B1J010230 13.

III. METODE PENELITIAN
A.

Materi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah plantlet kentang

kultivar granola, nutrien Farran dimodifikasi, nutrien Otazu dimodifikasi, nutrien
Hoagland dimodifikasi dan nutrien Growmore dimodifikasi.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu pH meter, timer, gelas ukur,
beaker glass, magnetic stirer, timbangan analitik, nozzle, styrofoam, rockwool,
pompa air, drum plastik, mulsa plastik hitam, hand sprayer, paralon, paranet, mistar,
bak plastik, jerigen dan alat pelubang.
B.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Benih Hortikultur Kledung, Temanggung.

Kebun Benih Hortikultura Kledung berada di Desa Kledung, Kecamatan Kledung,
Kabupaten Temanggung terletak pada ketinggian 1.399 m dpl dengan suhu 15 –
250C. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2014.
C.


Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu Farran dimodifikasi (N1), Otazu
dimodifikasi (N2), Hoagland dimodifikasi (N3) dan Growmore dimodifikasi (N4).
Setiap perlakuan diulang sebanyak 9 kali sehingga diperoleh 36 unit perlakuan.
D.

Variabel dan Parameter Penelitian
Variabel yang diamati adalah pertumbuhan tajuk kentang kultivar granola.

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah cabang, jumlah daun, dan luas daun.
E.

Cara Kerja (Gambar 3.7.)
1.

bio.unsoed.ac.id


Pembuatan Bak Aeroponik

Bak aeroponik dengan ukuran 1 x 2,4 meter disiapkan. Bagian
depan bak dilubangi untuk tempat mengalirkan nutrien kembali ke drum
penampungan. Di bagian bawah bak dipasang triplex dengan posisi
miring dan dibungkus dengan mulsa hitam. Seluruh bagian dalam bak
dibungkus mulsa hitam sampai kondisi di dalam bak menjadi gelap. Pipa
paralon diberi lubang, dipasang nozzle untuk menyemburkan nutrien

6

dan dipasang di bagian tengah bak. Pipa paralon ini digerakkan dengan
pompa air untuk menyedot larutan nutrien yang ditampung di dalam
drum. Di bagian atas bak aeroponik dipasang kayu-kayu yang telah
dibungkus mulsa hitam. Di atas kayu ini dipasang styrofoam yang telah
terbungkus mulsa hitam dan telah dilubangi. Konstruksi bak dan drum
nutrien tersaji pada Gambar 3.1.
a


b

Gambar 3.1. Pembuatan bak aeroponik (a) bak aeroponik (b) drum nutrien
aeroponik

2.

Aklimatisasi Plantlet Kentang Granola
Proses aklimatisasi merupakan penyesuaian bibit kentang dari
proses kultur in vitro ke kondisi lingkungan. Plantlet dari dalam botol
kultur dikeluarkan dan dicuci akarnya untuk menghilangkan agar yang
masih menempel. Plantlet ditanam dalam media tanam steril dengan
komposisi cocopeat : pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing
yaitu 1 : 1 kemudian diletakkan di bak plastik yang ditutup dengan
plastik untuk melindungi tanaman dari sinar matahari langsung. Plantlet
dipelihara sampai berumur 3-4 minggu. Gambaran tanaman pada tahap
aklimatisasi tersaji pada Gambar 3.2.

bio.unsoed.ac.id


Gambar 3.2. Aklimatisasi plantlet kentang granola

7

3.

Penyetekan Bibit Kentang Granola
Tanaman hasil aklimatisasi yang berumur 3-4 minggu dipotong
bagian batangnya. Tanaman dibuang beberapa daunnya sehingga tersisa
daun kedua dan ketiga, ditanam pada media pembibitan steril dengan
komposisi cocopeat : pupuk organik yang berasal dari kotoran kambing
yaitu 1 : 1. Bibit stek ditutup dengan paranet dan dipelihara sampai
berumur 2 minggu kemudian dipindahkan ke media tanam aeroponik.
Gambaran penyetekan tersaji pada Gambar 3.3.
b

a

Gambar 3.3. Penyetekan bibit kentang granola (a) batang yang telah dibuang
beberapa daunnya (b) stek pad media pembibitan


4. Pembuatan Nutrien Aeroponik (Lampiran 5)
Bahan-bahan kimia ditimbang sesuai dengan komposisi masingmasing nutrien (lampiran 4). Bahan yang telah ditimbang dimasukkan
satu persatu ke dalam beaker glass yang telah berisi air dan
dihomogenkan menggunakan magnetic stirer. Kemudian larutan stok
dimasukkan ke dalam jerigen. Disiapkan 4 drum penampung nutrien
berukuran 150 l. Larutan stok sebanyak 3375 ml dimasukkan ke dalam
masing-masing drum, ditambahkan mikronutrien sebanyak 300 ml dan
ditambahkan air sampai drum terisi penuh. Keasaman (pH) nutrien diatur
pada nilai 5,8 (Gambar 3.4). Apabila pH terlalu tinggi maka ditambahkan

bio.unsoed.ac.id

HCl 1 N, tetapi jika terlalu rendah maka ditambahkan NaOH 1 N.

8

Gambar 3.4. Pengukuran pH nutrien

5.


Penanaman Bibit Kentang Granola pada Sistem Aeroponik
Bibit kentang hasil stek dicuci menggunakan air mengalir untuk
menghilangkan sisa media yang masih menempel pada akar kemudian
akar direndam di dalam fungisida selama 5 menit. Bibit kentang ditanam
ke sistem aeroponik dan kemudian ditutup dengan rockwool untuk
menyangga batang tanaman (Gambar 3.5). Nutrien Farran dimodifikasi,
nutrien Otazu dimodifikasi, nutrien Hoagland dimodifikasi, dan nutrien
Growmore dimodifikasi dialirkan melalui nozzle secara otomatis. Setiap
perlakuan diberikan zat pengatur tumbuh GA3, dan kepadatan tanam
yang digunakan 60 tanaman/m2. Bibit kentang dilindungi dari cahaya
matahari langsung dengan paranet selama seminggu pertama dan
dipelihara sampai umur 4 minggu. Gambaran skematik sistem aeroponik
tersaji pada Gambar 3.5.

a

b

c


bio.unsoed.ac.id
Gambar 3.5. Penanaman bibit kentang Granola pada sistem aeroponik (a) pencucian tanaman
hasil stek (b) perendaman akar tanaman menggunakan fungisida (c) penanaman
pada sistem aeroponik

9

Kayu

Kayu

2,4 m

Tanaman
kentang
Rockwool
Styrofoam

1m


Pompa
nutrien
Nozzle

Akar tanaman
Paralon

Drum
nutrien

Gambar 3.6. Sistem Aeroponik

bio.unsoed.ac.id

10

6.

Pengamatan

a.

Laju Pertumbuhan Relatif Tinggi Tanaman (cm/hari)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur
batang utama tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik
tumbuh tertinggi. Tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali sampai
umur 4 minggu. Pengamatan ke-1 dilakukan pada saat tanaman berumur 0
minggu, pengamatan ke-2 pada umur 2 minggu dan pengamatan ke-3 pada
umur 4 minggu setelah tanam. Sehingga didapatkan 3 data laju
pertumbuhan relatif tinggi tanaman yaitu pada minggu ke-2, minggu ke-4
dan 4 minggu setelah tanam.
Laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman pada minggu ke-2 setelah
tanam merupakan logaritma tinggi tanaman pada pengamatan ke-2
dikurangi logaritma tinggi tanaman pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu
pengamatan ke-2 (14 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari).
Laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman pada minggu ke-4 setelah
tanam merupakan logaritma tinggi tanaman pada pengamatan ke-3
dikurangi logaritma tinggi tanaman pengamatan ke-2 dibagi dengan waktu
pengamatan ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-2 (14 hari).
Laju pertumbuhan relatif tinggi tanaman pada 4 minggu setelah

tanam merupakan logaritma tinggi tanaman pada pengamatan ke-3
dikurangi logaritma tinggi tanaman pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu
pengamatan ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari).
Perhitungan laju pertumbuhan relatif dilakukan sesuai persamaan (1-3)

RGR =

(1-3)

bio.unsoed.ac.id

b. Jumlah Cabang

Pengamatan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung cabang
yang terbentuk pada batang utama tanaman. Pengamatan dilakukan setiap 2
minggu sekali sampai umur 4 minggu. Pengamatan ke-1 dilakukan pada
saat tanaman berumur 0 minggu, pengamatan ke-2 pada umur 2 minggu dan
pengamatan ke-3 pada umur 4 minggu setelah tanam.

11


c. Laju Pertumbuhan Relatif Jumlah Daun (helai/hari)
Jumlah daun dihitung dari pangkal batang sampai pucuk tanaman.
Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai umur 4 minggu.
Pengamatan ke-1 dilakukan pada saat tanaman berumur 0 minggu,
pengamatan ke-2 pada umur 2 minggu dan pengamatan ke-3 pada umur 4
minggu setelah tanam. Sehingga didapatkan 3 data laju pertumbuhan relatif
tinggi tanaman yaitu pada minggu ke-2, minggu ke-4 dan 4 minggu setelah
tanam.
Laju pertumbuhan relatif jumlah daun pada minggu ke-2 setelah
tanam merupakan logaritma jumlah daun pada pengamatan ke-2 dikurangi
logaritma jumlah daun pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu pengamatan
ke-2 (14 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari).
Laju pertumbuhan relatif jumlah daun pada minggu ke-4 setelah
tanam merupakan logaritma jumlah daun pada pengamatan ke-3 dikurangi
logaritma jumlah daun pengamatan ke-2 dibagi dengan waktu pengamatan
ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-2 (14 hari).
Laju pertumbuhan relatif jumlah daun pada 4 minggu setelah tanam
merupakan logaritma jumlah daun pada pengamatan ke-3 dikurangi
logaritma jumlah daun pengamatan ke-1 dibagi dengan waktu pengamatan
ke-3 (28 hari) dikurangi waktu pengamatan ke-1 (0 hari). Perhitungan laju
pertumbuhan relatif dilakukan sesuai persamaan (2-3).

RGR =

(2-3)

d. Luas Daun (cm2)
Luas daun yang dihitung adalah daun ketiga dari atas. Pengamatan

bio.unsoed.ac.id

dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai umur 4 minggu. Pengamatan ke-1
dilakukan pada saat tanaman berumur 0 minggu, pengamatan ke-2 pada
umur 2 minggu dan pengamatan ke-3 pada umur 4 minggu setelah tanam.
Luas daun dihitung berdasarkan metode gravimetri dengan rumus sesuai
persamaan (3-3) (Sitompul & Guritno, 1995) :

(3-3)

12

7.

Bagan Alir Penelitian

Pembuatan bak aeroponik
Bibit kentang dari proses kultur in vitro yang telah berumur
4 minggu diaklimatisasi
Plantlet ditanam dalam media tanam steril cocopeat :
pupuk organik yaitu 1:1

Plantlet diletakan pada suhu ruang dengan kondisi bak
tertutup dengan plastik selama 4 minggu
Plantlet distek dan ditanam di media tanam steril
cocopeat : pupuk organik yaitu 1:1
Hasil stek diletakkan pada suhu ruang dengan kondisi bak
tertutup dengan plastik selama 2 minggu
Pembuatan nutrien aeroponik
Plantlet dipindahkan ke sistem aeroponik
Batang Plantlet ditutup dengan rockwool sebagai penyanggah
dan diletakkan di styrofoam yang sudah dilubangi
Nutrien dialirkan melalui nozzle secara otomatis
Bibit kentang dipelihara sampai berumur 4 minggu

bio.unsoed.ac.id
Pengamatan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan
luas daun setiap 2 minggu sekali
Gambar 3.7. Bagan alir penelitian

13

F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam atau uji F
dan dilanjutkan dengan uji BNT pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%
(Steel & Torrie, 1989).

bio.unsoed.ac.id

14