Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tuna fishery in coastal area of Sendang Biru, Malang, East Java Province | Fanani | AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT (Jurnal Ilmu dan Manajemen Perairan) 2280 4152 1 SM
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1, 62-69 (Mei 2013)
Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index
ISSN 2337-4403
e-ISSN 2337-5000
jasm-pn00024
Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tuna fishery in
coastal area of Sendang Biru, Malang, East Java Province
Analisis bioekonomi dan efektifitas alat tangkap perikanan tuna di wilayah pesisir
Sendang Biru, Malang, Provinsi Jawa Timur
M. Zainal Fanani1* and Khairul Jamil 2
1
Program Studi Ilmu Perairan, Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi.Jl. Kampus Unsrat Kleak, Manado 95115,
Sulawesi Utara, Indonesia.
2
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Akademi Perikanan Bitung, Kampus APB, Bitung 95526, Telp./Fax. (0438) 21436.
*E-mail: zafan_zani@yahoo.com
Abstract: Tuna (Thunnus sp.) need to be managed well by maintaining balance between economic aspect (profits)
and ecological aspect (sustainability of fish resources). To maintain balance these aspect to do with
bioeconomical analysis. With these analysis be expected can be obtained maximum economic profits without
any damage fish resources so that environmental conservation stay awake. In order to analyze the bioeconomical
is needed to estimate the stock assessment. The first step is standardization of fishing gear, this need to be done
because each of fishing gear not only catch the target fish but also catch the non target fish (multi gear multi
spesies). Of the research be obtained standard gear for tuna fishery in Sendang Biru water are trolling line, with
maximum value between payang, hand line and gillnet. Status of tuna fishery from biological aspect in Sendang
Biru water by Schaefer model in general medium fishing condition. Whereas status of tuna fishery from
economic aspect by Schaefer model in over exploited. Of the research by multi criteria decision making
(MCDM) analysis with simple multi attribute rating technique (SMART) and visual interactive sensitivity
analysis (VISA) obtainable that the main priority in election of tuna fishing gear evectively and efficient are
trolling line, paying, hand line and gillnet©
Keywords: tuna; bioekonomi; MCDS; fishing; exploited.
Abstrak: Perikanan tuna perlu dikelola dengan baik dengan cara menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi
(keuntungan) dan aspek ekologi (kelestarian sumberdaya ikan). Untuk menjaga keseimbangan aspek-aspek
tersebut, dapat dilakukan dengan analisis bioekonomi. Dengan analisis ini diharapkan dapat diperoleh
keuntungan ekonomi yang maksimum tanpa disertai kerusakan sumberdaya ikan sehingga konservasi lingkungan
tetap terjaga. Dalam rangka menganalisa bioekonomi perlu dilakukan pendugaan stok ikan (‘stock assessment’).
Langkah awal adalah standarisasi alat tangkap, hal ini perlu dilakukan karena setiap alat tangkap tidak hanya
menangkap ikan target tapi juga menangkap ikan non target (‘multi gear multi spesies’). Dari hasil penelitian
didapat alat tangkap standar untuk perikanan tuna di perairan Sendang Biru adalah pancing tonda dengan nilai
porsi terbesar diantara alat tangkap payang, pancing tangan dan ‘gillnet’. Status perikanan tuna dari aspek
biologi di perairan Sendang Biru menurut model Schaefer secara umum dalam kondisi ‘medium fishing’.
Sedangkan status perikanan tuna secara ekonomi menurut model Schaefer dalam kondisi ‘over exploited’. Dari
hasil analisis multi ‘criteria decision making’ (MCDM) dengan teknik ‘simple multi attribute rating technique’
(SMART) dan teknik ‘visual interactive sensitivity analysis’ (VISA) diperoleh bahwa prioritas yang utama
dalam pemilihan alat tangkap tuna secara efektif dan efisien adalah pancing tonda, payang, pancing tangan dan
gillnet©
Kata-kata kunci: tuna; bioekonomi; MCDS; penangkapan ikan; eksploitasi.
dalam pengelolaan sumberdaya ikan diharapkan
dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi
namun kelestariannya tetap terjaga. Oleh karena itu
pendekatan bioekonomi menjadi solusi dalam
menjaga keseimbangan aspek ekonomi dan aspek
biologi.
PENDAHULUAN
Kegiatan perikanan tuna di Indonesia masih
dipusatkan pada masalah penangkapan, sedangkan
perhatian terhadap aspek biologi dan lingkungannya
baru berkembang beberapa tahun terakhir. Artinya
62
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
Tabel 1. Jumlah dan komposisi responden untuk penentuan prioritas jenis alat
tangkap yang efektif dan efisien di perairan
Sendang Biru Malang
No
1
2
3
4
5
6
Responden
Jumlah
Pemerintah
- BPPPI Pondok Dadap
- Dinas Perikanan dan Kelautan Malang
- Bappeda Kabupaten Malang
- Kecamatan Sumbermanjing Wetan
- Desa Tambakrejo
Perguruan tinggi
Nelayan
- Nelayan pancing Tonda
- Nelayan payang
- Nelayan pancing Tangan
Pengusaha perikanan
- Pengusaha perikanan pancing tonda
- Pengusaha perikanan payang
- Pengusaha perikanan pancing tangan
Ahli perikanan
LSM Perikanan
1
1
1
1
1
3
5
5
5
Total
5
5
5
3
3
44
tahun 2003-2012, perpustakaan Universitas
Brawijaya Malang dan Universitas Sam Ratulangi
Manado. Sedangkan data primernya diperoleh dari
wawancara dan observasi di tempat penelitian dan
pihak-pihak yang terkait, lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 1.
Data yang digunakan untuk analisis model
produksi surplus adalah data hasil tangkapan (C t)
per tahun dan upaya tangkap (Et) per tahun, serta
catch per unit effort (CPUE=Ct/Et).
Kemampuan setiap jenis alat tangkap
berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan standarisasi
upaya tangkap, dengan rumus (Gulland, 1982):
Model yang paling sederhana dalam
dinamika populasi ikan adalah model produksi
surplus dengan memperlakukan ikan sebagai
biomassa tunggal yang tak dapat dibagi, yang
tunduk pada aturan-aturan sederhana kenaikan dan
perununan biomassa (Fauzi dan Anna, 2005).
