaan (kisah yang berisi tentang perjalanan religius tokoh utama), (Lutters, 2004:41-45).

1.5.1.4 Ide Cerita

  Ide adalah gagasan sebuah cerita yang nantinya akan dituangkan menjadi sebuah cerita dalam skenario. Menurut Elizabeth Lutters (2004:46-50), ide didapatkan dari penulis (pengalaman pribadi penulis), karya sastra (novel, roman, cerpen, cerber, dll), film, dan produser.

  Inspirasi sebuah ide cerita ada di mana-mana. Kepekaan seorang penulis skenario untuk mengolah dan memikirkan secara mendalam sangat dibutuhkan untuk mengubah peristiwa-peristiwa itu menjadi sebuah skenario. Beberapa sumber inspirasi yang dapat dijadikan ide cerita ialah musik (perjalanan sebuah grup musik menuju cita-citanya ), olah raga (perjalanan tentang seorang olahragawan), peristiwa yang berkesan, feature atau artikel (majalah dan koran), cerita rakyat, khayalan, kriminal, komik, dan perang (Widagdo, 2004:19-22),

  1.5.1.5 Alur Cerita/Plot

  Alur cerita sama dengan jalan cerita atau sering kita sebut plot. Plot merupakan suatu hal yang wajib ada dalam sebuah cerita, termasuk cerita skenario film. Plot yang berkaitan dengan penulisan skenario dapat dibagi menjadi plot lurus dan plot bercabang. Plot lurus adalah plot yang alur ceritanya terfokus pada konflik seputar tokoh sentral. Plot bercabang adalah plot yang alur ceritanya melebar ke tokoh-tokoh yang lain (Lutters,2004:50-51).

  1.5.1.6 Grafik Cerita

  Grafik cerita ibarat tangga nada dalam musik. Grafik cerita dalam skenario berkaitan juga dengan irama plot yang membangun konflik pada tiap adegan dalam skenario. Berikut ini adalah beberapa grafik konflik yang lazim digunakan dalam membuat skenario film dan sinetron (Lutters,2004:51-56).

  A.

  Grafik Aristoteles Model Grafik Aristoteles (Lutters, 2004:52)

  Grafik ini adalah grafik umum yang diciptakan oleh Aristoteles, seorang filsuf dan

sastrawan Yunani kuno. Saat ini masih banyak digunakan oleh beberapa penulis di Indonesia

untuk membuat skenario (teater, sinetron, atau film).

  B.

  Grafik Fraytag’s Piramide Grafik

  Fraytag’s Piramide (Lutters, 2004:52) Grafik ini dianggap kurang baik oleh Brander Mathews dan H. Misbach Yusa Biran sehingga Misbach membuat grafik yang menurutnya lebih baik.

  C.

  Grafik Misbach Yusa Biran Grafik Misbach Yusa Biran (Lutters, 2004:53)

  Perjalanan grafik ini sama dengan grafik Aristoteles. Nilai dramatik disusun

meningkat terus. Bedanya, klimaks baru dicapai pada saat mendekati akhir cerita, disusul

sedikit saja dengan anti klimaks, lalu tamat.

  Grafik tersebut adalah grafik yang dianggap baik oleh H. Misbach Yusa Biran dalam

diklat yang dituliskannya pada sekitar tahun 1980-an. Dan memang untuk beberapa cerita di

Indonesia sampai saat ini, banyak sinetron memakai gaya penulisan skenario dengan struktur

grafik tersebut.

  D.

  Grafik Hudson

a.

  Ekposisi/pengenalan

b.

  Insiden permulaan/awal konflik

c.

Pertumbuhan laku/penanjakan laku

d.

  Krisis atau titik balik/klimak krisis

e.

Penyelesaian/penurunan laku

f.

Castrope/keputusan

  Grafik Hudson (Lutters, 2004:52) E.

  Grafik Elizabeth Lutters (1) Grafik Elizabeth Lutters 1, (Lutters, 2004:52)

  Grafik ini mengambil gebrakan di depan, lalu turun atau reda beberapa saat, namun

selanjutnya diikuti oleh konflik yang naik, lalu datar sedikit terus naik lagi dan datar sedikit,

menyerupai anak tangga, dan seterusnya hingga mencapai puncak konflik yaitu klimaks.

