RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG PUCIPTA KARYA 2016 - 2021

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

1

BAB 4
ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1

Analisis Sosial.

4.1.1

Pengarustamaan Gender di Kabupaten Kutai Barat.
Aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya

terhadap gender. Saat ini telah ada kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

(PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang
Cipta Karya.
Pengarusutamaan gender di Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat dari persentase partisipasi
perempuan dalam lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan partisipasi angkatan kerja perempuan. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Kutai Barat
No
1

Uraian

Partisipasi
perempuan
di
lembaga pemerintah
2
Partisipasi

perempuan
di
lembaga swasta
3
Persentase jumlah tenaga kerja
di bawah umur
4
Partisipasi
angkatan
kerja
perempuan
5
Penyelesaian
pengaduan
perlindungan perempuan dan
anak dari tindakan kekerasan
Sumber :

Satuan
%


2012

2013

2014

2015

2016

24,70

32,25

45,83

45,83

45,83


%
%
%
%

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

4.1.2
A.

2

Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
di Kabupaten Kutai Barat.
Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya.

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi

berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima
dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan
pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
1.

Konsultasi masyarakat.

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama
kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di
wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan
serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat
perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan
pembebasan lahan.
2.

Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan.

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi

jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah
atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama
pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan,
atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan
pengadaan tanah ini.
3.

Permukiman kembali penduduk (resettlement).

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan
penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal
ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan
dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan,
prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai
persyaratan.

B.


Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya.
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat.

Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat
Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

3

terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih
singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses
pelayanan tersebut.

4.2

Analisis Ekonomi Kabupaten Kutai Barat.


4.2.1

Kemiskinan di Kabupaten Kutai Barat.
Tujuan akhir dari pembangunan adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara

berkelanjutan dari berbagai aspek. Namun, seringkali pembangunan daerah termasuk di Kutai Barat
mengalami berbagai tantangan dalam mewujudkan hal tersebut. Permasalahan yang seringkali muncul
dalam pembangunan di berbagai daerah adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan permasalahan
yang selalu muncul di setiap daerah termasuk negara dan setiap daerah akan selalu berusahan untuk
mengatasi masalah tersebut. Kutai Barat pun menghadapi permasalahan yang sama dalam hal kemiskinan.
Berdasarkan data yang diberikan BPS Kutai Barat, angka kemiskinan Kabupaten Kutai Barat tahun
2014 berada pada 7,7 %. Target angka kemiskinan pada level 7,69 % belum berhasil diturunkan. Angka
kemiskinan pada periode 2010 sampai dengan 2014 cenderung menurun kecuali tahun 2012. Pada tahun
2010 angka kemiskinan sebesar 9.90 %, mengalami penurunan sebesar 8,25 % di tahun 2011, naik menjadi
8,28 % di tahun 2012 dan turun sebesar 7,70 % (angka revisi) di tahun 2013. Dan pada tahun 2014 kembali
menurun sebesar 7,53 % (angka sementara). Sama halnya dengan jumlah penduduk miskin juga menurun
dari 12,11 ribu pada tahun 2014 menjadi 10,96 ribu.

Tabel 4.2
Perkembangan Angka Kemiskinan di Kutai Barat Tahun 2010 - 2014


Tahun
Uraian
2010

2011

2012

2013

Angka Kemiskinan (%)

9,90

8,25

8,28

7,70 )


Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribu)

16,50

14,30

13,50

12,11 )

2014

r

7,53 *)

r

10,96 *)


Keterangan : r) Angka Revisi; *) Angka Sementara
Sumber Data : BPS Kutai Barat

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita di bawah Garis
Kemiskinan. Selama periode 2010 s/d 2014 Garis Kemiskinan naik 33,00 % yaitu dari Rp. 273.851,- per
kapita per bulan pada tahun 2010 menjadi Rp.364.224,- per kapita per bulan pada 2014.

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

4

Tabel 4.3
Garis Kemiskinan Kabupaten Kutai Barat Tahun 2010 - 2014
Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

Garis Kemiskinan (Rupiah)

273.851

312.192

337.366

346.971

364,224

Sumber Data : BPS Kutai Barat

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

Tabel 4.4
Perbandingan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Antar Daerah
2005
Persentase
Penduduk
Miskin
14.74

Garis
Kemiskinan
(Rp/Kapita/
Bulan)
152,634

Jumlah
Penduduk
Miskin
(000)
19.7

20.1

13.25

188,634

73

14.72

Kutai Timur

26.6

Berau

2008
Persentase
Penduduk
Miskin
10.97

Garis
Kemiskinan
(Rp/Kapita/
Bulan)
182,782

Jumlah
Penduduk
Miskin
(000)
18.37

16.65

10.6

239,906

177,088

48.16

9.29

15.08

196,261

24.76

11.3

7.44

202,660

Malinau

10.8

22.54

Bulungan

20.3

Nunukan
Penajam Paser

2009
Persentase
Penduduk
Miskin
10.11

Garis
Kemiskinan
(Rp/Kapita/
Bulan)
223,208

Jumlah
Penduduk
Miskin
(000)
20.1

14.3

8.97

245,687

247,848

42.48

8.03

13.2

257,155

22.89

9.63

5.81

259,227

258,499

10.74

18.24

20.52

161,240

19.29

21.3

19.13

168,489

18.1

14.96

Balikpapan

17.3

Samarinda

2014
Persentase
Penduduk
Miskin
7.94

Garis
Kemiskinan
(Rp/Kapita/
Bulan)
329,478

13.2

7.7

364,224

248,209

52.1

7.52

362,637

11.88

273,021

27.2

9.06

397,482

10.13

5.9

279,428

9.7

4.83

396,593

285,195

10.35

16.55

289,548

17.14

199,736

16.5

15.96

229,979

19.68

14.96

198,096

18.85

13.47

211,809

171,657

16.13

12.99

225,972

14.3

11.38

234,325

11.7

7.7

333,861

3.96

154,450

17.57

3.49

251,490

18.44

3.58

281,245

14.9

2.48

425,146

33.6

5.78

179,646

27.65

4.67

249,006

28.97

4.84

306,730

36.6

4.63

460,975

Tarakan

13.2

8.33

187,023

19.95

10.99

296,000

18.41

9.65

300,459

Bontang

7.6

6.23

167,486

9.54

7.26

240,748

9.03

6.66

285,402

8.2

5.16

422,951

Kabupaten/Kota

Pasir
Kutai Barat
Kutai

Jumlah
Penduduk
Miskin
(000)
25.9

Kartanegara

Utara

Sumber: Indikator Penting Kalimantan Timur 201

Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

5

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

6

Sepanjang 2009 hingga 2014, Kutai Barat berhasil menurunkan angka kemiskinan sebesar 1.100 orang atau
1,27%. Penurunan tingkat kemiskinan diikuti dengan kenaikan standar garis kemiskinan dari Rp245.687 per
kapita per bulan pada tahun 2009 menjadi Rp 364.224 per kapita per bulan pada tahun 2014. Keberhasilan
penurunan tingkat kemiskinan ini tidak lepas dari upaya pemerintah daerah dalam menggerakkan aktivitas
perekonomian masyarakat di beberapa sektor ekonomi. Keberhasilan penurunan tingkat kemiskinan ini
tidak lepas dari upaya pemerintah daerah dalam menggerakkan aktivitas perekonomian masyarakat di
beberapa sektor seperti yang disebutkan di atas. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran misalnya,
menunjukkan dinamika yang cukup baik seiring dengan perkembangan perdagangan besar dan eceran.
Pengurangan tingkat kemiskinan akan terus diupayakan melalui kegiatan ekonomi masyarakat seperti UBK,
ADK, dan sebagainya uyang diharapkan mampu merangsang masyarakat untuk melakukan aktivitas dan
mengembangkan kegiatan ekonomi. Kemiskinan pada dasarnya disebabkan oleh pengangguran, sehingga
dampak pengangguran dan kemiskinan dapat menimbulkan tindak kejahatan, sehingga kejahatan
berkorelasi positif dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran.

4.2.2
1.

Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi Lokal
Masyarakat Kabupaten Kutai Barat.
Perumahan.
Penyediaan perumahan terbesar masih ditunjang oleh perumahan kampung. 61,08% merupakan

rumah permanen (Tipe A), 38% berupa rumah semi permanen (Tipe B) dan selebihnya atau 0,2%
merupakan rumah temporer (Tipe C). Penyediaan perumahan lainnya berupa komplek perumahan yang
telah ada di Kecamatan Sekolaq Darat dan Kecamatan Barong Tongkok. Permasalahan muncul ketika
penyediaan perumahan tidak menjawab kebutuhan masyarakat akan lokasi, kemudahan akses,
kelengkapan fasilitas umum hingga kelengkapan infrastruktur. Akibatnya banyak unit rumah dalam
komplek perumahan tidak terhuni, untuk selanjutnya rumah digunakan sebagai komoditas investasi saja.

2.

Jalan Lingkungan.
Untuk jalan lingkungan di kawasan permukiman yang ada di Kabupaten Kutai Barat hampir sebagian

besar berupa jalan semen, aspal dan kayu ulin. Untuk jalan-jalan lingkungan sudah banyak dilakukan
perbaikan dan pengembangan melalui kegiatan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Barat pada
Bidang Cipta Karya sebagai upaya mengatasi masalah lingkungan dan kemiskinan di Kabupaten Kutai
Barat. Untuk kegiatan pengembangan jaringan jalan adalah pembuatan jalan baru, semenisasi gang
lingkungan dan pembuatan serta perbaikan jalan kayu ulin khususnya di kawasan permukiman pesisir
Sungai Mahakam.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

3.

7

Saluran Air Hujan/ Drainase.
Sistem drainase di kawasan permukiman yang ada di Kabupaten Kutai Barat saat ini masih banyak

yang belum optimal bahkan cenderung berubah fungsi. Drainase jalan yang harusnya hanya
berfungsi atau di desain untuk menampung dan mengalirkan limpasan air hujan yang jatuh ke badan
jalan tetapi juga berfungsi untuk menampung air buangan selain dari air hujan. Akibatnya kapasitas
saluran tersebut tidak cukup sehingga meluap. Dari segi fisik prasarana yang ada sebagian besar saluran
drainase kota berupa saluran dari pasangan batu dan batako, namun kondisi saat ini tidak sedikit dari
saluran tersebut yang mengalami kerusakan. Sedimentasi di saluran drainase cukup besar baik itu berasal
dari material tanah/pasir dan sampah baik organik maupun non organic dan juga tumbuhnya
rerumputan dan semak belukar. Dari hasil pengamatan di lapangan beberapa faktor yang menghambat
kurang lancarnya aliran air di sistem drainase Kabupaten Kutai Barat disebabkan oleh :
Kapasitas saluran dan gorong-gorong kurang memadai / kurang besar.
Pendangkalan saluran akibat sedimen dan juga hambatan aliran oleh sampah dan
tumbuhnya rerumputan dan semak belukar.

4.

Prasarana Air Minum.
Penyediaan air bersih di Kabupaten Kutai Barat dibedakan atas sistem perpipaan dan non

perpipaan. Sebagaian besar penduduk Kabupaten Kutai Barat mengandalkan sumur (non-perpipaan)
sebagai sumber penyediaan air bersih

rumah tangga sehari-hari, Penyediaan air bersih dengan sistem

perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Kutai Barat. Pada umumnya penduduk diwilayah kota
Kabupaten Kutai Barat dan ibu kota kecamatan menggunakan air bersih berdasarkan penyebaran angket
pada Responden non pelanggan yang memiliki sumber air sendiri seperti sumur berjumlah 57,5 %,
memanfaatkan sungai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan air minum berjumlah 34,5 %, mata air 6 %,
4 % memanfaatkan jasa penjual air. Kuantitas air yang disuplai belum mencukupi kebutuhan yang ada.
Jumlah Sumber Air Baku ada 11 unit terdiri dari 10 unit menggunakan sungai permukaan dan 1 unit mata
air. Jumlah penduduk yang terlayani tersebut dilayani oleh sistem air bersih perpipaan dengan
sambungan per 31 Desember 2015 9.565 unit dengan cakupan pelayanan 34 % dari jumlah penduduk
167.574 jiwa. Jumlah Sabungan Langsung 9.565 unit tersebar dari Ibu Kota Sendawar dan Ibu Kota
Kecamatan di lingkungan Kabupaten Kutai Barat.

5.

Prasarana Air Limbah.

Untuk pengelolaan air limbah di Kabupaten Kutai Barat belum dilakukan dengan baik karena belum banyak
yang daerah – daerah kumuh yang dibangun prasarana dan sarana penanganan air limbah dan kebanyakan
masyarakat Kutai Barat banyak menggunakan Prasarana Pribadi di rumah – rumah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

8

Pengelolaan air limbah dapat dijabarkan kedalam jenis fasilitas pembuangan tinja serta prasarana
penampungan akhir kotoran (tinja). Di Kabupaten Kutai Barat, sebagian besar rumah tangga telah memiliki
fasilitas MCK individu (kloset leher angsa), walaupun masih ada yang belum terlayani fasilitas kloset
sehingga pembuangan dilakukan melalui fasilitas milik bangunan non-perumahan (masjid, langgar, dll)
maupun melalui drainase alami yang ada di sekitarnya (misal: sungai).
Pada umumnya masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir mahakam untuk keperluan BAB-nya masih
ada yang dilakukan dibibir-bibir sungai mahakam. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
akan kebersihan lingkungan dan kurangnya memperhatikan kesehatan. Kondisi ini juga dipengaruhi
kurangnya dukungan PSD di kawasan permukiman khususnya di kawasan padat kumuh dan kawasan
kumuh pesisir sungai mahakam.

6.

Prasarana Persampahan.
Pelaksanaan pengumpulan sampah dari wadah sampah ke TPS dilaksanakan oleh penghasil

sampah. Masyarakat penghasil sampah memindahkan sampah yang dihasilkannya ke suatu tempat yang
berfungsi sebagai TPS, dapat berupa peralatan terbuka, atau bak sampah. Untuk pola penanganan lainnya
terkait persampahan di kawasan permukiman, pelaksanaan pengumpulan sampah dari wadah sampah
dilaksanakan oleh petugas kebersihan (Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan) dan
secara langsung dipindahkan ke dalam truk pengangkut sampah. Pola individu langsung ini dilaksanakan
pada area-area permukiman teratur dan permukiman dipinggir jalan utama yang dilalui oleh truk
pengangkut sampah.
Untuk menunjang kegiatan penanganan persampahan di kawasan permukiman khususnya Kawasan
Perkotaan Sendawar yaitu Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak dan Kecamatan Sekolaq Darat, ,
pada saat ini untuk terdapat sarana dan prasarana pendukung yakni Tempat Pembuangan Akhir di Dusun
Belau seluas 25 Ha dengan sistem sanitary landfill. Pelaksanaan daur ulang dan pengomposan oleh
pihak kelompok masyarakat atau perorangan dalam rangka peningkatan pendapatan belum dilaksanakan
di Kabupaten Kutai Barat.

4.3

Analisis Lingkungan Kabupaten Kutai Barat.

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh
pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

9

Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup
dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan
dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim”
4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif
penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan.
5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL,
atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1.

Pemerintah Pusat
a.

Menetapkan kebijakan nasional.

b.

Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e.

Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim
dan perlindungan lapisan ozon.

g.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i.

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

j.
2.

10

Menetapkan standar pelayanan minimal.

Pemerintah Provinsi
a.

Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b.

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang
program dan kegiatan.

g.
3.

4.3.1

Melaksanakan standar pelayanan minimal.

Pemerintah Kabupaten/Kota
a.

Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b.

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e.

Melaksanakan standar pelayanan minimal.

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian

Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi
dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
1.

RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya
berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip
kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring
kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan
hidup.

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan
dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

11

dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Bagian ini
berisikan quick assement KLHS RPIJM.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per
sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan,
dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan
sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah
penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah
rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 4.1.

Tabel 4.5
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
No

(1)
1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.

Kriteria Penapisan

(2)

Penilaian
Uraian Pertimbangan
(3)

Kesimpulan
(Signifikan/Tidak)
(4)

Perubahan Iklim
Kerusakan, Kemerosotan dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan dan/atau
kebakaran hutan dan lahan.
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber
daya alam
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak
teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas
maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

12

ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam
dokumen RPIJM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan
di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan
melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a)

Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan
pemangku kepentingan adalah:
1)

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;

2)

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3)

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program
memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

4)

Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan
informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui
proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 4.6
Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
(1)
Pembuat Keputusan
Penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program
Instansi
Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian
(perorang/tokoh/kelompok)

Masyarakat terkena dampak

Contoh Lembaga
(2)
a.Bupati/Walikota
b.DPRD
Dinas PU-Cipta Karya
a.Dinas PU-Cipta Karya
b.BPLHD
a.perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
b.asosiasi profesi
c.Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan
lingkungan hidup
d.LSM/pemerhati Lingkungan Hidup
e.perorangan/tokoh
f.kelompok yang memiliki data dan informasi
berkaitan dengan SDA
a.lembaga adat
b.asosiasi pengusaha
c.tokoh masyarakat
d.Organisasi masyarakat
e.kelompok masyarakat tertentu (nelayan,pertanian

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

13

dll)

b)

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1)

penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

2)

pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

3)

membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 4.7
Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengembangan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan
Bidang Cipta Karya
(1)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1 : kecukupan air baku untuk air minum. contoh :
kekeringan, menurunya kualitas air
Isu 2 : Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang
tidak berfungsi maksimal. Contoh : pencemaran tanah
oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air
oleh air limbah permukiman
Isu 3 : Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas
lingkungan. Contoh : kawasan kumuh menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4 : kemiskinan berkolerasi dengan kerusakan
lingkungan. Contoh : pencemaran air mengurangi
kesejahteraan nelayan di pesisir
Sosial
Isu 5 : Pencemaran menyebabkan berkembangnya
wabah penyakit. Contoh : menyebarnya penyakit
diare

c)

Penjelasan Singkat
(2)
Kota… mempunyai sumber air baku dari sungai… yang
sudah tercemar

Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 4.8
Contoh Tabel Identifikasi KRP
No
(1)
1.

2.

Komponen Kebijakan/rencana/program
(2)
Pengembangan Permukiman
1).
2).
Dst.
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1).

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Kegiatan
(3)

Lokasi (Kecamatan)
Kelurahan(jika ada)
(4)

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

14

2).
Dst.
Pengembangan Air Minum
1).
2).
Dst.
Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman
1).
2).
Dst.

3.

4.

d)

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Tabel 4.9
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

No

(1)
1.

2.

2.

Komponen
Kebijakan,
Rencana
dan/atau
Program
(2)
Pengembangan
Permukiman
1).
2).
Dst.
Penataan
Bangunan &
Lingkungan
1).
2).
Dst.

Pengaruh Pada Isu-isu Strategis Berdasarkan Aspek-aspek Pembangunan
Berkelanjutan
Bobot Lingkungan Hidup Bobot Sosial
Bobot Ekonomi
Total Bobot
Permukiman
Isu 1
Isu 2
Isu 1 Isu 2
Isu 1
Isu 2
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk
mengembangkan berbagai alternative perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan
berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program
yang dikaji potensial memberikan dampak negative pada pembangunan berkelanjutan, maka
dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan,
rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternative untuk menyempurnakan dan atau
mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

a.

15

Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan
kaidah pembangunan berkelanjutan.

b.

Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

c.

Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana,
dan/atau program.

d.

Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 4.10
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No.
(1)
1.

2.

3.

4.

Komponen kebijakan, rencana dan/atau program
(2)
Pengembangan Permukiman
1).
2).
Dst.
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1).
2).
Dst.
Pengembangan Air Minum
1).
2).
Dst.
Pengembangan Penyehatan Lingkungan
1).
2).
Dst.

Alternatif Penyempurnaan KRP
(3)

Tabel 4.11
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No.
(1)
1.
2.
3.
4.

Komponen kebijakan, rencana dan/atau program
(2)
Pengembangan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pengembangan Air Minum
Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Pengitegritasian hasil KLHS
(3)

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

16

KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program. Sedangkan pada
tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan
SPPLH. Tabel 4.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan AMDAL.

4.3.2

Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH.

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Tabel 4.12
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi

Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS

a) Rujukan Peraturan Perundangan
b) Pengertian Umum
c) Kewajiban Pelaksanaan
d) Keterkaitan Studi Lingkungan Dengan
e) Mekanisme Pelaksanaan
f) Muatan Studi Lingkungan
g) Out put
h) Out come
i) Pendanaan
j) partisipasi Masyarakat
K) Atribut lainnya
a. Posisi
b. Pendekatan
c. Fokus Analisis
d. Dampak Komulatif
e. Titik Berat Telaah
f. Alternatif
g. Kedalaman
h. Deskripsi proses
i. Focus pengendalian dampak
j. Institusi penilai

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

17

Tabel 4.13
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No
A.

B.

C.

D.

E.

Jenis Kegiatan
Persampahan :
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan Sistem Control
landfill/sanitary landfill
- Luas Kawasan
- Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut
- Luas landfill, atau
- Kapasitas total
c. Pembangunan transfer station
- Kapasitas
d. Pembangunan Instalasi pengolahan sampah terpadu
- Kapasitas
e. Pengolahan dengan incinerator
- Kapasitas
f. Composting plant
- kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api
- Kapasitas
Pembangunan/Permukiman
a. Kota Metropolitan, Luas
b. Kota Besar, Luas
c. Kota Sedang dan Kecil, Luas
d. Keperluan Settlement Transmigrasi
Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas Penunjang.
- Luas, atau
- Kapasitas
b. Pembangunan IPAL limbah domestic, termasuk fasilitas
penunjang
- Luas, atau
- Kapasitasnya
c. Pembangunan system perpipaan air limbah
- Luas layanan, atau
- Debit air limbah
Pembangunan saluran drainase (Primer dan/atau skunder) di
permukiman
a. Kota Besar/Metropolitan, atau
d. Kota Sedang, panjang
Jaringan air bersih di kota besar/metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
Luas layanan
b. Pembangunan jaringan tranmisi
Panjang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Skala/Besaran

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

18

Tabel 4.14
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK
a. Persampahan

-

-

-

-

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk
instansi penunjang :
Luas Kawasan, atau < 10 Ha
Kapasitas Total < 10.000 ton
TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha
Kapasitas Total 5.000 ton
Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
Pembangunan Instalasi/pengolahan sampah
terpadu
Kapasitas < 500 ton
Pembangunan Incenerator
Kapasitas < 500 ton/hari
Pembangunan instansi pembuatan kompos
Kapasitas > 50 s.d < 100 ton/ha

b. air limbah domestik
c. drainase permukaan perkotaan
d. air minum
e. pembangunan gedung
f. pengembangan kawasan permukiman baru
g. peningkatan kualitas permukiman
h. penanganan kawasan kumuh perkotaan

Tabel 4.15
Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya
No
(1)
1.

2.

3.

4.

Komponen Kegiatan
(2)
Pengembangan Permukiman
1).
2).
Dst.
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1).
2).
Dst.
Pengembangan Air Minum
1).
2).
Dst.
Pengembangan Penyehatan Lingkungan
1).
2).
Dst.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Lokasi
(3)

Amdal
(4)

UKL/UPL
(5)

SPPLH
(6)

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

19

4.3.3 Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Kabupaten Kutai Barat.
Dalam mengidentifikasi analisis sosial, ekonomi dan lingkungan, dapat dimasukkan beberapa hal
yang berhubungan dengan isu pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Kutai Barat.

Tabel 4.16
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya di Kutai Barat
NO
(1)
5.1 Sosial
1.

PENGELOMPOKAN ISU-ISU PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA
(2)
Belum optimalnya upaya untuk mewujudkan
Kabupaten Kutai Barat sebagai Kabupaten layak anak

2.

Rendahnya peran serta perempuan dalam proses
pengambilan keputusan dalam pembangunan daerah
Kabupaten Kutai Barat

3.

Belum optmalnya upaya penyiapan dan peningkatan
sumber daya manusia dalam upaya penyelenggaraan
program
penununjang
pembangunan
keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera
Ketersediaan layanan keluarga belum mencukupi

4.
5.

Belum optimalnya upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan manajemen usaha khususnya bagi
keluarga pra sejahtera.

5.2 Ekonomi
1.
Belum tersedianya sub sistem agro-industri yang dititik
beratkan pada pengembangan industry yang
berkualitas dan berdaya saing

2.

Belum optimalnya produktivitas pertanian dalam arti
luas

3.

Ketersediaan pangan mandiri untuk pemenuhan
kebutuhan pangan local belum mencukupi.

5.3 Lingkungan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

PENJELASAN SINGKAT
(3)
Infrastruktur yang mendukung sebagai kota
layak anak masih belum optimal, misalnya
taman bermain anak.
Keseimbangan gender masih perlu
ditingkatkan terutama yang terkait dengan
keanggotaan dalam legislative dan posisi
kunci di bidang eksekutif.
SDM yang terkait dengan program keluarga
berencana dan keluarga sejahtera masih
kurang memadai terutama yang bertugas
di daerah-daerah pedalaman
Belum mencukupi dalam bidang sarana dan
prasarana keluarga berencana.
Masih perlu upaya-upaya yang serius dari
pemerintah daerah untuk mengentaskan
keluarga pra sejahtera menjadi keluarga
sejahtera, terutama dengan meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan.
Sub–sistem agroindustri masih bertumpu
pada sub sistem konvensional yang belum
mampu mengantisipasi perkembangan
kualitas dan daya saing yang tinggi di
pasaran.
Produktivitas pertanian masih banyak
mengalami
permasalahan
sehingga
produksinya belum optimal. Permasalahan
pertanian diantaranya terkait dengan
infrastruktur irigasi yang belum memadai
dan belum menjangkau seluruh lahanlahan pertanian serta masalah pengadaan
bibit, pupuk dan obat-obatan, pengolahan
lahan serta pemasaran hasil pertanian yang
belum optimal.
Produktivitas pertanian masih banyak
mengalami
permasalahan
sehingga
produksinya belum optimal dan belum bisa
mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat.
Permasalahan
pertanian
diantaranya
terkait dengan infrastruktur irigasi yang
belum memadai dan belum menjangkau
seluruh lahan-lahan pertanian serta
masalah pengadaan bibit, pupuk dan obatobatan, pengolahan lahan serta pemasaran
hasil pertanian yang belum optimal.

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
BIDANG PU/CIPTA KARYA 2016 - 2021

1.

Rendahnya pengelolaan persampahan dan limbah
domestik

2.

6.

Belum optimalnya tata kelola sanitasi lingkungan dan
air bersih yang baik
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum
terintegrasi dan belum mempunyai legalitas formal.
Belum maksimalnya perlindungan keanekaragaman
hayati
Belum adanya pengakuan terhadap masyarakat hukum
adat terkait kawasan konservasi.
Daya dukung dan daya tampung lingkungan rendah

7.

Belum ada basis data lingkungan

8.

Rendahnya kualitas air dan kualitas udara

3.
4.
5.

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur

Rendahnya pengelolaan persampahan
hampir di semua kota Kabupaten dan
kecamatan di Kabupaten Kutim.
Terutama di kota Kabupaten dan kota
kecamatan
Terutama di Kecamatan Sangata Utara
Terutama di hutan-hutan primer dan
kawasan pesisir.
Terutama masyarakat hukum adat yang
berada di Muara Wahau dan Kombeng
Daya dukung dan daya tampung
lingkungan yang rendah terutama berada
di sekitar area pertambangan batubara dan
Kota Sangatta Utara.
Basis data lingkungan yang tersedia belum
lengkap dan belum terintegrasi dengan
baik.
Terutama di Kota Sangata Utara dan area
hutan yang mengalami kebakaran hutan.

20