BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PERSALINAN 1. Persalinan a. Pengertian Persalinan - PURWANINGSIH BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PERSALINAN 1.

   Persalinan a. Pengertian Persalinan

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.

  Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.

  Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (eksplusi) hasil pembuahan yaitu janin,plasenta dan selaput ketuban keluar dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Farrer, 1999).

  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain (Mochtar, 1998).

b. Etiologi

  Penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi, perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Teori

  11 rahim, keregangan otot-otot dan pengaruh janin.

c. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Organ reproduksi eksternal pada wanita (Wiknjosastro, 1999) Gambar 2.2 Organ Reproduksi Internal Wanita (Wiknjosastro, 1999).

  Alat reproduksi bagian luar atau external terdiri dari Mons

  

Veneris , labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum. Mons

veneris merupakan bagian yang menonjol didalam simpisis terdiri

  dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Labia mayora merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari bagian luar tertutup rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Bagian dalam : tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebase lemak. Labia minora merupakan lipatan bagian dalam bibir, tanpa rambut dari bagian atas klitoris. Klitoris merupakan bagian alat reproduksi luar yang bersifat erektik mengandung banyak pembuluh darah dan serta saraf sensorif sehingga sangat sensitif.

  Sedangkan vestibulum merupakan sebuah rongga disetiap isi yang dibatasi oleh lipatan labia dan bersambung dengan vagina dan terdapat muara-muara diantaranya : Interatus vagina adalah liang senggama, kelenjar bartolini, himen (selaput darah), uretra.

  2). Alat Reproduksi Bagian Dalam atau Internal.

  Alat reproduksi bagian dalam atau internal terdiri dari vagina, uterus, tuba falopi, ovarium. Vagina yaitu organ yang mempunyai banyak pembuluh darah dan selaput syaraf, tidak ada kelenjar tetapi tetap basah oleh sekret dari serviks. Vagina juga rahim dan vulva. Vulva terletak antara kandung kemih dan rectum. Pada dinding vagina terdapat lipat melintang disebut rugae terutama bagian bawah sel dinding vagina mengandung glikogen yang menghasilkan asam susu dari pH 4,5 untuk memberikan proteksi terhadap infeksi. Uterus merupakan jaringan otot yang kuat terletak antara dipelvis minor diantara kandung kemih dan rectum.

  Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pear) dan gepeng ukuran uterus tergantung pada usia, anak-anak 2-3 cm multipara 6- 8 cm, uterus memiliki fungsi antara lain : mempersiapkan tempat untuk ovum yang telah mengalami vertilisasi, memberikan makan ovum yang telah dibuahi selama masa kehamilan untuk mengeluarkan hasil konsepsi setelah cukup umur untuk mengadakan involusi setelah kelahiran bayi.

  Tuba falopi terdapat ditepi atas ligamentum latum, tuba falopi merupakan tuba muskuler dengan panjang ± 12 jam dan diameternya 8 sampai 9 cm, tuba falopi berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Yang terakhir adalah ovarium yaitu kelenjar berbentuk biji kenari yang terletak dikanan dan kiri uterus dibawah uteri dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum uteri, fungsinya antara lain : untuk memproduksi ovum, memproduksi estrogen dan memproduksi progesteron. terdapat cukup banyak folikel yang sudah terangsang untuk menjadi mature maka efek estrogen tampak jelas dan folikel- folikel menjadi matang sepenuhnya.

d. Manifestasi Klinis

  Tanda persalinan sudah dekat 1)

  Terjadi lightening Menjelang minggu ke–36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :

  a) Kontraksi Braxton hicks

  b) Ketegangan dinding perut

  c) Ketegangan ligamentum rotandum

  d) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah

  2) Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil :

  a) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang

  b) Dibagian bawah terasa sesak

  c) Terjadi kesulitan saat berjalan

  d) Sering miksi (beser kencing)

  e) Terjadinya his permulaan

  Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.

  f) Rasa nyeri ringan di bagian bawah

  g) Datangnya tidak teratur

  h) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda i)

  Durasinya pendek j) Tidak bertambah bila beraktifitas e.

   Tanda - tanda persalinan

  1) Terjadinya his persalinan , his persalinan mempunyai sifat :

  a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan

  b) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar c)

  Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks

  d) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah

  2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)

  Dengan his persalinan terjadi perubahan pada servik yang menimbulkan : a)

  Pendataran dan pembukaan

  b) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada

  kanalis servikalis lepas Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah 3)

  Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

f. Tahap – tahap persalinan

  Persalinan dibagi dalam 4 tahap/Kala yaitu : Kala I : dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) proses ini terbagi dalam dua fase yeitu :

  1). Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm 2). Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif

  Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan1 jam pada multi. Pada persalinan dengan vacumekstraksi pengeluaran kepala bayi di bantu oleh vacum. Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasent yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  Kala IV : dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum.

   Persalinan Lama a. Pengertian

  Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998).

  Menurut Saifuddin (2001) persalinan lama adalah persalin yang berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir.

  Ahli lain berpendapat bahwa persalinan lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam, biasanya kala I lebih lama, fase aktif dan laten menjadi lebih lama dan terjadi kegagalan dilatasi serviks dalam waktu yang dapat diterima (Hamilton, 1995).

b. Etiologi

  Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri, 2000) pada dasarnya fase laten memanjang dapat disebabkan oleh : 1)

  His tidak Etiologi efisien (adekuat) 2)

  Tali pusat pendek

3) Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).

  4) Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum

  Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain. prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh : 1)

  His tidak efisien (adekuat) 2)

  Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar) 3)

  Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).

  Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.

  Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor penyebab partus lama antara lain kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan mengedan dan his, pimpinan partus yang salah, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, dan primitua.

c. Patofisiologi

  Partus lama partus yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih dari 24 jam atau kala I 20 jam atau kala II 2 jam.

  Pada partus lama pada umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian juga keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa ibu maupun janin. Kadang – kadang sulit memastikan partus lama dari segi waktu karena kesulitan menentukan saat mulai inpartu. Untuk ini perlu diperhatikan adanya tanda – tanda partus lama :

  Keadaan umum lemah kelelahan 2)

  Nadi cepat, RR cepat 3)

  Dehidrasi 4)

  Perut kembung d.

   Manifestasi Klinis

  Menurut Manuaba (1998), gejala utama yang perlu diperhatikan pada persalinan kasep antara lain : 1)

  Dehidrasi 2). Tanda infeksi antara lain temperatur tinggi, nadi dan pernafasan meningkat dan abdomen meteorismus 2)

  Pemeriksaan abdomen antara lain meteorismus, lingkaran bandl tinggi serta nyeri segmen bawah rahim.

  3) Pemeriksaan lokal vulva vagina meliputi edema vulva, cairan ketuban berbau serta cairan ketuban bercampur mekoneum

  4) Pemeriksaan dalam meliputi edema servik, bagian terendah sulit didorong keatas, terdapat kapur pada bagian terendah.Keadaan janin dalam rahim terjadi asfiksia sampai terjadi kematian. Akhir dipersalinan kasep adalah ruptur uteri imminen sampai ruptura uteri dan kematian karena perdarahan dan atau infeksi.

  Menurut Saifuddin (2001), penanganan khusus persalinan lama yaitu : 1). Persalinan palsu atau belum inpartu (False Labor)

  Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecahapabila didapatkan adanya infeksi, obati secara adekuat dan jika tidak ada, pasien boleh rawat jalan. 2). Fase laten memanjang (Prolonged Laten Phase)

  Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Jika his berhenti, pasien disebut belum inpartu atau persalinan palsu.

  Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks. Penilaian serviks tersebut antara lain : a.

  Jika tidak ada perubahan pada pendataan atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum

  inpartu

  b) Jika ada kemajuan dalam pendataan dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin. (1). Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam

  (2). Jika pasien tidak masuk fase laten setelah dilakukan pemberian oksitoksin selama 8 jam, lakukan sectio

   cecarea Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) (1). Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitoksin (2). Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan

  (a). Ampicillin 2 gram intravena setiap 6 jam (b). Ditambah Gentamicin 5 mg/kg berat badan intravena setiap 24 jam

  (3). Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan (4). Jika dilakukan sectio cecarea, lanjutkan antibiotika dan Metronidazol 500 mg intravena setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam 3. Fase aktif memanjang

  Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.

  Nilai his :

  a) Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik), pertimbangkan adanya

  inersia uteri

  b) Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih

  dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi obstruksi, malposisi atau malpresentasi. mempercepat kemajuan persalinan.

f. Diagnosis

  4) Kelainan presentasi (selain verteks dengan oksiput anterior)

  Kala II lama

  Obstruksi kepala Malpresentasi atau malposisi d. Sistem saraf otonom menunjukkan bahwa baik komponen simpatis kemajuan penurunan

  Insersia uteri Disporposi Sepalopelvik

  Fase aktif memanjang

  mengedan tetapi tidak ada Pengertian Nyeri Persalinan

  5) Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin

  Menurut Saifuddin (2002), diagnosis kelainan partus lama antara lain :

Tabel 2.1. Diagnosis Persalinan Lama

  2) Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan his baik

  1) Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari kontraksi per 10 menit dan kurang dari 40 detik

  Fase laten yang memanjang c. Pembukaan serviks melewati garis waspada partograf :

  Belum inpartu atau persalinan palsu b. Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur

  a. Pembentukan serviks tidak membuka (kurang dari 3 cm). Tidak didapatkan his atau his tidak teratur

  Tanda dan gejala klinik Diagnosis

  3) Pembukaan seviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju dengan kaput, terdapat maulage hebat, edema serviks, tanda ruptura uteri imminen, gawat janin

  Pathway keperawatan Kelainan HIS imersia uteri inkordinat uteri action

  Mk : Nyeri kontaksi uterus singkat dan jarang HIS tidak efisien dalam akut pre op pembukaan

  Pre Op tidak ada kemajuan dalam pembukaan serviks

  Mk : Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan tentang proses persalinan partus lama/ partus tak maju

  SC Post operasi sectio caesarea

  Insisi abdomen Fisiologi Nifas Terputusnya kontinuitas Lochea Payudara

  Perdarahan Puting belum menonjol Keterbatasan pengetahuan

  Mk:Nyeri Mk : Resiko infeksi Trauma tentang perawatan payudara

  Mk:Resiko kelemahan otot jaringan Kekurangan cairan

  Mk : menyusui tidak Efek anastesi efektif

  Mual/muntah Penurunan ketahanan dan kekuatan otot Mk: Ketidakseimbangan nutrisi kurang

  Mk : devisit perawatan diri dari kebutuhan tubuh

Gambar 2.3 : Pathway keperawatan. Sumber : NANDA (2011)

  Menurut Nanda (2011), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien

  post sectio caesaria antara lain : 1.

  Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).

  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan .2x 24 jam, diharapkan nyeri dapat teratasi.

  Kriteria hasil : NOC : a. skala nyeri berkurang b. Wajah tampak rileks c. Tdk menunjukan nyeri baik verbal dan non verbal d. TTV dalam batas normal

  NIC :

  Pain Management : a.

  Lakukan pengkajian nyeri secara komprensif b. Observasi reaksi no verbal c. Kurangi faktor presipitasi nyeri d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam e. Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.

  Tujuan : Setelah dilakukan pengkajian keperawatan 2 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.

  Kriteria Hasil : NOC :

  Risk Control :

  1) Tidak terdapat adanya tanda- tanda resiko infeksi

  2) Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh pasien

  NIC :

  Infection control : a.

  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain b. Pertahankan teknik isolasi c. Batasi pengunjung bila perlu d. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung.

  e.

  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan f. Pertahankan lingkungan aseptik selama tindakan keperawatan.

3. Defisit perawatan diri: Mandi/Kebersihan diri, makan, toileting b.d.

  Kelelahan postpartum. jam, diharapkan klien dapat melakukan perawatan diri.

  Kriteria hasil : NOC : a.

  Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri meliputi makan, berpakaian, ambulasi, toileting, dsb.

  NIC : Self care Asisstance : ADL a.

  Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri b.

  Pantau kebutuhan klien untuk penggunaan penyesuaian alat untuk personal hygine c.

  Sediakan barang-barang yang diperlukan klien d.

  Bantu klien untuk mandiri dan berikan bantuan seminimal mungkin e.

  Menentukan aktivitas perawatan diri yang sesuai 4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d Kurangnya pegetahuan tentang kebutuhan nutrisi postpartum.

  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, diharapak pasien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya.

  NOC : a.

  Berat badan sesuai yang diharapkan b.

  Tidak ditemukan adanya tanda-tanda mal nutrisi NIC : Nutritional Mangement : a.

  Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan zat besi d. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.

5. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.

  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatn 2 x 24 diharapkan klien dapat menyusui secara efektif.

  Kriteria Hsil : NOC : a.

  Kolostrum sudah keluar b. Asi lancar c. Tdk terjadi pembengkakn payudara

  NIC :

  Berikan breast care post natal b. Motivasi ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi c. Beriakan dukungan ibu untuk segera menyusui d. Motivasi keluarga untuk memberikan dukungan pada klien 6. Kurang pengetahuan: Proses persalinan b.d. Kurangnya informasi

  Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan pengetahuan meningkat.

  Kriteria Hasil : NOC : a.

  Familiar dengan proses persalinan b. Mendeskripsikan proses persalinan c. Mendeskripsikan gambaran persalinan

  NIC : Teaching : Disease Process a.

  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien b. Jelaskan proses persalinan c. Gambarkan proses persalinan d. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat e.

  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan.

   DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA : NYERI 1. Definisi

  Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari keruakan jaringan yang aktual maupun potensial ( Brunner & Sudarth, 2000 ).

  Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatanya, dan hanya orang tersebut dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Mander, R, 2004).

  Nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin serta persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot (Bobak, 2005).

  Nyeri persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang disebabkan oleh dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami devisit).

2. Etiologi

  Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan : a.

   Faktor fisiologi nyeri

  1). Pembukaan dan penipisan serviks 2). Segmen bawah rahim tegang

  4). Peritorium tertarik 5). Kandung kemih tertekan 6). Hipoksia 7). Vagina 8). Multi / pimpara b.

  Faktor psikologis 1). Ketakutan 2). Panik 3). Harga diri rendah 4). Marah pada bayi 5). Takut hamil gangguan aktivitas seksual

  c. Faktor persepsi dan toleransi terhadap nyeri : 1)

  Intensitas persalinan 2). Kemetangan serviks 3). Posisi janain 4). Karakteristik panggul 5). Kelelahan 3.

   Patofisiologi Nyeri

  Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan terutama komponen simpatis yang berperan dalam sensori. Sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi tanpa kontrol kesadaran. parasimpatis. Tetapi yang bekerja sendiri – sendiri, misalnya saraf simpatis mensuplai uterus dan memberikan bagian yang sangat penting dan neouroanatomi.

4. Klasifikasi nyeri

  Klasifikasi nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam persalinan sebagai berikut :

  a.

   Klasifikasi nyeri secara umum adalah :

  1). Nyeri akut, nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah penyembuhan.

  2). Nyeri kronik, yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun proses penyembuhan suda selesai.

  b.

  Klasifikasi nyeri persalinan, dibagi beberapa nyeri yaitu : c. Nyeri viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir.

  Implus nyeri selama kala 1 pada persalinan ditransmisi melalui T 11 – 12 segmen saraf spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatif, dimana uterus dan serviks terjadi pada kala 1 akibat dari kontraksi uterus dan pembukaan serviks.Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan menjalar kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan paha.

  d. Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dari lokasi jelas. Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui SI – S2 saraf akhirnya kala 1dan selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepela janin yang menekan jaringan – jaringan maternal dan tarikan perineum dan utercocervical selama kontraksi.

  e. After pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil distensi dan laserasi dari serviks’ vagina dan jaringan perinal nyeri yang dirasakan seperti awal kala I dan kala II.

5. Penatalaksanaan nyeri a.

   Penatalaksanaan Farmakologi

  Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan farmakologi yaitu dengan menggunakan obat – obatan yang dapat mengurangi nyeri.

  Cara farmakologi adalah dengan pemberian obat – obatan analgesik yang disuntikan, melalui infus intra vena yaitu saraf yang menghantarkan nyeri selama persalnan.

  b.

   Penatalaksanaan non farmakologis

  Metode pengontrolan non farmakologis sangat penting karena tidak membahayakan pada ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan kontrol nyeri yang kuat, tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. yang saling berinteraksi sehingga mempengaruhi respon terhadap nyeri, yaitu : 1). Strategi motivasi - efektif

  Interpretasi sentral dari pesan yang beradadi otak yang dipengaruhi oleh perasaan, memori, pengalaman, dan kultur seseorang. 2). Strategi kognitf - evaluati

  Interpretasi dari pesan nyeri yangdipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi kognitif dan evaluasi kognitis dari situasi. 3). Strategi sensori – diskriminatif Pemberian informasi ke otak menurut sensasi fisik.

  Adapun metode penatalaksanaan menurut (Mander, R, 2004 ), yaitu : 1). Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakan dan dipraktekan. Kemampuan untuk relaksasi secara disengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai pedoman mengurangi ketidak nyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan.Ketika dikombinasikan dengan pernafasan, relaksasi dapat membantu ibu bersalin mengatasi nyeri lebih kontraksi.Manfaat relaksasi pernafasan, mengurangi rasa nyeri,yaitu mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan nyeri yang ibu rasakan selama persalinan. 2). Hipnosis

  Suatu metode penanganan sugesti saat otak telah berada dalam kondisi rilek tetapi bukan berarti tertidur atau tidak sadar diri saat praktik (Mander, R, 2004). Pathyway nyeri Trauma neoplasma

  Peradangan Gangguan

  Trauma sirkulasi dan kelainan darah nyeri

  Nyeri kronis Nyeri akut

Gambar 2.4 : Pathway nyeri

  Sumber : NANDA (2011) Diagnosa nyeri Menurut Nanda (2012), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien nyeri antara lain :

  Nyeri Akut a.

  Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.

  b.

  Batasan Karakteristik : 1)

  Perubahan selera makan 2)

  Perubahan tekanan darah 3)

  Perubahan frekuensi jantung 4)

  Perubahan frekuensi pernapasan 5)

  Laporan isyarat 6)

  Diaforesis 7)

  Perilaku distraksi (mis : berjalan mondar mandir, mencari orang lain dan/aktivitas lain/aktivitas berulang)

  Mengekspresikan perilku (mis : gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas,mendesah) 9)

  Masker wajah (mis : mata kurang bercahaya, gerakan mata berpancar atau tetap paa satu fokus) 10)

  Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri 11)

  Fokus menyempit (mis : gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

  12) Indikasi nyeri yang dapat diamati

  13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

  14) Sikap tubuh melindungi

  15) Diatasi pupil

  16) Fokus pada diri sendiri

  17) Gangguan tidur

  18) Melaporkan nyeri secara verbal c.

  Faktor yang berhubungan Agen cedera (mis : fisik, biologis, zat kimia, psikologi) d. kontrol nyeri

  1) Mengenali faktor penyebab

  2) Mengenali lamanya obat

  3) Menggunakan metode pencegahan

  4) Menggunakan metode pencegahan non analgetik sesuai kebutuhan

  Mencari bantuan tenaga kesehatan 6)

  5) Selalu dilakukan f.

  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

  c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d)

  b) Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyaman

  a) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan fakor presipitasi

  1) Pain management

  NIC

  4) Sering dilakukan

  Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan 7)

  3) Kadang dilakukan

  2) Jarang dilakukan

  1) Tidak dilakukan sama sekali

  Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol e. Keterangan penilaian NOC

  Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya 10)

  Mengenali gejala-gejala nyeri 9)

  Menggunakan sumber-sumber yang tersedia 8)

  e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan g)

  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisinagan.

  h) Kurangi faktor presipitasi nyeri i)

  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan interpersonal) j)

  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi k) Ajarkan tentang teknik non farmakologi l)

  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri m) Tingkatkan istirahat n)

  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil o)

  Monitor penerima pasien tentang manajement nyeri

  2) Analgesic administration

  a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pembelian obat b)

  Cek instruksi dokter tentang jenis obat

  c) Cek riwayat alergi

  d) Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dan analgesic ketika pemberian lebih dari satu e)

  Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri g)

  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali