Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dengan cash ratio Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Barang-Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian
Seorang investor yang menanamkan uangnya dalam bentuk saham dalam
sebuah perusahaan perseroan maka akan sangat peduli dengan kinerja perusahaan
yang dimasuki tersebut di bursa saham. Dalam pertimbangan untuk berinvestasi
dengan membeli saham maka investor akan sangat memperhatikan hak sebagai
stockholder dan jenis return yang diharapkan dari saham tersebut. Hal ini akan
mendorong investor untuk mempelajari factor apa yang menjadi acuan
pengambilan keputusan pihak manajemen dari investee untuk membayar return
tersebut. Bentuk return yang melekat pada kepemilikan saham adalah dividen dan
laba yang diperoleh dari penjualan saham (Capital gain).
Pembagian
dividen
merupakan
salah
satu
bentuk
peningkatan
kesejahteraaan pemegang saham. Oleh karena itu pembagian dividen akan mampu
memotivasi investor ataupun calon investor untuk menginvestasikan dana yang
lebih besar lagi di perusahaan yang terbukti untuk membayar dividen.
Salah satu fungsi dari manajemen keuangan adalah mengambil kebijakan
deviden (Devidend policy). Dimana kebijakan deviden ini mencakup keputusan
mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham atau akan ditahan untuk dalam bentuk laba ditahan
guna
pembiayaan investasi dimasa yang datang (Sartono : 2010).
Menurut Atmaja (2008) Persentase dividen yang dibagi dari bagian laba
bersih setelah pajak disebut Dividend Payout Ratio (DPR).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Dividen
dapat diartikan sebagai pembayaran kepada pihak pemegang
saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperoleh perusahaan selama
satu periode yang tercermin dari ratio pembayaran Dividen ( dividen Payout
Ratio).
Masalah dalam kebijakan dividen mempunyai dampak terhadap investor
maupun perusahaan yang saling bersebarangan . Para investor mempunyai tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mendapatkan return baik dalam
bentuk dividen yield maupun capital gain. Sementara perusahaan membutuhkan
sumber dana untuk meningkatkan dan mengharapkan adanya pertumbuhan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan
laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba dengan tidak membagi sebagai dividen
yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar
tetapi mengurangi kesejahteraan investor . Hal ini sesuai dengan pendapat
Brigham dan Gapenski (1996) yang menyatakan bahwa setiap perubahan dalam
kebijaksanaan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan.
Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan.
Sebaliknya bila laba akan ditahan semua maka kepentingan pemegang saham
akan uang kas dalam bentuk dividen kas akan terabaikan. Untuk menjaga kedua
kepentingan ini , manajer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang
optimal. Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai rasio pembayaran
dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan menginvestasikan
Universitas Sumatera Utara
3
dana serta berbagai referensi yang dimiliki para investor mengenai dividen
daripada capital gain (Husnan, 1998).
Dalam teori agensi (agency theory) menjelaskan hubungan keagenan di
antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai
agent terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat adanya ketidak
samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik, disatu sisi manajemen memiliki kepentingan untuk
meningkatkan kesejahteraan
melalui pencapaian kontrak yang disepakati
sedangkan pemilik saham lebih menginginkan penngembalian atas saham dari
laba berupa deviden, kedua kepentingan ini akan mempengaruhi dalam
menentukan kebijakan deviden ,(Jensen dan Meckling , 1976).
Oleh karena itu suatu kontrak yang jelas dinyatakan bahwa aplikasi
agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi
hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan
yang mengatur mengenai mekanisme yang disetujui oleh prinsipal dan agen.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,
return (Dividen) maupun risiko-risiko kontrak dapat fairness yaitu mampu
menyeimbangkan
antara
prinsipal
dan
agen
yang
secara
matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.
Bagi para pemegang saham yang tidak menyukai resiko akan
mensyaratkan bahwa semakin tinggi resiko suatu emiten semakin tinggi tingkat
keuntungan yang diharapkan sebagai imbalan. Dividen yang ada saat ini
Universitas Sumatera Utara
4
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima
dimasa mendatang. Dengan demikian pemegang saham yang takut resiko akan
lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain
dikemukakan oleh Sartono (2010) bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh
kebutuhan dana perusahaan, posisi likuiditas, kemampuan meminjam, keadaan
pemegang saham, stabilitas dividen..
Sedangkan menurut Admaja (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
manajemen dalam menentukan kebijakan dividen adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perjanjian hutang ; pada umunya perjanjian hutang antara perusahaan dan
kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya dividen hanya dapat
diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi.
Pembatasan dari saham preferen artinya tidak akan ada pembayaran
dividen untuk saham biasa jika deviden saham preferen belum dibagi
Tersedianya Kas, dividen kas hanya dibayar jika tersedia uang tunai yang
cukup
Pengendalian
Kebutuhan dana untuk investasi.
Fluktuasi laba
Faktor yang mempengaruhi kebujakan dividen yaitu faktor yang berasal
dari dalam perusahaan, misalnya kinerja keuangan perusahaan yang terangkum
dalam ratio-ratio laporan keuangan perusahaan.
Fenomena yang terjadi pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia seperti nampak pada
Tabel 1.1 berikut yang
merupakan perhitungan return on asset, return on equity, growth, long term debt ,
debt equity ratio, debt to total asset, current ratio, laba, earning per share dan
dividen payout ratio dari perusahaan sampel dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 untuk perusahaan barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
5
Tabel 1.1
Rata-rata return on asset, return on equity, growth, long term debt , debt equity
ratio, debt to total asset, current ratio, laba, earning per shar konsumsi yang ter
daftar di Bursa Efek Indonesia dan dividen payout ratio selama tahun 2008 -2011
perusahaan sampel barang
Keterangan
Return on asset (%)
Return on equity (%)
Laba (%)
Current ratio (%)
Long term debt (%)
Debt to total assets (%)
Growth (%)
Debt equity ratio (%)
Earning per share
Dividen Payout ratio (%)
2008
18.62
77.64
10.00
358.46
5.91
34.10
9.25
78.49
1,941.88
56.23
2009
15.44
82.21
10.40
342.75
36.59
36.67
10.60
127.07
2,925.02
62.35
2010
21.35
34.70
12.80
412.78
15.63
30.91
8.68
699.68
3,377.91
60.76
2011
10.75
39.32
15.13
402.73
6.50
31.51
12.28
58.47
4,204.34
48.55
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Secara teori
return on asset
merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuaan perusahaan untuk menghasilkan laba melalui aktivitas aktiva
perusahaan, semakin besar rasio return on assets akan semakin besar dividen yang
akan diberikan kepada pemegang saham, namun dari table 1.1 nampak kenaikan
atau penurunan ROA tidak diikuti oleh kenaikan atau penurunan dividen payout
rasio.
Penelitian lain seperti
Jannati (2010) tingkat pengembalian investasi
berupa dividen kepada investor dapat diprediksi dari rasio Profitabilitas, leverage
(utang) dan growth. Untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan
dapat diukur melalui Return On Assets (ROA) menyatakan semakin tinggi ROA
akan mengakibatkan semakin tinggi profitabilitas dan makin besar pula deviden
yang akan dibagi kepada pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
6
Selain ROA, alat untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Ekuitas
(ROE) yang merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan. Secara
teori semakin tinggi ROE maka akan semakin tinggi profitabilitas yang berarti
semakin tinggi laba yang akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen. Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa kenaikan return on equity barangbarang komsumsi yang diteliti pada tahun 2008-2011 akan diikuti oleh kenaikan
deviden payout ratio. Hal ini sesuai dengan teori dan sesuai dengan penelitian
Suharli (2006), dan penelitan Oktorina dan Suharli (2007).
Growth merupakan pertumbuhan perusahaan dalam hal ini diukur dengan
kenaikan aktiva perusahaan. Jika pertumbuhan aktiva semakin besar semakin
tinggi semakin banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk
investasi, sehingga dana yang tersedia dari laba akan ditahan sebagai retained
earnings dan tidak dibayarkan sebagai dividen. Dari table 1.1 dari sampel barang
komsumsi yang diteliti dari tahun 2008-2011 diatas dapat dilhat bahwa kenaikan
dan penurunan pertumbuhan aktiva diikuti dengan kenaikan dan penurunan
dividen payout ratio. Fenomena ini bertentangan dengan teori dan sesuai
penelitian Sulistiyowati ,dkk (2010) yang menyatakan Growth tidak berpengaruh
terhadap kebijakan deviden.
