kegiatan_5401410069_1361519105.docx 141.25KB 2013-07-11 22:11:42

1

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM

STUDI PEMBUATAN EDIBLE FILM BERBASIS TEPUNG
KERING NATA DE METE (CASHEW)
BIDANG KEGIATAN:
PKM-P

Diusulkan Oleh:
Ulin Nur Hayati

5401411108 TA 2011

Afrilia Dwi Wicaksono

5401410112 TA 2010

Pipit Adi utomo


5401410069 TA 2010

Syahrul Muttaqin

5301409002 TA 2010

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2011

HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan

: Studi Pembuatan Edible Film Berbasis Tepung
Kering Nata De mete (Cashew)

2. Bidang Kegiatan

: (√) PKM-P


( ) PKM-K

( ) PKM-T

( ) PKM-M

: ( ) Kesehatan

( ) Pertanian

3. Bidang ilmu

( ) PKMKC

( ) MIPA
( ) Teknologi dan Rekayasa
(√) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a) Nama Lengkap

b) NIM
c) Fakultas/Jurusan/Tahun angkatan
d) Universitas
e) Alamat Rumah/HP
f)

Alamat Email

5. Anggota Pelaksana

: Ulin Nur Hayati
: 5401411108
: Fak.Teknik/Tek. Jasa dan
Produksi/2011
: Universitas Negeri Semarang
: Jln.Datuk Indah Mulyoharjo Rt.05
Rw.02 Kec.Jepara Kab.
Jepara/085741360995
: ulinnurhayati@ymail.com
: 3 Orang


6. Dosen Pendamping
a) Nama Lengkap
b) NIP
c) Alamat Rumah/HP

: Muhammad Ansori, S.T.P, M.P.
: 197804102005011001
: Tegallayang 9, Caturharjo, Pandak,
Bantul, Yogyakarta
CP : 081578711113

7. Biaya Kegiatan Total
a) Dikti
b) Sumber lain
8. Jangka waktu pelaksanaan

: Rp 9.111.000,00
: : 5 bulan
Semarang, 2 Oktober 2011


Menyetujui,
Ketua Jurusan

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ir.Siti Fathonah, M.kes.)
NIP. 196402131988032002

(Ulin Nur Hayati)
NIM. 5401411108

Pembantu Rektor

Dosen Pendamping
2

Bidang Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Masrukhi, M. Pd.)

NIP. 196205081988031002

(Muhammad Ansori, S.T.P,M.P)
NIP.197804102005011001

A. JUDUL
Studi Pembuatan Edible Film Berbasis Tepung Kering Nata De mete
(Cashew)
B. LATAR BELAKANG
Jambu mete (Anacardium oc-cidentale. L) merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang mempunyai arti ekonomi dan cukup potensial
karena produksinya dapat dipakai sebagai bahan baku industri makanan.
Sampai dengan tahun 2003, luas perkebunan jambu mete telah mencapai
581.641 ha dengan produksi gelon-dong sebesar 112.509 ton (Ditjenbun,
2004). Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbedabeda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki
gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa
Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa,
dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki.
Tanaman jambu mete banyak tumbuh di Jawa Tengah khususnya
daerah kabupaten Jepara tepatnya di kecamatan Jepara, banyak tanaman

buah semu jambu metenya yang belum termanfaatkan dengan baik. Buah
jambu mete menghasilkan gelondong sebesar 10% dan buah semu 90%.
Pemanfaatan buah semu masih sangat terbatas, sehingga banyak yang
terbuang sebagai limbah. Pemanfaatan buah semu secara optimal menjadi
berbagai produk makanan akan dapat meningkatkan ekonomi petani jambu
mete. Salah satu produk yang dapat diolah dari buah jambu mete adalah
nata de cashew.
Nata de mete (cashew) memiliki kandungan gizi yang terdiri dari
karbohidrat (gula pereduksi) 6,70 - 10,60%, protein 5,50%, vitamin C 147
- 372 mg/100g, vitamin B1, B2, A, mineral unsur P, Ca, Fe, tanin dan asam
anakardat, serat dan karbohidrat. Selain itu, komponen utama nata de mete
(cashew) yang membentuk gel transparan yang apabila diserut tipis-tipis

3

mempunyai sifat amat rekat terhadap cetakan dan tembus pandang,
sehingga berpotensi untuk dibuat sebagai edible film. Sebab diketahui
bahwa komponen utama penyusun edible film ada tiga kelompok, yaitu
hidrokoloid, lemak dan komposit.
Edible film adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan-bahan yang

dapat dimakan, dibentuk melapisi komponen makanan (coating) atau
diletakkan di antara komponen makanan (film) yang berfungsi sebagai
barrier terhadap transfer
massa (misalnya kelembaban, oksigen, lipid, cahaya, dan zat larut), dan atau
sebagai carrier bahan makanan atau bahan tambahan, serta untuk mempermudah
penanganan makanan (Krochta dan De Mulder-Johnson, 1997).
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, seperti potensi sumber
daya alam Indonesia yang cukup besar untuk menghasilkan olahan nata de
mete (cashew) yang diperoleh dari ekstrak buah semu jambu mete sebagai
penghasil pektin dan tapioka untuk pembuatan edible film, serta manfaat
yang diperoleh dari penggunaan edible film, maka penelitian tentang
pengembangan edible film dari nata de mete (cashew) dengan bantuan
tepung tapioka perlu diupayakan.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, beberapa masalah yang
dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengolah nata de mete (cashew) menjadi produk edible film ?
2. Bagaimana cara menumbuhkembangkan olahan nata de mete (cashew) sebagai
produk edible film kalangan masyarakat?
3. Apakah produk nata de mete (cashew) bisa sebagai edible film menggantikan

karagenan rumput laut ?
D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan yang hendak dicapai dari program kreativitas ini adalah:
1. Mendiskripsikan cara mengolah tepung kering nata de mete (cashew) untuk
produk edible film
2. Menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di kalangan masyarakat untuk
mendorong terciptanya inovasi baru dengan menerapkan IPTEK dalam
berwirausaha.
3. Membuktikan bahwa tepung kering nata de mete (cashew) mampu menjadi

4

produk edible film sebagai edible packaging, apa saja kegunaannya,dan
bagaimana cara pembuatannya.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Berdasarkan uraian diatas, target luaran yang diharapkan dari program
kegiatan ini yaitu :
1. Meningkatkan nilai jual dari nata de mete (cashew) yakni lebih lanjut menjadi
produk edible film yang lebih modern, eksklusif dengan sentuhan teknologi
pangan yang tepat.

2. Membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat dalam rangka menekan
penggunaan kemasan makanan yang bersifat nondegradable.
3. Keterampilan bagi masyarakat dalam bidang teknologi industri yaitu
menciptakan tepung kering nata de mete (cashew) sebagai edible film.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Program kreativitas mahasiswa ini diharapkan dapat memperoleh
manfaat sebagai berikut :
1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternative
dalam pemanfaatan tepung kering nata de mete (cashew) sebagai
pembuatan edible film untuk edible packaging.
2. Diharapkan dapat mengurangi penggunaan kemasan makanan yang
bersifat nondegradable, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
3. Edible film yang dihasilkan diharapkan mampu memperpanjang umur
simpan produk yang dikemasnya.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Nata de mete (cashew)
Nata de mete (cashew) adalah selulosa hasil sintesis gula oleh
bakteri Azato-bacter xylinum berbentuk agar, berwarna putih dan
mengandung air sekitar 98%. Nata de mete (cashew) dikonsumsi sebagai
makanan tambahan, bahan pencampur coctail, yogurt dan sebagai

makanan penutup. Nata de mete (cashew) tergolong makanan yang
berkalori rendah karena mengandung serat pangan yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk proses pencernaan makanan yang terjadi dalam usus
halus dan penyerapan air dalam usus besar (Muljohardjo, 1990).

5

Nata dihasilkan dari proses fermentasi pada substrat yang
mengandung gula

dan nitrogen

pada pH

yang sesuai dengan

perkembangan A. xylinum yaitu berkisar antara 4 - 4,5 (Pambayun, 2002).
Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai media pembuatan nata adalah
ampas nenas, adalah bahan yang paling ekonomis karena ampas nenas
merupakan limbah pangan. Ampas nenas didapat dari sisa hasil pembuatan
sirup nenas, selai, jelly, sari buah dan nenas goreng. Pengolahan buah
nenas tersebut dapat diperoleh ampas nenas dalam jumlah yang cukup
besar dan dapat dimanfaatkan sebagai medium pertumbuhan dari bakteri
A. xylinum. Rendemen nata yang diperoleh dari media ekstrak ampas
nenas lebih besar dari pada media yang diperoleh dari sari buah nenas
yaitu 54,13% dengan konsentrasi gula 7,50% dan masa inkubasi 14 hari
(Arsatmojo, 1996).
2. Edible Film
Menurut Robertson (1993), bahan pengemas yang dapat
digunakan antara lain plastik, kertas, logam, dan kaca. Bahan pengemas
dari plastik banyak digunakan dengan pertimbangan ekonomis dan
memberikan perlindungan yang baik dalam pengawetan. Sekitar 60% dari
poliethilen dan 27% dari polyester diproduksi untuk membuat bahan
pengemas yang digunakan dalam produk makanan. Akan tetapi
penggunaan material sintetis tersebut berdampak pada pencemaran
lingkungan (Alvin dan Gil, 1994 dikutip Henrique, Teofilo, Sabino,
Ferreira, Cereda, 2007). Oleh karena itu pada saat ini dibutuhkan
penelitian

mengenai

(biodegradable)

bahan

(Henrique

et.

pengemas
al.,

2007).

yang
Salah

dapat

diuraikan

satu

pengemas

biodegradable adalah Edible Packaging .
Merurut Arpah (1997) dikutip Christsania (2008), Edible Packaging
pada bahan pangan pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis bentuk,
yaitu: edible film, edible coating, dan enkapsulasi. Hal yang membedakan
edible coating dengan edible film adalah cara pengaplikasiannya. Edible
coating langsung dibentuk pada produk, sedangkan pada edible film
pembentukannya tidak secara langsung pada produk yang akan
dilapisi/dikemas. Enkapsulasi adalah edible packaging yang berfungsi

6

sebagai pembawa zat flavor berbentuk serbuk. Edible film didefinisikan
sebagai lapisan yang dapat dimakan yang ditempatkan di atas atau diantara
komponen makanan (Lee dan Wu, 2006 dalam Hui, 2006).
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan, diletakkan diantara komponen makanan yang berfungsi sebagai
barrier terhadap transfer massa (missal kelembaman, oksigen, lipid, dan
zat terlarut) dan sebagai carrier bahan makanan dan aditif untuk
meningkatkan penanganan makanan.
Pengembangan edible film pada makanan selain dapat
memberikan kualitas produk yang lebih baik dan memperpanjang daya
tahan, juga dapat merupakan bahan pengemas yang ramah lingkungan.
Edible film memberikan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak
pada pencemaran lingkungan karena menggunakan bahan yang dapat
diperbaharui dan harganya murah (Tharamathan, 2003 dikutip Bourtoom,
2007). Fungsi
Fungsi dari edible film adalah penghambat perpindahan uap air,
menghambat pertukaran gas, mencegah kehilangan aroma, mencegah
perpindahan lemak, meningkatkan karakteristik fisik, dan sebagai
pembawa zat aditif. Edible film yang terbuat dari lipida dan juga film dua
lapis ( bilayer ) ataupun campuran yang terbuat dari lipida dan protein atau
polisakarida

pada

umumya

baik

digunakan

sebagai

penghambat

perpindahan uap air dibandingkan dengan edible film yang terbuat dari
protein dan polisakarida dikarenakan lebih bersifat hidrofobik (Lee dan
Wan, 2006 dalam Hui, 2006).
Edibel film dapat dibuat dari berbagai jenis bahan
diantaranya tepung kering nata de mete (cashew) dengan bantuan
tepung tapioka. Metylcellulose bisa membentuk film dengan
kekuatan tinggi, jernih, larut air, tidak berminyak, laju oksigen dan
kecepatan uap air rendah. Warnanya putih, tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak bersifat toksit.
3. Pati Tapioka
Semua pati yang terdapat secara alami tersusun dari dua macam
molekul pektin (amilosa dan amilopektin). Amilosa merupakan polimer

7

berantai lurus, α 1-4 glukosidik, sedangkan amilopektin mempunyai
cabang dengan ikatan α 1-6 glukosidik.
Molekul-molekul berrantai lurus, yaitu amilosa yang berdekatan
dan bagian rantai yang lurus pada bagian luar atau ujungujung amilopektin
tersusun dengan arah sejajar. Susunan tersebut membentuk bangunan yang
kristalin dan kompak. Molekul-molekul bercabang, yaitu amilopektin
mempunyai susunan yang kurang kompak/amorf, sehingga lebih mudah
dicapai oleh air dan enzim (Whistler, et. al. dalam Anugrahati, 2001)
Wahyuni (2008) menjelaskan bahwa, pati mempunyai peranan yang sangat
besar dalam menentukan sifat-sifat produk pangan. Pati mampu
berinteraksi dengan senyawa-senyawa lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga berpengaruh pada aplikasi proses, mutu, dan
penerimaan produk.
Karena kemampuannya, pati dijadikan bahan pelapis yang dapat
dimakan (edible film). Edible film adalah lapisan tipis dan kontinyu yang
terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan, dibentuk melapisi
komponen makanan (coating) atau diletakkan diantara komponen
makanan (film). Prinsip pembentukan edible film adalah interaksi rantai
polimer menghasilkan agregat polimer yang lebih besar dan stabil. Tepung
tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan, antara
lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri. Dibandingkan
dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat
gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi kerusakan tenun,
juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih (Whistler, dkk, 1984).
H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
1. Persiapan Produksi
Sebelum memproduksi tepung kering nata de mete (cashew), langkah
awal yang perlu dilakukan adalah persiapan produksi. Dalam persiapan
produksi ini terdapat dua kegiatan utama yaitu persiapan alat dan persiapan
bahan.
2. Pelaksanaan Produksi
 Pengolahan Bahan
 Penyiapan Biakan Murni :
8

a. Menyiapkan gula (150 g), dan asam asetat (10 ml) dimasukkan ke
dalam 1000 ml ekstrak buah semu jambu mete dan diaduk sampai
jadi larutan.
b. Mengambil Larutan 6-8 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditutup dengan kapas. Disterilkan pada suhu 110 0C
selama 20 menit.
c. Setelah selesai sterilisasi larutan tidak terlalu panas lagi, larutan
dituangkan ke larutan kedalam tabung secara aseptis. Setelah itu 1
tabung diletakkan secara miring untuk membuat miring dan
ditunggu sampai mengeras.
d. Inokulum Acetobacter
xylinum diinokulasikan. Kemudian
diinkubasikan pada suhu kamar atau pada suhu 300 0C sampai
tampak pertumbuhan bakteri serupa keloid mengkilat.
 Pembuatan Starter
a. Ekstrak buah semu jambu mete diendapkan, kemudian disaring
dengan beberapa lapis kain kassa, terus dipanaskan sampai
mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah mendidih,
ditambahkan

asam asetat glasial (10-20 ml asam asetat untuk

setiap 1 liter air sari jambu mete), dan gula (75-100,0 gram gula
untuk tiap 1 liter sari jambu mete). Campuran ini diaduk sampai
gula larut. Larutan ini disebut sari jambu mete asam bergula.
b. Urea (sebanyak 3 gram urea untuk setiap 1 liter ekstrak buah semu
jambu mete asam bergula yang disiapkan pada no. 1 diatas)
dilarutkan di dalam sedikit ekstrak

(setiap 1 gram urea

membutuhkan 20 ml ekstrak buah semu jambu mete). Larutan ini
dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam ekstrak buah semu
jambu mete asam bergula.
c. Ketika masih panas, media dipindahkan ke dalam beberapa botol
bermulut lebar, masing-masing sebanyak 200 ml. Botol ditutup
dengan kapas steril. Setelah dingin, ditambahkan 4 ml suspensi
mikroba. Setelah itu, media diinkubasi pada suhu kamar selama 6-8
hari (sampai terbentuk lapisan putih pada permukaan media).
 Fermentasi Nata
a. Ekstrak buah semu jambu mete masih segar diendapkan, dan
disaring dengan beberapa lapis kain kassa, kemudian dipanaskan
9

sampai mendidih dengan api besar sambil diaduk-aduk. Setelah
mendidih, ditambahkan asam asetat glasial (10 ml asam asetat
untuk setiap 1 liter ekstrak buah semu jambu mete), campuran ini
diaduk sampai gula larut. Larutan ini disebut ekstrak buah semu
jambu mete asam bergula.
b. Urea (sebanyak 5 g urea untuk setiap 1 liter ekstrak buah semu
jambu mete asam bergula yang disiapkan

pada no. 1 diatas)

dilarutkan di dalam sedikit sari jambu mete yang telah dimasak
(setiap 1 gram urea membutuhkan 20 ml sari buah jambu mete
Larutan ini dididihkan, kemudian dituangkan ke dalam sari jambu
mete asam bergula. Larutan yang diperoleh disebut sabagai sebagai
media nata. Larutan ini didinginkan sampai suam-suam kuku.
c. Media nata ditambah dengan starter (setiap 1 liter media nata
membutuhkan 50-100 ml starter), kemudian dipindahkan ke dalam
wadah-wadah fermentasi dengan ketinggian media 4 cm. Wadah
ditutup dengan kertas yang telah dipanaskan di dalam oven pada
suhu 1400C selama 2 jam. Wadah berisi media ini disimpan di
ruang fermentasi selama 12-15 hari sampai terbentuk lapisan nata
yang cukup tebal (1,5-2,0 cm).
 Panen dan pencucian
Lapisan nata diangkat, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu
nata direndam di dalam air mengalir atau air yang diganti-ganti
dengan air segar selama 3 hari. Hal ini diulangi sampai nata tidak
berbau dan berasa asam lagi.
 Pembutan tepung kering nata de mete (cashew)
Lembaran nata yang sudah mengalami pemanenan dan pencucian
kemuadian dilakukan proses pembekuan difrezeer selama ± 3 hari.
Setelah lembaran nata sudah mengalami pembekuan, dilakukan
penirisan diloyang untuk mengalami proses pengeringan. Hal ini
dilakukan agar kandungan air pada nata bisa hilang. Lalu nata yang
sudah kering dihaluskan menggunakan blender sampai membentuk
bubuk tepung nata.
 Pembuatan Edible Film

10

Tahapan pembuatan larutan edible film dari tepung kering nata
de mete (cashew) adalah sebagai berikut :
a. tepung kering nata de mete (cashew) dilarutkan di dalam
campuran air dan tepung tapioka(1:2).
b. Tepung tapioca ditambahkan terlebih dahulu, dan diaduk dengan
magnetic stirrer skala tiga selama sepuluh menit, kemudian
diikuti dengan penambahan air dan tetap diaduk selama sepuluh
menit.
c. Tepung kering nata de mete (cashew) yang sudah cukup larut
dipanaskan di dalam penangas air pada suhu 850C, selama 15
menit. Konsentrasi tepung kering nata de mete yang ditambahkan
adalah 1,00% dan 1,25%.
d. Kemudian larutan diaduk lebih cepat yaitu pada skala
empat. Gliserol kemudian ditambahkan pada suhu 55-600 C.
e. Pemanasan dan pengadukan terus berlanjut hingga suhu
mencapai 67-720 C, selama lebih kurang 30 menit.
f. Larutan pembentuk film tersebut banyak mengandung
gelembung- gelembung udara terlarut. Gelembung- gelembung
udara akan pada film yang telah kering seperti lubang-lubang
yang mengganggu penampakan film dan hasil analisa.
g. Gelembung-gelembung gas perlu dihilangkan dengan
pompa vakum selama 3 menit. Proses ini berlangsung sampai
gelembung udara tidak terbentuk lagi.
h. Larutan yang dihasilkan didinginkan.
Setelah larutan edible film terbentuk maka dapat dilakukan proses
pelapisan. Proses pelapisan memerlukan dua macam larutan, yaitu ion
kalsium klorida dan larutan edible film. Buah yang akan dilapisi
dicelupkan beberapa detik ke dalam larutan kalsium klorida, kemudian
ke dalam larutan edible film. Proses pencelupan diulang dua kali.
Beberapa menit kemudian, larutan mengering dan membentuk lapisan
jernih dipermukaan buah. Selanjutnya, buah dikemas dengan pengemas
sekunder untuk dipasangkan (Anonim, 2007).
I. JADWAL KEGIATAN
Adapun rincian jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
No
Nama Kegiatan
Bulan
11

A

Tahap Pra Kegiatan
a. Persiapan tempat produksi usaha
b. Persiapan
alat
dan
bahan
produksiusaha
c. Mencari pasar yang cocok untuk
mengembangkan usaha
Tahap Pelaksanaan
a. Menyusun jadwal rutin untuk
produksi usaha donat tepung
mocal.
b. Memberikan informasi kepada
maahasiswa dan masyarakat
sekitar dalam hal usaha donat
tepung mocal
Pasca Kegiatan
a. Mendapatkan peluang pasar yang
tetap
b. Produksi usaha ini di minati dan
diterima oleh mahasiswa dan
masyarakat

B

C

1

2

3

*
*
*
*

*
*

4

*
*
*

*

*

*
*

J. RANCANGAN BIAYA
No

Nama

Jumlah

Harga satuan

Jumlah harga

ATK dan Uji Laboratorium
1

Printer, tinta printer

Rp

611.000,00

2

Kertas A4

3

2 rim

Rp

35.000,00

Rp

70.000,00

Kalkulator

1

Rp

50.000,00

Rp

50.000,00

4

Materai

4

Rp

7.000,00

Rp

28.000,00

5

Uji Lab

Rp 500.000,00

6

Lain-lain

Rp 100.000,00
Jumlah

Rp 611.000,00

Rp 1.359.000,00

Bahan Pembuatan Produk
1

Jambu Mete

2

Gula Pasir

3

Asam asetat

50 kg

Rp

3.000,00

Rp

150.000,00

5 kg

Rp

12.000,00

Rp

60.000,00

100 gr

Rp

100.000,00

Rp 100.000 ,00

12

4

MgSO4

50 gr

Rp

50.000,00

Jumlah

Rp

50.000,00

Rp 510.000,00

Peralatan Produksi
1

Kompor Gas

1 buah Rp

250.000,00

Rp

200.000,00

2

Tabung Gas

1 buah Rp

750.000,00

Rp

750.000,00

3

Oven

1 buah Rp

800.000,00

Rp

800.000,00

4

Timbangan

1 buah Rp

100.000,00

Rp

100.000,00

5

Pengaduk

3 buah Rp

5.000,00

Rp

15.000,00

6

Baskom

20 buah Rp

50.000,00

7

Pisau

1 buah Rp

5.000,00

Rp

5.000,00

8

Gunting

4 buah Rp

7.500,00

Rp

30.000,00

9

Sendok

1 lusin Rp

20.000,00

Rp

20.000,00

5 buah

Rp.

15.000,00

Rp

75.000,00

3 buah

Rp.

7.500,00

Rp

22.500,00

40 lembar Rp

1.000,00

Rp

40.000,00

100,00

Rp

5.000,00

10
11

Celemek
Serbet

12

Kertas

13

Karet

50 buah Rp

14

frezeer

1 buah

15

Nampan

10 buah

Rp 1.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp 2.000.000,00

Rp

Rp

10.000,00

Jumlah

100.000,00

Rp 5.387.500,00

Transportasi dan Komunikasi
1

Transportasi Sebelum,Selama dan Setelah Kegiatan

Rp

582.000,00

2

Komunikasi

Rp

624.500,00

Jumlah

Rp 1.206.500,00
Konsumsi

1

Snack

25 dus

Rp

4.500,00

Rp

112.500,00

2

Aqua gelas

2 dus

Rp

20.000,00

Rp

40.000,00

3

Tisu makan

2 bks

Rp

4.000,00

Rp

8.000,00

Rp

160.500,00

Jumlah

13

Laporan Akhir
1

Pembuatan Laporan

Rp

80.000,00

2

Penggandaan,
pengarsipan

Rp

86.000,00

3

Baner

Rp

100.000,00

Jumlah

Rp

266.000,00

Biaya listrik dan air

Rp

277.000,00

Dokumentasi

Rp

320.000,00

Saldo

Rp 9.111.000 ,00

K. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mengenal Edible Film, (online), Available at :
http://www.scribd.com/doc/46423473/Edible-Film#archive (Diakses tanggal 7
Oktober 2011
AOAC, 1979. Official Methods of Analysis of the association of Analytical
Chemists. Washington DC. 105 pp.
Bourtoom T. 2007. Effect of Some Process Parameters on The Properties of
Edible Film Prepared From Starch. Departement of Material Product
Technology,
Songkhala(online),
Available
at
:
http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/up/rice%20starch%20film.doc
(Diakses
tanggal 7 Oktober 2011)
Deavin, L., T. R. Jarman, C. J. Lawson, R. C. Righelato and S. Slocombe, 1977.
The Production of Algenic Acid by Azobacter vinelandii in Batch and Continueous
Culture. dalam Extracelluler Microbial Polysaccharides. American Chemical
Society, Washinton. 205 pp.
Muljohardjo, M. 1990. Jambu Mete dan Teknologi Pengolahannya (Anacardium
occidentale L) Liberty. Yogyakarta. 90 hal
Harris, H. 2001. Kemungkinan Penggunaan Edible Film Dari Pati
Tapioka Untuk Pengemas Lempuk. Jurnal Ilmu-Ilmu pertanian
Indonesia 3 (2) : 99-106
Krochta, J.M., Baldwin, E.A and Nisperos-Carriedo M.O., 1994. Edible
Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomis Publishing.Co.Inc.
Lancester. Bosel.

14

LAMPIRAN
Biodata Ketua
Nama

: Ulin Nur Hayati

NIM

: 5401411108

TTL

: Jepara, 9 November 1992

Alamat

: Jln.Datuk Indah Mulyoharjo Rt.05 Rw.02 Kec. Jepara
Kab. Jepara

No HP

: 085741360995

Prodi/Jur/Fak

: Pkk,S1 Tata Boga/ Tek. Jasa dan Produksi/ Fak. Teknik

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang
Semarang, 2 Oktober 2011

Ulin Nur Hayati
NIM 5401411108

Biodata Anggota Pelaksana 1
Nama

: Afrillia Dwi Wicaksono

NIM

: 5401410112

TTL

: Jepara, 26 April 1992
15

Alamat

: Ds. Mulyoharjo Rt.02, Rw. 04 Kec. Jepara Kab. Jepara

No HP

: 081216155805

Prodi/Jur/Fak

: Pkk,S1 Tata Boga/ Tek. Jasa dan Produksi/ Fak. Teknik

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang
Semarang, 2 Oktober 2011

Afrillia Dwi Wicaksono
NIM 5401410112

Biodata Anggota Pelaksana 2
Nama

: Pipit Adi Utomo

NIM

: 5401410069

TTL

: Jepara, 01 Juni 1992

Alamat

: Ds.Tanjung Rt.10, Rw.02 Kec. Pakis Aji Kab. Jepara

No HP

: 085727910228

Prodi/Jur/Fak

: Pkk,S1 Tata Boga/ Tek. Jasa dan Produksi/ Fak. Teknik

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang
Semarang, 2 Oktober 2011

Pipit Adi Utomo
NIM 5401410069

Biodata Anggota Pelaksana 3
Nama

: Syahrul Muttaqin

NIM

: 5302410146

TTL

: Jepara, 31 Mei 1992

16

Alamat

: RT 04 RW 01 Ds. Kendeng Sidialit Welahan – Jepara

No HP

: 085225195353

Prodi/Jur/Fak

: Pend. Teknik Informatika & Komputer, S1/Tek.
Elektro/Fak.Teknik

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang
Semarang, 2 Oktober 2011

Syahrul Muttaqin
NIM 5302410146

17

Biodata Dosen Pembimbing
Nama

: Muhammad Ansori,S.TP.,M.P.

NIP

: 197804102005011001

TTL

: Bantul, 10 April 1978

Alamat

: Tegallayang 9, Caturharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta

No HP

: 081578711113

Jabatan

: Lektor

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang

Semarang, 2 Oktober 2011
Muhammad Ansori,S.T.P,M.P
NIP 197804102005011001

Dokumen yang terkait