T MTK 1404582 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya,
penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa yang mendapat perlakuan
pembelajaran matematika menggunakan Learning Cycle 7E dengan siswa yang
menggunakan pembelajaran matematika secara konvensional, sehingga penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen. Namun, dalam implementasinya peneliti
tidak melakukan pengambilan sampel secara acak dari populasinya dikarenakan
jika dilakukan pengacakan sampel maka akan mengganggu efektivitas kegiatan
pembelajaran di sekolah. Dalam penelitian ini tidak dilaksanakan pretest
dikarenakan kekhasan soal pemecahan masalah yang merupakan soal non rutin.
Sehingga pretest dikhawatirkan akan mempengaruhi perlakuan eksperimen dan
mempengaruhi hasil posttest. Selain itu, ada pertimbangan bahwa tes yang
digunakan dikategorikan sebagai soal baru atau soal tidak rutin bagi subjek
penelitian. Untuk menjamin bahwa sampel yang dipilih memiliki kemampuan
awal pemecahan masalah matematis yang sama dan kemampuan pemecahan
masalah yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran merupakan akibat dari
pembelajaran yang diberikan (bukan karena kemampuan siswa yang berbeda),

maka dilakukan tes awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
dilakukan sebelum proses pembelajaran. Dengan demikian penelitian ini termasuk
penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan “post test only control group
design”. Agar diperoleh data tentang pengaruh dari proses pembelajaran, maka
peneliti menggunakan dua kelas sampel,

yaitu kelas eksperimen yang

menggunakan pembelajaran matematika dengan mode l Learning Cycle 7E dan
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran matematika secara konvensional.
Dengan rancangan “post test only control group design”, setelah perlakuan
selesai dilaksanakan pada kedua kelas sampel, langsung diadakan tes akhir
(posttest). Dengan demikian, desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut (dalam Creswell, 2010):
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

33


34

X

O

------------------------------O

Keterangan:
O

=

Posttest kemampuan pemecahan masalah matematis dan skala
self-concept

X

=


Pembelajaran matematika menggunakan Learning Cycle 7E

----------- = Subjek tidak dikelompokkan secara acak
Selain melibatkan pendekatan pembelajaran, desain penelitian ini juga
melibatkan faktor Kemampuan Awal Matematis (KAM). KAM dibagi ke dalam
kelompok kategori tinggi, sedang, dan rendah. Materi yang digunakan untuk
mengukur KAM memuat materi tentang bilangan, pecahan, bangun datar, dan
teorema Pythagoras.
Dampak yang diteliti dan muncul pada subjek penelitian berupa capaian
kemampuan pemecahan masalah dan self-concept matematis siswa. Dampak
tersebut merupakan akibat dari perlakuan pembelajaran yang ditetapkan yakni
pembelajaran dengan Learning Cycle 7E dan faktor KAM.

3.2 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di sebuah
SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat. Alasan pemilihan sekolah ini adalah
berada di tingkat kategori sedang. Banyak siswa pada tiap rombel di sekolah ini
adalah 34 siswa. Pembagian siswa pada setiap rombel dilakukan berdasarkan nilai
UN untuk kelas VII, dan berdasarkan nilai raport sebelumnya untuk kelas VIII

dan IX. Pembagian siswa dilakukan secara merata dengan kemampuan cenderung
heterogen setiap rombel. Setiap rombel terdiri atas siswa yang memiliki
kemampuan akademis tinggi, sedang dan rendah. Subjek penelitian ini adalah
siswa SMP kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015/2016, dengan
pertimbangan bahwa kelas VIII merupakan siswa yang sudah dapat menyesuaikan

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

35

diri dengan kondisi lingkungan sekolah dan berada pada rentang usia siswa yang
dianggap sudah cukup matang untuk menerima pembaharuan dalam dalam
penggunaan model pembelajaran (Nurhayati, 2015).
Untuk sampel penelitian diambil dua rombel dari tujuh rombel kelas VIII
di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa peneliti tidak memungkinkan mengambil sampel
secara acak, maka sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling

dan penentuan kelas penelitian dilakukan secara random assignment. Peneliti
memilih dua kelas sebagai kelas penelitian, untuk pemilihan kelas mana yang
dijadikan kelas eksperimen dan kelas mana yang dijadikan kelas kontrol, peneliti
melakukan pengundian. Dari hasil pengundian, didapatkan satu rombel sebagai
kelas kontrol , yaitu kelas VIII-A dan didapatkan satu rombel sebagai kelas
eksperimen, yaitu kelas VIII-B. Pertimbangan didasarkan pada penyebaran siswa
untuk kedua rombel tersebut merata ditinjau dari segi kemampuan akademisnya.
Untuk selanjutnya, kelas kontrol akan diberi perlakuan dengan pembelajaran
matematika secara konvensional dan kelas eksperimen akan diberi perlakuan
dengan pembelajaran matematika dengan Learning Cycle 7E.

3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan tiga jenis variabel yang terdiri dari variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Adapun yang merupakan variabel
bebasnya adalah model Learning Cycle 7E, variabel terikatnya adalah
kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa, serta variabel
kontrolnya adalah kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan
pembelajaran konvensional.