Rasio leverage yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar
kewajibanya kepada kreditor. Jika Rasio hutang dibanding ekuitas tinggi maka
dana perusahaan akan
semakin besar menutupi hutang hal ini akan
mengakibatkan kurangnya dana yang akan dibagikan kepada investor (Darsono,
2009). Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa DER dari sampel perusahaan barang
Universitas Sumatera Utara
7
komsumsi yang terdaftar di dursa Efek Indonesia menunjukkan perubahan DER
tidak mempengaruhi dividen payout ratio. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sulistiyowati, dkk (2010) yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen, dan bertentangan dengan penelitian Sumaryati (2010)
yang menemukan bahwa DER berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Debt to total Asset (DTA) yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban dibandingkan dengan total aktiva. Semakin
tinggi.total hutang berarti semakin besar dana perusahaan untuk membayar hutang
dan mengakibatkan semakin kecil dana yang akan dibagi kepada pemegang
saham. Fenomena yang terjadi nampak dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi persentase DTA akan meningkatkan persentase DPR, sebalikya penurunan
debt to total asset akan menurunkan dividen payout ratio. Hal ini bertentangan
dengan teori , sesuai dengan penelitian Adelegan (2001) yang menyatakan bahwa
DTA berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden .dan didukung
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sumani (2012) yang menyatakan bahwa DTA
berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen tidak terbukti
Ukuran Ratio leverage dapat juga merupakan dinyatakan melalui Long
Term Debt yang merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang
dengan modal pemilik (Equity) yang merupakan kemampuan perusahaan
membayar hutang jangka panjang terhadap ekuitas. Semakin besar rasio Long
term debt semakin besar dana yang digunakan untuk membayar hutang ditambah
bunga berarti semakin kecil dana yang diberikan pada pemegang saham dengan
kata lain semakin tinggi rasio Long term debt maka semakin tinggi resiko yang
ditanggung pemilik sekaligus berhubungan dengan dividen (Horne :2009). Dari
Universitas Sumatera Utara
8
tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Long term debt tidak mempengaruhi kebijakan
dividen. Hal ini bertentangan dengan penelitian Adelegan (2001) yang
menemukan bahwa long term debt berhubungan positif terhadap deviden policy.
Earning per share (EPS) mencerminkan jumlah rupiah yang diperoleh dari
bagian laba untuk setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa
perusahaan
berhasil meningkatkan kemakmuran investor, sehingga semakin
tinggi EPS semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
Fenomena yang terjadi pada perusahaan barang komsumsi yang diteliti dari tahun
2008-2011 nampak pada tabel 1.1. dapat dilihat bahwa besarnya dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham tidak dipengaruhi oleh besarnya laba per
lembar saham. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Sumani
penelitian yang dilakukan.
(2010) mengatakan bahwa berdasarkan pengkajian yang dilakukan
terhadap pengaruh variabel bebas terhadap kebijakan dividen ( DPR) di
perusahaan non jasa keuangan ternyata variabel Earning per share, C urrent ratio,
Debt to to talal asset yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kebijakan
dividen (DPR). Artinya dalam mengambil kebijakan dividen dalam perusahaan
manufaktur harus mempertimbangkan earning for share, Current ratio, Debt to to
talal asset
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
yang segera jatuh tempo. Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui curren ratio
(Hanafi,2004). Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara harta lancar
dan hutang lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik memungkinkan
untuk melakukan pembayaran terhadap dividen, semakin tinggi tingkat likuiditas
semakin besar dividen yang dibayarkan. Dari tabel 1.1 dapat dilihat kenaikan
Universitas Sumatera Utara
9
ratio current akan diikuti oleh dividen payout ratio, dan penurunan current ratio
akan menurunkan payout ratio . Hal ini sesuai dengan penelitian Yuniningsih
(2002) yang menyatakan bahwa likuiditas suatu perusahaan mempunyai pengaruh
positif dengan dividen payout ratio , dan bertentangan dengan penelitian
susilowati (2005) sumani (2012). Yang menyatakan current ratio tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Laba atau sering disebut juga net profit margin merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan berapa besar
persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio
ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba yang tinggi. Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tidak setiap kenaikan laba
pada perusahaan barang-barang konsumsi yang diteliti tahun 2008-2011 akan
diikuti dengan kenaikan deviden payout ratio .. Hal ini tidak sejalan dengan teori
yang ada dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hadiwijaya dan Triani (2009)
yang menyatakan earning (laba) memiliki pengaruh namun tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen
Cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
(membayar) pengeluaran oprasional dan kewajiban lain yang akan jatuh tempo.
Current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan membayar deviden karena
kemungkinan tingginya aktiva lain dalam aktiva lancar misalnya persediaan dan
piutang yang tidak terkumpul pada waktunya sehingga menghambat pembayaran
yang segera jatuh tempo. Hal ini membuat terbatasnya membayarkan deviden
tunai sehingga dalam menentukan kebijakan deviden dipengaruhi oleh cash ratio.
Sehingga dalam penelitian ini cash ratio memoderasi hubungan factor-faktor
Universitas Sumatera Utara
10
yang mempengaruhi dividen tunai . Hal ini sejalan dengan penelitian Oktarina dan
Suherli (2007) yang menyatakan bahwa cash ratio memperkuat hubungan ROI ke
kebijakan dividen tunai namun tidak mempengaruhi secara langsung terhadap
kebijakan deviden dan tetapi bertentangan dengan penelitian Risaptoko (2007)
dalam penelitiannya terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 20032005 bahwa cash ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap dividen
payout ratio.
Berdasarkan uraian sebelumnya, terdapat fenomena empiris yaitu adanya
ketidaksesuaian antara teori dengan data empiris yang ditemukan dari masingmasing variabel baik independen maupun variabel dependen pada setiap
penelitian sebelumnya sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi fenomena tersebut. Hal ini mendorong penulis untuk
mengambil topik dalam penelitan ini dengan judul “ Analisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden dengan Cash ratio sebagi variabel moderating
pada perusahaan konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian diatas maka masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah return on asset, return on equity, growth, long term debt , debt
equity ratio, debt to total asset, current ratio, laba, earning per share
dan cash ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.
Apakah return on asset, return on equity, laba, long term debt, debt to
total asset, dan current ratio, berpengaruh baik secara partial maupun
Universitas Sumatera Utara
11
simultan terhadap kebijakan dividen
pada Perusahaan Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?.
3.
Apakah cash ratio
sebagai
variabel moderating mempengaruhi
hubungan return on asset, return on equity, laba, long term debt, debt to
total asset, dan
current ratio, terhadap kebijakan dividen pada
Perusahaan Barang konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia?.
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka adapun tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis
faktor
return on asset, return on
equity, growth, laba, long term debt, debt to total asset, dan current ratio
terhadap kebijakan dividen
2. Untuk menguji dan menganalisis
pengaruh return on asset, return on
equity, laba, long term debt, debt to total asset, dan current ratio baik
secara partial maupun simultan terhadap kebijakan dividen
pada
Perusahaan Barang konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menguji dan menganalisa Cash ratio sebagai variabel moderating
mempengaruhi hubungan return on asset, return on equity, laba, long
term debt, debt to total asset, dan
current ratio terhadap kebijakan
dividen pada Perusahaan Barang konsumsi yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan,
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
12
1. Untuk memberikan kontribusi keilmuan bagi peneliti dalam menambah
ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan menegenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan deviden.
2. Bagi investor, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi sebagai
bahan evaluasi dalam menilai kinerja emitennya.
3. Untuk peneliti selanjutnya adalah memberikan referensi penelitian
selanjutnya yang diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris
berhubungan dengan kebijakan deviden.
4. Bagi manajemen (emiten) penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan deviden.
1.5 Originalitas penelitian
Penelitian ini replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Sumani
(2012) yang menemukan bahwa secara simultan return on equity, current ratio,
debt to total asset dan EPS berpengaruh terhadap dividen kas tetapi secara parcial
hanya EPS yang berpengaruh terhadap dividen kas sedangkan ROE, CR,dan
DTA secara partial tidak berpengaruh terhadap Dividen kas.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :
1. Variabel independen dalam penelitian Sumani
adalah Retun On
Equity, Current ratio, Debt To total asset sedangkan independen
variabel dalam penelitian ini adalah return on asset, return on equity,
laba, long term debt, debt to total asset, dan
current ratio dengan
menambahkan variabel cash rasio sebagai variabel moderating, karena
Universitas Sumatera Utara
13
dividen dapat dibagikan jika mempunyai dana yang cukup untuk
membayar dividen.
2.
Penelitiaan terdahulu meneliti pada perusahaan non jasa keuangan pada
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan dalam penelitian ini
memfokuskan pada perusahaan barang komsumsi karena kebutuhan
untuk barang konsumsi dianggap lebih stabil dari barang industri lain.
