Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Serta Karakteristik Dokter Spesialis Empat Dasar Terhadap Pola Peresepan Obat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Rumah Sakit
Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

kesehatan.

Sesuai

dengan

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan


RI

No.

983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, terdapat
beberapa ketentuan umum tentang rumah sakit, yakni:
a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik
b. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kesehatan A
dan B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis.
c. Rumah Sakit Swadana adalah rumah sakit milik pemerintah yang diberikan
wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung.
d. Rumah Sakit Umum Swasta adalah rumah sakit umum yang diselenggarakan
oleh pihak swasta.

2.1.1. Fungsi Rumah Sakit
Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam Aditama (2004), menyatakan
bahwa rumah sakit setidaknya punya lima fungsi, yaitu:


11

Universitas Sumatera Utara

a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya
serta memiliki berbagai jenis spesialisasi, baik bedah maupun non bedah.
b. Rumah Sakit harus memiliki pelayanan rawat jalan.
c. Rumah Sakit juga memiliki tugas untuk melakukan pendidikan dan pelatihan.
d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan
e. Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab untuk program pencegahan
penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.
Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992
disebutkan bahwa rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut rumah sakit umum mempunyai fungsi:
a. Menyelenggarakan pelayanan medis.
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis.
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan tenaga medis, para medis dan
non medis.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

12

Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan tingkat kemampuan pelayanan kesehatan, ketenagaan, fisik dan
peralatan yang tersedia, maka rumah sakit umum pemerintah diklasifikasi atas:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A.
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis spesialistik dan subspesialistik luas, dipimpin oleh seorang direktur
dan dibantu

oleh sebanyak-banyak 4 (empat) wakil direktur.


b. Rumah Sakit Umum Kelas B.
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis sekurang-kurangnya 11 (sebelas) spesialistik dan subspesialistik
terbatas, dipimpin oleh seorang Direktur dan dibantu sebanyak-banyaknya
3 (tiga) wakil direktur.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C.
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medis spesialistik dasar, dipimpin oleh seorang direktur dan tidak
mempunyai wakil direktur.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.
Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis
dasar.

13

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 806b/Menkes/SK/ XII/1987 adalah:
a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama.

Rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat
umum.
b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya.
Rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat
umum dan spesialistik 4 (empat) dasar.
c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama.
Rumah sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat
umum, spesialistik dan subspesialistik.

2.2. Farmasi Rumah Sakit
Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan di
suatu rumah sakit. Sebagai unit pelayanan, instalasi farmasi merupakan suatu
organisasi pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan produk yang
bersifat nyata (tangible) dan pelayanan farmasi klinik yang bersifat tidak nyata
(intangible) bagi konsumen penderita, dokter, perawat, profesional kesehatan lain dan
masyarakat rumah sakit (Siregar, 2003).
Sesuai dengan Surat Keputusan Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/ 1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah

14


Universitas Sumatera Utara

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh
dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi
rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang bersedar di
rumah sakit tersebut.

2.2.1.

Tujuan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
Menurut Surat Keputusan Menkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004, tujuan

pelayanan farmasi rumah sakit adalah:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.

c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui Analisis, telaah dan
evaluasi pelayanan.
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui Analisis, telaah dan
evaluasi pelayanan.
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.

15

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Penggunaan Obat yang Rasional
Pengobatan yang rasional adalah suatu prosedur pengobatan yang didasarkan

pada penalaran yang bersifat ilmiah dengan metode deduktif sehingga pengobatan
yang rasional akan menghasilkan reprodusibilitas dan prediktabilitis yang tertinggi
dibanding pengobatan yang tidak rasional (Darmansyah,1988).

Menurut World Health Organization (WHO) pengobatan yang rasional adalah
penggunaan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, dengan dosis yang
sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang sesuai dan dengan harga
yang terjangkau. Menurut World Bank, penggunaan obat yang rasional mengandung
dua prinsip utama: (1) Menggunakan obat berdasarkan data ilmiah tentang efikasi,
keamanan dan kepatuhan (2) Penggunaan obat yang cost-effective yang berlaku
dalam suatu sistem pelayanan kesehatan.
Menurut Quick (1991), penggunaan obat yang rasional harus memenuhi
kriteria tertentu, yaitu diagnosis yang tepat, memilih obat yang terbaik diantara obatobat yang ada (melalui pertimbangan efektivitas, keamanan dan keterjangkauan
harganya), meresepkannya dalam dosis yang cukup untuk interval waktu yang cukup
dan sesuai dengan standar terapi yang berlaku.

16

Universitas Sumatera Utara

2.3.1. Indikator Penggunaan Obat yang Rasional
Untuk mengukur kinerja suatu pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
penggunaan obat yang rasional, WHO telah mengembangkan suatu indikator yang
terdiri dari tiga pengukuran, yakni:

a. Indikator penulisan resep
Meliputi:
1. Jumlah obat rata-rata per penderita: jumlah total obat dalam resep dibagi
jumlah total penderita.
Tujuannya adalah untuk mengukur derajat polifarmasi, dengan syarat obat
kombinasi dihitung sebagai satu obat.
2. Persentase obat yang diresepkan dengan obat generik: jumlah obat dengan
nama generik dibagi jumlah obat dalam resep dikali 100%.
Tujuannya adalah untuk mengukur kecenderungan penulisan generik.
3. Persentase penderita yang menerima antibiotik: jumlah penderita yang
menerima antibiotik dibagi jumlah total penderita dikali 100%.
Tujuannya untuk mengukur penggunaan antibiotik yang sering kali berlebihan
dan menimbulkan tingginya biaya pengobatan.
4. Persentase penderita yang menerima injeksi: jumlah penderita yang menerima
injeksi dibagi total penderita dikali 100%.
Tujuannya untuk mengukur penggunaan injeksi yang seperti antibiotik sering
kali digunakan berlebihan dan menimbulkan tingginya biaya pengobatan.

17


Universitas Sumatera Utara

5. Persentase obat sesuai dengan Data Obat Esensiel Nasional/ Formularium:
jumlah obat dalam resep sesuai DOEN/Formularium dibagi jumlah total
obat dalam resep dikali 100%.

b. Indikator perawatan penderita
Merupakan kunci utama mengenai berbagi aspek yang berhubungan dengan
pengalaman penderita ketika berobat disuatu fasilitas kesehatan, meliputi:
1. Lama rata-rata waktu konsultasi per penderita.
2. Lama rata-rata waktu pemberian obat (dispensing).
3. Persentase obat yang sesungguhnya diberikan.
4. Persentase obat yang diberi label secara layak.
5. Persentase penderita yang mengetahui dosis obat yang diberikan.

c. Indikator fasilitas kesehatan
1. Ketersediaan DOEN/Formularium. Tujuannya mengukur sejauh mana DOEN/
Formularium tersedia di fasilitas kesehatan. Jawabannya Ya atau Tidak per
fasilitas kesehatan.
2. Ketersediaan obat-obat penting. Tujuannya mengukur ketersediaan sejumlah

obat terpenting (10-15 obat esensial) untuk pengobatan beberapa penyakit
terbanyak.

18

Universitas Sumatera Utara

2.4.

Farmakoekonomi
Aspek ekonomi dari penggunaan obat disebut dengan Farmakoekonomi

(WHO, 2003). Harga obat merupakan hal penting dalam pelayanan kesehatan. di
mana 10-15% dari biaya kesehatan di negara maju dan 30-40% berasal dari obat.
Bahkan di negara-negara yang sedang berkembang biaya obat dapat mencapai lebih
dari 30-40% dari keseluruhan biaya kesehatan.
Menurut WHO (2003) beberapa konsep ekonomi dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan penentuan dan pemilihan obat yang berkualitas mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada :
1.

Cost Minimization Analysis
Merupakan suatu cara untuk menghitung biaya obat yang paling rendah atau

menentukan modalitas terapetik suatu obat. Analisis ini digunakan untuk
membandingkan 2 produk obat yang dengan dosis ekivalen yang sama memberikan
efek terapetik yang sama.
2.