3.4 Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi dari beberapa istilah yang terdapat dalam
penelitian:
3.4.1

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

36

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kegiatan dalam
menyelesaikan persoalan non rutin yang berkaitan dengan matematika yang
merupakan suatu masalah pada saat persoalan itu diberikan. Adapun langkah
pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah: (a) Memahami masalah, (b)
Membuat model matematika (c) Memilih strategi penyelesaian dari masalah atau
model matematika dan (d) Menerapkan strategi dalam penyelesaian masalah atau
model matematika. Dalam penelitian ini indikator kemampuan pemecahan

masalah matematis yang akan diukur melalui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu persoalan adalah dengan mengadaptasi indikator dari
berbagai ahli, yaitu memahami masalah, merencanakan berbagai strategi yang
tepat untuk

memecahkan masalah dan menjawab permasalahan dengan

menerapkan strategi yang didapatkan.
3.4.2

Self-Concept Siswa
Self-concept adalah konsep diri siswa dalam mengenali semua kelebihan

dan kekurangan yang ada dalam dirinya. Dalam pembelajaran, penilaian selfconcept dapat dilakukan siswa dengan melakukan pengamatan pada dirinya
sendiri maupun menurut persepsi orang lain berupa karakterisitik, psikologis dan
sosial selama pembelajaran berlangsung. Adapun indikator self-concept yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) dimensi pengetahuan yang berkaitan
dengan partisipasi siswa terhadap matematika dan pandangan siswa terhadap
kemampuan matematika yang dimiliki; (2) dimensi harapan yang berkaitan
dengan pembelajaran matematika yang ideal mengenai manfaat matematika dan

peran aktif siswa dalam pembelajaran matematika; dan (3) dimensi penilaian yang
berkaitan dengan seberapa besar siswa menyukai matematika (ketertarikan siswa
terhadap matematika dan soal pemecahan masalah matematis).
3.4.3

Learning Cycle 7E
Learning Cycle 7E merupakan salah satu model pembelajaran yang

mengadaptasi pendekatan konstruktivisme yang merupakan penyempurnaan dari
model Learning Cycle 5E. Learning Cycle 7E adalah pembelajaran bersiklus yang
terdiri dari tujuh fase, yaitu: Elicit (mengidentifikasi pengetahuan awal siswa),
Enggage (membangkitkan minat dan motivasi siswa), Explore (memperoleh

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

37


pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep
yang akan dipelajari), Explain (menjelaskan konsep yang dipelajari), Elaborate
(menerapkan pengetahuan baru pada permasalahan), Evaluate (mengevaluasi
pengetahuan siswa yang baru diperoleh), dan Extend (menghubungkan konsep
dengan permasalahan nyata sehari-hari).
3.4.4

Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang

berpusat pada guru. Pada pembelajaran konvensional guru menyampaikan materi,
mencatat hal penting pada papan tulis, memberikan soal-soal latihan, pembahasan
soal latihan, tanya jawab, menyimpulkan, dan memberikan pekerjaan rumah.
Biasanya materi yang disampaikan guru pun berurut mulai dari definisi, rumus,
kemudian contoh soal.
3.4.5

Kemampuan Awal Matematis Siswa
Kemampuan awal matematis siswa ialah kemampuan matematis siswa


yang didapat sebelum pembelajaran dimulai. Supaya menunjang pembelajaran
yang akan dilakukan kemampuan awal matematis siswa yang digunakan adalah
kemampuan pada materi prasyarat atau materi yang berhubungan dengan materi
yang akan diajarkan.

3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dan non
tes. Instrumen tes berupa soal-soal Instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda
pada tes kemampuan awal matematis (KAM) dan soal uraian pada tes akhir
(posttest) untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matema tis siswa.
Sedangkan instrument non tes berupa skala self-concept untuk mengukur selfconcept siswa dalam pembelajaran matematika dan lembar observasi yang
memuat item-item aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran.
3.5.1

Tes Kemampuan Awal Matematis
Kemampuan awal matematis siswa adalah kemampuan atau pengetahuan

yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Nilai kemampuan awal
matematis siswa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum


Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

38

pembelajaran dan untuk memperoleh kesetaraan rata-rata kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kemampuan awal matematis ini juga digunakan untuk penempatan
siswa berdasarkan pengetahuan awalnya. Tes yang diberikan oleh peneliti dalam
hal ini mencakup materi yang sudah dipelajari dan sebagai materi prasyarat
sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tes berupa 20 soal pilihan ganda
dengan pemilihan soal diambil dari soal Ujian Kenaikan Kelas dan soal Ujian
Nasional. Penskoran terhadap jawaban siswa yaitu dengan aturan untuk setiap
jawaban benar diberi skor 1, sedangkan untuk setiap jawaban salah atau tidak
menjawab diberi skor 0. (Selengkapnya ada pada lampiran A.8 dan A.9).
Untuk mendapatkan kemampuan awal matematis yang lebih objektif dan
akurat, hasil tes kemampuan awal matematis selanjutnya akan dirata-ratakan
dengan nilai ujian kompetensi sebelumnya. Nilai didapatkan peneliti dari guru
matematika di kelas kontrol dan kelas eksperimen
Dari hasil tes kemampuan awal matematis kelas kontrol dan kelas
eksperimen kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori kemampuan awal
tinggi, sedang, dan rendah. Hasil pengelompokkan ada pada lampiran. Kriteria
pengelompokkan

kemampuan awal

matematis (KAM)

siswa

dilakukan

berdasarkan proporsi area dibawah kurva normal. Pengelompokkan siswa
berdasarkan KAM, x merupakan skor KAM dengan kriteria di bawah ini