3. Tahun amatan penelitian terdahulu adalah tahun 2007-2009 sedangkan
penelitian ini mengambil tahun sampel tahun 2008-2011 dimana pada
masa ini ekonomi lebih stabil bahkan mengarah kepada perbaikan
investasi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian
Seorang investor yang menanamkan uangnya dalam bentuk saham dalam
sebuah perusahaan perseroan maka akan sangat peduli dengan kinerja perusahaan
yang dimasuki tersebut di bursa saham. Dalam pertimbangan untuk berinvestasi
dengan membeli saham maka investor akan sangat memperhatikan hak sebagai
stockholder dan jenis return yang diharapkan dari saham tersebut. Hal ini akan
mendorong investor untuk mempelajari factor apa yang menjadi acuan
pengambilan keputusan pihak manajemen dari investee untuk membayar return
tersebut. Bentuk return yang melekat pada kepemilikan saham adalah dividen dan
laba yang diperoleh dari penjualan saham (Capital gain).
Pembagian
dividen
merupakan
salah
satu
bentuk
peningkatan
kesejahteraaan pemegang saham. Oleh karena itu pembagian dividen akan mampu
memotivasi investor ataupun calon investor untuk menginvestasikan dana yang
lebih besar lagi di perusahaan yang terbukti untuk membayar dividen.
Salah satu fungsi dari manajemen keuangan adalah mengambil kebijakan
deviden (Devidend policy). Dimana kebijakan deviden ini mencakup keputusan
mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham atau akan ditahan untuk dalam bentuk laba ditahan
guna
pembiayaan investasi dimasa yang datang (Sartono : 2010).
Menurut Atmaja (2008) Persentase dividen yang dibagi dari bagian laba
bersih setelah pajak disebut Dividend Payout Ratio (DPR).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Dividen
dapat diartikan sebagai pembayaran kepada pihak pemegang
saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperoleh perusahaan selama
satu periode yang tercermin dari ratio pembayaran Dividen ( dividen Payout
Ratio).
Masalah dalam kebijakan dividen mempunyai dampak terhadap investor
maupun perusahaan yang saling bersebarangan . Para investor mempunyai tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan mendapatkan return baik dalam
bentuk dividen yield maupun capital gain. Sementara perusahaan membutuhkan
sumber dana untuk meningkatkan dan mengharapkan adanya pertumbuhan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan
laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika
perusahaan memilih untuk menahan laba dengan tidak membagi sebagai dividen
yang diperoleh maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar
tetapi mengurangi kesejahteraan investor . Hal ini sesuai dengan pendapat
Brigham dan Gapenski (1996) yang menyatakan bahwa setiap perubahan dalam
kebijaksanaan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan.
Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan terabaikan.
Sebaliknya bila laba akan ditahan semua maka kepentingan pemegang saham
akan uang kas dalam bentuk dividen kas akan terabaikan. Untuk menjaga kedua
kepentingan ini , manajer keuangan harus menempuh kebijakan dividen yang
optimal. Teori kebijakan dividen yang optimal diartikan sebagai rasio pembayaran
dividen yang ditetapkan dengan memperhatikan kesempatan menginvestasikan
Universitas Sumatera Utara
3
dana serta berbagai referensi yang dimiliki para investor mengenai dividen
daripada capital gain (Husnan, 1998).
Dalam teori agensi (agency theory) menjelaskan hubungan keagenan di
antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai
agent terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest) akibat adanya ketidak
samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik, disatu sisi manajemen memiliki kepentingan untuk
meningkatkan kesejahteraan
melalui pencapaian kontrak yang disepakati
sedangkan pemilik saham lebih menginginkan penngembalian atas saham dari
laba berupa deviden, kedua kepentingan ini akan mempengaruhi dalam
menentukan kebijakan deviden ,(Jensen dan Meckling , 1976).
Oleh karena itu suatu kontrak yang jelas dinyatakan bahwa aplikasi
agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi
hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan
yang mengatur mengenai mekanisme yang disetujui oleh prinsipal dan agen.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,
return (Dividen) maupun risiko-risiko kontrak dapat fairness yaitu mampu
menyeimbangkan
antara
prinsipal
dan
agen
yang
secara
matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen.
Bagi para pemegang saham yang tidak menyukai resiko akan
mensyaratkan bahwa semakin tinggi resiko suatu emiten semakin tinggi tingkat
keuntungan yang diharapkan sebagai imbalan. Dividen yang ada saat ini
Universitas Sumatera Utara
4
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima
dimasa mendatang. Dengan demikian pemegang saham yang takut resiko akan
lebih menyukai menerima dividen daripada capital gain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain
dikemukakan oleh Sartono (2010) bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh
kebutuhan dana perusahaan, posisi likuiditas, kemampuan meminjam, keadaan
pemegang saham, stabilitas dividen..
Sedangkan menurut Admaja (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
manajemen dalam menentukan kebijakan dividen adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perjanjian hutang ; pada umunya perjanjian hutang antara perusahaan dan
kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya dividen hanya dapat
diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi.
Pembatasan dari saham preferen artinya tidak akan ada pembayaran
dividen untuk saham biasa jika deviden saham preferen belum dibagi
Tersedianya Kas, dividen kas hanya dibayar jika tersedia uang tunai yang
cukup
Pengendalian
Kebutuhan dana untuk investasi.
Fluktuasi laba
Faktor yang mempengaruhi kebujakan dividen yaitu faktor yang berasal
dari dalam perusahaan, misalnya kinerja keuangan perusahaan yang terangkum
dalam ratio-ratio laporan keuangan perusahaan.
Fenomena yang terjadi pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia seperti nampak pada
Tabel 1.1 berikut yang
merupakan perhitungan return on asset, return on equity, growth, long term debt ,
debt equity ratio, debt to total asset, current ratio, laba, earning per share dan
dividen payout ratio dari perusahaan sampel dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2011 untuk perusahaan barang-barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
5
Tabel 1.1
Rata-rata return on asset, return on equity, growth, long term debt , debt equity
ratio, debt to total asset, current ratio, laba, earning per shar konsumsi yang ter
daftar di Bursa Efek Indonesia dan dividen payout ratio selama tahun 2008 -2011
perusahaan sampel barang
Keterangan
Return on asset (%)
Return on equity (%)
Laba (%)
Current ratio (%)
Long term debt (%)
Debt to total assets (%)
Growth (%)
Debt equity ratio (%)
Earning per share
Dividen Payout ratio (%)
2008
18.62
77.64
10.00
358.46
5.91
34.10
9.25
78.49
1,941.88
56.23
2009
15.44
82.21
10.40
342.75
36.59
36.67
10.60
127.07
2,925.02
62.35
2010
21.35
34.70
12.80
412.78
15.63
30.91
8.68
699.68
3,377.91
60.76
2011
10.75
39.32
15.13
402.73
6.50
31.51
12.28
58.47
4,204.34
48.55
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Secara teori
return on asset
merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuaan perusahaan untuk menghasilkan laba melalui aktivitas aktiva
perusahaan, semakin besar rasio return on assets akan semakin besar dividen yang
akan diberikan kepada pemegang saham, namun dari table 1.1 nampak kenaikan
atau penurunan ROA tidak diikuti oleh kenaikan atau penurunan dividen payout
rasio.
Penelitian lain seperti
Jannati (2010) tingkat pengembalian investasi
berupa dividen kepada investor dapat diprediksi dari rasio Profitabilitas, leverage
(utang) dan growth. Untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan
dapat diukur melalui Return On Assets (ROA) menyatakan semakin tinggi ROA
akan mengakibatkan semakin tinggi profitabilitas dan makin besar pula deviden
yang akan dibagi kepada pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
6
Selain ROA, alat untuk mengukur profitabilitas adalah Return On Ekuitas
(ROE) yang merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas perusahaan. Secara
teori semakin tinggi ROE maka akan semakin tinggi profitabilitas yang berarti
semakin tinggi laba yang akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen. Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa kenaikan return on equity barangbarang komsumsi yang diteliti pada tahun 2008-2011 akan diikuti oleh kenaikan
deviden payout ratio. Hal ini sesuai dengan teori dan sesuai dengan penelitian
Suharli (2006), dan penelitan Oktorina dan Suharli (2007).
Growth merupakan pertumbuhan perusahaan dalam hal ini diukur dengan
kenaikan aktiva perusahaan. Jika pertumbuhan aktiva semakin besar semakin
tinggi semakin banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk
investasi, sehingga dana yang tersedia dari laba akan ditahan sebagai retained
earnings dan tidak dibayarkan sebagai dividen. Dari table 1.1 dari sampel barang
komsumsi yang diteliti dari tahun 2008-2011 diatas dapat dilhat bahwa kenaikan
dan penurunan pertumbuhan aktiva diikuti dengan kenaikan dan penurunan
dividen payout ratio. Fenomena ini bertentangan dengan teori dan sesuai
penelitian Sulistiyowati ,dkk (2010) yang menyatakan Growth tidak berpengaruh
terhadap kebijakan deviden.