Cost Effectivity Analysis
Analisis efektifitas biaya ini menghitung biaya inkrimental untuk mencapai

derajat kesehatan inkrimental.
3.

Cost Utility Analysis
Analisis ini digunakan untuk menentukan biaya dalam hal penggunaan terkait

dengan kualitas dan kuantitas hidup dengan membandingkan dua jenis obat atau
tindakan yang berbeda yang memberikan keuntungan kesehatan yang berbeda.

19

Universitas Sumatera Utara

4.

Cost Benefit Analysis
Analisis ini digunakan untuk menghitung nilai biaya inkrimental dan hasil

keluaran dalam istilah keuangan. Analisis ini dapat langsung menghitung biaya netto
dari pencapaian suatu kondisi kesehatan tertentu.

2.5.

Perilaku Dokter
Menurut Skinner dalam Notoadmodjo (2003), perilaku adalah bentuk respons

atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, yang sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Menurut Bloom (1908) dalam Ross dan Mico (1980), perilaku manusia dapat dibagi
dalam 3 (tiga) domain yakni :
a.

Kognitif, yakni kemampuan seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan
atau informasi.

b.

Afektif, yakni berkaitan dengan pengendalian emosi.

c.

Psikomotor, yakni tindakan yang terkait dengan perilaku.

2.5.1. Pengetahuan Dokter
Pengetahuan sebagai bagian dari domain kognitif dari 3 (tiga) domain perilaku,
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior). Dari pengalaman

20

Universitas Sumatera Utara

dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
5.

Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.

6.

Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.

7.

Aplikasi (Application)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya).

8.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan analisis atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
21

Universitas Sumatera Utara

penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan) membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan lain sebagainya.
9.

Sintesis (Synthesis)
Sintesis

menunjukkan

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasiformulasi yang ada.
10.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

2.5.2. Sikap Dokter
Gibson (1985), menyatakan bahwa sikap adalah kesiap-siagaan mental yang
dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu
atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek dan situasi yang berhubungan
dengannya. Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan
dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.

22

Universitas Sumatera Utara

Menurut Notoadmodjo (2003), sikap merupakan materi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan kesan adanya penyesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial.

2.5.3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
a.

Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).

b.

Merespon (responding)
Memberikan jawaban apakah ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.

c.

Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d.

Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

23

Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Praktek atau Tindakan Sikap
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor
pendukung dari pihak lain.
Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yakni:
a.

Persepsi (Perception)
Merupakan praktek tingkat pertama yakni mengenal dan memilih berbagai
objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b.

Respon terpimpin (Guided response)
Merupakan indikator praktek tingkat ke dua yakni dapat melakukan sesuatu
sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c.

Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek
tingkat ke tiga.

d.

Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut.

24

Universitas Sumatera Utara

2.5.5. Motivasi
Perilaku manusia pada hakikatnya ditentukan oleh keinginan untuk mencapai
beberapa tujuan. Keinginan itu istilah lainnya ialah motivasi. Dengan demikian
motivasi merupakan pendorong agar seseorang itu melakukan suatu kegiatan untuk
mencapai tujuannya. Seorang manajer harus mengetahui dorongan atau kebutuhan
seseorang yang membuat orang tersebut melakukan suatu aktivitas tertentu.
Menurut Gibson (1985), motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang
kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan
perilaku. Konsep tersebut digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam
intensitas perilaku, di mana perilaku yang lebih bersemangat adalah hasil dari tingkat
motivasi yang lebih kuat. Menurut Steers & Porter (1987) yang dikutip oleh Fottler
dkk,(2005), motivasi merupakan suatu keadaan perasaan atau pikiran yang
dirangsang untuk melakukan suatu tugas atau terlibat dalam perilaku tertentu.
Menurut Gibson (1985), teori motivasi dapat dikelompokkan dalam
2 kategori.
A.

Teori Kepuasan yang memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri
orang, yang menggerakkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan
perilaku. Menurut O’Connor (1998) dalam Fottler, dkk. (2005) motivasi dalam
teori kepuasan dapat dianggap sebagai dorongan dari dalam untuk mencapai
tujuan untuk memuaskan kebutuhan. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan fisik
atau psikologis yang membuat tujuan tertentu menjadi menarik.
Termasuk dalam kategori ini adalah:
25

Universitas Sumatera Utara

a. Teori Hirarki Kebutuhan dari Maslow. Menurut teori ini ada semacam
hirarki yang mengatur dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan
manusia.
b. Teori Tiga Tingkat Hirarki dari Alderfer. Menurut teori ini, ada 3
(tiga) kelompok inti kebutuhan, yakni kebutuhan akan keberadaan
(Existence), kebutuhan berhubungan (Relatedness) dan kebutuhan
untuk berkembang (Growth).
c. Teori Dua Faktor Herzberg. Menurut Herzberg dalam memotivasi
pegawai, ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi yakni faktor
lingkungan (hygiene) dan faktor pekerjaan itu sendiri (motivator).
d. Teori Kebutuhan Mc. Lelland. Menurut teori ini ada 3 (tiga)
kebutuhan manusia, yakni kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
untuk berafiliasi dan kebutuhan untuk kekuasaan.
B.

Teori Proses yang menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku itu
digerakkan, diarahkan, didukung dan dihentikan, termasuk dalam kategori ini
adalah :
a. Teori Skinner
b. Teori Adams
c. Teori Locke
d. Teori harapan dari pilihan Vroom.

26

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Landasan Teori
Proses terapi merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan dokter terhadap

pasiennya berdasarkan temuan-temuan yang diperolehnya. Upaya tersebut harus
ditempuh melalui suatu tahapan prosedur tertentu yaitu terdiri dari anamnesis,
pemeriksaan,

penegakan

diagnosis,

pengobatan

dan

tindakan

selanjutnya.

Sehubungan dengan usaha untuk memaksimalkan penggunaan obat yang rasional,
dokter wajib memutuskan pengobatan berdasarkan pada informasi obat dan terapi
mutakhir untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Apabila dibuat keputusan
pengobatan penderita dengan obat, maka obat yang dipilih adalah obat yang terbaik
berdasarkan manfaat, keamanan, kecocokan dan harga.
Menurut Bauchner dkk (2001), perilaku dokter dalam mengambil keputusan diagnosa
dan terapi merupakan hal yang kompleks dan digambarkan sebagai domain yang
saling bertindihan. (Gambar 2.1), di mana ada 3 (tiga) domain yang mempengaruhi
pengambilan keputusan klinis oleh seorang individu :
1.

Pengalaman dan pengetahuan dokter.

2.

Nilai dan karakteristik pasien.

3.

Bukti klinis eksternal.

Ketiga domain tersebut, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Latar belakang etnis dan
kebudayaan mempengaruhi karakteristik perilaku kesehatan, keyakinan, nilai dan
prioritas pasien. Ketersediaan pedoman pengobatan yang sah dan dapat dipercaya

27

Universitas Sumatera Utara

seperti formularium dan standar terapi juga berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan pengobatan.

Pengetahuan dan Karakteristik
Dokter

Nilai dan
Karakteristik Pasien

Gambar 2.1.

Bukti Klinis
Eksternal

Diagram Model Pengambilan Keputusan Klinis
(Bauchner dkk, 2001)

Mengingat model tersebut maka pengetahuan dan karakteristik dokter memegang
peranan terkait dengan pemilihan obat yang diberikan kepada pasien yang dapat
dilihat dari pola peresepan obat di rumah sakit.

28

Universitas Sumatera Utara

2.7.

Kerangka Konsep

Variabel Independent

Variabel Dependent

DOKTER



Pola Peresepan Obat

Pengetahuan
Sikap

-

Jumlah obat rata-rata per
penderita

Karakteristik
Individu
• Umur
• JenisKelamin
• Jenis
Spesialisasi
• Masa kerja

-

Persentase obat generik

-

Persentase penderita
yang menerima
antibiotik

Nilai
dan
Karakteristik
Pasien

Gambar 2.2.

Persentase penderita
yang menerima injeksi

-

Persentase obat sesuai
dengan Formularium

Kerangka Konsep

29

Universitas Sumatera Utara