Bab I - X RPJMD Toraja ok

LAMPIRAN
TENTANG
NOMOR
TANGGAL

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA
: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHN 2010 – 2015
: 10
: 30 DESEMBER 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Provinsi Sulawesi Selatan dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tana Toraja ini disusun sebagai
perwujudan dari amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan utama penerbitan
RPJMD Kabupaten Tana Toraja ini adalah:

1.

Menyajikan program dan kegiatan turunan Visi dan Misi pasangan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, yang akan dilaksanakan sebagai
program dan kegiatan prioritas utama;

2.

Menyajikan gambaran tentang arah kebijakan umum yang wajib diikuti oleh
semua pejabat daerah dan DPRD dalam menyusun RKPD, KUA, PPAS, RKASKPD serta R-APBD dan DPA pada setiap tahun anggaran.

Sehubungan dengan itu, setiap program dan kegiatan yang menjadi
kewajiban setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah akan diuraikan di dalam Renstra

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

1

SKPD, yang penyusunan dan pengesahannya dilakukan oleh Kepala SKPD, setelah
mendapat masukan dari Bappeda.

Dalam menyusun RPJMD ini, acuan utama yang digunakan adalah rumusan
Visi, Misi, Arah Kebijakan dan Rencana Program Indikatif Bupati dan Wakil Bupati
terpilih, yang telah disampaikan melalui Sidang Paripurna DPRD dan semasa
pelaksanaan kampanye pemilihan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati secara
langsung. Disamping itu, penyusunan RPJMD Daerah ini juga mengacu pada RPJP
Kabupaten Tana Toraja,

RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan/Renstra Provinsi

Sulawesi Selatan, dan RPJP Nasional, dan berbagai kebijakan dan prioritas
program

Pemerintah

Provinsi

dan

Pemerintah


Pusat

termasuk

sasaran

pembangunan Millenium Development Goals (MDGs). Tujuan merujuk semua
dokumen perencanaan dimaksud adalah untuk menjamin terciptanya sinergi
kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintahan
yang berbeda.
Selain itu, RPJMD ini juga disusun dengan memperhatikan statistik regional
dan lokal, terutama data tentang PDRB dan (1) statistik berbagai fungsi
pemerintahan di bidang ekonomi, seperti lapangan pekerjaan utama dan tingkat
pendapatan rata-rata masyarakat, keberadaan potensi sektor unggulan daerah
yang dapat dikembangkan dalam rangka memacu laju produksi lokal dan
penciptaan lapangan kerja baru, keberadaan sektor informal dan kandungan
potensi sumber daya daerah; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan di bidang
sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan rata-rata masyarakat dan indeks
pembangunan manusia, angka


kemiskinan, tingkat

pengangguran,

angka

partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pendidikan dasar dan menengah;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

2

(3) statistik bidang pemerintahan umum, seperti pelayanan umum pemerintahan
kepada masyarakat dan (4) statistik bidang fisik prasarana, seperti pola-pola
penataan ruang dan kawasan andalan, kantong-kantong kemiskinan dan kawasan
tertinggal serta kondisi ekologi dan lingkungan hidup daerah dan (5) kapasitas
fiskal dan keuangan daerah.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN.
RPJMD Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010–2015 ini disusun dengan
maksud dan tujuan antara lain sebagai berikut:

a. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah daerah dan
DPRD dalam menyusun Renstra SKPD dan menentukan prioritas program
tahunan yang akan dibiayai dari APBD Kabupaten Tana Toraja dan masyarakat
serta dunia usaha;
b. Menyediakan sebuah parameter untuk mengukur dan melakukan evaluasi
kinerja tahunan setiap program dan kegiatan daerah;
c. Menjabarkan gambaran tentang kondisi umum daerah sekarang dalam
konstelasi regional dan nasional sekaligus memahami arah dan tujuan yang
ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah;
d. Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemda dan DPRD dalam mencapai
tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah
dan terukur.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

3

1.3. LANDASAN HUKUM
Dalam penyusunan RPJMD ini, sejumlah peraturan telah digunakan
sebagai rujukan yaitu :

1.

Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959 Nomor 74; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1822);

2.

Undang-Undang

Nomor

17

Tahun

2003

tentang


Keuangan

Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437), sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7.


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

4

8.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);

9.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah


(Lembaran

Pedoman Evaluasi
Negara

Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pedoman, Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan PerundangUndangan;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

5

16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 –
2014;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
18. Peraturan daerah nomor 2 Tahun 2010 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran daerah Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2010

Nomor 2);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah
Kabupaten Tana Toraja;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor 10 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Tana
Toraja.
21. Peraturan Daerah Kabupaten Tana Toraja Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tana Toraja (RTRW)

1.4. HUBUNGAN RPJMD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA
Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana
yang telah diamanatkan dalam UU No. 25 tahun 2004, maka keberadaan RPJMD
Kabupaten Tana Toraja Tahun 2010–2015 ini merupakan satu bagian yang utuh
dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja,
khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang baik
dalam RPJP Daerah Kabupaten Tana Toraja maupun RTRW Kabupaten Tana
Toraja. RPJMD ini selanjutnya akan dijadikan sebagai pedoman bagi SKPD untuk
penyusunan Renstra SKPD. Secara bersamaan, baik RPJMD maupun Renstra SKPD
akan digunakan sebagai dasar bagi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

6

Daerah (RKPD), yang terinci ke dalam Rencana Kerja (Renja) SKPD.
Selanjutnya, dalam kaitan dengan sistem keuangan, sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003, maka penjabaran RPJMD ke dalam
RKPD Kabupaten Tana Toraja untuk setiap tahunnya, akan dijadikan pedoman
bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
Kabupaten Tana Toraja. Gambaran tentang hubungan antara RPJMD Kabupaten
Tana Toraja Tahun 2010–2015 dengan dokumen perencanaan lainnya, baik dalam
kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem
keuangan adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1.
Hubungan RPJMD Daerah Tana Toraja dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

UU No. 25/2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

UU No. 17/2003 tentang
Keuangan Negara

7

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah

Daerah

merupakan

penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati, yang
penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional serta RPJMD
Provinsi Sulawesi Selatan.

RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah,

strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja
perangkat daerah (SKPD), lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program
kewilayahan, disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Rencana

kerja

pemerintah

daerah

disusun

dalam

rencana

kerja

pembangunan daerah yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang
langsung dilaksanakan oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi aktif masyarakat berdasarkan rencana strategis satuan
kerja perangkat daerah, rencana kerja satuan kerja perangkat daerah, serta
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang bersifat
indikatif.

1.5.

POLA PIKIR DAN PROSES PENYUSUNAN
Penyusunan RPJMD Kabupaten Tana Toraja 2010–2015 ini disusun
dengan pola pikir sebagaimana divisualisasikan dalam Gambar 1.2 berikut ini,
dengan berpedoman pada sejumlah prinsip utama dan tahapan proses sebagai
berikut:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

8

1.

RPJMD adalah dokumen perencanaan jangka menengah dengan wawasan
5 tahun, dan berfungsi sebagai rujukan penyusunan Renstra SKPD, RKPD,
KUA, PPAS, RKA SKPD dan R-APBD;

2.

Sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan, RPJMD Kabupaten Tana Toraja
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari RPJM Nasional dan RPJMD
Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga penyusunannya dilakukan dengan
koordinasi yang sangat komprehensif dengan Pusat dan Provinsi serta
merujuk pada Arah Kebijakan Nasional dan Provinsi;

3.

Sebagai dokumen perencanaan jangka menengah,

penentuan arah

kebijakan umum pembangunan Kabupaten Tana Toraja sepanjang periode
waktu 5 tahun ke depan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a.

Sinkronisasi arah kebijakan umum dan program prioritas nasional dan
provinsi ke dalam arah kebijakan umum dan program prioritas
Kabupaten Tana Toraja sesuai batas kewenangan Bupati Tana Toraja
sebagaimana diamanatkan dalam PP No 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

b.

Pencermatan dan analisis potensi lokal Kabupaten Tana Toraja

dan

potensi regional daerah sekitarnya sebagai alat bantu dalam rangka
menentukan peran dan fungsi yang akan dimainkan oleh Kabupaten
Tana Toraja dalam percaturan ekonomi regional dan lokal;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

9

Gambar 1.2.

Pola Pikir Dan Proses
Penyusunan RPJMD Kabupaten Tana Toraja, 2010-2015
PERSIAPAN AWAL

KOMITMEN
KDH DAN DPRD

KESEPAKATAN INTERNAL
KESEPAKATAN EKSTERNAL

MASUKAN
STAKEHOLDERS

KOMITMEN
& MANDAT

MASUKAN
PUSAT DAN PROVINSI

ISSUE STRATEGIS
& SKENARIO

ANALISIS KEWENANGAN
(PP N0. 38/07)

VISI-MISI KDH

ANALISIS TUPOKSI SKPD
(PP NO. 41/07)

ARAH KEBIJAKAN UMUM

PERDA RPJMD
KABUPATEN TANA TORAJA,2010 - 2015

c.

Bantuan pemikiran stakeholders, baik dari pusat, provinsi dan dari
stakeholders setempat sebagai bahan masukan untuk mengenali
kekuatan yang dimiliki, kelemahan dan ancaman yang dihadapi serta
peluang yang tersedia;

d.

Kesepakatan internal dan eksternal, terutama dukungan dan komitmen
DPRD Kabupaten Tana Toraja serta komitmen dan mandat dari para
stakeholders, dalam rangka mempertajam rumusan visi dan misi
Kabupaten untuk periode waktu 5 tahun ke depan. Visi dan misi
Kabupaten untuk periode waktu 5 tahun ke depan berfungsi sebagai
acuan bagi setiap SKPD dalam menyusun rumusan visi dan misi SKPD
yang akan dituangkan ke dalam Renstra SKPD;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

10

e.

Penyaringan isu strategis, terutama isu tentang rona ruang, kondisi fisik
dasar, potensi sumber daya alam, profil demografi, terutama laju
pertumbuhan penduduk, angka kematian, tingkat kemiskinan serta
pola-pola distribusi dan konsentrasi pemukiman penduduk, termasuk
pencermatan terhadap PDRB terutama kontribusi 11 sektor primer
dalam

pembentukan

produk

domestik

regional

bruto

yang

keseluruhannya digunakan dalam rangka penentuan arah kebijakan
pembangunan

ekonomi

yang

berorientasi

kepada

peningkatan

kesejahteraan dengan tetap berpedoman kepada pembangunan yang
ramah lingkungan;
f.

Diskusi interaktif internal antara seluruh SKPD Kabupaten Tana Toraja
dalam

rangka

membangun

kesepakatan

kolektif

untuk

mulai

melaksanakan kegiatan pembangunan yang berbasis kinerja sesuai
tugas pokok tiap-tiap SKPD;
g.

Diskusi

interaktif

eksternal

dalam

bentuk

Musrenbang

RPJMD

Kabupaten Tana Toraja dalam rangka membangun kesepakatan
kolektif antar seluruh stakeholders tentang arti penting RPJMD sebagai
pedoman normatif pembangunan jangka menengah Kabupaten Tana
Toraja;
h.

Konsultasi dengan pemerintah provinsi terutama Bappeda dan Biro
Hukum Setda Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka sinergi kebijakan
dan sinkronisasi program antara Provinsi Sulawesi Selatan dan
Kabupaten Tana Toraja;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

11

i.

Pembahasan substansial dan normatif antara Pemerintah Kabupaten
Tana Toraja dengan DPRD Kabupaten Tana Toraja dalam rangka
penetapan Perda RPJMD Kabupaten Tana Toraja 2010 - 2015.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini disusun
dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN.
Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD, maksud dan tujuan
penyusunan, landasan normatif penyusunan, hubungan dengan dokumen
perencanaan lainnya, pola pikir penyusunan dan sistematika penulisan, dengan
rincian sebagai berikut:
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.3 Landasan Hukum
1.4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
1.5 Pola Pikir dan Proses Penyusunan
1.6 Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH.
Bab ini menguraikan statistik dan gambaran umum kondisi daerah saat ini dan
masa lima tahun ke depan, dengan maksud mengetahui keadaan daerah pada
berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial ekonomi daerah dan yang akan
diintervensi melalui berbagai kebijakan dan program daerah dalam jangka waktu
lima tahun, dengan rincian sebagai berikut:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

12

2.1 Kondisi geografis
2.2 Perekonomian Daerah
2.3 Sosial Budaya
2.4 Sarana Prasarana
2.5 Pemerintahan Umum
2.6 Permasalahan Bidang Pemerintahan Daerah

BAB III. GAMBARAN

DAN

KEBIJAKAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN

DAERAH.
Bab ini menjelaskan gambaran kebijakan pengelolaan keuangan daerah selama
lima tahun terakhir dan proyeksi kebijakannya selama periode lima tahun ke
depan, dengan rincian sebagai berikut:
3.1 Gambaran Umum Keuangan
3.2 Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
3.3 Kebijakan Umum Pengelolaan Pendapatan
3.4 Kebijakan Umum Pengelolaan Belanja
3.5 Kebijakan Umum Pengelolaan Pembiayaan
3.6 Kebijakan Umum Pengelolaan Aset

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Bab ini berisi uraian tentang analisis isu-isu strategis, baik internal maupun
eksternal. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses perumusan arah
kebijakan, strategi dan skala prioritas. Teknik analisis yang digunakan adalah
SWOT, dengan rincian sebagai berikut:
4.1 Umum

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

13

4.2 Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan
4.3 Isu-isu strategis
4.4 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
Bab ini menguraikan rumusan visi, misi, nilai-nilai, tujuan dan sasaran Strategi
Pembangunan Jangka Manengah Kabupaten Tana Toraja pasangan Bupati dan
Wakil Bupati periode 2010–2015, serta gambaran tentang prioritas yang akan
dicapai, dengan rincian sebagai berikut:
5.1 Visi
5.2 Misi
5.3 Nilai-nilai
5.4 Tujuan
5.5 Sasaran

BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini berisi tentang strategi dan arah kebijakan dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Tana Toraja lima tahun kedepan.

BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAMPEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini berisi tentang matriks kebijakan, program indikator dan target 2015 serta
gambaran keterkaitan antara bidang usaha Pemerintah Daerah dengan rumusan
indikator kinerja sasaran yang menjadi acuan penyusunan Program Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang
ditetapkan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

14

BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN
PEMBANGUNAN
Bab ini berisi tentang pengelompokan fungsi pemerintahan kedalam 9 aspek
sesuai dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007 yang kemudian diuraikan
kedalam program prioritas.

BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA
Bab ini berisi penetapan indikator kinerja yang mendukung pencapaian visi
Bupati/Wakil Bupati Tana Toraja periode 2010-2015.

BAB X. KAIDAH PELAKSANAAN DAN PEDOMAN TRANSISI
Bab ini berisi ketentuan tentang kaidah yang harus dipatuhi dalam melaksanakan
RPJMD Kabupaten Tana Toraja ini serta pedoman transisi dalam menyusun
R-APBD tahun 2016, sehubungan dengan berakhirnya masa bhakti Bupati dan
Wakil Bupati pada tahun 2015, dengan rincian sebagai berikut:
10.1 Kaidah pelaksanaan Pembangunan Tahun 2010-2015
10.2 Pedoman Transisi

BAB XI. PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

15

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Kondisi Goegrafis
2.1.1. Letak Geografis
Kabupaten Tana Toraja yang beribukota di Makale secara geografis
terletak di bagian Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu antara 2° - 3° Lintang
Selatan dan 119° - 120° Bujur Timur, dengan luas wilayah tercatat 2.054,30
km2 persegi.
Dengan batas-batas, yaitu :
-

Sebelah utara adalah Kabupaten Toraja Utara dan Propinsi Sulawesi Barat

-

Sebelah Selatan adalah Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang

-

Sebelah Timur adalah Kabupaten Luwu

-

Sebelah Barat adalah Propinsi Sulawesi Barat
Secara administratif, Kabupaten Tana Toraja meliputi 19 Kecamatan, 112

lembang dan 47 kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, jumlah
lembang dan kelurahan serta luas kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2010

01

Bonggakaradeng

5

1

206,76

Persentase
terhadap Luas
Kab. (%)
10,06

02

Simbuang

5

1

194,82

9,48

03

Rano

5

-

89,43

4,35

04

Mappak

5

1

166,02

8,08

05

Mengkendek

13

4

196,74

9,58

No

Kecamatan

Jumlah
Jumlah
Lembang Kelurahan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Luas
(KM2)

16

06

Gandang Batu Sillanan

9

3

108,63

5,29

07

Sangalla

3

2

36,24

1,76

08

Sangalla Selatan

4

1

47,80

2,33

09

Sangalla Utara

4

2

27,96

1,36

10

Makale

1

14

39,75

1,93

11

Makale Selatan

4

4

61,70

3,00

12

Makale Utara

-

5

26,08

1,27

13

Saluputti

8

1

87,54

4,26

14

Bittuang

14

1

163,27

7,95

15

Rembon

11

2

134,47

6,55

16

Masanda

8

-

134,77

6,56

17

Malimbong Balepe

5

1

211,47

10,29

18

Rantetayo

3

3

60,35

2,94

19

Kurra

5

1

60,50

2,94

112

47

2.054,30

100,00

Total

Sumber : Badan Pertanahan Nasional dan BPS, Kabupaten Tana Toraja.

Ibukota Kabupaten Tana Toraja terletak sekitar 329 km arah Utara Kota
Makassar Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan yang melalui Kabupaten Enrekang,
Kabupaten Sidrap, Kota Pare-pare, Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkep dan
Kabupaten Maros. Tana Toraja adalah ikon budaya dan pariwisata di Propinsi
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daya tarik industri pariwisata Indonesia,
hal ini merupakan potensi bagi pengembangan berbagai kegiatan produksi dan
ekonomi di Kabupaten Tana Toraja.

2.1.2. Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja merupakan dataran tinggi yang
dikelilingi oleh pegunungan dengan keadaan lerengnya curam yakni rata-rata
kemiringannya diatas 25 %. Kabupaten Tana Toraja terdiri dari pegunungan,
dataran tinggi, dataran rendah dan sungai dengan ketinggian yang berkisar

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

17

antara < 300 m – > 2.500 m diatas permukaan laut. Bagian terendah
Kabupaten Tana Toraja berada di Kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan
bagian tertinggi berada di Kecamatan Bittuang, dengan rincian sebagai berikut:
-

5.063,79 Ha pada ketinggian < 300 m

= 2,44 %

-

11.808,06 Ha pada ketinggian 300 m – 500 m

= 5,69 %

-

72.888,59 Ha pada ketinggian 500 m - 1000 m

= 35,12 %

-

69.342,94 Ha pada ketinggian 1000 m – 1500 m

= 33,41 %

-

29.644,43 Ha pada ketinggian 1500 m – 2000 m

= 14,28 %

-

17.565,65 Ha pada ketinggian 2000 m – 2500 m

= 8,46 %

-

1.237,14 Ha pada ketinggian diatas 2500 m

= 0,60 %

2.1.2. Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kabupaten Tana Toraja dapat diamati dengan
adanya air tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di
permukaan (run off) dan sebagian lagi meresap ke bumi dan sampai ke tempat–
tempat yang dangkal, serta sebagian lagi mencapai tempat-tempat yang dalam,
dimana sering dikategorikan sebagai air tanah.
Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Tana
Toraja berasal dari sungai saddang

yang merupakan salah satu sungai

terpanjang yang berada di Sulawesi Selatan serta beberapa sungai-sungai yang
mengalir di wilayah tersebut diantaranya sungai Mai’ting, sungai Saluputti,
sungai Maulu, sungai Surame, sungai Sarambu yang pada umumnya bersumber
dari mata air pegunungan. Untuk jenis air ini sebagian besar dipergunakan
untuk keperluan pertanian, pariwisata (arung jeram) dan rumah tangga,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

18

sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan
kedalaman sekitar 10 – 15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air ini dipergunakan oleh sebagian besar
masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga.

2.1.4. Klimatologi
Kabupaten Tana Toraja termasuk daerah yang beriklim tropis basah,
temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° c - 28° c dengan kelembaban
udara antara 82 - 86 %, curah hujan rata-rata 1500 mm/thn sampai lebih dari
3500 mm/tahun.
Daerah Kabupaten Tana Toraja pada dasarnya beriklim tropis dengan
dua musim, berdasarkan curah hujan yakni :
a.

Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret

b.

Musim kemarau pada periode bulan April sampai September

Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Tana Toraja adalah tipe C2 yaitu
bulan basah (200 mm) selama 2–3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100
mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut. Hal ini sangat mendukung aktivitas
masyarakat pada sektor agraris.

2.1.5. Geologi
Keadaan geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh
formasi bebatuan dari gunung Latimojong yang mencakup luas wilayah sekitar
1.565,59 Ha, yang diantaranya 48,84 % adalah jenis batuan soprin coklat
kemerah-merahan. Jenis batuan di wilayah Kabupaten Tana Toraja pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

19

umumnya terdiri dari batuan soprin coklat kemerah-merahan dan soprin napalan
abu-abu, batu gamping, batu pasir kwarsit, gradorir diorir.
2.1.6. Jenis Tanah
Kategori tanah yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil
penelitian Lembaga Penelitian Tanah Bogor, terdiri atas bahan induk endapan
liat atau marine dengan jenis tanah berupa:
-

Alluvial kelabu yang sebagian besar terdapat pada daerah lembah dan tanah
berbukit.

-

Brown forest, mediteran, dan podsolit merah kuning terdapat pada daerah
yang bergelombang dan pegunungan.

2.1.7. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Tana Toraja merupakan manivestasi dari
aktivitas masyarakat, karena itu pola penggunaan tanah adalah salah satu
refleksi dari bentuk hubungan antara masyarakat dengan lingkungannya.
Intensitas penggunaan lahan merupakan pencerminan potensi wilayah yang
bersangkutan. Adapun rincian penggunaan lahan di Kabupaten Tana Toraja
tahun 2010 yang dikategorikan kedalam dua aspek, sebagai berikut:
a.

Lahan kering (not wetland) dengan luas 194.994 Ha, kategori lahan ini
menyebar diseluruh kecamatan dan terluas di tiga Kecamatan, diantaranya
Malimbong Balepe (20.831 Ha), Bonggakaradeng (20.530 Ha), Mengkendek
(18.038 Ha). Penggunaan lahan kering ini diperuntukan sebagai areal
hutan 41.595 Ha, tegalan dan perkebunan 35.602 Ha, padang rumput
14.439 Ha, pekarangan dan kolam 9.453 Ha, lainnya 93.907 Ha.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

20

b.

Lahan Sawah (wetland) dengan luas 10.761 Ha, kategori penggunaan
lahan ini hampir merata disemua kecamatan. Penggunaan lahan ini
diperuntukkan sebagai areal persawahan dengan perincian :

pengairan

sederhana PU seluas 521 Ha, pengairan non PU 3.187 Ha, sawah tadah
hujan dan lainnya seluas 7.053 Ha.
Penggunaan lahan untuk areal hutan di Kabupaten Tana Toraja masih
tergolong cukup luas yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi (hutan
negara). Selain hutan Negara Tana Toraja juga mempunyai hutan rakyat, dari
hutan rakyat inilah masyarakat Toraja dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan kayu-kayuan. Luasnya hutan di Tana Toraja ini yang membentang
hijau mulai dari utara sampai ke selatan juga berfunsi sebagai pelindung mata
air, pencegah erosi dan banjir, dan sangat memungkinkan untuk pengembangan
menjadi hutan wisata sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.
Di sektor pertanian, penggunaan lahan merupakan sesuatu yang sangat
vital hal ini terlihat pada luas area persawahan yang mencapai 10.761 Ha
dengan dukungan pengairan yang cukup memadai. Kegiatan pertanian bagi
masyarakat Toraja selain dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok dan
peningkatan sektor ekonomi, juga merupakan hal yang simbiolik. Semakin luas
sawah yang dimiliki seseorang, semakin tinggi status sosial yang disandangnya.
Sektor perkebunan juga sangat penting bagi masyarakat Tana Toraja.
Luas penggunaan lahan untuk areal perkebunan dan tegalan mencapai hingga
35.602 Ha, dengan sebaran terluas berada di Kecamatan Mengkendek 6.590 Ha,
Masanda 5.426 Ha, Kecamatan Rembon 4.876, Kecamatan Bittuang 4.195 Ha,
dan sisanya menyebar di 15 kecamatan lainnya. Pada umumnya tanaman

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

21

perkebunan yang cukup dominan di Kabupaten Tana Toraja adalah kopi arabica
2.351,00 ton pada tahun 2009 dan coklat 2.277,00 ton pada tahun 2009.
Penggunaan kawasan alam lainnya di Tana Toraja merupakan areal
pemukiman,

peternakan,

perikanan,

industri

dan

perdagangan,

serta

pertambangan yang terdapat pada lapisan tanah kawasan pegunungan dan
dataran rendah yang mengandung bahan galian tambang dengan deposit yang
cukup besar.

2.2. Perekonomian Daerah
2.2.1. Potensi Ekonomi dan komoditas unggulan
Sebagian besar

dari luas wilayah Kabupaten Tana Toraja merupakan

dataran tinggi yang dikelilingi oleh pegunungan sehingga sangat potensial untuk
kegiatan sektor-sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Daerah aliran sungai (DAS) di Tana Toraja tergolong banyak yang
didominasi oleh sungai Saddang dengan panjang sekitar 182 km dengan lebar
rata-rata 80 m serta memiliki anak sungai sebanyak 294, sangat sesuai untuk
kegiatan peningkatan perekonomian masyarakat pada sektor agraris. Di samping
itu kondisi Daerah aliran sungai (DAS) yang pada umumnya deras dan
bergelombang akibat kemiringan kawasan lereng yang curam, sangat potensial
untuk dikembangkan menjadi objek wisata alam arung jeram.

A. Pertanian
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu wilayah kabupaten
yang memiliki pengusahaan pertanian tanaman pangan yang sangat
strategis di Provinsi Sulawesi Selatan. Luas baku areal persawahan di

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

22

Kabupaten Tana Toraja tahun 2009 mencapai 15.671 Ha. Total areal
persawahan yang paling luas terletak di Kecamatan Mengkendek mencapai
1.636 Ha. Total produksi padi pada tahun 2009 sebesar 75.620,23 Ton
dengan luas panen 15.671 Ha. Produksi jagung sebesar 8.376,40 ton
dengan luas panen 1.838 Ha.
Hasil produksi perkebunan tahun 2009 yang cukup dominan di
Kabupaten Tana Toraja adalah tanaman kopi Arabica dan coklat yang
masing-masing berproduksi sebesar 2.351,00 ton dan 2.277,00 ton.
Produksi hasil hutan yang terdiri dari Kayu Lunak, Rotan dan damar juga
merupakan salah satu sektor yang dikembangkan oleh masyarakat di
Kabupaten Tana Toraja.

B. Peternakan
Populasi ternak besar yang dominan di Kabupaten Tana Toraja
adalah sapi, kerbau dan kuda, pada tahun 2009 masing-masing tercatat
5.935 ekor, 26.665 ekor dan 4.167 ekor. Selanjutnya, untuk populasi ternak
kecil dan unggas pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya. Populasi ternak kecil yang terdiri dari babi dan kambing
masing-masing 236.577 ekor dan 6.701 ekor. Populasi unggas terdiri dari
ayam buras, ayam ras dan itik tercatat sebanyak 373.659 ekor, 6.500 ekor
dan 53.986 ekor. Hewan ternak di Kabupaten Tana Toraja, khususnya
kerbau dan babi merupakan ciri khas daerah ini yang dipergunakan pada
setiap upacara-upacara adat.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

23

C. Perikanan
Ikan merupakan salah satu bahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani, namun merupakan komoditas yang tidak banyak
terdapat di Kabupaten Tana Toraja. Aktivitas perekonomian masyarakat
pada sektor perikanan bukan merupakan kegiatan pokok, dan pada
umumnya dilakukan hanya untuk konsumsi rumah tangga yang sebagian
besar didapat dari sungai dan sawah.
Produksi perikanan pada tahun 2009 sebesar 1.345,46 ton dengan
volume masing-masing 14,86 ton yang didapat dari sungai, 7,30 ton
dipelihara di kolam dan 1.323,30 ton yang dipelihara di sawah. Sebaran
produksi ikan di Kabupaten Tana Toraja yang bersumber dari sungai, paling
tinggi terdapat di Kecamatan Makale Utara yakni 2,47 ton dan terendah di
Kecamatan Bittuang yakni 0,27 ton, yang bersumber dari pemeliharaan
kolam, paling tinggi terdapat di Kecamatan Mengkendek sebesar 1,44 ton
dan terendah di Kecamatan Rantetayo 0,10 ton, sedangkan yang bersumber
dari sawah, paling tinggi terdapat di Kecamatan Sangalla Selatan sebesar
130,32 ton dan terendah di Kecamatan Rano 14,60 ton.
Luas areal pemeliharaan dan penangkapan ikan di Kabupaten Tana
Toraja pada tahun 2009, adalah sebagai berikut:
a.

Areal pemeliharaan (care) seluas 1.022,12 Ha, dengan rincian 2,42 Ha
kolam dan 1.019,70 Ha sawah.

b.