Rasio leverage yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar
kewajibanya kepada kreditor. Jika Rasio hutang dibanding ekuitas tinggi maka
dana perusahaan akan
semakin besar menutupi hutang hal ini akan
mengakibatkan kurangnya dana yang akan dibagikan kepada investor (Darsono,
2009). Dari table 1.1 dapat dilihat bahwa DER dari sampel perusahaan barang
Universitas Sumatera Utara
7
komsumsi yang terdaftar di dursa Efek Indonesia menunjukkan perubahan DER
tidak mempengaruhi dividen payout ratio. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sulistiyowati, dkk (2010) yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen, dan bertentangan dengan penelitian Sumaryati (2010)
yang menemukan bahwa DER berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Debt to total Asset (DTA) yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban dibandingkan dengan total aktiva. Semakin
tinggi.total hutang berarti semakin besar dana perusahaan untuk membayar hutang
dan mengakibatkan semakin kecil dana yang akan dibagi kepada pemegang
saham. Fenomena yang terjadi nampak dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi persentase DTA akan meningkatkan persentase DPR, sebalikya penurunan
debt to total asset akan menurunkan dividen payout ratio. Hal ini bertentangan
dengan teori , sesuai dengan penelitian Adelegan (2001) yang menyatakan bahwa
DTA berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden .dan didukung
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sumani (2012) yang menyatakan bahwa DTA
berpengaruh negative terhadap kebijakan dividen tidak terbukti
Ukuran Ratio leverage dapat juga merupakan dinyatakan melalui Long
Term Debt yang merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang
dengan modal pemilik (Equity) yang merupakan kemampuan perusahaan
membayar hutang jangka panjang terhadap ekuitas. Semakin besar rasio Long
term debt semakin besar dana yang digunakan untuk membayar hutang ditambah
bunga berarti semakin kecil dana yang diberikan pada pemegang saham dengan
kata lain semakin tinggi rasio Long term debt maka semakin tinggi resiko yang
ditanggung pemilik sekaligus berhubungan dengan dividen (Horne :2009). Dari
Universitas Sumatera Utara
8
tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Long term debt tidak mempengaruhi kebijakan
dividen. Hal ini bertentangan dengan penelitian Adelegan (2001) yang
menemukan bahwa long term debt berhubungan positif terhadap deviden policy.
Earning per share (EPS) mencerminkan jumlah rupiah yang diperoleh dari
bagian laba untuk setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa
perusahaan
berhasil meningkatkan kemakmuran investor, sehingga semakin
tinggi EPS semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
Fenomena yang terjadi pada perusahaan barang komsumsi yang diteliti dari tahun
2008-2011 nampak pada tabel 1.1. dapat dilihat bahwa besarnya dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham tidak dipengaruhi oleh besarnya laba per
lembar saham. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Sumani
penelitian yang dilakukan.
(2010) mengatakan bahwa berdasarkan pengkajian yang dilakukan
terhadap pengaruh variabel bebas terhadap kebijakan dividen ( DPR) di
perusahaan non jasa keuangan ternyata variabel Earning per share, C urrent ratio,
Debt to to talal asset yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kebijakan
dividen (DPR). Artinya dalam mengambil kebijakan dividen dalam perusahaan
manufaktur harus mempertimbangkan earning for share, Current ratio, Debt to to
talal asset
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
yang segera jatuh tempo. Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui curren ratio
(Hanafi,2004). Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara harta lancar
dan hutang lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik memungkinkan
untuk melakukan pembayaran terhadap dividen, semakin tinggi tingkat likuiditas
semakin besar dividen yang dibayarkan. Dari tabel 1.1 dapat dilihat kenaikan
Universitas Sumatera Utara
9
ratio current akan diikuti oleh dividen payout ratio, dan penurunan current ratio
akan menurunkan payout ratio . Hal ini sesuai dengan penelitian Yuniningsih
(2002) yang menyatakan bahwa likuiditas suatu perusahaan mempunyai pengaruh
positif dengan dividen payout ratio , dan bertentangan dengan penelitian
susilowati (2005) sumani (2012). Yang menyatakan current ratio tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Laba atau sering disebut juga net profit margin merupakan perbandingan
antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan berapa besar
persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio
ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
laba yang tinggi. Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tidak setiap kenaikan laba
pada perusahaan barang-barang konsumsi yang diteliti tahun 2008-2011 akan
diikuti dengan kenaikan deviden payout ratio .. Hal ini tidak sejalan dengan teori
yang ada dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hadiwijaya dan Triani (2009)
yang menyatakan earning (laba) memiliki pengaruh namun tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen
Cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
(membayar) pengeluaran oprasional dan kewajiban lain yang akan jatuh tempo.