̅
3.5.2

Tabel 3.1
Kriteria Pengelompokkan KAM
Rentang
Level KAM Siswa
̅
Kelompok Tinggi
̅
Kelompok Sedang
̅
Kelompok Rendah

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Instrumen ini digunakan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada penelitian
ini berbentuk uraian. Untuk menjawab soal uraian, siswa dituntut untuk
menguraikan dan merinci jawaban secara sistematis sehingga kemampuan
pemecahan masalah matematisnya dapat terlihat. Penyusunan instrumen ini
diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes dan butir soal, dilanjutkan dengan
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

39

penyusunan kunci jawaban dan kriteria penilaian. Sebelum dipergunakan dalam
penelitian, instrumen harus diuji coba terlebih dahulu agar diketahui validitas dan
reliabilitasnya. Selengkapnya ada pada lampiran A.10 dan A.11.
Pemberian tes ini dilakukan pada akhir pembelajaran. Tes akhir (posttest)
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa setelah diberikan pembelajaran. Namun, pada awal
pembelajaran siswa juga diberikan soal kemampuan pemecahan masalah untuk
mengetahui sama atau tidaknya kemampuan pemecahan masa lah di kedua kelas
penelitian. Soal yang diberikan pada awal pembelajaran tidak sama dengan soal
posttest. Hal ini dilakukan karena kekhasan soal pemecahan masalah yang
merupakan soal non rutin. Untuk soal tes kemampuan pemecahan masalah
matematis awal ada pada lampiran A.16.
Untuk penilaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
digunakan kriteria pemberian skor yang diadaptasi dari the analytic scoring scale
for math problem solving oleh Charles, dkk (1991).
Tabel 3.2
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Skor

0

1

2

3

4

5

Memahami
Masalah
Tidak
memahami
masalah
Memahami
kurang dari
50% masalah
Memahami
hanya 50%
masalah
Memahami
lebih dari
50% masalah
Memahami
masalah
dengan
lengkap

Merencanakan Strategi
Pemecahan Masalah
Tidak ada rencana
Rencana yang dibuat salah
semua
Rencana yang dibuat baru
benar sebagian
Rencana yang dibuat sudah
hampir benar seluruhnya
Rencana yang dibuat sudah
benar seluruhnya

Mendapatkan Jawaban
dengan Menerapkan Strategi
yang Didapat
Tidak menjawab
Hanya menuliskan sebagian
rumus yang benar dengan
perhitungan salah
Hanya menuliskan sebagian
rumus yang benar dengan
perhitungan sudah ada tepat
(namun belum semuanya
tepat)
Hanya menuliskan sebagian
rumus yang benar dengan
perhitungan yang tepat
Menuliskan semua rumus
dengan benar, namun
perhitungan salah semua
Menuliskan semua rumus
dengan benar, hanya sedikit
perhitungan yang tepat

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

40

Menuliskan semua rumus
dengan benar, perhitungan
sudah hampir benar
Menuliskan semua rumus dan
perhitungan dengan benar dan
tepat

6

7
Skor
Ideal

4

4

7

Setelah instrumen selesai, soal tersebut di analisis untuk melihat kualitas
soal yang meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
Untuk mendapatkan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran,
soal tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
berhubungan dengan validitas isi dan validitas konstruksi. Pengujian validitas isi
dan validitas konstruksi bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal
dengan materi ajar di SMP kelas VIII dengan tujuan yang ingin diukur.
Pertimbangan terhadap instrumen yang berkenaan dengan validitas isi dan
validitas konstruksi diminta dari orang berlatar belakang pendidikan matematika,
yaitu rekan sesama mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UPI, dosen
pembimbing, dan guru mata pelajaran matematika.
Uji coba soal dilakukan pada siswa kelas IX SMP tempat peneliti
melakukan penelitian, berdasarkan pertimbangan bahwa tingkat tersebut memiliki
kualifikasi yang setara dengan tingkat VIII yang menjadi subjek penelitian. Soal
yang diberikan kepada siswa kelas IX diasumsikan terjaga kerahasiaannya dan
untuk mengantisipasinya soal yang diberikan dikumpulkan kembali. Kemudian
data yang diperoleh dari ujicoba tes kemampuan pemecahan masalah matematis
ini dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukarannya dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel dan SPSS. Proses
analisis data hasil uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut:
(i) Analisis Validitas Tes
Arikunto (Hanifah, 2015) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketepatan alat ukur terhadap suatu instrumen. Tes yang valid adalah tes yang
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur atau apa yang hendak diketahui.
Validitas tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

41

hendak diukur.

Teknik

yang digunakan untuk

mengukur validitas tes

menggunakan teknik korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

√{ ∑

Keterangan:







}{ ∑





}

rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N

: Banyaknya jumlah siswa uji coba

X

: Skor tiap butir soal untuk tiap soal uji coba

Y

: Skor total tiap siswa
Tolak ukur validasi soal tes dalam penelitian ini menggunakan kriteria

koefisien validitas menurut Guilford (Suherman, 2003), dapat dilihat pada tabel
3.3 berikut:
Tabel 3.3
Pengkategorian Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien
Interpretasi
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi (baik)
0,40 ≤ rxy < 0,70 Sedang (cukup)
0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah (kurang)
0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat rendah
Untuk melihat apakah valid atau tidak dan untuk mengukur keberartian
koefisien korelasi berdasarkan distribusi kurva normal,

maka koefisien

korelasinya harus diuji signifikansi dengan menggunakan uji-t. Rumusnya adalah:


Keterangan:
n

: Jumlah subjek

rxy

: Koefisien korelasi



Butir soal dinyatakan valid signifikan untuk

dengan

derajat kebebasan (dk) = n – 2 dan taraf signifikansi 5% (Sugiono, dalam
Nurhayati, 2014).

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

42

Skor subjek dan pengolahan data uji coba tes kemampuan pemecahan
masalah matematis ada pada lampiran C.1 dan D.1. Adapun ringkasan hasil
perhitungan koefisien korelasi

Nomor
Soal
1
2
3
4
5

tiap butir soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4
Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Koefisien
Interpretasi
thitung
ttabel
Korelasi (rxy )
0,819
Tinggi
8,432
0,776
Tinggi
7,049
0,626
Sedang
4,749
2,03011
0,711
Tinggi
5,978
0,686
Sedang
5,578

Kriteria
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

(ii) Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah tingkat keajegan atau ketetapan suatu tes, yaitu sejauh
mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah
(Suherman, 2003). Tes yang reliabel adalah tes yang menghasilkan skor yang
tetap pada situasi yang berubah- ubah. Jika suatu tes tidak reliabel maka bisa
dikatakan bahwa tes itu sia-sia, karena jika dilakukan pengetesan kembali hasilnya
akan berbeda. Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik
dalam bentuk koefisien. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitasnya tinggi.
Begitu pua jika koefisien rendah, maka reliabilitasnya pun rendah.
Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes uji coba adalah
rumus Cronbach Alpha (Suherman, 2003), yaitu:

Keterangan:

[

][



r11

: Koefisien reliabilitas secara keseluruhan

n

: Banyaknya item soal

si2

: Varians skor tiap item soal

st2

: Varians skor total

]

Dengan varians dirumuskan:

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

43

Keterangan:
N





: Banyaknya peserta uji coba

x i : Skor butir soal ke-i
i

: Nomor soal
Sebagai patokan menginterpretasikan koefisien reliabilitas umumnya

digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003), yang dapat dilihat pada
tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi
0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah
0,00 ≤ r11 < 0,20 Sangat rendah
Untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan dengan uji
statistik uji-t, dengan persamaan berikut:


Dengan

= nilai koefisien korelasi soal
= jumlah siswa ujicoba

Adapun keputusan yang diperoleh dilakukan dengan membandingkan
dan

pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = N - 2. Jika

, maka soal reliabel. Sedangkan jika

, maka soal tidak

reliabel.
Skor subjek dan pengolahan data uji coba tes kemampuan pemecahan
masalah matematis ada pada lampiran C.1 dan D.1. Adapun ringkasan hasil
perhitungan koefisien korelasi

soal tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6
Reliabilitas Butir Soal Hasil Uji Coba
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

44

r11
0,765

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Interpretasi
thitung
ttabel
Tinggi
9,349
2,03011

Kriteria
Reliabel

(iii)Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda dari butir soal menunjukkan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang
pandai. Instrumen yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hasil dari tes dikatakan tidak baik jika
hasilnya bagus semua atau buruk semua. Hasil dari tes haruslah berdistribusi
normal. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal uraian
adalah sebagai berikut:
(Lestari, 2014)
Keterangan:
DP

: Daya pembeda

SA

: Jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas

SB

: Jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah

N

: Jumlah siswa dari kelompok atas dan bawah

Maks : Skor maksimum
Interpretasi perhitungan daya pembeda menggunakan klasifikasi yang
dikemukakan oleh Suherman (2003), seperti tampak pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Daya Pembeda
Kriteria
DP ≤ 0,00
Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20
Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40
Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70
Baik
0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat Baik
Skor subjek dan pengolahan data uji coba tes kemampuan pemecahan
masalah matematis ada pada lampiran C.1 dan D.2. Adapun ringkasan hasil
perhitungan daya pembeda tiap butir soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Daya Pembeda Butir Soal
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

45

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal
Daya Pembeda
Interpretasi
1
0,467
Baik
2
0,5
Baik
3
0,4
Cukup
4
0,5
Baik
5
0,367
Cukup
(iv) Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan
apakah suatu soal termasuk ke dalam kategori mudah, sedang, atau sukar. Fungsi
tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya, untuk
keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran
sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran tinggi, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal
yang memiliki tingkat kesukaran rendah. Tingkat kesukaran dari tiap butir soal
yang berbentuk uraian dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
(Lestari, 2003)

Keterangan:
IK

: Indeks kesukaran tiap butir soal

SA

: Jumlah skor yang dicapai siswa kelompok atas

SB

: Jumlah skor yang dicapai siswa kelompok bawah

n

: Jumlah siswa dari kelompok atas dan kelompok bawah

Maks : Skor maksimal
Interpretasi klasifikasi koefisien indeks kesukaran menurut Suherman
(2003) dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran
Interpretasi
IK = 0,00
Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30
Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70
Soal sedang
0,70 < IK < 1,00
Soal mudah
IK = 1,00
Soal terlalu mudah
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

46

Skor subjek dan pengolahan data uji coba tes kemampuan pemecahan
masalah matematis ada pada lampiran C.1 dan D.2. Adapun ringkasan hasil
perhitungan indeks kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis
Nomor Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
1
0,683
Sedang
2
0,633
Sedang
3
0,75
Mudah
4
0,333
Sedang
5
0,233
Sukar

3.5.3

Skala Self-Concept
Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek afektif yaitu self-

concept adalah skala self-concept. Self-concept yang menjadi fokus pada
penelitian ini ada pada tiga dimensi seperti yang dikemukakan Calhoun, yaitu
pengetahuan, harapan, dan penilaian. Skala self-concept diberikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol di akhir kegiatan pembelajaran yang berupa lembar
pernyataan. Pernyataan yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol bertujuan untuk mengetahui self-concept siswa terhadap pembelajaran
matematika.
Pembuatan instrumen diawali dengan penyusunan kisi-kisi angket skala
self-concept (ada pada lampiran). Pembuatan skala self-concept ini terlebih dahulu
melalui proses diskusi dengan rekan sejawat yang berlatang belakang pendidikan
konseling. Setelah itu, instrument tersebut mendapat pertimbangan dari dosen
pembimbing. Pertimbangan yang diberikan berupa timbangan kesesuaian antara
indikator dan pernyataan.
Skala self-concept pada penelitian ini menggunakan skala Likert yang
terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Raguragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala self-concept
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

47

dibuat dalam bentuk pernyataan sebanyak 24 pernyataan yang terdiri dari 12
pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif. Selengkapya skala self-concept ada
pada lampiran A.13 dan A.14. Berikut poin dari setiap skala:

Skala
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-Ragu (R)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)

Tabel 3.11
Poin Skala Self-Concept
Poin
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
5
1
4
2
3
3
2
4
1
5

Setiap pernyataan kemudian dihitung persentasenya. Setelah diperoleh
persentasenya, maka persentase skala dapat diinterpretasikan sesuai kriteria
interpretasi skor pada tabel 3.12 berikut:

Tabel 3.12
Kriteria Interpretasi Skor Skala Likert
Interval Persentase

Interpretasi

20% ≤ Skor < 36%

Sangat Lemah

36% ≤ Skor < 52%

Lemah

52% ≤ Skor < 68%

Cukup

68% ≤ Skor < 84%

Kuat

84% ≤ Skor ≤ 100%

Sangat Kuat

Untuk menguji validitas muka skala self-concept ini digunakan uji
validitas isi yang dapat dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan
isi rancangan yang telah ditetapkan. Instrumen dinyatakan valid apabila sesuai
dengan apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, pengujian validitas skala selfconcept dilakukan oleh dosen pembimbing. Berorientasi pada validitas konstruk
dan validitas isi berupa indikator yang hendak diukur, redaksi setiap butir
pernyataan, keefektifan susunan kalimat, dan koreksi terhadap bentuk format yang
digunakan.
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

48

Untuk menguji validitas dan reliabilitas skala self-concept, digunakan
teknik yang sama dengan pengujian validitas dan reliabilitas tes kemampuan
pemecahan masalah matematis. Penskoran ditentukan secara empirik berdasarkan
distribusi respon yang direkam pada saat uji coba skala self-concept.
Skor subjek dan pengolahan data uji coba skala self-concept siswa ada
pada lampiran C.2 dan D.3. Adapun ringkasan hasil perhitungan koefisien korelasi
tiap pernyataan dan

Nomor
Pernyataan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

r11
0,944

skala self-concept adalah sebagai berikut:

Tabel 3.13
Validitas Hasil Uji Coba
Skala Self-Concept
Koefisien
Interpretasi
thitung
Korelasi (rxy )
0,743
Tinggi
6,575
0,672
Sedang
5,362
0,826
Tinggi
8,679
0,625
Sedang
4,731
0,519
Sedang
3,593
0,784
Tinggi
7,467
0,716
Tinggi
6,065
0,441
Sedang
2,909
0,477
Sedang
3,209
0,43
Sedang
2,818
0,739
Tinggi
6,492
0,61
Sedang
4,556
0,608
Sedang
4,535
0,704
Tinggi
5,867
0,766
Tinggi
7,053
0,561
Sedang
4,006
0,733
Tinggi
6,366
0,879
Tinggi
10,9
0,759
Tinggi
6,891
0,75
Tinggi
6,717
0,606
Sedang
4,504
0,729
Tinggi
6,292
0,512
Sedang
3,526
0,778
Tinggi
7,329
Tabel 3.14
Reliabilitas Hasil Uji Coba
Skala Self-Concept
Interpretasi
thitung
ttabel
Sangat Tinggi
23,674
2,03011

ttabel

Kriteria

2,03011

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Kriteria
Reliabel

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

49

3.5.4

Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh gambaran tentang suasana

pembelajaran terkait dengan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung di kelas eksperimen. Aktivitas siswa yang diamati adalah keaktifan
dan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran. Aktivitas guru yang diamati
adalah kemampuan guru dalam melaksanakan setiap fase pembelajara model
Learning Cycle 7E.
Observasi kepada siswa dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengetahui
kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan sebagai pembanding respon
siswa terhadap skala self-concept yang akan diberikan. Tujuan observasi pada
kegiatan guru adalah untuk mendapatkan refleksi pada proses pembelajaran,
sehingga pembelajaran berikutnya dapat lebih baik daripada pembelajaran
sebelumnya dan sesuai dengan skenario pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh dua orang guru matematika tempat peneliti
melakukan penelitian dan dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran akan dilakukan delapan kali pertemuan dan hasil pengamatan tiap
pertemuan dicatat dalam lembar observasi yang telah disediakan. Hasil pada
lembar observasi ini tidak dianalisis secara statistik, tetapi dijadikan sebagai bahan
masukan untuk pembahasan hasil secara deskriptif. Format lembar observasi guru
dan siswa ada pada lampiran A.5 dan A.6.
3.5.5

Lembar Penilaian Diri
Lembar penilaian diri ini diisi setiap siswa pada fase evaluate setiap

pertemuan setelah siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Lembar
penilaian diri ini mengacu pada indikator self-concept. Pengisian lembar penilaian
diri ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian self-concept
siswa pada setiap pertemuan. Format lembar penilaian diri ada pada lampiran A.7.
3.5.6

Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disusun

dalam bentuk bahan ajar berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Bahan ajar dikembangkan dari topik matematika

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

50

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendid ikan (KTSP) yang berlaku di
Sekolah Menengah Pertama tempat peneliti melakukan penelitian. Adapun materi
yang dipilih berkenaan dengan pokok bahasan lingkaran dengan alokasi waktu
yang disesuaikan dengan program semester yang telah disusun oleh guru. RPP
selengkapnya ada pada lampiran A.1 dan A.2.
Perangkat pembelajaran yang disusun oleh peneliti hanya akan diberikan
kepada

kelompok

kelas

eksperimen.

Karena

perangkat

pembelajaran

dikembangkan dengan mengacu pada pembelajaran dengan Learning Cycle 7E.
LKS disusun dengan memberikan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas, kemudian siswa akan diminta untuk mencari konsep
yang bisa dijadikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, setelah
siswa menemukan konsepnya mereka mempresentasikan konsep yang telah
dibahas. Setelah itu guru memberikan konsep yang sesuai dengan konsep
matematika (simbol atau lambang matematika). Kemudian pada tahap akhir akan
diberikan latihan soal yang berisi perluasan dari konsep yang telah dibahas.
Sedangkan bahan ajar pada kelompok kelas kontrol menggunakan bahan ajar yang
ada di sekolah, dalam hal ini menggunakan buku pegangan siswa dan guru.
Dalam menyusun bahan ajar, peneliti menyesuaikan LKS yang digunakan
dalam pembelajaran dengan menggunakan langkah Learning Cycle 7E. Peneliti
pun meminta pertimbangan dosen pembimbing dalam penyusunan bahan ini.
Bentuk LKS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A.4.

3.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap pengumpulan dan analisis data
3.6.1

Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan yang dilaksanakan

dalam rangka persiapan pelaksanaan penelitian, diantaranya:
a. Melakukan studi pendahuluan untuk mencari permasalahan yang ada di
sekolah tentang kemampuan matematis siswa dan pembelajaran matematika.

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

51

b. Studi kepustakaan

mengenai pembelajaran

matematika

menggunakan

Learning Cycle 7E, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan
self-concept siswa.
c. Seminar proposal penelitian
d. Menyusun instrumen penelitian yang disertai dengan proses bimbingan
dengan dosen pembimbing
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian dan mengolah data hasil uji coba
instrumen tersebut.
f.

Mengurus

perizinan penelitian dari Direktur Pascasarjana UPI untuk

melaksanakan penelitian di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung
Barat.
g. Melakukan observasi pembelajaran di sekolah dan berkonsultasi dengan guru
matematika untuk menentukan waktu, teknis pelaksanaan penelitian serta
pemilihan sampel penelitian.
3.6.2

Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di salah satu SMP Negeri

Kabupaten Bandung Barat. Jadwal penelitian disesuaikan dengan jadwal mata
pelajaran matematika di sekolah dengan menerapkan Learning Cycle 7E pada
kelas eksperimen dan pembelajaran matematika secara konvensional pada kelas
kontrol.
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan satu kali tes pada kelas
eksperimen dan kontrol di awal kegiatan pembelajaran. Pertemuan pertama akan
melakukan tes kemampuan awal matematis siswa, yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kemampuan awal matematis siswa dengan materi yang
sama dengan materi prasyarat pada materi yang akan dibahas. Tes kemampuan
awal matematis terdiri atas 20 soal pilihan ganda tentang materi prasyarat dari bab
yang akan dilakukan penelitian. Peneliti mengambil soal dari soal Ujian Kenaikan
Kelas dan Ujian Nasional. Selain itu, tes kemampuan awal matematis ini pun akan
digunakan peneliti untuk mengetahui bahwa kedua kelas homogen dan sebagai
acuan penetapan kelas eksperimen atau kelas kontrol.

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

52

Setelah dilakukan tes kemampuan awal matematis dan ditentukan yang
mana kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutnya, dilaksanakan pembelajaran
dengan Learning Cycle 7E pada kelas eksperimen dan pembelajaran matematika
secara konvensional pada kelas kontrol. Observasi pada ke las eksperimen
dilakukan oleh dua orang guru pengamat. Kelas eksperimen dan kelas kontrol
mendapat perlakuan yang sama dalam jumlah jam pelajaran dan soal-soal latihan
atau Pekerjaan Rumah yang diberikan. Tetapi, kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran dan LKS yang dirancang dan dikembangkan peneliti sedangkan
kelas kontrol menggunakan bahan ajar yang sudah ada di sekolah berupa buku
paket pegangan siswa.
Setelah kegiatan pembelajaran selama delapan kali pertemuan selesai,
siswa pada kedua kelas diberikan soal posttest kemampuan pemecahan masalah
dan skala self-concept. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pencapaian
kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa.
3.6.3

Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan dan pengolahan data

temuan. Data diperoleh dari hasil tes kemampuan awal matematis siswa, posttest
siswa (tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan skala self-concept
siswa), lembar observasi dan lembar penilaian diri siswa.
Data yang dikumpulkan peneliti kemudian dilakukan pengolahan data
sesuai dengan teknik analisis data dalam penelitian ini. Pengolahan data ini
dimaksudkan untuk menjawab segala rumusan masalah serta mendapatkan
kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan.
Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

53

Bagan 3.1
Alur Prosedur Penelitian
3.7 Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang akan dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan data deskriptif berupa
skala self-concept siswa dan lembar observasi. Untuk pengolahan data secara
statistik dilakukan pada hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan
skala self-concept siswa, sedangkan lembar observasi tidak dilakukan pengolahan
data secara statistik. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS
20.0 dan Microsoft Office Excel 2007.
3.7.1

Analisis Skor Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk

menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

54

matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan Learning Cycle 7E
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran matematika secara
konvensional, selanjutnya dilakukan pengolahan data berdasarkan kategori
kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah).
Dalam melakukan pengolahan terhadap hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa digunakan bantuan SPSS 20.0 dan Microsoft Office
Excel 2007. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif
yang bertujuan untuk

melihat gambaran umum pencapaian kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang terdiri dari skor rata-rata dan
simpangan baku.
Kemudian dilakukan analisis terhadap pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan uji kesamaan dua rata-rata parametrik atau non
parametrik. Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua
keadaan, keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen dengan
siswa pada kelas kontrol. Skor posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.4.
Data yang dianalisis adalah data yang telah berupa nilai. Sebelumnya
jawaban setiap subjek diberikan skor sesuai dengan rubrik penskoran yang telah
ditetapkan. Kemudian skor yang ada dikonversi menjadi nilai. Nilai setiap kelas
dibuat dalam bentuk tabel. Dari tabel nilai yang telah dibuat, selanjutnya dihitung
rata-rata dan standar deviasi setiap kelas.
Sebelum dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 20.0,
maka terlebih dahulu perlu ditetapkan taraf signifikansi, yaitu

.

Selanjutnya sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu perlu dilakukan uji
normalisasi distribusi data dan homogenitas variansi. Penjelasan uji normalitas,
uji homogenitas, dan uji hipotesis sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil
pengujian menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal maka pengujian

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

55

dilanjutkan dengan uji homogenitas.Hipotesis statistik yang diuji pada pengujian
normalitas ini adalah:
H0 : Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi
normal
H1 : Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdistribusi
tidak normal
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov
pada SPSS 20.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05, dengan kriteria terima H0 jika
Sig(p) > α.
Hasil uji normalitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dapat dilihat pada lampiran D.6.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan (homogen)
varians dari skor posttest ternormalisasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:
Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kedua kelas memiliki variansi homogen
Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kedua kelas memiliki variansi tidak homogen
Keterangan :
σe

: Variansi kelompok eksperimen

σk

: Variansi kelompok kontrol
Uji statistik menggunakan Uji Levene pada SPSS 20.0 dengan kriteria

terima H0 jika nilai Sig (p) > α.
Hasil uji homogenitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dapat dilihat pada lampiran D.7.
c. Uji Hipotesis
Untuk melakukan uji hipotesis, maka peneliti menggunakan software
SPSS 20.0 dan Microsoft Office Excel
1) Hipotesis Penelitian 1

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

56

“Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan Learning Cycle 7E lebih tinggi secara
signifikan

daripada

siswa

dengan

pembelajaran

matematika

secara

konvensional”.
Adapun hipotesis statistik deskriptifnya adalah:
H0 :
Rata-rata data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas eksperimen tidak lebih tinggi secara signifikan daripada
rata-rata data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kelas kontrol
H1 :
Rata-rata data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan daripada rata-rata
data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
kontrol
Keterangan:
: Rata-rata skor data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas eksperimen
: Rata-rata skor data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas kontrol
Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik hipotesis 1
yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan menetapkan
taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai sig (1tailed) < α, dan terima H0 jika nilai sig (1-tailed) ≥ α. Jika data yang diperoleh normal
tetapi tidak homogen maka menggunakan uji t’.

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan kaidah statistik
non parametrik, yaitu Uji U Mann Whitney (2-Independent Samples). Adapun
hipotesisnya adalah:
H0 : Rata-rata peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada rata-rata

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

57

peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas kontrol
H1 : Rata-rata peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas kontrol
Hasil uji hipotesis penelitian 1 dapat dilihat pada lampiran D.7.
2) Hipotesis Penelitian 2
“Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok siswa
berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) yang pembelajarannya
menggunakan Learning Cycle 7E lebih tinggi secara signifikan daripada
kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) dengan
pembelajaran matematika secara konvensional”.
Adapun hipotesis statistik deskriptifnya adalah:
H0 :
Rata-rata data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas
eksperimen tidak lebih tinggi secara signifikan daripada rata-rata data
posttest kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok siswa
berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas kontrol
H1 :
Rata-rata data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas
eksperimen lebih tinggi secara signifikan daripada rata-rata data posttest
kemampuan

pemecahan

masalah

matematis

kelompok

siswa

berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas kontrol
Keterangan:
: Rata-rata skor data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas
eksperimen

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

58

: Rata-rata skor data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas
kontrol
Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik hipotesis 2
yang digunakan adalah Independent Samples t-Test (uji-t) dengan menetapkan
taraf signifikan α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai sig (1tailed) < α, dan terima H0 jika nilai sig (1-tailed) ≥ α. Jika data yang diperoleh normal
tetapi tidak homogen maka menggunakan uji t’.

Apabila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan kaidah statistik
non parametrik, yaitu Uji U Mann Whitney (2-Independent Samples). Adapun
hipotesisnya adalah:
H0 : Rata-rata peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau
rendah) kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada rata-rata
peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas kontrol
H1 : Rata-rata peringkat data posttest kemampuan pemecahan masalah
matematis kelompok siswa berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau
rendah) kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata peringkat data
posttest kemampuan pemecahan masalah matematis kelompok siswa
berdasarkan KAM (tinggi, sedang atau rendah) kelas kontrol
Hasil uji hipotesis penelitian 2 dapat dilihat pada lampiran D.9, D.11, dan
D.13.

3) Hipotesis Penelitian 3
“Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang menggunakan Learning Cycle 7E ditinjau dari kemampuan awal
matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah)”. Adapun hipotesis statistik
deskriptifnya adalah:
Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

59

H0 :
Tidak ada perbedaan rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas eksperimen antara siswa yang memiliki
kemampuan awal matematis siswa yang tinggi, sedang, dan rendah.
, i = t, s, r dan j = t, s, r dengan i ≠ j

H1 :

(sekurang-kurangnya ada satu tanda tidak sama dengan)
Ada perbedaan rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas eksperimen antara siswa yang memiliki
kemampuan awal matematis siswa yang tinggi, sedang, dan rendah.
Keterangan:
µ et

: Rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi

μes

: Rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang memiliki kemampuan awal matematis sedang

μer

: Rata-rata pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang memiliki kemampuan awal matematis rendah
Jika ketiga data berdistribusi normal dan bervariansi homogen pada α =

0,05, maka pengujian hipotesis 3 dilakukan dengan ANOVA satu jalur. Kriteria
pengujiannya adalah tolak H0 jika nilai sig < α dan terima H0 jika nilai sig ≥ α.
Dari hasil output ANOVA satu jalur, akan dapat diliha t analisis perbedaan
pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen
antara siswa yang memiliki kemampuan awal matematis tinggi, sedang, dan
rendah.
Jika salah satu data berdistribusi tidak normal maka dalam pengujian
hipotesis digunakan uji Kruskal Wallis dengan kriteria pengujian tolak H0 jika
nilai sig < α dan terima H0 jika nilai sig ≥ α. Adapun hipotesisnya adalah:
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata peringkat pencapaian kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen antara siswa
yang memiliki kemampuan awal matematis siswa yang tinggi, sedang,
dan rendah.

Suci Intan Sari, 2016
PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN SELF-CONCEPT SISWA
D ENGAN LEARNING CYCLE 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

60

H1

: Ada perbedaan rata-rata peringkat pencapaian kemampuan pemecahan