Areal penangkapan (keep) seluas 20,68 Ha, semuanya bersumber dari
sungai yang sebagian besar areal penangkapan berada di sungai
Saddang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

24

D. Pertambangan dan Galian
Potensi pertambangan dan galian di Kabupaten Tana Toraja, berupa
mineral

logam

dan

non

logam

dapat

ditemukan

di

Kecamatan

Boggakaradeng dan di daerah aliran sungai (DAS) Saddang serta di
beberapa anak sungai Saddang. Dalam uji petik pada salah satu penelitian
yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di Paton sebelah utara kota
Kecamatan Bonggakaradeng, daerah ini diapit oleh DAS Masuppu dan DAS
Saddang. Secara umum daerah ini ditempati oleh batuan gunung api Talaya
dan batuan sedimen adang yang menutup tidak selaras formasi Toraja dan
dibatasi struktur berupa patahan. Temuan gejala mineralisasi logam
ternyata hanya berupa pirit dan uratkuarsa-silika tipis, namun dari batuan
yang tersingkap dipermukaan tidak nampak adanya mineralisasi logam.
Mineralisasi logam yang ditemukan berupa timah hitam dalam dua buah
urat kuarsa pada batuan andesit mengandung galena dan kalkopirit dengan
kandungan logam tembaga 0,2 – 0,6 %.
Bahan galian non logam industri yang terdapat di Kabupaten Tana
Toraja berupa pasir (sungai), sirtu, gamping, marmer, kaolin, kuarsa dan
ziolit. Hanya pasir sungai yang telah memberikan manfaat secara ekonomis
pada PAD dari retribusinya, sementara batu gamping dan marmer baru
dimanfaatkan untuk pondasi rumah dan pembuatan jalan. Bahan galian
yang cukup banyak ditemukan berupa ziolit sangat potensial dan cukup baik
bila dimanfaatkan untuk bahan baku campuran pakan ternak, penjernih air
dan lain-lain. Manfaat endapan bahan galian toseki yang terdapat di sekitar

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

25

DAS Saddang, saat ini oleh penduduk baru digunakan sebagai bahan
bangunan padahal bermanfaat pula sebagai bahan galian industri.

E. Perdagangan
Peluang pengembangan sektor perdagangan Kabupaten Tana Toraja
sangat potensial, khusus pada bidang perdagangan hasil-hasil bumi seperti
kopi, coklat, vanili, sayur-sayuran dan pada bidang perdagangan hasil-hasil
ternak seperti kerbau, babi dan unggas. Aktivitas perdagangan di daerah ini
sebagian besar didukung oleh keberadaan 6 pasar dengan sistem
perputaran setiap 6 hari, pasar tersebut diantaranya pasar Makale, Rembon,
Bittuang, Ge’tengan, Rantetayo dan Sangalla’.
Potensi perdagangan di daerah ini dapat dilihat dari tingginya minat
masyarakat

pada

sektor

usaha

kecil.

Perkembangan

dunia

usaha

perdagangan di Kabupaten Tana Toraja dapat kita lihat dari data jumlah
perusahaan yang memperoleh surat izin usaha perdagangan pada tahun
2009 sebanyak 98 unit usaha yang terdiri dari perdagangan kecil sebanyak
84 unit usaha, perdagangan menengah sebanyak 13 unit usaha dan
perdagangan besar sebanyak 1 unit usaha. Walau aktivitas perdagangan
terdistribusi di 6 pasar akan tetapi masih cenderung didominasi usaha
perdagangan di ibu kota kabupaten yaitu Kecamatan Makale, dan dari 84
surat izin usaha perdagangan yang ada, 56 surat izin atau sekitar 67% di
antaranya berada di Kecamatan Makale.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

26

F. Perindustrian
Sektor industri Kabupaten Tana Toraja menunjukkan kecenderungan
meningkat, baik dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja,
maupun nilai investasinya. Industri di Kabupaten Tana Toraja terbagi atas
industri besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Perusahaan industri
pada tahun 2009 tercatat sebanyak 44 perusahaan.
Industri pengelolaan di Kabupaten Tana Toraja dikelompokkan
kedalam 4 golongan berdasarkan banyaknya pekerja, yakni sebagai berikut:
a.

Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja/karyawan
sebanyak 100 orang atau lebih.

b.

Industri

menengah

adalah

perusahaan

yang

mempunyai

pekerja/karyawan sebanyak 20 – 99 orang.
c.

Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja/karyawan
sebanyak 5 – 19 orang.

d.

Industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumahtangga yang
mempunyai pekerja/karyawan sebanyak 1-4 orang.

G. Pariwisata
Pengembangan

kepariwisataan

di

Kabupaten

Tana

Toraja

ditunjukkan pada peningkatan kemampuan untuk menggalakkan kegiatan
ekonomi yang melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan
mampu

membuka

lapangan

kerja,

meningkatkan

pendapatan

bagi

pemerintah dan masyarakat di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi
negara. Pariwisata Tana Toraja memang memiliki daya tarik yang unik.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

27

Peninggalan budaya yang sudah ada sejak jaman megalitikum, memberikan
warna dan makna tersendiri bagi siapa saja yang mengunjungi daerah ini.
Penduduk yang ramah, budaya yang asli dan lestari menjadikan Tana Toraja
menjadi salah satu dari 15 daerah tujuan wisata Indonesia sekaligus
menjadi salah satu ikon Pariwisata Indonesia tahun 2010.
Pengelolaan potensi pariwisata di daerah ini menjadi perhatian
khusus pemerintah daerah, hal ini tercermin dalam arah kebijakan (visi)
pemerintah

bahwa

tujuan

utama

pembangunan

pariwisata

adalah

menjadikan Tana Toraja sebagai destinasi kedua setelah Bali. Di sisi lain,
dukungan masyarakat Tana Toraja sangat positif memberikan respon
pengembangan pariwisata. Banyak masyarakat yang tergantung dari hasil
penjualan hasil karya budaya (kain tenun, ukiran). Namun satu hal yang
harus menjadi perhatian utama pemerintah dalam pencapian visi pariwisata
tersebut adalah masih rendahnya minat berinvestasi pihak swasta. Hingga
saat ini beberapa investasi sosial sudah terbentuk di daerah ini, seperti
halnya kesadaran masyarakat akan pariwisata. Namun beberapa investasi
lain, seperti infrastruktur, regulasi, sumber daya manusia menjadi alasan
klasik mengapa investor tidak berani menanamkan investasi di daerah ini.
Oleh karena itu perlu kajian untuk melihat seberapa jauh aspek sosial
yang telah dibangun Kabupaten Tana Toraja. Aspek sosial ini sangat
berguna sebagai penilaian tersendiri bagi banyak pihak sebagai refleksi
tentang perkembangan wisata Tana Toraja. Aspek sosial tersebut meliputi
Objek Wisata yang ada di Tana Toraja, Frekuensi Pengunjung Wisman dan
Wisnu, Kondisi infrastruktur (Darat dan Udara), Pendapatan daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

28

anggaran Pariwisata, serta Kualitas Sumber Daya Manusia. Aspek sosial
tersebut akan menjadi kunci penting dalam mengundang aspek bisnis.
Apabila secara sosial kriteria tersebut layak dimata investor, maka potensi
investasi akan semakin besar. Dengan investasi yang memadai, sumber
pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
Sebagai daerah wisata yang cukup terkenal, Kabupaten Tana Toraja
memiliki sedikitnya 8 objek wisata unggulan yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Masing-masing obyek wisata mimiliki cirri khas dan daya
tarik tersendiri, kedelapan obyek wisata unggulan tersebut adalah panorama
Buntu Burake, Tongkonan Tumbang Datu-Bebo, Agro Pango-Pango, air
terjun Sarambu Assing, dinding pahat Lemo, wisata Sirope, pemandian alam
Tilangnga’, dan perumahan adat Sillanan. Sebagian besar objek wisata
tersebut adalah objek wisata alam, dan beberapa di antaranya sudah
dikenal oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Selain
kedelapan obyek wisata unggulan yang sangat potensial dikembangkan
tersebut, masih ada beberapa tradisi, adat dan budaya yang merupakan
ikon pariwisata di daerah ini yang sudah dikenal hingga ke mancanegara.
Kuncinya

adalah

obyek

wisata

di

Kabupaten

Tana

Toraja

harus

mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius oleh semua pihak
karena Tana Toraja telah dinominasikan sebagai salah satu dari 23 situs
dalam daftar World Heritage Culture oleh Unesco.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

29

2.2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tana Toraja dapat dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan salah satu pencerminan
kemajuan ekonomi suatu daerah. Sementara itu, potensi ekonomi pada suatu
wilayah dapat diukur dari kontribusi masing-masing sektor terhadap nilai PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto). Variabel yang digunakan dalam PDRB terdiri
atas 9 (sembilan) sektor lapangan usaha, yaitu sektor (1) pertanian, (2)
pertambangan dan galian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih,
(5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) angkutan dan
komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, (9) sektor jasa.
Perkembangan Produk Domestik regional Bruto (PDRB), Kabupaten Tana
Toraja dari tahun ke tahun terus membaik. Hal ini dapat terlihat dari angka
PDRB atas dasar harga berlaku yang selalu mengalami peningkatan, pada tahun
2009 PDRB harga berlaku mencapai 1.259.215,83 juta rupiah atau terjadi
peningkatan sekitar 12,83 persen dari tahun 2008 yang nilainya hanya
1.116.036,45 juta. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 sebesar 6,10 % jika
dilihat pada periode 2005-2009, pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya terus
membaik.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

30

Tabel 2.
Tabel . Perkembangan PDRB Kabupaten Tana Toraja Atas Dasar Harga
Berlaku dan Konstan, menurut lapangan usaha di Kabupaten Tana
Toraja-Tahun 2005-2009
Atas Dasar Harga Berlaku
No. Tahun
1.
2.
3.
4.
5.

2005
2006
2007
2008
2009

PDRB (Juta Rp)
703,784.29
782,469.58
886,492.25
1,116.036.45
1,259,215.83

Rata-rata (%)

Atas Dasar Harga Konstan
PDRB
Pertumbuhan
(Juta Rp)
(%)
496,941.85
4.41
517,268.80
4.53
544,797.12
5.32
587,415.65
7.82
623,229.88
6.10
5.55

Sumber: BPS Kab. Tana Toraja 2009

Karakteristik penting yang melekat dalam proses pertumbuhan ekonomi
yaitu tingkat perubahan struktural dan pergeseran sektoral. Komponen utama
dari perubahan struktural ini meliputi pergeseran secara bertahap kegiatankegiatan dari bidang pertanian ke non pertanian. Berdasarkan data distribusi
PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha terlihat bahwa
perekonomian Kabupaten Tana Toraja masih didominasi oleh sektor pertanian
yang mencapai 336,170.52 juta rupiah pada tahun 2005 dan cenderung
mengalami peningkatan tiap tahunnya hingga pada tahun 2009 mencapai
484,964.40 juta rupiah. Lapangan usaha lain persentasenya cenderung sama
dengan sektor pertanian mengalami kenaikan yakni dari tahun 2005 hingga
2009, rata-rata peningkatannya mencapai sekitar 50% dan untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

31

Tabel 3.
Tabel . PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
Kabupaten Tana Toraja, tahun 2005-2009

LAPANGAN USAHA

2005

2006

2007

2008

2009*)

Ratarata

1. Pertanian

0,93

1,98

1,71

5,26

2,59

2,49

2. Pertab/ Penggalian

21,15

4,52

10,42

14,1

21,69

14,37

3. Industri Pengolahan

6,19

2,61

2,89

37,67

7,49

11,37

-1,08

8,30

10,68

18,45

12,93

9,86

6,60

7,50

7,76

2,36

5,76

6,00

8,14

10,77

6,85

16,06

17,03

11,87

3,84

9,49

12,26

13,92

12,22

10,35

6,57

7,01

15,76

10,49

9,01

9,77

9. Jasa-Jasa

9,39

2,67

8,32

2,28

2,92

5,10

Total P D R B

4,41

4,53

5,32

7,82

6,10

5,55

4. Listrik, Gas dan Air
Bersih
5. Bangunan
6.Perdagangan, Hotel &
Restoran
7.Angkutan dan
Komunikasi
8. Bank dan Lembaga
Keuangan

Sumber: BPS Kab. Tana Toraja 2009

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

32

2.3. Sosial Budaya
2.3.1. Penduduk
Jumlah Penduduk di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan Survey Sosial
Ekonomi Nasional tahun 2009 adalah 240.249 jiwa yang tersebar di 19
Kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 32.402 jiwa mendiami
Kecamatan Makale. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang
masing-masing 122.454 jiwa penduduk laki-laki dan 117.795 jiwa penduduk
perempuan. Hal ini juga tercermin pada angka rasio jenis kelamin yang lebih
besar dari 100% yaitu 104%, ini berarti dari 100 orang perempuan terdapat 104
orang laki-laki.
Kepadatan penduduk di kabupaten Tana Toraja pada tahun 2009 telah
mencapai 117 jiwa/km2. Kecamatan terpadat terdapat di kecamatan Makale,
dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 815 jiwa/km2, sedangkan
kecamatan yang tingkat kepadatannya penduduk paling rendah adalah
Kecamatan Bonggakaradeng dan simbuang yaitu 32 dan 34 jiwa/km2.
Tabel 4.
Jumlah Penduduk Kabupaten Tana Toraja Berdasarkan Kecamatan
Tahun 2009
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jumlah
Penduduk
Bonggakaradeng
6,676
Simbuang
6.637
Rano
6.520
Mappak
6.268
Mengkendek
31.439
Gandang Batu Sillanan
20.408
Sangalla
7.422
Sangalla Selatan
8.879
Kecamatan

Luas (Km2)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

206,76
194,82
89,43
166,02
196,74
108,63
36,24
47,80

Kepadatan
32
34
73
38
160
188
205
186

33

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Sangalla Utara
Makale
Makale Selatan
Makale Utara
Saluputti
Bittuang
Rembon
Masanda
Malimbong Balepe
Rantetayo
Kurra
Jumlah/total

8.719
32.402
12.934
12.774
11.598
14.106
20.028
5.969
10.013
11.398
6.059

27,96
39,75
61,70
26,08
87,54
163,27
134,47
134,77
211,47
60,35
60,50

312
815
210
490
132
86
149
44
47
189
100

240.249

2.054,30

117

Sumber: BPS Kab. Tana Toraja 2009

Sebagian besar penduduk Kabupaten Tana Toraja beragama Kristen,
ditinjau dari pemeluk agama pada tahun 2009 tercatat 155.966 Umat Kristen
Protestan, 44.483 Umat Katolik, 31.164 Umat Islam, 8.616 Umat Hindu dan 20
Umat Budha. Perkembangan pembangunan di bidang spiritual di daerah ini dapat
dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama.

2.4. Sarana Prasarana
Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah agraris membutuhkan sarana dan
prasarana pendukung dalam menunjang aktivitas masyarakat pada sektor ini,
hal ini penting karena sarana dan prasarana yang ada belum mampu
menjangkau seluruh pelosok desa dan kualitasnyapun masih rendah. Jalan yang
merupakan prasarana utama di daerah ini dalam memperlancar kegiatan
perekonomian di semua sektor dipandang masih sangat perlu untuk ditingkatkan.
Data tahun 2009 menunjukan bahwa panjang jalan di Kabupaten Tana Toraja
mencapai 1.066.60 km terdiri dari yang beraspal mencapai 336.60 km, berkerikil
192.50 km, dan jalan tanah 537,50 km.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

34

Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah wisata yang masuk dalam 15
daerah tujuan wisata di Indonesia dan merupakan destinasi kedua setelah Bali,
sangat membutuhkan pengembangan sarana dan prasarana penunjang. Bandara
Pongtiku sebagai prasarana utama penunjang pariwisata di daerah perlu segera
dikembangkan. Arus penumpang yang keluar masuk bandara ini pada tahun
2009 terdiri dari orang yang berangkat sebanyak 782 orang dan yang datang
sebanyak 634 orang, dan jika dibanding dengan tahun 2008 cenderung
mengalami peningkatan dan jika diproyeksikan dengan visi pariwisata Kabupaten
Tana

Toraja

sekarang

maka

pengembangan

prasarana

tersebut

perlu

mendapatkan perhatian khusus.
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tana Toraja yang ditujukan
pada peningkatan kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi yang
melibatkan berbagai sektor. Hal ini diharapkan mampu membuka lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat di daerah wisata
serta penerimaan devisa bagi negara. Wistawan domestik pada tahun 2008
tercatat sebanyak 12.041 orang dan turun menjadi 5.499 orang pada tahun 2009
sedangkan wisatawan mancanegara sebanyak 3.895 orang pada tahun 2008 dan
meningkat menjadi 6.204 pada tahun 2009. Hal ini bersinergi dengan jumlah
akomodasi hotel/penginapan sebanyak 15 unit dengan jumlah kamar sebanyak
263 dan 534 tempat tidur. Hal ini juga tercermin pada sarana sektor transportasi
di Kabupaten Tana Toraja, jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2009
sebanyak 16.843 unit. Kendaraan bermotor tersebut terdiri dari 22 kendaraan
khusus, 1.220 unit mobil penumpang, 1.018 truk, 110 bus dan yang merupakan
jumlah terbesar adalah sepeda motor dengan jumlah 14.473 unit.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

35

2.4.1. Sarana Pendidikan
Pelaksanaan program pembangunan di berbagai sektor yang makin
meningkat di Kabupaten Tana Toraja telah memberikan dampak positif terhadap
kemajuan pendidikan, yang ditunjukkan makin kondusifnya suasana belajar di
berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Pelayanan pendidikan sudah relatif
merata dan bahkan sudah menjangkau daerah terpencil dan perbatasan (aspek
geografis).
Dari tahun ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia
pendidikan di Tana Toraja semakin meningkat, hal ini berkaitan dengan berbagai
program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk lebih meningkatkan
kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Jumlah siswa
dan guru menunjukkan perkembangan yang makin bertambah, sedangkan rasio
siswa terhadap sekolah dan rasio guru terhadap siswa makin membaik pada
semua jenjang pendidikan namun pemerataan penempatan guru masih perlu
ditingkatkan utamanya pada lokasi-lokasi yang jauh dan terpencil.
Anak-anak dari keluarga miskin pada usia sekolah 7–12 tahun sudah
banyak yang bersekolah. Meningkatnya pelayanan pendidi