Current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan membayar deviden karena
kemungkinan tingginya aktiva lain dalam aktiva lancar misalnya persediaan dan
piutang yang tidak terkumpul pada waktunya sehingga menghambat pembayaran
yang segera jatuh tempo. Hal ini membuat terbatasnya membayarkan deviden
tunai sehingga dalam menentukan kebijakan deviden dipengaruhi oleh cash ratio.
Sehingga dalam penelitian ini cash ratio memoderasi hubungan factor-faktor
Universitas Sumatera Utara
10
yang mempengaruhi dividen tunai . Hal ini sejalan dengan penelitian Oktarina dan
Suherli (2007) yang menyatakan bahwa cash ratio memperkuat hubungan ROI ke
kebijakan dividen tunai namun tidak mempengaruhi secara langsung terhadap
kebijakan deviden dan tetapi bertentangan dengan penelitian Risaptoko (2007)
dalam penelitiannya terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 20032005 bahwa cash ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap dividen
payout ratio.
Berdasarkan uraian sebelumnya, terdapat fenomena empiris yaitu adanya
ketidaksesuaian antara teori dengan data empiris yang ditemukan dari masingmasing variabel baik independen maupun variabel dependen pada setiap
penelitian sebelumnya sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi fenomena tersebut. Hal ini mendorong penulis untuk
mengambil topik dalam penelitan ini dengan judul “ Analisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan deviden dengan Cash ratio sebagi variabel moderating
pada perusahaan konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang penelitian diatas maka masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah return on asset, return on equity, growth, long term debt , debt
equity ratio, debt to total asset, current ratio, laba, earning per share
dan cash ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.
Apakah return on asset, return on equity, laba, long term debt, debt to
total asset, dan current ratio, berpengaruh baik secara partial maupun
Universitas Sumatera Utara
11
simultan terhadap kebijakan dividen
pada Perusahaan Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?.
3.
Apakah cash ratio
sebagai
variabel moderating mempengaruhi
hubungan return on asset, return on equity, laba, long term debt, debt to
total asset, dan
current ratio, terhadap kebijakan dividen pada
Perusahaan Barang konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia?.
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka adapun tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis
faktor
return on asset, return on
equity, growth, laba, long term debt, debt to total asset, dan current ratio
terhadap kebijakan dividen
2. Untuk menguji dan menganalisis
pengaruh return on asset, return on
equity, laba, long term debt, debt to total asset, dan current ratio baik
secara partial maupun simultan terhadap kebijakan dividen
pada
Perusahaan Barang konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menguji dan menganalisa Cash ratio sebagai variabel moderating
mempengaruhi hubungan return on asset, return on equity, laba, long
term debt, debt to total asset, dan
current ratio terhadap kebijakan
dividen pada Perusahaan Barang konsumsi yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan,
penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
12
1. Untuk memberikan kontribusi keilmuan bagi peneliti dalam menambah
ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan menegenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan deviden.
2. Bagi investor, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi sebagai
bahan evaluasi dalam menilai kinerja emitennya.
3. Untuk peneliti selanjutnya adalah memberikan referensi penelitian
selanjutnya yang diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris
berhubungan dengan kebijakan deviden.
4. Bagi manajemen (emiten) penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan deviden.
1.5 Originalitas penelitian
Penelitian ini replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Sumani
(2012) yang menemukan bahwa secara simultan return on equity, current ratio,
debt to total asset dan EPS berpengaruh terhadap dividen kas tetapi secara parcial
hanya EPS yang berpengaruh terhadap dividen kas sedangkan ROE, CR,dan
DTA secara partial tidak berpengaruh terhadap Dividen kas.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :
1. Variabel independen dalam penelitian Sumani
adalah Retun On
Equity, Current ratio, Debt To total asset sedangkan independen
variabel dalam penelitian ini adalah return on asset, return on equity,
laba, long term debt, debt to total asset, dan
current ratio dengan
menambahkan variabel cash rasio sebagai variabel moderating, karena
Universitas Sumatera Utara
13
dividen dapat dibagikan jika mempunyai dana yang cukup untuk
membayar dividen.
2.
Penelitiaan terdahulu meneliti pada perusahaan non jasa keuangan pada
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan dalam penelitian ini
memfokuskan pada perusahaan barang komsumsi karena kebutuhan
untuk barang konsumsi dianggap lebih stabil dari barang industri lain.
3. Tahun amatan penelitian terdahulu adalah tahun 2007-2009 sedangkan
penelitian ini mengambil tahun sampel tahun 2008-2011 dimana pada
masa ini ekonomi lebih stabil bahkan mengarah kepada perbaikan
investasi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara