BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - BAB II ZSA ZSA DESCALITA LUCIANA PBSI'17

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi sudah pernah

  dilakukan oleh peneliti bahasa. Penelitian tersebut sebagai acuan penelitan yang akan dilakukan. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut tetap mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan tentang penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan Konjungsi Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa SMP N 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2010-2011

  Penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2011) berjudul Penggunaan Konjungsi Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa SMPN 1 Cilacap Tahun Pelajaran 2010-2011. Penelitian ini membahas jenis-jenis konjungsi yang digunakan dan hubungan semantik yang ditunjukkan oleh konjungsi tersebut. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa karangan-karangan siswa SMP N 1 Sampang Cilacap tahun pelajaran 2010-2011. Perbedaan penelitan Indriani dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sumber data. Sumber data untuk penelitian Indiriani berupa karangan-karangan siswa SMP N 1 Sampang Cilacap tahun pelajaran 2010- 2011, sedangkan sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah koran Suara .

  Merdeka 2.

   Penggunaan Konjungsi Antarklausa pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor Tahun Pelajaran 2014-2015

  Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2016) berjudul Penggunaan

  

Konjungsi Antarklausa Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII D SMP N Negeri 3

  

7

  

Kalibagor Tahun pelajaran 2014-2015 . Penelitian ini telah membahas penggunaan

  konjungsi koordinatif, subordinatif, dan korelatif yang terdapat pada karangan narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor. Peneliti mendeskripsikan kalimat-kalimat yang menggunakan konjungsi pada karangan narasi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kalibagor tahun ajaran 2014-2015. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh berupa (kata-kata, gambar, dan perilaku) tidak dituangkan ke dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk uraian yang memberikan penjelasan mengenai penggunaan konjungsi tersebut. Perbedaan penelitian Hidayah dengan penelitian ini adalah sumber data yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu karangan narasi siswa sedangkan pada penelitian ini sumber data adalah koran. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai penggunaan konjungsi intrakalimat.

  Berdasarkan paparan dari penelitian-penelitian di atas menunjukan bahwa penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini sangat relevan. Penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan peneliti saat ini sama, yaitu subjek kajiannya adalah konjungsi. Namun sumber data yang diteliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya berbeda. Sumber data penelitian yang akan dilakukan ini adalah rubrik “Nasional dan Hukum” pada koran Suara Merdeka edisi September 2016. Rumusan masalah pada penelitian juga memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan agar dapat melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya.

B. Klausa

1. Pengertian Klausa

  Menurut Alwi, dkk (2003: 39), istilah klausa digunakan untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat menurut Cook; Ekson dan Pickett dalam ( Tarigan, 2009: 43). Menurut Ramlan dalam (Tarigan, 2009: 43) klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen berupa frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagainya (Chaer, 2009: 41)

2. Jenis-Jenis Klausa

  Menurut Chaer (2009: 42) berdasarkan distribusinya, klausa dapat dibedakan atas klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas dalam kalimat majemuk subordinatif disebut klausa atas, dan klausa terikat disebut klausa bawahan (Chaer, 2009:161). Disebut klausa bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak lengkap. Klausa bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain.

C. Kalimat

1. Pengertian Kalimat

  Kalimat adalah satuan di atas klausa dan di bawah satuan wacana. Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009: 44). Menurut Alwi dkk (2003 : 245), kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucakan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan di akhiri dengan intonasi akhir yang diikuti kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi atau proses fonologi lainnya.

  Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).

2. Jenis-Jenis Kalimat

  Menurut Putrayasa (2010: 26) kalimat bahasa Indonesia berdasarkan klausa dibagi menjadi dua yaitu kalimat tunggal dan dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sedangkan kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau bahkan lebih.

  Kalimat majemuk bisa bersifat setara, tidak setara, maupun campuran. Gagasan tunggal yang dinyatakan sebagai kalimat tunggal dan gagasan yang lebih dari satu dapat diungkapkan dengan kalimat majemuk. Berikut ini penjelasan lebih lanjut jenis- jenis kalimat.

a. Kalimat Tunggal

  Menurut Rusyana dan Samsuri (dalam Putrayasa, 2010: 26) kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen SP (Subjek-Predikat).

  Hal tersebut berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat, seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan. Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib. Disamping itu tidak mustahil juga terdapat unsur manasuka seperti keterangan tempat, waktu dan alat. Oleh karena itu kalimat tunggal tidak tentu berwujud pendek tetapi juga dalam wujud panjang.

b. Kalimat Majemuk

  Menururt Veerhar (1996: 275), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Menurut Tarigan (1996: 14) kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih peristiwa dalam satu kalimat. Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, dan kalimat majemuk bertingkat. Adapun penjelasan ketiga kelompok kalimat majemuk berikut:

  1) Kalimat Majemuk Setara

  Meurut Putrayasa (2010: 55) kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat yang unsur-unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan bahwa antara unsur-unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukannya setara. Kalimat majemuk setara diberi nama sesuai jenis hubungan yang ada di antara kalimat-kalimat yang digabungkan. Secara garis besar, kalimat majemuk setara dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk berlawanan, kalimat majemuk penunjukan. Kalimat majemuk sejalan adalah kalimat yang digabungkan itu menunjuk kepada makna pertentangan, dan kalimat majemuk penunjukan adalah bagian satu menunnjuk kembali pada bagian kalimat lain.

  2) Kalimat Majemuk Rapatan

  Menurut Putrayasa (2010: 57) kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk yang terdiri dari penggabungnan beberapa kalimat tunggal yang unsur- unsurnya yang sama dirapatkan atau dituliskan sekali saja. Kalimat majemuk rapatn ini terdiri atas empat macam yaitu kalimat majemuk rapatan sama subjek, kalimat majemuk rapatan sama predikat, kalimat majemuk rapatan sama objek, dan kalimat majemuk sama keterangan.

3) Kalimat Majemuk Bertingkat

  Kalimat majemuk bertingkat terbentuk dari sebuah unsur kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah kalimat majemuk bertingkat (Putrayasa, 2010: 59). Kalimat majemuk bertingkat terbentuk dengan ketentuan (a) sisa kalimat sumber disebut dengan induk kalimat, (b) kalimat bentukan disebut anak kalimat, (c) anak kalimat diberi nama sesuai dengan unsur kalimat yang digantinya.

D. Pengertian Konjungsi

  Menurut Chaer (2008: 98), banyak istilah yang dipakai untuk menyebut kata penghubung. Chaer menyebut kata penghubung dengan sebutan konjungsi. Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Alwi dkk, (2003: 296) menyebut kata penghubung adalah konjungtor. Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi ini menggabungkan klausa yang setara atau klausa bertingkat.

  Kridalaksana (2008: 102) menyatakan konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksinya. Artinya, konjungsi berperan sebagai peluas didalam sebuah kalimat. Biasanya konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Berikut ini adalah contoh konjungsi berperan sebagai kata penghubung.

  (1) Hidup atau mati kita bergantung pada upaya kita sendiri (2) Tim ahli Amerika dan utusann UNESCO berunding lebih dari seminggu (3) Bibi sedang memasak dan Sarah sedang bermain boneka

  Dalam contoh (1) di atas kata atau menghubungkan dua kata yaitu hidup, mati. Pada contoh (2) kata dan menguhungkan frase tim ahli Amerika dengan frase utusan

  

UNESCO . Pada contoh kalimat (3) konjungsi dan menghubungkan klausa Bibi

sedang memasak dengan klausa Sarah sedang bermain boneka.

E. Klasifikasi Konjungsi

  Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi antarkalimat. Menurut Chaer (1990:53), konjungsi intrakalimat berfungsi menghubungkan satuan-satuan klausa dengan klausa yang berada di dalam sebuah kalimat. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata penghubung merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan klausa dan kalimat.

  Menurut Alwi dkk, (2003: 297) dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi antarkalimat. Konjungsi koordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan kalimat yang sejajar.

  Konjungsi subordinatif, yakni konjungsi yang bertugas menghubungkan satuan-satuan kalimat yang tidak sejajar, yakni induk kalimat dan yang lainnya anak kalimat. Konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi antarkalimat, yakni konjungsi yang menghubungkan satuan kalimat dengan kalimat yang lain.

1. Konjungsi Intrakalimat

  Kridalaksana (2005: 102) menjelaskan bahwa konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa. Konjungsi intrakalimat biasanya terletak di tengah-tengah kalimat. Dengan demikian konjungsi intrakalimat merupakan satuan kebahasaan yang menghubungkan antara klausa dengan klausa yang terletak di tengah-tengah kalimat. Dilihat dari perilaku sintaksisnya konjungsi intrakalimat dibagi ke dalam tiga jenis kelompok yaitu, konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif. Namun, kelompok-kelompok di dalam konjungsi intrakalimat juga memiliki beberapa kelompok kecil yang mendukung penggunaannnya didalam kalimat. Adapun pengelompokan penggunaan konjungsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Konjungsi Koordinatif

  Menurut Alwi dkk. (2003: 297), konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur klausa atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lainnya karena konjungsi koordinatif ini selain dapat menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Chaer (2011:116-124) membagi konjungsi koordinatif ke dalam beberapa kelompok kecil berdasarkan sifat hubungannya. Konjungsi koordinatif ini dibagi menjadi delapan kelompok kecil, yakni koordinatif menyatakan penambahan, koordinatif menyatakan pemilihan, koordinatif menyatakan pertentangan, koordinatif menyatakan penjelas, koordinatif menyatakan urutan kejadian, koordinatif menyatakan pembetulan, dan koordinatif menyatakaan pembatasan. Bagian kelompok kecil itulah yang menjadikan setiap konjungsi memiliki fungsi menghubungkan satu kata dengan kata yang lain, berikut ini anggota kelompok kecil dari konjungsi koordinatif yaitu:

1) Konjungsi Koordinatif Penambahan

  Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat (klausa) dengan kedudukan yang sama atau sederajat. Anggota konjungsi ini adalah kata dan dan serta. Konjungsi dan yaitu konjungsi untuk menyatakan gabungan, biasanya digunakan di antaradua kata benda atau dua kata kerja dalam satu kalimat (Chaer, 1994: 141-169). Konjungsi dan menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki status yang sama. Dua unsur tersebut dapat berupa kata, frasa, atau klausa. Biasanya kalimat yang menggunakan konjungsi dan dan serta yaitu kalimat yang memiliki jumlah variabel maknanya lebih dari satu. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi koordinatif penambahan.

  (4) Ibu dan ayah pergi ke Bogor (5) Mereka makan gorengan dan minum susu dikelas

  Pada kalimat (4) konjungsi dan menghubungkan kata Ibu kata Ayah. Konjungsi dan tersebut menyatakan makna penambahan. Makna penambahan ini, yaitu kata ibu ditambah kata ayah sehingga menjadi dua variable. Pada contoh kalimat (5) kata dan menghubungkan frase makan gorengan dan minum susu. Makna penambahan ini yaitu mereka tidak hanya makan gorengan tetapi juga minum didalam kelas. Contoh-contoh tersebut menandakan bahwa konjungsi koordintaif dan menandakan hubungan penambahan di antara dua bagian kalimat atau lebih yang berkedudukan sama.

2) Konjungsi Koordinatif Pemilihan

  Konjungsi yang menyatakan „pemilihan‟ atau „alternatif‟ digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (klausa) dengan kedudukan setara dan bermakna „pemilihan‟. Anggota konjungsi ini hanya ada sebuah, yaitu kata atau. Konjungsi atau berfungsi untuk menyatakan pilihan di antara dua kata di dalam satu kalimat (Chaer, 1994: 141-169). Konjungsi atau bisa pula disebut konjungsi pemilihan, karena konjungsi ini digunakan untuk memilih salah satu kata dalam satu kalimat. Pernyataan pilihan yang menggunakan konjungsi atau ini dapat digunakan di antara kalimat- kalimat berikut ini: (i) Konjungsi atau dapat digunakan di antara dua buah kata benda atau dua frase benda pada satu kalimat untuk memilih salah satu variabel. Berikut adalah contoh penggunaanya:

  (6) Nama orang itu Adi atau Andi? (7) Sarjana teknik atau sarjana sastra sama pentingnya dalam pembangunan

  Pada kalimat (6) penggunaan konjungsi atau menghubungkan dua buah kata benda

  

Adi dengan Andi. Pada kalimat (7) konjungsi atau digunakan di antara dua buah frasa

  yaitu sarjana teknik dengan sarjana sastra. Dengan demikian, konjungsi atau dapat digunakan di antara dua buah variabel dalam satu kalimat.

  (ii) Konjungsi atau digunakan pada suatu kalimat untuk memilih dua buah kata kerja.

  Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut :

  (8) Jangan menegur atau mengajak bicara anak-anak nakal itu (9) Najwa berangkat kerja mengendarai motor atau jalan kaki

  Pada kalimat (8) konjungsi atau menghubungkan kata kerja menegur dan kata

  

mengajak . Pada kalimat (9) konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan antara

dua kelompok kata kerja mengendarai motor dan jalan kaki.

  (iii) Konjungsi atau dapat digunakan untuk memilih dua buah kata sifat yang berlawanan.

  (10) Kaya atau miskin dihadapan Tuhan tidak ada bedanya (11) Mahal atau murah ibuku akan membelikan buku yang aku inginkan

  Pada kalimat (10) dan (11) penggunaan konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan dua kata sifat yang memiliki makna berlawanan. Tetapi konjungsi

  

atau tetap menyatakan makna pemilihan terhadap kedua kata sifat tersebut. Pada

kalimat (10) terdapat kata yang memiliki makna berlawanan yaitu kaya dan miskin.

  Pada kalimat (11) konjungsi atau digunakan untuk menghubungkan di antara dua kata sifat mahal dan murah yang memiliki makna berlawan.

  (iv) Konjungsi atau digunakan pada kata kerja atau kata sifat dengan ingkarannya.

  Contohnya adalah sebagai berikut: (12) Kamu mau datang atau tidak, itu adalah urusanmu (13) Sabrina mau olahraga atau tidak, tetap saja langsing

  Contoh kalimat (12) dan (13) menggunakan konjungsi atau untuk memilih kata kerja atau kata sifat dengan bentuk ingkarannya. Pada kalimat (12) penggunaan konjungsi

  

atau menghubungkan kata datang dengan tidak datang. Kata tersebut adalah kata

  kerja dan bentuk ingkarannya. Pada kalimat (13) konjugsi atau digunakan untuk menghubungkan kata olahraga dan tidak olahraga.

  (v) Konjungsi atau berada pada dua buah klausa dalam sebuah kalimat majemuk setara. Contohnya adalah sebagai berikut:

  (14) Saya datang kerumahnya, atau kamu yang datang kerumahku? Pada kalimat (14) penggunaan konjungsi atau untuk menghubungkan dua klausa dalam satu kalimat. Namun, yang perlu diketahui adalah bahwa jika yang dipilih dalam suatu kalimat lebih dari dua buah, maka konjungsi atau digunakan di antaraunsur yang terakhir. Contohnya adalah sebagai berikut ini.

  (15) Teh, kopi atau air putih yang akan kamu minum. Pada contoh kalimat (15) konjungsi atau digunakan pada unsur terakhir sebagai pemilih dari teh, kopi, dan air putih.

3) Konjungsi Koordinatif Pertentangan

  Konjungsi koordinatif yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan kedudukan setara dan bermakna pertentangan. Anggota konjungsi ini adalah tetapi, sedangkan dan sebaliknya. Anggota konjungsi ini menyatakan gabungan mempertentangkan dalam sebuah kalimat. Konjungsi tetapi memiliki fungsi untuk menyatakan sesuatu yang bersifat menentang atau menyanggah (Chaer, 1988: 141-169). Kaidah penggunaan konjungsi ini sebagai berikut: (i) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada suatu identitas yang sama, tetapi predikatnya berupa dua buah kata sifat yang berkontras. Berikut adalah contoh penggunaan konjungsi tetapi:

  (16) Rumah itu besar dan indah tetapi halamannya sempit Pada kalimat (16) konjungsi tetapi berfungsi sebagai penghubung dua klausa yang subjeknya sama yaitu rumah, tetapi predikatnya berupa kata-kata sifat yang bertentangan, yaitu besar dan indah dengan sempit.

  (ii) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah kata sifat yang berkontras/sejajar.

  Contohnya adalah sebagai berikut: (17) Dia memang bodoh tetapi rajin (18) Herlambang cerdas tetapi nakal

  Pada kalimat (17) konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan kata bodoh dan

  rajin , konjungsi tetapi memiliki makna

  „perlawanan‟. Pada kalimat (18) penggunaan konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan kata cerdas dan nakal, konjungsi

  tetapi ini memiliki makna „pertentangan‟.

  (iii) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa, namun klausa pertama berisi pernyataan, dan klausa kedua berisi pengingkaran kata tidak, seperti pada contoh berikut.

  (19) Di luar rumah sangat gelap sekali tetapi tidak memiliki penerangan (20) Zahra ingin melanjutkan SMP tetapi tidak memiliki biaya

  Kalimat (19) dan (20) menggunakan konjungsi tetapi untuk menghubungkan dua klausa yang berisi pernyataan dan pengingkaran. Pada kalimat (19) konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan klausa 1, yaitu diluar rumah gelap sekali dan klausa ke-2 yang berisi pengingkaran, yaitu tidak memiliki penerangan. Pada kalimat (20) konjungsi tetapi menghubungkan klausa 1, yaitu Zahra ingin melanjutkan SMP dan klausa ke-2 yang berisi pengingkaran, yaitu tidak memiliki biaya.

  (iv) Konjungsi tetapi digunakan pada dua buah klausa yang subjeknya merujuk pada suatu identitas yang memiliki predikat yang berbeda, yang berupa dua buah kata sifat yang berlawanan, seperti pada contoh berikut.

  (21) Dirumah pak Mukodir sangat panas tetapi dirumahku sangat dingin (22) Najlaa sangat rajin tetapi adiknya kurang rajin. Kalimat (21) dan (22) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi tetapi untuk menghubungkan dua klausa yang subjeknya merujuk kepada predikat yang berupa kata sifat yang berlawanan. Pada kalimat (21) konjungsi tetapi berfungsi menghubungkan klausa 1 dengan klausa 2, tetapi klausa 2 yang dihubungkan sangat kontras. Pada contoh kalimat (22) konjungsi tetapi berfungsi menghubungkan klausa 1 yaitu Najlaa sangat rajin dan kluasa 2, yaitu adiknya kurang rajin. Namun dalam penggunaan, perlu diperhatikan bahwa konjungsi tetapi juga dapat digunakan sebagai penghubung antarkalimat. Seperti pada contoh data berikut.

  (23) Saya ingin melanjutkan bekerja di luar negeri. Tetapi orang tua saya tidak mengizinkan Pada kalimat (23) konjungsi tetapi memiliki fungsi menghubungkan dua kalimat atau konjungsi tetapi sebagai konjungsi antarkalimat.

4) Konjungsi Koordinatif Penjelas

  Konjungsi koordinatif penjelas digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat. Bagian kalimat yang satu merupakan penjelas untuk bagian kalimat sebelumnya. Anggota konjungsi ini adalah kata-kata adalah, ialah, yaitu, dan yakni. Konjungsi adalah digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat di mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud bagian kedua.

  Konjungsi ialah secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi

  

adalah. Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi koordinatif yang menyatakan

penjelas.

  (24) Bis adalah kendaraan umum yang dapat mengangkut banyak penumpang (25) Yang kami butuhkan adalah kertas, gunting, perekat, dan cat (26) Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Sukarno dimakamkan di

  Blitar Pada kalimat (24) konjungsi adalah di antara dua buah unsur kalimat yang sama maknanya. Pada contoh kalimat (25) konjungsi adalah digunakan pada awal suatu perincian. Pada kalimat (26) konjungsi yaitu digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang maujudnya sama.

  5) Konjungsi Koordinatif Urutan Kejadian

  Konjungsi yang menyatakan urutan waktu digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian. Anggota konjungsi ini lalu, kemudian, dan selanjutnya. Anggota konjungsi tersebut berfungsi „menggabungkan-mengurutkan‟ dan digunakan di antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk setara. Contoh penggunaan konjungsi tersebut sebagai berikut.

  (27) Dipetiknya bunga itu, lalu diberikannya kepadaku. (28) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk,

  kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan apa maksud kedatangan kami.

  Pada kalimat (27) konjungsi lalu digunakan di antara klausa dipetiknya bunga itu dengan diberikannya kepadaku berdasarkan urutan yang lebih dulu dan mana yang kemudian. Pada kalimat (28) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri dari sejumlah klausa setara yang berisi urutan kejadian. Dengan begitu konjungsi lalu,

  

kemudian , selanjutnya merupakan konjungsi yang berfungsi menggabungkan setelah

itu dapat mengurutkan.

  6) Konjungsi Koordinatif Pembetulan

  Konjungsi koordinatif pembetulan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa untuk menyatakan pembetulan atau koreksi terhadap hal yang disebutkan pada klausa pertama. Anggota konjungsi ini adalah kata melainkan. Konjungsi melainkan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama berisi pernyataan yang disertai adverbial bukan; klausa kedua berisi ralat atau pembetulan terhadap klausa pertama, seperti pada contoh berikut ini.

  (29) Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan mau menuntut hak kami (30) Rekening koruptor itu bukan 33 miliar, melainkan 340 miliar

  Pada contoh kalimat (29) peggunaan konjungsi melainkan menghubungkan klausa ke- 1 yaitu kami bukan mau menentag pemerintah dan pada klausa ke-2 sebagai bentuk pembetulan dari klausa ke-1, yaitu mau menuntut hak kami. Kalimat (30) konjungsi melainkan menghubungkan klausa ke-1 yaitu rekening koruptor itu bukan 33 miliar dan klausa ke-2 sebagai pembetul dari klausa pertama yaitu 340 miliar.

7) Konjungsi Koordinatif Pembatasan

  Konjungsi koordinatif pembatasan digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa; klausa pertama menyatakan suatu tindakan atau keadaan, dan klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama itu. Anggota konjungsi ini adalah kata kecuali dan hanya. Konjungsi kecuali digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan; klausa kedua menyatakan pembatasan atau perkecualian. Konjungsi hanya digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal; klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama.

  Selain konjungsi, kata hanya lazim juga digunakan sebagai adverbial yang menyatakan pembatasan. Sebagai adverbial hanya bisa membatasi semua unsur kalimat. Contoh penggunaan konjungsi kecuali dan hanya terlihat pada kalimat sebagai berikut.

  (31) Untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban kecuali tuan Ali yang kaya raya itu. (32) Soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik hanya nomor tujuh yang kubuat asal jadi saja.

  Pada kalimat (31) konjungsi kecuali digunakan di antara dua buah klausa, klausa pertama untuk pelebaran jalan itu semua orang sudah rela berkorban dan klausa kedua Tuan Ali yang kaya raya itu. Konjungsi kecuali membatasi klausa pertama. Pada kalimat (32) konjungsi hanya digunakan di antara dua buah klausa yaitu klausa pertama soal-soal itu dapat kuselesaikan dengan baik dengan klausa kedua nomor

  

tujuh yang kubuat asal jadi saja . Pada kalimat tersebut konjungsi hanya berfungsi

sebagai pembatas klausa pertama.

b. Konjungsi Subordinatif

  Konjungsi subordiantif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan induk, sedangkan yang lainnya anak kalimat. Induk kalimat dapat berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat harus disandingkan dengan induk kalimat karena tidak dapat berdiri sendiri. Jika dilihat dari makna hubungan ini, konjungsi subordinatif dapat dibedakan atas kelompok kecil yang menyatakan hubungan sebab, syarat, tujuan, kesewaktuan, penyungguhan, perbandingan, batas akhir, dan pengandaian.

1) Konjungsi Subordinatif Sebab

  Konjungsi subordinatif sebab, yaitu konjungsi yang berfungsi untuk menggabungkan dua bagian kalimat yang didalamnya terdapat makna penyebaban

  (Chaer, 2011: 104). Konjungsi subordinatif sebab menyatakan semua hal yang menimbulkan terjadinya sesuatu. Konjungsi subordinatif sebab ini dapat memberikan keterangan mengenai sebab terjadinya sesuatu dalam suatu kalimat. Penggunaan konjungsi subordinatif sebab ini dapat menjadi penguat bagi keterangan mengenai sesuatu yang terjadi. Anggota konjungsi subordinatif yang menyatakan sebab adalah

  

karena , sebab, dan lantaran. Berikut contoh penggunaan konjungsi subordinatif yang

menyatakan sebab.

  (33) Kemenangan itu harus dibayar mahal karena juru tembaknya terkena kartu merah. (34) Jenggotnya panjang tak karuan sebab tak dicukur selama 2 bulan. Pada contoh kalimat (33) konjungsi karena berfungsi menyatakan sebab dari suatu hal, yakni kemenangan itu harus dibayar mahal, sebab juru tembaknya terkena kartu

  . Pada contoh kalimat (34) digunakan konjungsi sebab yang memiliki makna

  merah

  penyebab. Konjungsi sebab dapat menggantikan konjungsi karena. Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan konjungsi sebab ini, yaitu konjungsi

  

sebab tidak ditempatkan pada awal kalimat. Kata sebab yang berkategori konjungsi

  berhomonim dengan kata sebab yang berkategori nomina, sehingga dalam bahasa Indonesia ada data aktual menyebabkan dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab), tetapi tidak ada bentuk mengkarenakan atau dikarenakan karena tidak ada kata karena yang berkategori nomina.

2) Konjungsi Subordinatif Syarat

  Menurut Chaer (2011:105), konjungsi subordinatif syarat yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat. Konjungsi ini biasanya digunakan untuk menyatakan suatu syarat didalam suatu kalimat. Hubungan syarat ini akan terjadi apabila salah satu klausa menyatakan syarat agar peristiwa, tindakan, atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa lain dapat dilaksanakan. Anggota konjungsi subordinatif syarat seperti kata jika, jikalau, kalau, asal (kan), bila, manakala. Adapun beberapa contoh kalimat yang menyatakan suatu syarat atau ketetntuan sebagai berikut:

  (35) Semua logam akan meleleh jika dipanaskan (36) Ini hanya dilakukan dalam keadaaan darurat kalau memang mendesak. (37) Pak Toyo akan membelikan Kaswin baju baru asalkan dia bekerja dengan giat

  Pada contoh kalimat (35) konjungsi jika menandai makna syarat bagi peristiwa logam

  

meleleh , syaratnya adalah dipanaskan. Konjungsi kala pada kalimat (36) menyatakan

makna syarat bagi dilakukannya tindakan, syaratnya adalah keadaan mendesak.

  Begitu juga pada kalimat (37) konjungsi asalkan menyatakan syarat, yaitu Kaswin bekerja dengan giat, bagi tindakan pak Toyo membelikan Kaswin baju baru.

3) Konjungsi Subordinatif Tujuan

  Konjungsi subordinatif tujuan yaitu konjugsi yang digunakan untuk menggabungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan yang dinyatakan didalam induk kalimat (Chaer, 2011:106). Subordinatif yang bermakna tujuan digunakan apabila klausa yang satu menyatakan maksud bagi klausa lainnya. Anggota konjungsi subordinatif tujuan adalah kata agar,

  

supaya , biar. Contoh kalimat yang menggunakan konjungsi subordinatif tujuan adalah

sebagai berikut.

  (38) Desti sengaja tinggal di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana. (39) Amrul selalu mencoba resep masakan baru supayaia dapat lebih mahir memasak. Contoh kalimat (38) penggunaan konjungsi agar menyatakan maksud memberitahukan atau menyampaikan tujuan bahwa Desti mencoba untuk tinggal di kota kecil. Tujuannya, yaitu agar dia dapat mengetahui kehidupan disana. Kedua klausa tersebut dihubungkan dengan konjungsi agar yang menyatakan hubungan tujuan. Pada kalimat (39) konjungsi supaya menyatakan tujuan Amrul selalu mencoba resep masakan baru, yakni dapat lebih mahir memasak. Pada contoh kalimat (38) dan (39) konjungsi subordinatif ini memiliki makna memberi maksud atau tujuan yang akan disampaikan kepada pembaca.