Kajian bioekonomi merupakan perpaduan
dinamika biologi sumberdaya dan faktor ekonomi
yang mempengaruhi perikanan tangkap. Analisis
bioekonomi bertujuan untuk menentukan tingkat
pengusahaan yang optimum secara ekonomi.
Berkaitan dengan faktor ekonomi ini tidak terlepas
dari peran alat tangkap perikanan tuna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besar hasil tangkapan maksimum lestari (MSY),
hasil tangkapan maksimum secara ekonomi (MEY)
dan mengetahui jenis alat tangkap yang efektif dan
efisien. Dengan demikian diharapkan terjadi
kelestarian alam dan kelestarian usaha penangkapan
ikan tuna di pesisir Sendang Biru Kabupaten
Malang Jawa Timur.
a. Menghitung fishing power index (FPI): FPI =
CPUEdst/CPUEst
b. Menghitung upaya standard: Es = FPI x Edst
Keterangan:
CPUEdst = CPUE alat tangkap yang akan
distandarisasi
CPUEst = CPUE alat tangkap standard
Edst
= upaya tangkap yang akan standarisasi
Es
= upaya tangkap hasil standarisasi
MATERIAL DAN METODE
Model penduga yang digunakan untuk
menganalisis dan mengevaluasi ialah model
Schaefer. Dari model tersebut dapat dihitung nilai
hasil tangkapan maksimum lestari (MSY), upaya
tangkap optimum (EMSY), EMEY, CMEY, EOA dan COA
dari perikanan tuna di perairan Sendang Biru. Dari
hasil analisis MSY ini, dilanjutkan dengan analisis
Data yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari data primer dan skunder. Data
skunder diperoleh dari Badan Pengelolaan
Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI) Pondok Dadap
Sendang Biru, KUD Mina Jaya dan Dinas Kelautan
dan Perikanan Malang dan Jawa Timur selama
63
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
Economic Yield (Fauzi dan Anna, 2005). Rente
merupakan selisih dari penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Π = pC - cE
dengan keterangan:
π = keuntungan usaha penangkapan (satuan nilai
uang)
C = jumlah hasil tangkapan (satuan berat atau
jumlah)
p = harga satuan hasil tangkapan (satuan nilai
uang)
E = jumlah upaya penangkapan (trip kapal)
c = biaya operasi per unit upaya tangkap (satuan
nilai uang)
untuk memperoleh nilai MEY, untuk menentukan
hasil tangkapan maksimum secara ekonomi.
Model produksi surplus tergantung pada
empat macam besaran, yaitu biomassa populasi
pada suatu waktu tertentu t (Bt), tangkapan untuk
suatu waktu tertentu t (Ct), upaya tangkap pada
waktu tertentu t (E t), dan laju pertumbuhan alami
konstan (r) (Boer dan Aziz, 1995 dalam Kekenusa,
2008). Model ini pertama kali dikembangkan
Schaefer, yang bentuk awalnya sama dengan model
pertumbuhan logistik.
Menurut Spaire dan Venema (1999) dalam
Kekenusa (2008), rumus-rumus model produksi
surplus hanya berlaku apabila parameter slope (b)
bernilai negatif, yang berarti penambahan upaya
tangkap akan menyebabkan penurunan hasil
tangkapan per upaya tangkap. Apabila parameter b
nilainya positif, maka tidak dapat dilakukan
pendugaan besarnya stok maupun upaya optimum,
tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan
upaya tangkap masih memungkinkan untuk
meningkatkan hasil tangkapan.
Hasil akhir dari perhitungan rumus model
Schaefer adalah:
Ct = aEt - bEt2
Keuntungan ekonomi yang maksimum
diperoleh dengan memasukkan CMSY dan
turunannya disamakan dengan nol, selanjutnya
dengan memasukkan nilai CMEY pada fungsi
produksi maka diperoleh nilai EMEY.
Setelah menganalisis potensi sumberdaya
ikan tuna menggunakan model produksi surplus
(model
penduga
Schaefer),
selanjutkan
menganalisis kelestarian usaha perikanan dengan
cara menentukan prioritas alat tangkap tuna yang
paling efektif dan efisien, menggunakan metode
analisis multi criteria dicision making (MCDM)
dengan teknik simple multi attribute rating
technique (SMART) dibantu software criterium
decision plus (Criplus Version 3,4.S) dan teknik
visual interactive sensitivity analysis (VISA).
Dalam analisis ini, pembobotan suatu
alternatif dan kriteria yang diambil disusun
berdasarkan matrik pembobotan kriteria dalam
penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna, seperti
pada Tabel 2.
Selanjutnya dianalisis dengan persamaan
agregasi:
γ = π Si 1/n
dimana: γ = rata-rata geometric
q2 K
Dengan mensubstitusikan a = qK dan b = r ,
maka akan diperoleh:
a
Et =
2b
a2
C��� =
4b
Pengelolaan sumberdaya ikan harus memberi
manfaat secara ekonomi dalam bentuk rente
ekonomi. Keuntungan maksimum diperoleh pada
saat upaya (E) menghasilkan keuntungan ekonomi
yang maksimum, EMEY = E pada Maximum
Tabel 2. Contoh matrik pembobotan kriteria dalam
penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna di
perairan Sendang Biru Malang
Alternatif
A1
A2
…
Am
C1
W1
A11
A12
…
Am2
C2
W2
A21
A22
…
Am2
Kriteria
…
…
…
…
…
…
Cn
Wn
A1n
A2n
…
Amn
Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005).
di mana:
Ai,(i=1,2,m)= menunjukkan pilihan alternative yang ada
Cj,(j=1,2,n)= merujuk pada criteria dengan bobot Wj
Aij,(i=1..m, j=1..n) = adalah pengukuran keragaman dari
satu alternatif
Ai berdasarkan criteria Cj
64
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
Tabel 3. Kriteria pemberian skor dalam analisis MCDM teknik SMART dan VISA
Kriteria
Fisik/ekologi
Sub Kriteria
a. Dampak lingkungan
b. Keragaman rekruitmen
c. Ukuran ikan tangkapan
Ekonomi
a. Kelayakan usaha
b. Peranan koperasi
c. Kesempatan pendapatan lain
Sosial Budaya
a. Konflik kepentingan
b. Pelibatan pihak berkepentingan
c. Pengenalan alat tangkap
Teknologi
a. Ketahanan alat tangkap
b. Selektivitas alat tangkap
Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005)
Penjelasan
0: berdampak jelek, 10: tidak berdampak
0: beragram tinggi, 10: tidak beragram
0: ukuran kecil, 10: ukuran besar
0: tidak layak, 10: sangat layak
0: tdk ada peranan koperasi, 10: berperan
0: tidak sempat, 10: mempunyai kesempatan
0: berkonfik, 10: tidak ada konflik
0: tidak ada pelibatan, 10: ada pelibatan
0: tidak kenal, 10: kenal baik
0: cepat rusak, 10: ketahanan tinggi
0: tidak selektif, 10: selektif tinggi
Tabel 4. Standarisasi pemberian skor
Si = nilai skor akhir hasil analisa prioritas
berdasarkan kelompok kriteria
Selanjutnya persamaan menjadi:
� = S1 x S2
Berdasarkan hasil analisa di atas, maka
diperoleh hasil akhir untuk peringkat dalam
menentukan prioritas jenis alat tangkap perikanan
tuna di pesisir Sendang Biru Malang. Pembobotan
kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Tabel 3
dan Tabel 4.
Skor
Keterangan
0,00 sampai 2,49
Buruk
2,50 sampai 4,99
Sedang
5,00 sampai 7,49
Baik
7,50 sampai 10,00
Sangat baik
Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005)
dalam Tabel 5, sedangkan data alat tangkap dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 7 memperlihatkan catch,
effort dan CPUE.
Dari hasil analisis model Schaefer diperoleh
persamaan regresi:
Ct/Et = 60,6594 – 0,3345 Et
dengan nilai koefisien determinan (R2) = 0,445 dan
tingkat signifikansi p = 0,000.
Dari persamaan fungsi produksi:
Ct = 60,65941 Et – 0,3345 Et2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tangkapan perikanan tuna di perairan
Sendang Biru dari tahun ke tahun walaupun
berfluktuasi namun cenderung meningkat. Data
hasil tangkapan selang tahun 2003-2012 diringkas
Tabel 5. Jumlah produksi ikan tuna yang ditangkap alat tangkap di perairan Sendang Biru
Tahun 2003 – 2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Rata-rata
Pancing
tonda
881
872
1089
1235
855
854
1186
1353
1278
1435
11038
1103,8
Payang
Pancing
tangan
604
428
911
477
750
621
831
670
934
796
7022
702,2
65
387
341
540
397
460
303
557
543
591
731
4850
485
Gillnet
95
89
153
98
132
105
181
134
139
175
1301
130,1
Jumlah
1967
1730
2693
2207
2197
1883
2755
2700
2942
3137
24211
2421,1
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
Tabel 6. Jumlah alat tangkap yang menangkap ikan tuna di perairan Sendang Biru Tahun 2003 - 2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Rata-rata
Pancing
tonda
54
64
48
57
39
63
59
47
52
67
550
55
Payang
Pancing
tangan
242
234
225
282
225
260
231
218
217
213
2347
234,7
183
180
176
190
219
213
218
216
155
145
1895
189,5
Gillnet
Jumlah
79
89
102
94
73
81
94
72
74
79
837
83,7
558
567
551
623
556
617
602
553
498
504
5629
562,9
Tabel 7. Jumlah hasil tangkapan, upaya tangkap, dan CPUE ikan tuna di perairan Sendang Biru tahun 2003-2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tangkapan (ton)
1967
1730
2693
2207
2197
1883
2755
2700
2942
3137
Upaya (trip)
119
128
112
128
108
135
130
115
109
122
Persamaan tersebut merupakan persamaan
kuadrat, yang berarti bahwa pada awalnya
peningkatan upaya tangkap (Et) akan meningkatkan
hasil tangkapan (Ct), hingga mencapai titik
maksimum lestari. Kemudian akan terjadi
penurunan hasil tangkapan seiring dengan terus
bertambahnya nilai upaya tangkap.
Dari persamaan di atas, diperoleh nilai
koefisien a sebesar 60,6594 dan nilai b sebesar
0,3345. Sehingga dapat dihitung nilai upaya
tangkap optimum (E opt) dan hasil tangkap
maksimum lestari (CMSY), sebagai berikut:
Eopt =
tahun (p) dan biaya rata-rata dalam sepuluh tahun
(c) telah dihitung.
Dari data pada Tabel 9, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan software SMART dan VISA.
Hasil analisa dengan menggunakan teknik SMART
dan VISA dapat dilihat pada Tabel 10. Sedangkan
pohon nilai (value tree) dapat dilihat pada Gambar 1
dan Gambar 2.
Dari Tabel 10 terlihat bahwa hasil susunan
peringkat prioritas pemilihan alat tangkap perikanan
tuna dengan teknik SMART yaitu pancing tonda
menempati urutan pertama dengan nilai 0,923,
disusul payang dengan nilai 0,876, pancing tetel
dengan nilai 0,741 dan terakhir gillnet dengan nilai
60,6594
a
=
= 90,6719 trip/tahun
2b 2(0,3345)
a2
CMSY = 4b =
(60,6594 )2
4(0,3345 )
CPUE (ton/trip)
17
13
24
17
20
14
21
23
27
26
= 2750,056 ton/tahun
Artinya bahwa untuk menjaga kelestarian
sumberdaya perikanan tuna secara teknis dan
biologis, dalam setahun jumlah unit penangkapan
tidak boleh melebihi 91 trip dan maksimum ikan
tuna yang dapat ditangkap sebesar 2750,056 ton.
Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
10, dan khusus untuk EMEY, CMEY, EOA dan COA
dapat dihitung ketika harga rata-rata dalam sepuluh
Tabel 8. Nilai CMSY, EMSY, CMEY, EMEY, COA dan EOA
MSY
MEY
OA
Rata-rata
66
C (ton)
2750,05
2674,96
1517,28
2314,1
E (unit)
91
75,69
151,38
106,023
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
0,628.
sebagai peringkat pertama, dilanjutkan payang.
Gambar 1. Pohon nilai (value tree) teknik SMART
Untuk mengetahui apakah hasil yang
diperoleh pada teknik SMART tetap konsisten atau
tidak, maka dilakukan perbandingan analisis dengan
teknik VISA. Nilai bobot yang digunakan pada
masing-masing kriteria di atas sama dengan bobot
yang digunakan pada teknik SMART. Hasil analisis
akhir teknik VISA dapat dilihat pada Tabel 10 dan
Gambar 2. Pada Tabel dan Gambar tersebut terlihat
bahwa alat tangkap pancing tonda menempati
urutan pertama dengan nilai 93 kemudian payang
dengan nilai 88, pancing tangan dengan nilai 75 dan
disusul gillnet dengan nilai 65. Sehingga kedua
teknik yang digunakan dalam penelitian ini
menghasilkan urutan prioritas pemilihan
alat
tangkap ikan tuna yang relatif sama.
Hasil analisis dengan menggunakan teknik
SMART dan VISA ini menempatkan pancing tonda
Pada urutan ketiga pancing tangan dan terakhir
gillnet. Nilai masing-masing alat tangkap di atas
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub
kriteria pada pemilihan prioritas jenis alat tangkap
ikan tuna di perairan Sendang Biru
No
1.
2.
3.
4.
Gambar 2. Pohon nilai (value tree) teknik VISA
Kriteria/Sub Kriteria
(atribut)
Ekologi
a. Potensi dampak
lingkungan
b. Keragaman rekruitmen
c. Ukuran ikan tangkapan
Ekonomi
a. Kelayakan usaha
b. Peranan koperasi
c. Kesempatan
pendapatan lain
Sosial Budaya
a. Konflik kepentingan
b. Pelibatan pihak
berkepentingan
c. Pengenalan alat
tangkap
Teknologi
a. Ketahanan alat tangkap
b. Selektivitas alat
tangkap
Bobot
0,103
0,098
0,091
0,093
0,088
0,087
0,093
0,089
0,087
0,088
0,084
67
)
)
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
dalam rangka Temu Akrab CIVA-FPIK-IPB
tanggal 25 Agustus 2001.
DAHURI, R. et al. (2004) Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta: Pradnya Paramita.
DINAS
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
KABUPATEN MALANG (2012) Buku
Tahunan Statistik Perikanan Tangkap
Kabupaten Malang Tahun 2012. Malang.
DINAS
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
PROPINSI JAWA TIMUR (2012) Buku
Tahunan Statistik Perikanan Tangkap
Propinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya.
FAUZI, A. and ANNA, S. (2005) Pemodelan
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
FAUZI, A. (2006) Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
GORDON, H.S. (1954) The Economic of a
Common Property Resource: the fishery. J.
Polit. Econ.
GULLAND, J.A. (1982) Manual of Mehods for
Fish Stock Assesment Part I. Rome: Fish
Population Analysis. FAO.
JAMIL, K. (2005) Kajian Kesesuaian Lahan dan
Kelayakan
Ekonomis
Pengembangan
Budidaya Perikanan Pesisir di Pulau
Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi
Selatan. Unpublished thesis (MSi). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
KEKENUSA, J. (2008) Evaluasi Model Produksi
Surplus Ikan Cakalang yang Tertangkap di
Perairan Sekitar Bitung Provinsi Sulawesi
Utara. SIGMA, pp. 43-52.
RUBIANTO, I. (2001) Rencana Strategis
Pembangunan Kabupaten Malang. Malang:
Makalah. Malang: Pemerintah Kabupaten
Malang.
SOEKARTAWI, et al. (1986) Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil.
Jakarta:
Penerbit
Universitas
Indonesia.
SPAIRE P. and VENEMA, S.C. (1999) Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Pelagis. Buku 1
Manual. (Terjemahan: J. Widodo, I.G.S.
Merta, S. Nurhakim, dan M. Badrudin).
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian.
SYAFRIN, N. (1993) Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pendapatan
Usaha
Penangkapan Ikan. Unpublished thesis
(MSi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tabel 10. Hasil analisis multi criteria dicision making
(MCDM) prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna di
perairan Sendang Biru dengan teknik
SMART dan VISA
Peringkat
1
2
3
4
Alternatif
Pemilihan
Pancing
tonda
Payang
Pancing
tangan
Gillnet
Nilai
SMART
0.923
Nilai VISA
0.876
0.741
88
75
0.628
65
93
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
a. Persamaan matematis metode produksi surplus
yang digunakan untuk menelaah hasil
penangkapan ikan tuna di perairan Sendang Biru
dengan Model Schaefer, adalah Ct = 60,6594 Et
– 0,3345 Et2.
b. Hasil analisis bioekonomi terletak pada status
medium fishing untuk aspek ekologi dan over
exploited untuk aspek ekonomi.
c. Prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna secara
berurutan adalah pancing tonda, payang, pancing
tangan dan gillnet.
Ucapan terima kasih. Penulis ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini yang tidak sempat
penulis sebut satu persatu namun kiranya tidak
mengurangi rasa hormat penulis.
REFERENSI
AYODHYA (1981) Metode Penangkapan Ikan.
Bogor: Penerbit Yayasan Dewi Sri.
BOER, M. and AZIZ, K.A. (1995) Prinsip-prinsip
Dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Melalui Pendekatan Bioekonomi. Jurnal
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan, 3(2), pp.
109-119.
DAHURI, R. (2001) Menggali Potensi Kelautan
dan Perikanan dalam Rangka Pemulihan
Ekonomi Menuju Bangsa yang Maju,
Makmur dan Berkeadilan. Bogor: Pidato
68
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
Diterima: 22 April 2013
Disetujui: 29 April 2013
SUBANI et al. (1989) Alat Penangkapan Ikan dan
Udang Laut di Indonesia. Jakarta: Balai
Penelitian Perikanan Laut.
69
Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index
ISSN 2337-4403
e-ISSN 2337-5000
jasm-pn00024
Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tuna fishery in
coastal area of Sendang Biru, Malang, East Java Province
Analisis bioekonomi dan efektifitas alat tangkap perikanan tuna di wilayah pesisir
Sendang Biru, Malang, Provinsi Jawa Timur
M. Zainal Fanani1* and Khairul Jamil 2
1
Program Studi Ilmu Perairan, Program Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi.Jl. Kampus Unsrat Kleak, Manado 95115,
Sulawesi Utara, Indonesia.
2
Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Akademi Perikanan Bitung, Kampus APB, Bitung 95526, Telp./Fax. (0438) 21436.
*E-mail: zafan_zani@yahoo.com
Abstract: Tuna (Thunnus sp.) need to be managed well by maintaining balance between economic aspect (profits)
and ecological aspect (sustainability of fish resources). To maintain balance these aspect to do with
bioeconomical analysis. With these analysis be expected can be obtained maximum economic profits without
any damage fish resources so that environmental conservation stay awake. In order to analyze the bioeconomical
is needed to estimate the stock assessment. The first step is standardization of fishing gear, this need to be done
because each of fishing gear not only catch the target fish but also catch the non target fish (multi gear multi
spesies). Of the research be obtained standard gear for tuna fishery in Sendang Biru water are trolling line, with
maximum value between payang, hand line and gillnet. Status of tuna fishery from biological aspect in Sendang
Biru water by Schaefer model in general medium fishing condition. Whereas status of tuna fishery from
economic aspect by Schaefer model in over exploited. Of the research by multi criteria decision making
(MCDM) analysis with simple multi attribute rating technique (SMART) and visual interactive sensitivity
analysis (VISA) obtainable that the main priority in election of tuna fishing gear evectively and efficient are
trolling line, paying, hand line and gillnet©
Keywords: tuna; bioekonomi; MCDS; fishing; exploited.
Abstrak: Perikanan tuna perlu dikelola dengan baik dengan cara menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi
(keuntungan) dan aspek ekologi (kelestarian sumberdaya ikan). Untuk menjaga keseimbangan aspek-aspek
tersebut, dapat dilakukan dengan analisis bioekonomi. Dengan analisis ini diharapkan dapat diperoleh
keuntungan ekonomi yang maksimum tanpa disertai kerusakan sumberdaya ikan sehingga konservasi lingkungan
tetap terjaga. Dalam rangka menganalisa bioekonomi perlu dilakukan pendugaan stok ikan (‘stock assessment’).
Langkah awal adalah standarisasi alat tangkap, hal ini perlu dilakukan karena setiap alat tangkap tidak hanya
menangkap ikan target tapi juga menangkap ikan non target (‘multi gear multi spesies’). Dari hasil penelitian
didapat alat tangkap standar untuk perikanan tuna di perairan Sendang Biru adalah pancing tonda dengan nilai
porsi terbesar diantara alat tangkap payang, pancing tangan dan ‘gillnet’. Status perikanan tuna dari aspek
biologi di perairan Sendang Biru menurut model Schaefer secara umum dalam kondisi ‘medium fishing’.
Sedangkan status perikanan tuna secara ekonomi menurut model Schaefer dalam kondisi ‘over exploited’. Dari
hasil analisis multi ‘criteria decision making’ (MCDM) dengan teknik ‘simple multi attribute rating technique’
(SMART) dan teknik ‘visual interactive sensitivity analysis’ (VISA) diperoleh bahwa prioritas yang utama
dalam pemilihan alat tangkap tuna secara efektif dan efisien adalah pancing tonda, payang, pancing tangan dan
gillnet©
Kata-kata kunci: tuna; bioekonomi; MCDS; penangkapan ikan; eksploitasi.
dalam pengelolaan sumberdaya ikan diharapkan
dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi
namun kelestariannya tetap terjaga. Oleh karena itu
pendekatan bioekonomi menjadi solusi dalam
menjaga keseimbangan aspek ekonomi dan aspek
biologi.
PENDAHULUAN
Kegiatan perikanan tuna di Indonesia masih
dipusatkan pada masalah penangkapan, sedangkan
perhatian terhadap aspek biologi dan lingkungannya
baru berkembang beberapa tahun terakhir. Artinya
62
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
Tabel 1. Jumlah dan komposisi responden untuk penentuan prioritas jenis alat
tangkap yang efektif dan efisien di perairan
Sendang Biru Malang
No
1
2
3
4
5
6
Responden
Jumlah
Pemerintah
- BPPPI Pondok Dadap
- Dinas Perikanan dan Kelautan Malang
- Bappeda Kabupaten Malang
- Kecamatan Sumbermanjing Wetan
- Desa Tambakrejo
Perguruan tinggi
Nelayan
- Nelayan pancing Tonda
- Nelayan payang
- Nelayan pancing Tangan
Pengusaha perikanan
- Pengusaha perikanan pancing tonda
- Pengusaha perikanan payang
- Pengusaha perikanan pancing tangan
Ahli perikanan
LSM Perikanan
1
1
1
1
1
3
5
5
5
Total
5
5
5
3
3
44
tahun 2003-2012, perpustakaan Universitas
Brawijaya Malang dan Universitas Sam Ratulangi
Manado. Sedangkan data primernya diperoleh dari
wawancara dan observasi di tempat penelitian dan
pihak-pihak yang terkait, lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 1.
Data yang digunakan untuk analisis model
produksi surplus adalah data hasil tangkapan (C t)
per tahun dan upaya tangkap (Et) per tahun, serta
catch per unit effort (CPUE=Ct/Et).
Kemampuan setiap jenis alat tangkap
berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan standarisasi
upaya tangkap, dengan rumus (Gulland, 1982):
Model yang paling sederhana dalam
dinamika populasi ikan adalah model produksi
surplus dengan memperlakukan ikan sebagai
biomassa tunggal yang tak dapat dibagi, yang
tunduk pada aturan-aturan sederhana kenaikan dan
perununan biomassa (Fauzi dan Anna, 2005).
Kajian bioekonomi merupakan perpaduan
dinamika biologi sumberdaya dan faktor ekonomi
yang mempengaruhi perikanan tangkap. Analisis
bioekonomi bertujuan untuk menentukan tingkat
pengusahaan yang optimum secara ekonomi.
Berkaitan dengan faktor ekonomi ini tidak terlepas
dari peran alat tangkap perikanan tuna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besar hasil tangkapan maksimum lestari (MSY),
hasil tangkapan maksimum secara ekonomi (MEY)
dan mengetahui jenis alat tangkap yang efektif dan
efisien. Dengan demikian diharapkan terjadi
kelestarian alam dan kelestarian usaha penangkapan
ikan tuna di pesisir Sendang Biru Kabupaten
Malang Jawa Timur.
a. Menghitung fishing power index (FPI): FPI =
CPUEdst/CPUEst
b. Menghitung upaya standard: Es = FPI x Edst
Keterangan:
CPUEdst = CPUE alat tangkap yang akan
distandarisasi
CPUEst = CPUE alat tangkap standard
Edst
= upaya tangkap yang akan standarisasi
Es
= upaya tangkap hasil standarisasi
MATERIAL DAN METODE
Model penduga yang digunakan untuk
menganalisis dan mengevaluasi ialah model
Schaefer. Dari model tersebut dapat dihitung nilai
hasil tangkapan maksimum lestari (MSY), upaya
tangkap optimum (EMSY), EMEY, CMEY, EOA dan COA
dari perikanan tuna di perairan Sendang Biru. Dari
hasil analisis MSY ini, dilanjutkan dengan analisis
Data yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari data primer dan skunder. Data
skunder diperoleh dari Badan Pengelolaan
Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI) Pondok Dadap
Sendang Biru, KUD Mina Jaya dan Dinas Kelautan
dan Perikanan Malang dan Jawa Timur selama
63
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
Economic Yield (Fauzi dan Anna, 2005). Rente
merupakan selisih dari penerimaan dan biaya yang
dikeluarkan, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Π = pC - cE
dengan keterangan:
π = keuntungan usaha penangkapan (satuan nilai
uang)
C = jumlah hasil tangkapan (satuan berat atau
jumlah)
p = harga satuan hasil tangkapan (satuan nilai
uang)
E = jumlah upaya penangkapan (trip kapal)
c = biaya operasi per unit upaya tangkap (satuan
nilai uang)
untuk memperoleh nilai MEY, untuk menentukan
hasil tangkapan maksimum secara ekonomi.
Model produksi surplus tergantung pada
empat macam besaran, yaitu biomassa populasi
pada suatu waktu tertentu t (Bt), tangkapan untuk
suatu waktu tertentu t (Ct), upaya tangkap pada
waktu tertentu t (E t), dan laju pertumbuhan alami
konstan (r) (Boer dan Aziz, 1995 dalam Kekenusa,
2008). Model ini pertama kali dikembangkan
Schaefer, yang bentuk awalnya sama dengan model
pertumbuhan logistik.
Menurut Spaire dan Venema (1999) dalam
Kekenusa (2008), rumus-rumus model produksi
surplus hanya berlaku apabila parameter slope (b)
bernilai negatif, yang berarti penambahan upaya
tangkap akan menyebabkan penurunan hasil
tangkapan per upaya tangkap. Apabila parameter b
nilainya positif, maka tidak dapat dilakukan
pendugaan besarnya stok maupun upaya optimum,
tetapi hanya dapat disimpulkan bahwa penambahan
upaya tangkap masih memungkinkan untuk
meningkatkan hasil tangkapan.
Hasil akhir dari perhitungan rumus model
Schaefer adalah:
Ct = aEt - bEt2
Keuntungan ekonomi yang maksimum
diperoleh dengan memasukkan CMSY dan
turunannya disamakan dengan nol, selanjutnya
dengan memasukkan nilai CMEY pada fungsi
produksi maka diperoleh nilai EMEY.
Setelah menganalisis potensi sumberdaya
ikan tuna menggunakan model produksi surplus
(model
penduga
Schaefer),
selanjutkan
menganalisis kelestarian usaha perikanan dengan
cara menentukan prioritas alat tangkap tuna yang
paling efektif dan efisien, menggunakan metode
analisis multi criteria dicision making (MCDM)
dengan teknik simple multi attribute rating
technique (SMART) dibantu software criterium
decision plus (Criplus Version 3,4.S) dan teknik
visual interactive sensitivity analysis (VISA).
Dalam analisis ini, pembobotan suatu
alternatif dan kriteria yang diambil disusun
berdasarkan matrik pembobotan kriteria dalam
penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna, seperti
pada Tabel 2.
Selanjutnya dianalisis dengan persamaan
agregasi:
γ = π Si 1/n
dimana: γ = rata-rata geometric
q2 K
Dengan mensubstitusikan a = qK dan b = r ,
maka akan diperoleh:
a
Et =
2b
a2
C��� =
4b
Pengelolaan sumberdaya ikan harus memberi
manfaat secara ekonomi dalam bentuk rente
ekonomi. Keuntungan maksimum diperoleh pada
saat upaya (E) menghasilkan keuntungan ekonomi
yang maksimum, EMEY = E pada Maximum
Tabel 2. Contoh matrik pembobotan kriteria dalam
penentuan prioritas alat tangkap ikan tuna di
perairan Sendang Biru Malang
Alternatif
A1
A2
…
Am
C1
W1
A11
A12
…
Am2
C2
W2
A21
A22
…
Am2
Kriteria
…
…
…
…
…
…
Cn
Wn
A1n
A2n
…
Amn
Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005).
di mana:
Ai,(i=1,2,m)= menunjukkan pilihan alternative yang ada
Cj,(j=1,2,n)= merujuk pada criteria dengan bobot Wj
Aij,(i=1..m, j=1..n) = adalah pengukuran keragaman dari
satu alternatif
Ai berdasarkan criteria Cj
64
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
Tabel 3. Kriteria pemberian skor dalam analisis MCDM teknik SMART dan VISA
Kriteria
Fisik/ekologi
Sub Kriteria
a. Dampak lingkungan
b. Keragaman rekruitmen
c. Ukuran ikan tangkapan
Ekonomi
a. Kelayakan usaha
b. Peranan koperasi
c. Kesempatan pendapatan lain
Sosial Budaya
a. Konflik kepentingan
b. Pelibatan pihak berkepentingan
c. Pengenalan alat tangkap
Teknologi
a. Ketahanan alat tangkap
b. Selektivitas alat tangkap
Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005)
Penjelasan
0: berdampak jelek, 10: tidak berdampak
0: beragram tinggi, 10: tidak beragram
0: ukuran kecil, 10: ukuran besar
0: tidak layak, 10: sangat layak
0: tdk ada peranan koperasi, 10: berperan
0: tidak sempat, 10: mempunyai kesempatan
0: berkonfik, 10: tidak ada konflik
0: tidak ada pelibatan, 10: ada pelibatan
0: tidak kenal, 10: kenal baik
0: cepat rusak, 10: ketahanan tinggi
0: tidak selektif, 10: selektif tinggi
Tabel 4. Standarisasi pemberian skor
Si = nilai skor akhir hasil analisa prioritas
berdasarkan kelompok kriteria
Selanjutnya persamaan menjadi:
� = S1 x S2
Berdasarkan hasil analisa di atas, maka
diperoleh hasil akhir untuk peringkat dalam
menentukan prioritas jenis alat tangkap perikanan
tuna di pesisir Sendang Biru Malang. Pembobotan
kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Tabel 3
dan Tabel 4.
Skor
Keterangan
0,00 sampai 2,49
Buruk
2,50 sampai 4,99
Sedang
5,00 sampai 7,49
Baik
7,50 sampai 10,00
Sangat baik
Sumber: Diadopsi dari Khairul (2005)
dalam Tabel 5, sedangkan data alat tangkap dapat
dilihat pada Tabel 6. Tabel 7 memperlihatkan catch,
effort dan CPUE.
Dari hasil analisis model Schaefer diperoleh
persamaan regresi:
Ct/Et = 60,6594 – 0,3345 Et
dengan nilai koefisien determinan (R2) = 0,445 dan
tingkat signifikansi p = 0,000.
Dari persamaan fungsi produksi:
Ct = 60,65941 Et – 0,3345 Et2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tangkapan perikanan tuna di perairan
Sendang Biru dari tahun ke tahun walaupun
berfluktuasi namun cenderung meningkat. Data
hasil tangkapan selang tahun 2003-2012 diringkas
Tabel 5. Jumlah produksi ikan tuna yang ditangkap alat tangkap di perairan Sendang Biru
Tahun 2003 – 2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Rata-rata
Pancing
tonda
881
872
1089
1235
855
854
1186
1353
1278
1435
11038
1103,8
Payang
Pancing
tangan
604
428
911
477
750
621
831
670
934
796
7022
702,2
65
387
341
540
397
460
303
557
543
591
731
4850
485
Gillnet
95
89
153
98
132
105
181
134
139
175
1301
130,1
Jumlah
1967
1730
2693
2207
2197
1883
2755
2700
2942
3137
24211
2421,1
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
Tabel 6. Jumlah alat tangkap yang menangkap ikan tuna di perairan Sendang Biru Tahun 2003 - 2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Jumlah
Rata-rata
Pancing
tonda
54
64
48
57
39
63
59
47
52
67
550
55
Payang
Pancing
tangan
242
234
225
282
225
260
231
218
217
213
2347
234,7
183
180
176
190
219
213
218
216
155
145
1895
189,5
Gillnet
Jumlah
79
89
102
94
73
81
94
72
74
79
837
83,7
558
567
551
623
556
617
602
553
498
504
5629
562,9
Tabel 7. Jumlah hasil tangkapan, upaya tangkap, dan CPUE ikan tuna di perairan Sendang Biru tahun 2003-2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tangkapan (ton)
1967
1730
2693
2207
2197
1883
2755
2700
2942
3137
Upaya (trip)
119
128
112
128
108
135
130
115
109
122
Persamaan tersebut merupakan persamaan
kuadrat, yang berarti bahwa pada awalnya
peningkatan upaya tangkap (Et) akan meningkatkan
hasil tangkapan (Ct), hingga mencapai titik
maksimum lestari. Kemudian akan terjadi
penurunan hasil tangkapan seiring dengan terus
bertambahnya nilai upaya tangkap.
Dari persamaan di atas, diperoleh nilai
koefisien a sebesar 60,6594 dan nilai b sebesar
0,3345. Sehingga dapat dihitung nilai upaya
tangkap optimum (E opt) dan hasil tangkap
maksimum lestari (CMSY), sebagai berikut:
Eopt =
tahun (p) dan biaya rata-rata dalam sepuluh tahun
(c) telah dihitung.
Dari data pada Tabel 9, selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan software SMART dan VISA.
Hasil analisa dengan menggunakan teknik SMART
dan VISA dapat dilihat pada Tabel 10. Sedangkan
pohon nilai (value tree) dapat dilihat pada Gambar 1
dan Gambar 2.
Dari Tabel 10 terlihat bahwa hasil susunan
peringkat prioritas pemilihan alat tangkap perikanan
tuna dengan teknik SMART yaitu pancing tonda
menempati urutan pertama dengan nilai 0,923,
disusul payang dengan nilai 0,876, pancing tetel
dengan nilai 0,741 dan terakhir gillnet dengan nilai
60,6594
a
=
= 90,6719 trip/tahun
2b 2(0,3345)
a2
CMSY = 4b =
(60,6594 )2
4(0,3345 )
CPUE (ton/trip)
17
13
24
17
20
14
21
23
27
26
= 2750,056 ton/tahun
Artinya bahwa untuk menjaga kelestarian
sumberdaya perikanan tuna secara teknis dan
biologis, dalam setahun jumlah unit penangkapan
tidak boleh melebihi 91 trip dan maksimum ikan
tuna yang dapat ditangkap sebesar 2750,056 ton.
Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
10, dan khusus untuk EMEY, CMEY, EOA dan COA
dapat dihitung ketika harga rata-rata dalam sepuluh
Tabel 8. Nilai CMSY, EMSY, CMEY, EMEY, COA dan EOA
MSY
MEY
OA
Rata-rata
66
C (ton)
2750,05
2674,96
1517,28
2314,1
E (unit)
91
75,69
151,38
106,023
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
0,628.
sebagai peringkat pertama, dilanjutkan payang.
Gambar 1. Pohon nilai (value tree) teknik SMART
Untuk mengetahui apakah hasil yang
diperoleh pada teknik SMART tetap konsisten atau
tidak, maka dilakukan perbandingan analisis dengan
teknik VISA. Nilai bobot yang digunakan pada
masing-masing kriteria di atas sama dengan bobot
yang digunakan pada teknik SMART. Hasil analisis
akhir teknik VISA dapat dilihat pada Tabel 10 dan
Gambar 2. Pada Tabel dan Gambar tersebut terlihat
bahwa alat tangkap pancing tonda menempati
urutan pertama dengan nilai 93 kemudian payang
dengan nilai 88, pancing tangan dengan nilai 75 dan
disusul gillnet dengan nilai 65. Sehingga kedua
teknik yang digunakan dalam penelitian ini
menghasilkan urutan prioritas pemilihan
alat
tangkap ikan tuna yang relatif sama.
Hasil analisis dengan menggunakan teknik
SMART dan VISA ini menempatkan pancing tonda
Pada urutan ketiga pancing tangan dan terakhir
gillnet. Nilai masing-masing alat tangkap di atas
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Nilai bobot masing-masing kriteria/sub
kriteria pada pemilihan prioritas jenis alat tangkap
ikan tuna di perairan Sendang Biru
No
1.
2.
3.
4.
Gambar 2. Pohon nilai (value tree) teknik VISA
Kriteria/Sub Kriteria
(atribut)
Ekologi
a. Potensi dampak
lingkungan
b. Keragaman rekruitmen
c. Ukuran ikan tangkapan
Ekonomi
a. Kelayakan usaha
b. Peranan koperasi
c. Kesempatan
pendapatan lain
Sosial Budaya
a. Konflik kepentingan
b. Pelibatan pihak
berkepentingan
c. Pengenalan alat
tangkap
Teknologi
a. Ketahanan alat tangkap
b. Selektivitas alat
tangkap
Bobot
0,103
0,098
0,091
0,093
0,088
0,087
0,093
0,089
0,087
0,088
0,084
67
)
)
Aquatic Science & Management, Edisi Khusus 1 (Mei 2013)
dalam rangka Temu Akrab CIVA-FPIK-IPB
tanggal 25 Agustus 2001.
DAHURI, R. et al. (2004) Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta: Pradnya Paramita.
DINAS
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
KABUPATEN MALANG (2012) Buku
Tahunan Statistik Perikanan Tangkap
Kabupaten Malang Tahun 2012. Malang.
DINAS
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
PROPINSI JAWA TIMUR (2012) Buku
Tahunan Statistik Perikanan Tangkap
Propinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya.
FAUZI, A. and ANNA, S. (2005) Pemodelan
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
FAUZI, A. (2006) Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
GORDON, H.S. (1954) The Economic of a
Common Property Resource: the fishery. J.
Polit. Econ.
GULLAND, J.A. (1982) Manual of Mehods for
Fish Stock Assesment Part I. Rome: Fish
Population Analysis. FAO.
JAMIL, K. (2005) Kajian Kesesuaian Lahan dan
Kelayakan
Ekonomis
Pengembangan
Budidaya Perikanan Pesisir di Pulau
Tanakeke Kabupaten Takalar Sulawesi
Selatan. Unpublished thesis (MSi). Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
KEKENUSA, J. (2008) Evaluasi Model Produksi
Surplus Ikan Cakalang yang Tertangkap di
Perairan Sekitar Bitung Provinsi Sulawesi
Utara. SIGMA, pp. 43-52.
RUBIANTO, I. (2001) Rencana Strategis
Pembangunan Kabupaten Malang. Malang:
Makalah. Malang: Pemerintah Kabupaten
Malang.
SOEKARTAWI, et al. (1986) Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil.
Jakarta:
Penerbit
Universitas
Indonesia.
SPAIRE P. and VENEMA, S.C. (1999) Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Pelagis. Buku 1
Manual. (Terjemahan: J. Widodo, I.G.S.
Merta, S. Nurhakim, dan M. Badrudin).
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian.
SYAFRIN, N. (1993) Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Pendapatan
Usaha
Penangkapan Ikan. Unpublished thesis
(MSi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tabel 10. Hasil analisis multi criteria dicision making
(MCDM) prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna di
perairan Sendang Biru dengan teknik
SMART dan VISA
Peringkat
1
2
3
4
Alternatif
Pemilihan
Pancing
tonda
Payang
Pancing
tangan
Gillnet
Nilai
SMART
0.923
Nilai VISA
0.876
0.741
88
75
0.628
65
93
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
a. Persamaan matematis metode produksi surplus
yang digunakan untuk menelaah hasil
penangkapan ikan tuna di perairan Sendang Biru
dengan Model Schaefer, adalah Ct = 60,6594 Et
– 0,3345 Et2.
b. Hasil analisis bioekonomi terletak pada status
medium fishing untuk aspek ekologi dan over
exploited untuk aspek ekonomi.
c. Prioritas pemilihan alat tangkap ikan tuna secara
berurutan adalah pancing tonda, payang, pancing
tangan dan gillnet.
Ucapan terima kasih. Penulis ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini yang tidak sempat
penulis sebut satu persatu namun kiranya tidak
mengurangi rasa hormat penulis.
REFERENSI
AYODHYA (1981) Metode Penangkapan Ikan.
Bogor: Penerbit Yayasan Dewi Sri.
BOER, M. and AZIZ, K.A. (1995) Prinsip-prinsip
Dasar Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Melalui Pendekatan Bioekonomi. Jurnal
Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan, 3(2), pp.
109-119.
DAHURI, R. (2001) Menggali Potensi Kelautan
dan Perikanan dalam Rangka Pemulihan
Ekonomi Menuju Bangsa yang Maju,
Makmur dan Berkeadilan. Bogor: Pidato
68
Fanani and Jamil: Analysis of bioeconomical and effectiveness of capture tina fishery…
Diterima: 22 April 2013
Disetujui: 29 April 2013
SUBANI et al. (1989) Alat Penangkapan Ikan dan
Udang Laut di Indonesia. Jakarta: Balai
Penelitian Perikanan Laut.
69