Setelah itu ada katarsis atau penjernihan sedikit lalu tamat.

  F.

  Grafik Elizabeth Lutters (2) Grafik ini dimulai dengan gebrakan di depan, lalu konflik turun sedikit, datar

sebentar, kemudian naik terus dengan posisi agak terjal sehingga mencapai klimaks. Tidak

ada anti klimaks atau katarsis/penjernihan. Cerita diakhiri pada adegan klimaks.

  Grafik Elizabeth Lutters (2)

1.5.1.7 Setting Cerita Setting cerita adalah lokasi tempat cerita ini ingin ditempatkan atau diwadahi.

  

Setting bisa diartikan sebagai lokasi (tempat) dan bisa pula diartikan sebagai latar belakang budaya, (Lutters,2004:56-58). a.

  Setting Tempat

  Setting diartikan media, dapat dibedakan menjadi indoor dan outdoor. Setting

indoor selain diartikan sebagai setting di dalam ruangan (dalam rumah), juga

  diartikan setting buatan di dalam studio (Lutters,2004:56). dibuat di luar studio. Biasanya digunakan dalam film atau

  Setting outdoor

  sinetron yang menonjolkan unsur gambar dan pemandangan. Skenario dengan setting jenis ini biasanya tidak mengunakan terlalu banyak dialog. Penulis lebih memperluas tulisan pada deskripsi visualnya sehingga penggambarannya bisa lebih detail (Lutters,2004:56).

  b.

  Budaya

  Setting dikaitkan dengan budaya tertentu. Semua unsur yang terkait dengan setting tersebut disesuaikan dengan daerah dan budaya yang akan ditampilkan.

  

Setting budaya banyak dipakai untuk membuat film atau sinetron lokal

(Lutters,2004:58).

5.1.1.8 Unsur Dramatik

  Unsur dramatik adalah unsur-unsur yang dibutuhkan untuk melahirkan gerak dramatik pada cerita atau pada pikiran penontonnya. Ada beberapa unsur dramatik yang perlu diketahui oleh seorang penulis skenario yaitu konflik, suspense, curiousity , dan surprise. a.

  Konflik adalah permasalahan yang kita ciptakan untuk menghasilkan pertentangan dalam sebuah keadaan sehingga menimbulkan unsur dramatik yang menarik. Konflik biasanya timbul jika seorang tokoh tidak mencapai apa yang diinginkannya (Lutters,2004:100).

  b.

  Suspense disebut pula ketegangan. Ketegangan yang dimaksudkan di sini tidak berkaitan dengan yang menakutkan melainkan menanti sesuatu yang akan terjadi (Lutters,2004:101).

  c.

  Curiousity adalah rasa ingin tahu atau penasaran penonton terhadap sebuah adegan yang kita ciptakan. Hal ini bisa ditimbulkan dengan cara menampilkan sesuatu yang aneh sehingga memancing keingintahuan penonton (Lutters,2004:102).

  d.

  Surprise atau kejutan. Dalam penjabaran sebuah cerita, perasaan surprise pada penonton timbul karena jawaban yang mereka saksikan berada di luar dugaan (Lutters,2004:102).

5.1.1.9 Bahasa dalam Skenario

  Sebaiknya bahasa yang digunakan pada dialog dalam skenario bukanlah bahasa buku melainkan bahasa lisan yang biasa digunakan sehari-hari kecuali dalam deskripsi visual. Pada deskripsi visual kita bisa mengunakan bahasa buku mengingat kegunaannya yang memang untuk dibaca dan divisualisasikan, bukan sebuah kalimat yang harus diucapkan tokoh dalam tayangan. Pemilihan bahasa lisan sehari- hari yang digunakan dalam dialogpun harus tepat sesuai dengan latar belakangnya (Lutters,2004:103-104).

5.1.1.10 Sinopsis

  Sinopsis bukan hanya ringkasan sebuah film. Sinopsis bukanlah sebuah karya sastra untuk dipamerkan, namun yang lebih penting adalah membuat penonton memahami sekilas tentang bagaimana film tersebut disajikan. Sinopsis berisi ikhtisar film, alur cerita, konflik, maupun tokoh yang penting dan mempengaruhi plot, termasuk dalamnya informasi tempat dan waktu kejadian. (Widagdo, 2004:29).

  Sinopsis adalah ringkasan cerita dalam skenario. Dalam sebuah skenario film sinopsis bukan sekedar ringkasan cerita, tetapi juga memuat semua informasi dalam skenario. Di dalam sinopsis untuk film dan sinetron, ada beberapa hal yang harus termuat, yakni isi cerita, keinginan, tujuan dari cerita, serta hambatan dan cara penanggulangannya (Lutters, 2004:61).

5.1.1.11 Rencana Plot Rencana plot adalah rencana alur cerita yang dibuat oleh penulis skenario.

  Rancangan awal jalan cerita menunjukan alur sebuah cerita (alur maju atau flash back ). Rencana plot menjadi acuan untuk membuat treatment.

5.1.1.12 Kerangka Tokoh

  Kerangka tokoh berguna untuk menjelaskan hubungan antartokoh dalam skenario. Kerangka tokoh harus dibuat agar cerita yang kita konsepkan tidak bercabang. Hal-hal yang ada dalam kerangka tokoh: a.

  Nama tokoh, nama tokoh harus disesuaikan dengan banyak hal. Misalnya, seorang tokoh remaja kota trendi yang juga merupakan anak orang kaya tentu tidak terasa tepat jika diberi nama Sariyem. Pangkat atau jabatan juga harus ditulis sebagai tanda profesi atau jabatan dalam masyarakat (Lutters,2004:69).

  b.

  Usia tokoh, usia tokoh harus diperjelas terutama saat terjadi adegan flash back, karena itulah usia di saat flash back harus dicantumkan. Menjelaskan usia tokoh juga penting untuk casting pemain dan make up pemain (Lutters,2004:69-70).

  c.

  Tipologi tokoh adalah istilah psikologis untuk membedakan manusia berdasarkan beberapa tipe. Agar lebih sederhana, tipologi tokoh dapat dibedakan menjadi tipe fisik dan tipe psikis. Tipe fisik adalah penggolongan tipe manusia berdasarkan bentuk tubuh manusia. Piknis mengarah pada tubuh dengan ciri-ciri pendek dan gemuk (berat badan melebihi berat normal), leptosom mengarah pada tubuh yang tinggi dan kurus (berat badan kurang normal), atletis mengarah pada bentuk tubuh yang tinggi, kekar, dan tidak banyak lemak, serta displatis yaitu bentuk tubuh yang khas atau tidak umum (menyimpang dari kondisi normal). Tipe psikis adalah penggolongan manusia berdasarkan temperamen atau bisa disamakan dengan karakter. Beberapa tipe psikis : Sanguin, umumnya memiliki tipe fisik piknis. Sifat-sifat khasnya mudah menerima kesan, sering berjanji tapi jarang ditepati, suka menolong, bukan penakut, dan cepat bosan pada hal-hal serius (Lutters,2004:73).

  Melankolis, biasanya memiliki tipe fisik leptosom. Sifat khasnya adalah semua dianggap penting, selalu curiga terhadap orang lain, serta tidak mudah membuat janji (Lutters,2004:73-74). Koleris, memiliki tipe fisik atletis. Sifat khasnya cepat terbakar, tindakan cepat tapi tidak terkontrol, selalu tampak sibuk, mengejar kehormatan, suka melindungi dan bermurah hati, serta rapi dalam berpakaian (Lutters,2004:74).

  Flegmatis, biasanya memiliki tipe fisik displastis. Sifat khasnya cool (tenang), tidak mudah marah, cenderung masa bodoh (Lutters,2004:76).

  d.

  Status tokoh, status dalam hal ini adalah status dalam arti umum, misalnya pelajar, mahasiswa, lajang atau sudah menikah (Lutters,2004:76).

  e.

  Agama tokoh, agama tokoh sebenarnya tidak mutlak untuk di tuliskan, tetapi jika berguna bagi skenario maka haruslah dicantumkan (Lutters,2004:77). f.

  Profesi atau jabatan, pekerjaan tokoh yang ada dalam skenario atau jabatan dalam perusahaan tokoh ( Lutters,2004:77).

  g.

  Ciri khusus tokoh, artinya ciri-ciri fisik atau kelakuan dari tokoh-tokoh yang ada. Ciri-ciri ini perlu ditulis untuk melihat kelebihan dan kekurangan pada dirinya berkaitan dengan perannya (Lutters,2004:77-78).

  h.

  Latar belakang tokoh, lebih merujuk pada hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu tokoh tersebut yang masih mempengaruhi sikap hidup tertentu tokoh (Lutters,2004:79-80). i.

  Tokoh-tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Ditinjau dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Altenbert dan Lewis via Nurgiyantoro, 1995:178).

  Protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero

  • – tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, serta apa yang ideal bagi kita (Altenbert dan Lewis via Nurgiyantoro, 1995:178).

  Antagonis adalah peran yang mewakili hal-hal negatif dalam kebutuhan cerita, atau tokoh penyebab konflik. Tokoh antagonis, barangkali dapat pula disebut beroposisi dengan tokoh protagonis dengan langsung maupun tidak langsung yang dapat bersifat batin maupun fisik (Altenbert dan Lewis via Nurgiyantoro, 1995:178).

  Tritagonis adalah peran pendamping. Peran ini bisa menjadi pendukung atau penentang tokoh sentral, tetapi bisa juga sebagai penengah atau perantara antartokoh sentral (Lutters, 2004:80-81). Peran pembantu yang berfungsi sebagai tokoh pelengkap, guna mendukung rangkaian cerita. Kehadiran tokoh ini tidak ada pada semua cerita, tergantung dari kebutuhan cerita (Lutters, 2004:81-82).

5.1.1.13 Treatment / Scene plot

  Treatment adalah pengembangan dari sebuah sinopsis yang di dalamnya

  berisi plot secara detail dan padat. Bisa diartikan pula sebagai kerangka skenario yang tugas utamanya adalah membuat sketsa dari penataan konstruksi dramatik.

  Pembuatan treatment awalnya terdiri dari beberapa sequence babak. Masing- masing sequence memuat suatu kesatuan peristiwa. Bentuknya bisa masih dalam beberapa setting dan dalam bentuk deskripsi yang belum ada dialog-dialognya (Lutters,2004:86).

5.1.1.14 Skenario Skenario adalah penuturan secara filmis dengan penataan secara khusus.

  Skenario merupakan draf akhir sebuah jalinan cerita yang siap divisualisasikan menjadi sebuah karya film (Widagdo, 2004:30).

  Elemen-elemen dasar dalam skenario berfungsi sebagai petunjuk atau keterangan yang mendukung cerita dan peristiwa yang disatukan dalam sebuah alur cerita skenario. Elemen-elemen yang ada adalah informasi ruang dan waktu, peristiwa, karakter tokoh, parenthetical (keterangan aksi), dialog, transisi adegan, dan shot angel (Widagdo, 2004:22-25).

  Menurut Elizabeth Lutters (2004:90-97), skenario adalah naskah cerita yang sudah lengkap dengan deskripsi dan dialog, telah matang dan siap digarap dalam bentuk visual. Format pembuatan skenario bisa berbeda-beda tergantung gaya dan selera penulis skenario. Meski dari isi tidak banyak berbeda, format skenario memuat hal-hal berikut: a.

  Judul scene berisi: nomor scene 1: keterangan luar/dalam ruangan yang biasanya memakai istilah exterior/interior yang menjelaskan tempat kejadian dan ruangannya (Lutters,2004:92).

  b.

  Nama pemeran: Pada format penulisan internasional, nama pemeran ini tidak lazim dicantumkan, tetapi beberapa penulis di Indonesia sering mencantumkannya karena dianggap penting (Lutters,2004:92). c.