Pemanfaatan Sluri Gas Bio dengan Input Feses Kambing dan Biji Durian Terhadap Kualitas Nutrisi Pastura Campuran

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Slurigas bio yang merupakan hasil samping dari teknologi gas bio dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanah layaknya pupuk kandang, Sluri
bermanfaat untuk pemupukan tanaman sayuran, buah-buahan dan pohon/tanaman
keras. Sluri gas bio memiliki keunggulan bila dibandingkan pupuk kandang atau
kompos yaitu sluri memiliki unsur hara yang dapat segera dimanfaatkan oleh
tanaman (Pakpahan, 2005).
Pemanfaatan sluri gas bio sebagai pupuk dapat memberikan keuntungan
yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sisa keluaran gas bio ini telah
mengalami fermentasi anaerob rata rata untuk input feses ternak 30 hari sehingga
benih gulma yang terikut pada feses dipastikan mati serta feses telah terurai lebih
sederhana dan nutrisinya dapat diserap tanaman. Sluri sebagai pupuk organik
termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur haranya lebih dari
satu unsur dan mengandung unsur makro dan mikro. Suzuki et al, (2001)
menunjukkan bahwa slurigas bio kaya akan unsur makro yaitu N, P , dan K serta
unsur mikro seperti Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dan Zn.
Pada umumnya kapasitas unit gas bio yang dimanfaatkan oleh
masyarakat/peternak di Indonesia adalah 3000 L. Unit gas bio kapasitas ini setiap
harinya akan menghasilkan gas yang mencukupi kebutuhan energi satu kepala

keluarga untuk memasak yaitu sekitar 1,25 m3 (Ginting, 2010). Kapasitas ini
memerlukan sekitar 2-3 ekor sapi atau 15 ekor kambing untuk pengisian input.
Sebagai hasil samping unit gas bio tersebut adalah sluri sekitar 100 liter sluri/hari.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Ginting dan Mustamu (2012) setiap 250 ml sluri setara dengan 2,5 g
NPK.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat diperoleh dari media tanam.
Namun, biasanya unsur hara terdapat di dalam media tanam tidaklah lengkap dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman, oleh karena itu, diperlukan tambahan
unsur hara berupa pupuk. Pemberian pupuk secara rutin dan berkala serta dengan
dosis yang tepat sangat menunjang petumbuhan tanaman. Sebaliknya, pemberian
pupuk yang berlebihan dan tidak tepat dosis akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian (Aries, 2005).
Menurut Lazcano et al., (2008) kotoran ternak merupakan sumberdaya
alam yang bernilai yang dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Bahan
dari sisa proses gas bio yang berupa cairan kental (sluri) dapat dijadikan sebagai
pupuk organik.

Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan
Sumatera. Data Biro Statistik (2004), menunjukkan bahwa produksi durian
meningkat setiap tahun. Seiring dengan meningkatnya luas daerah panen durian
yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka
terjadi peningkatan produksi durian di Indonesia dari 194.359 ton pada tahun
1999 menjadi 741.841 ton pada tahun 2002 (Wahyono, 2009). Berdasarkan Data
Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2015), menunjukkan bahwa
produksi durian pada tahun 2013 dan 2014 adalah 79.994 dan 80.441 ton.
Buah durian dapat dimakan dagingnya hanya sekitar 20-35 %,
sisanyaberupa kulit 60-75%, dan biji 5-15 % yang terbuang sebagai

Universitas Sumatera Utara

sampah.Umumnya kulit serta biji menjadi limbah yang hanya sebagian kecil
sajadimanfaatkan

sebagai

pakan


ternak

atau

bahkan

dibuang

begitu

saja(Bernardinus, 2001).
Biji durian merupakan bahan organik yang sangat mudah diperoleh
dikarenakan produksi buah durian yang tinggi khasnya di Sumatera Utara.
Produktivitas yang tinggi pada buah durian juga menghasilkan biji durian yang
tinggi. Hal ini dikarenakan durian adalah tanaman endemik di sumatera utara,
hampir di setiap kabupaten masyarakat mempunyai tanaman durian sehingga buah
durian tersedia sepanjang tahun, apabila tidak dipergunakan atau dimanfaatkan
maka berpotensi sebagai pencemar lingkungan, sehingga dijadikan alternatif
sebagai pupuk organik yang diharapkan berguna bagi tanaman, dan meperbaiki
sifat kimia tanah. Penelitian pemanfaatan biji durian serta feses kambing sebagai

input unit gas bio. Sluri yang dihasilkan merupakan pupuk cair siap pakai.
Hijauan memerlukan pupuk organik sebagaimana tanaman lainnya. Selain
itu ketersediaan pupuk organik akan mengurangi ketergantungan penggunaan
pupuk anorganik dalam pengadaan hijauan makanan ternak khususnya bagi ternak
ruminansia.
Atas dasar informasi diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian
mengenai pemanfataan sluri gas bio feses kambing dan biji durian terhadap
kualitas nutrisipastura campuran.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
-

Mengetahui pengaruh pemanfaatan sluri gas bio feses kambing dan biji
durian terhadap kualitas nutrisi (protein kasar, serat kasar, dan lemak
kasar) dari hijauan pakan ternak.

Hipotesa Penelitian
Pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kambing dan biji durian

dapat meningkatkan kualitas nilai nutrisi hijauan pakan ternak yang diukur dari
protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar.
Kegunaan Penelitian
- Memberikan manfaat bagi petani, peternak, dan pemerintah dalam
mengatasi masalah pakan ternak.
- Sebagai sumber informasi baik akademisi maupun praktisi peternakan.
- Mengurangi potensi limbah samping peternakan yaitu feses kambing dan
biji durian.
- Memberikan nilai tambah bagi petani/peternak dari hasil pengolahan
limbah feses kambing dan biji durian.
- Penelitian diharapkan sebagai rujukan dalam upaya peningkatan
ketersediaan hijauan makanan ternak serta dapat digunakan sebagai bahan
penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara