BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aris Wahyu Hidayat BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa

  serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 % dari seluruh kematian, terjadi baik di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit (Pusbankes 118, 2013). Diperkirakan sekitar 350.000 orang meninggal per tahunnya akibat henti jantung di Amerika dan Kanada (AHA, 2010). Di Indonesia data pasti atau pendokumentasian kejadian henti jantung di kehidupan sehari-hari atau di luar rumah sakit belum jelas.

  Selain serangan jantung, kecelakaan lalulintas merupakan kondisi kegawatdaruratan yang sering dijumpai. Dalam dua tahun terakhir ini, kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh World Health Organization

  

(WHO) dinilai menjadi pembunuh terbesar ketiga, dibawah penyakit

  jantung koroner dan tuberkulosis (TBC) (BIN, 2012). Khususnya di Kabupaten Banyumas, angka kecelakaan yang terjadi cukup tinggi, dari tahun 2013 ada 286 korban meninggal dunia akibat kecelakaan, sementara pada tahun ini saja sudah 142 korban meninggal. Kondisi kegawat daruratan seperti kecelakaan lalulintas yang terjadi rata-rata didominasi pelajar (Radar Banyumas, 2014).

  Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dapat menimpa siapa saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut, walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka pada kondisi tersebut, peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2011). Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (Guyton & Hall, 2008).

  Tindakan bantuan hidup dasar secara garis besar dikondisikan untuk keadaan di luar Rumah Sakit sebelum mendapatkan perawatan lebih lanjut, sehingga tindakan bantuan hidup dasar dapat dilakukan oleh orang awam di luar Rumah Sakit tanpa menggunakan peralatan medis (AHA, 2010). Pada menit-menit awal korban mengalami henti jantung, dalam darah korban masih terkandung residu oksigen dalam bentuk ikatan oksihemoglobin yang dapat diedarkan dengan bantuan sirkulasi buatan melalui kompresi dada atau resusitasi jantung paru (RJP).

  Resusitasi jantung paru terdiri dari dua tahap, yaitu: survei primer (primary survey) yang dapat dilakukan oleh semua orang dan survei sekunder (secondary survey) yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer (Frame, 2003). Pada penelitian ini yang akan dibahas adalah survei primer, dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah remaja yang bukan anggota dari tim medik.

  Remaja sebagai salah satu bagian dari masyarakat, berdasarkan sensus penduduk dari badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2010, jumlah remaja usia 10-24 tahun sekitar 64 juta atau 27.6% dari jumlah sebanyak 237.6 juta penduduk Indonesia (Puslitbang-BKKBN, 2011). Remaja yang berada dalam perkembangan pada ukuran tubuh, kekuatan, psikologis, kemampuan reproduksi, mudah termotivasi dan cepat belajar, diharapkan dapat menjadi first responder yaitu orang awam yang pertama kali memberikan pertolongan ditempat kejadian (Wong, D. L., 2009). Karakteristik tersebut dapat ditemukan pada remaja di sekolah tingkat menengah atas. Namun tanpa disadari banyak siswa remaja yang masih awam tentang bantuan hidup dasar. Hal ini terjadi karena minimnya informasi dan upaya publikasi tentang bantuan hidup dasar di masyarakat.

  Salah satu upaya pemberian informasi adalah melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun ketrampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal (Suliha dkk, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Gobel (2014) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat nelayan tentang penanganan pertama korban kecelakaan air laut. Bantuan hidup dasar dapat diajarkan kepada siapa saja, bahkan anak-anak dapat diajarkan sesuai kapasitasnya (Frame, 2003). Peningkatan jumlah orang yang memiliki pengetahuan BHD di sekolah akan memberikan akses yang besar untuk masuk dalam masyarakat (WHO, 2010).

  SMK Politeknik YP3I merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang ada di Kabupaten Banyumas. Sekolah ini berada lumayan jauh dari jangkauan Rumah Sakit, belum lagi letaknya yang dekat dengan jalan raya yang merupakan jalur rawan kecelakaan. Tidak menutup kemungkinan dalam kehidupan sehari-hari akan menemukan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Sehubungan dengan hal tersebut, remaja di SMK Politeknik YP3I Banyumas perlu mendapat pendidikan kesehatan dan membekali dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang bantuan hidup dasar. Keterlibatan dalam hal ini sangat penting karena merekalah yang berada di dekat lokasi kejadian.

  Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 13 Desember 2014 di SMK Politeknik YP3I Banyumas didapatkan informasi bahwa jumlah siswa di SMK Politeknik YP3I Banyumas ada 484 siswa. Selain kegiatan belajar mengajar, kegiatan pramuka merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh siswa dari kelas X yang berjumlah 196 siswa. Pramuka merupakan bagian dari masyarakat awam khusus atau kelompok orang yang berhubungan dengan pelayanan publik dan harus tanggap dalam situasi apapun termasuk kondisi kegawatdaruratan. Dari hasil wawancara kepada beberapa anggota pramuka didapatkan informasi bahwa belum pernah diajarkan tentang bantuan hidup dasar. Dari studi tersebut juga didapatkan hasil sementara dari sikapnya bahwa mereka cenderung kurang tanggap terhadap tindakan bantuan hidup dasar.

  Maka berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja tentang bantuan hidup dasar (BHD).

B. Rumusan Masalah

  SMK Politeknik YP3I Banyumas merupakan sekolah yang berlokasi lumayan jauh dari jangkauan Rumah Sakit, selain itu letaknya yang dekat dengan jalan raya yang merupakan jalur rawan kecelakaan. Tidak menutup kemungkinan dalam kehidupan sehari-hari para siswa akan menemukan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Bantuan hidup dasar merupakan sesuatu yang masih awam di masyarakat terutama siswa remaja. Hal ini bisa terjadi diakibatkan karena minimnya informasi dan upaya publikasi tentang bantuan hidup dasar di masyarakat. Dari pengamatan peneliti sampai saat ini di kabupaten Banyumas masih jarang ada penyuluhan tentang bantuan hidup dasar, jika ada penyuluhan tersebut tidak diketahui pasti penerima informasi sudah mengalami peningkatan pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.

  Maka dari uraian diatas, yang menjadi perumusan masalah adalah “apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan sikap dan keterampilan remaja tentang bantuan hidup dasar?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan sikap dan keterampilan remaja tentang bantuan hidup dasar (BHD)? 2.

   Tujuan Khusus a.

  Untuk mengetahui karakteristik responden.

  b.

  Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan responden tentang bantuan hidup dasar (BHD) sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

  c.

  Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan keterampilan responden tentang bantuan hidup dasar (BHD) sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

  d.

  Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja tentang bantuan hidup dasar (BHD).

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, informasi dan penjelasan kepada institusi pendidikan khususnya SMK Politeknik YP3I Banyumas tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan sikap dan keterampilan remaja tentang bantuan hidup dasar (BHD).

  2. Bagi Fakultas Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk pengembangan penelitian yang lebih mendalam dengan pendekatan yang berbeda mengenai bantuan hidup dasar (BHD).

  3. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa tentang bantuan hidup dasar (BHD) yang tidak mereka dapatkan dalam kurikulum pendidikan formal di sekolah.

  4. Bagi Peneliti Sebagai penerapan proses berfikir dalam menganalisa suatu masalah, juga sebagai media latihan dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dibidang penelitian dan pendidikan kesehatan.

E. Penelitian Terkait 1.

  Dahlan (2014) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan bantuan hidup dasar (BHD) tehadap tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di puskesmas wori kecamatan wori kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini menggunakan Desain penelitian one group

  pretest-posttest desi gn untuk membandingkan pengetahuan tentang

  BHD sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, Sampel berjumlah 50 orang, teknik pengambilan data melalui kuesioner. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank test pada responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai p-value = 0,000 (á < 0,05).

  Kesimpulan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Perbedaan penelitian Dahlan (2014) dengan penelitian ini adalah pada variabel sikap dan keterampilan, populasi dan sampel serta waktu dan tempat penelitian.

  2. Gobel (2014) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penanganan pertama korban kecelakaan air laut terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat nelayan di desa Bolang itang II kabupaten Bolaang Mongondow utara. Jenis penelitian adalah pra eksperimental dengan desain one group pretest-posttest. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan besar sampel 47. Teknik analisa data menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 95% (α): 0,05. Hasil uji statistik sebelum dan sesudah menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat nelayan tentang penanganan pertama korban tenggelam, dengan nilai p = 0,000 lebih kecil dari < 0,05.

  Perbedaan penelitian Gobel (2014) dengan penelitian ini adalah, pada variabel terikat sikap dan keterampilan, populasi dan sampel serta waktu dan tempat penelitian.

  3. Nurchayati dkk (2006) melakukan penelitian tentang upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memberikan bantuan hidup dasar pada kejadian gawat darurat kelautan di kelurahan cilacap kecamatan cilacap kabupaten cilacap tahun 2006.

  Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimen dengan desain one

  group pretest-posttest. Berdasarkan hasil penerapan ipteks dapat

  disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tentang pemberian bantuan hidup dasar pada keadaan gawat darurat pada masyarakat nelayan di Kelurahan Cilacap Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap.

  Perbedaan penelitan Nurchayati dkk (2006) dengan peneliti adalah pada populasi/sampel waktu dan tempat penelitian.