4) Konjungsi Subordinatif Waktu

  Konjungsi subordinatif waktu yaitu konjungsi yang menyatakan “kesewaktuan”. Menurut Chaer, (2011: 109) konjungsi subordinatif waktu yaitu konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat yang menyatakan bahwa perbuatan pada klausa yang satu akan terjadi dalam waktu yang disebutkan oleh klausa kedua. Konjungsi subordinatif waktu ini lebih berfokus pada suatu peristiwa atau kejadian. Anggota konjungsi subordinatif waktu seperti kata

  

sejak , semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu seraya, selama,

sambil , demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seuasai, hingga sampai.

  Hubungan waktu itu dapat dibedakan lagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok yang membedakan hubungan waktu tersebut yaitu, waktu batas permulaan, konjungsi yang digunakan yaitu sejak dan sedari. Waktu bersamaan, konjungsi yang dipakaiantara lain: (se) waktu, ketika, seraya, sambil, sementara,

  

selagi , tatkala, dan selama. Waktu berurutan, konjungsi yang bisa dipakai adalah

sebelum , sesudah, setelah, sesuai, begitu dan sehabis. Waktu batas akhir, konjungsi

  yang dipakai adalah sampai dan sehingga.

  (40) Peri selalu tertarik pada roda yang berputar sejak ia mulai belajar merangkak. (41) Beberapa orang beriring-iringan melewati depan rumah kami sementara hujan turun lebat dimalam hari yang sepi dan pekat itu. (42) Gotong royong itu berjalan dengan lancer sampai kami menyelesaikan sekolah

  Kalimat (40), (41), dan (42) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi subordinatif waktu yang menggunakan konjungsi sejak, sementara, dan sampai.

  Konjungsi-konjungsi tersebut termasuk konjungsi subordinatif yang menyatakan waktu, karena menyatakan makna kewaktuan atau berkaitan dengan waktu. Pada contoh kalimat (40) klausa ia mulai belajar merangkak merupakan batas awal permulaan peri tertarik pada roda yang berputar. Kedua klausa dihubungkan dengan konjungsi sejak untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan. Pada kalimat (41) klausa hujan turun lebat dimalah hari yang sepi dan pekat terjadi pada waktu yang bersamaan dengan peristiwa yang dinyatakan klausa pertama, yakni beberapa

  

orang beriringan melewati depan rumah kami . Kedua klausa dihubungkan untuk

  menyatakan waktu bersamaan. Pada contoh kalimat (40) kluasa kami menyelesaikan

  

sekolah merupakan klausa yang dihubungkan dengan konjungsi sampai yang

  menyatakan waktu batas akhir. Klausa tersebut menyatakan kewaktuan karena memiliki konjungsi yang bermakna waktu.

5) Konjungsi Subordinatif Penyungguhan

  Konjungsi subordinatif penyungguhan digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan m akna menyatakan „penyungguhan‟. Penyungguhan itu sendiri suatu tindakan meskipun itu bertentangan dengan tindakan lain (Chaer, 2011:111).

  Penggunaan konjungsi subordinatif penyungguhan ini menyatakan makna berlawanan pada suatu kalimat. Kebalikan atau perlawanan ini digunakan untuk membersihkan suatu alasan mengenai keadaan atau kondisi. Anggota konjungsi ini adalah meskipun,

  

biarpun , walaupun, sungguhpun, sekalipun. Berikut adalah contoh penggunaan

konjungsi subordinatif yang bermakna penyungguhan.

  (43) Hatinya sangat hancur meskipun dia tidak pernah menangis di hadapanku (44) Dia akan pergi sekalipun kami mencoba menahannya. Pada contoh kalimat (43) konjungsi meskipun digunakan untuk suatu alasan mengenai keadaan atau kondisi yang dilakukan oleh kluasa ke-1, yaitu hatinya sangat hancur dan klausa ke-2, yaitu dia tidak pernah menangis di hadapanku dan klausa tersebut saling bertentangan. Pada contoh (44) konjungsi sekalipun menyatakan alasan mengenai keaadan atau kondisi pada konjungsi ke-1, yaitu dia akan pergi, konjungsi dapat digunakan menggantikan konjungsi meskipun tanpa perbedaan

  sekalipun semantik.

6) Konjungsi Subordinatif Perbandingan

  Konjungsi subordinatif perbandingan ini digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau mirip dengan peristiwa yang dinyatakan pada klausa kedua (Chaer, 2011: 112). Konjungsi subordinatif perbandingan ini memiliki maksud yaitu membandingkan persamaan di antara dua klausa. Anggota konjungsi ini adalah seperti, sebagai, bagai, laksana dan seumpama.

  Berikut adalah contoh penerapan konjungsi yang bermakna perbandingan.

  (45) Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan (46) Gaduhnya dan ramainya mereke bukan kepalang bagai anak ayam kehilangan induk Pada contoh kalimat (45) konjungsi seperti digunakan menghubungkan dua bagian kalinat yang menyatakan perbuatan, yaitu dimakanannya nasi itu dengan lahap sedangkan peristiwa pertama, yaitu layaknya orang tiga hari belum makan. Dalam contoh kalimat (46) konjungsi bagai bermakna perbandingan membandingkan persamaan antara klausa pertama, yaitu gaduhnya dan ramainya mereka bukan

  

kepalang dengan kalusa kedua, yaitu anak ayam kehilangan induk, pada klausa

pertama dan kedua terjadi peristiwa yang mirip.

  Pengandaian

7) Konjungsi Subordinatif

  Konjungsi subordinatif pengandaian merupakan konjungsi yang menghubungkan dua bagian kalimat untuk menyatakan suatu peristiwa, hal, bahkan tindakan yang dinyatakan kalimat klausa utama (induk kalimat) akan terjadi apabila peristiwa, hal, atau tindakan pada klausa bawahan (anak kalimat) terjadi (Chaer, 2011:114). Konjungsi subordinatif pengandaian ini berfungsi sebagai pernyataan yang berisi suatu keinginan atau angan-angan. Anggota konjungsi ini adalah andaikata,

  

seandainya, dan andaikan. Adapun contoh pengguanaan kalimat berkonjungsi

  subordinatif pengandaian, sebagai berikut: (47) Saya akan membelikan kamu sebuah mobil baru andaikata saya mendapat lotere 100 juta (48) Saya akan berjuang menurunkan harga sembako seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif

  Pada contoh kalimat (47) penggunaan konjungsi andaikata memiliki makna pengandaian. Contoh kalimat (48) menggunakana konjungsi seandainya yang juga memiliki makna pengandaian. Pada kalimat (47) dan (48) menggunakan konjungsi subordinatif pengandaian yang mana konjungsi tersebut adalah kata yang bersifat mengandai-andai.

c. Konjungsi Korelatif

  Menurut Chaer (2011: 124-126) konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama. Konjungsi yang bersifat korelatif maksudnya konjungsi-konjungsi tersebut harus hadir berpasangan atau berkolerasi dengan kata yang menjadi pasangannya. Dua bagian dalam konjungsi itu tidak dapat dipisahkan agar membentuk satu kesatuan makna yang utuh, misalnya konjungsi baik selalu disandingkan dengan maupun.

  Bentuk-bentuk korelatif yang berpasangan tersebut cenderung bersifat standar, baku, dan idiomatis. Maka, bentuk pasangan korelatif sama sekali tidak dapat diubah atau dimodifikasi. Chaer (124-126) menjelaskan bahwa anggota konjungsi korelatif ini terdiri atas

  antara … dan; baik … maupun; entah … entah; jangankan … pun; tidak

hanya … tetapi juga; bukan hanya … melainkan juga; demikian …sehingga, dan

sedemikian rupa … sehingga. Berikut contoh penggunaan konjungsi korelatif.

  (49) Tidak hanya pedagang tetapi juga pejabat memang ada kerjasama dalam mengeruk keuntungan pribadi (50) Baik pejabat eksekutif maupun pejabat legislative dan judikatif banyak yang terlibat dalam tidak pidana korupsi

  Kalimat (49) dan (50) merupakan kalimat yang menggunakan konjungsi korelatif yang lebih dari satu kata dalam kalimat. Pada kalimat (49) bagian kalimat yang dihubungkan adalah pedagang dan pejabat, konjungsi peghubungnya adalah kata

  

tidak hanya dan kata tetapi juga yang digunakan secara bersamaan. Begitu juga pada

  contoh kalimat (50) konjungsi korelatif baik dan maupun menghubungkan frasa

  

pejabat eksekutif dengan pejabat legistaltive dan judikatif yang digunakan dalam satu

kalimat secara bersamaaan.

2. Konjungsi Antarkalimat

  Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat, bukan klausa dengan klausa (Chaer, 2011: 126). Chaer menegaskan bahwa konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada dalam satu paragraf. Oleh karena itu, konjungsi semacam itu selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Dilihat dari makna penghubungnya, konjungsi antarkalimat ini dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok kecil yaitu konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan, dan konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan.

a. Konjungsi Antarkalimat Kesimpulan

  Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan ini menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau kejadian, dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya (Chaer, 2011:126). Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu, kalau begitu, oleh karena itulah, begitu, dengan

  

demikian , dan itulah sebabnya. Berikut ini adalah contoh konjungsi antarkalimat yang

menyatakan kesimpulan.

  (51) Dua bulan lalu Anda meminjami uang saya RP 10.000;-; tiga minggu lalu Anda meminjami lagi Rp 20.000,-; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp 15.000,-. Jadi, utang anda semua berjumlah Rp 45.000,-

  (52) Ahmad, teman kami sekalas, memang sangat nakal. Selain sering bolos, dia juga membuat kegaduhan di kelas, sering mengejek dengan kata-kata kasar. Oleh karena itu, dia sering dimarahi guru. Pada contoh kalimat (51) konjungsi jadi menyatakan bahwa kalimat di belakangnya merupakan kesimpulan dari kalimat pertama. Pada contoh (52) konjungsi oleh karena