Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur
LAMPIRAN 1
SKEMA ALUR PIKIR
Deliperi dkk (2005) menyatakan Ultra
High Molecular Weight Polyethylene
(UHMWP) fiber-reinforced post menjadi
lebih sering digunakan karena sistem
pasak ini tidak membutuhkan pelebaran
saluran akar dan mencegah risiko
terjadinya perforasi akar.
Faria-e-silva dkk (2008) melakukan
evaluasi push out bond strength terhadap
pasak glass fiber . Hasil penelitiannya
diperoleh penggunaan self cure activator
dengan sistem total etsa dan semen resin
dual cure tidak memberikan keuntungan
tambahan pada interface saluran akar.
Monticelli dkk (2008) menyatakan
berdasarkan tinjauan beberapa literatur,
semen resin dengan sistem total etsa
terbukti memiliki kemampuan interfacial
strength yang tinggi pada ruang pasak
jika dibandingkan dengan sistem self etch
atau sistem self adhesive.
Kivanc dkk (2009) menyatakan pasak
metal memiliki angka fraktur yang tinggi
dibandingkan kelompok pasak fiber.
Fracture resistance kelompok pasak fiber
dipengaruhi oleh volume dentin yang
tersisa.
Torabi dkk (2009) menyatakan cast post
memiliki ambang kegagalan yang tinggi
termasuk fraktur gigi, sementara itu
kegagalan pada pasak fiber umumnya
terdapat fraktur pada mahkota akhir
dengan atau tanpa fraktur pasak dibagian
mahkota.
Arais
dkk
(2009)
menyatakan
panambahan aromatic sulfinate sodium
salt dengan bahan bonding membantu
inisiasi polimerisasi semen resin ketika
intensitas sinar berkurang. Penambahan
aktifator juga membantu monomer
yang
optimal
dan
conversion
meningkatkan kekuatan perlekatan semen
resin dual cure dengan dentin.
Y. Malyk dkk (2010) melakukan
evaluasi resin tags yang dibentuk dari
penetrasi beberapa sistem adhesif yang
berbeda di dalam tubulus dentin saluran
akar. Evaluasi dengan cross sectional
terhadap pasak fiber diperoleh aktifator
yang digunakan bersama sistem total etsa
secara
signifikan
meningkatkan
kepadatan dan kualitas resin tags.
Rathke dkk (2012)
menyatakan
kekuatan perlekatan dari resin komposit
dual-cure dengan simplified adhesive
masih
diragukan
meskipun
telah
digunakan self cure activator. Hal ini
dikarenakan
self
cure
activator
menurunkan kekuatan perlekatan serta
menyebabkan adhesive failure terhadap
dentin.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi sistem adhesif
yang ditambahkan self cure activator menggunakan beberapa metode seperti
cross sectional slice, shear bond strength, push out bond strength dan infrared
spectroscopy. Namun masih terdapat perbedaan pendapat peneliti mengenai
manfaat penambahan aktifator terhadap kekuatan perlekatan dengan dentin.
Disamping itu belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat ketahanan
fraktur pasak polyethylene fiber yang menggunakan sistem total etsa ditambah
self cure activator sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut.
Masalah
1. Apakah ada pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur pasak customized pita polyethylene fiber?
2. Apakah ada pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap pola fraktur pasak customized pita polyethylene fiber?
Tujuan
1. Untuk melihat pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur pasak customized pita polyethylene fiber.
2. Untuk melihat pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap pola fraktur pasak customized pita polyethylene fiber.
Judul
Pengaruh self cure activator pada sistem total etsa dengan menggunakan pasak
customized pita polyethylene fiber terhadap ketahanan fraktur dan pola fraktur
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN
30 gigi premolar mandibula berakar satu dan satu saluran
Pemotongan mahkota sampai 2 mm di atas servikal gigi (efek ferulle)
Prosedur endodonti : Preparasi (shapping) dan irigasi (cleaning)
KELOMPOK A
KELOMPOK B
KELOMPOK C
10 gigi
10 gigi
10 gigi
customized
Pasak
polyethylene
Pasak
customized
pita
polyethylene
fiber tanpa sistem
fiber
menggunakan
adhesif
sistem total etsa
pita
Pasak
customized
pita
polyethylene
fiber menggunakan
sistem total etsa
dengan self cure
activator
Pembentukan inti (core) dan mahkota klinis
Perendaman dalam water bath pada temperatur 5 ⁰C dan 55 ⁰C dengan 200 kali
putaran selama 30 detik, waktu transfer 10 detik
Penanaman sampel ke dalam balok akrilik
Pengujian ketahanan fraktur menggunakan alat Tarnogrocki Universal
Testing Machine (Germany) dimana tekanan diberikan sejajar aksial gigi
sampai terjadi fraktur gigi
Pengamatan dan pencatatan hasil uji dan pola fraktur yang terjadi
Analisa data
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur
KELOMPOK
NO. SAMPEL
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(Pasak polyethylene fiber
tanpa sistem adhesif)
B
(Pasak polyethylene fiber
menggunakan sistem total
etsa)
C
(Pasak polyethylene fiber
menggunakan sistem total etsa
ditambah self cure activator)
LOAD
(Newton)
1050
950
800
950
1100
950
800
950
550
1050
1050
950
1050
1350
1250
950
850
950
1050
1250
1200
1100
1300
850
1250
1100
1250
1450
950
1150
STROKE
(mm)
5
4
3
4
4
3
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
4
3
4
5
4
4
5
4
6
5
4
4
3
5
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Statistik terhadap Ketahanan Fraktur
UJI NORMALITAS DATA
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Df
Sig.
KELOMPOK
Ketahanan fraktur
A
B
C
,286
,249
,164
10
10
10
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
,020
,079
,200*
,866
,905
,974
10
10
10
Sig.
,090
,248
,928
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
UJI ANOVA ONE WAY
Descriptives
Ketahanan fraktur
Std.
Error
51,126
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
799,34
1030,66
550
1100
A
N
10
Std.
Mean
Deviation
915,00
161,675
B
C
10
10
1070,00
1160,00
161,933
172,884
51,208
54,671
954,16
1036,33
1185,84
1283,67
850
850
1350
1450
Total
30
1048,33
190,047
34,698
977,37
1119,30
550
1450
Test of Homogeneity of Variances
Ketahanan Fraktur
Levene Statistic
df1
,035
df2
2
Sig.
27
,966
ANOVA
Ketahanan Fraktur
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
307166,667
740250,000
1047416,667
df
Mean Square
2
27
29
153583,333
27416,667
F
5,602
Sig.
,009
UJI POST HOC LSD
Universitas Sumatera Utara
Multiple Comparisons
Ketahanan Fraktur
LSD
(I)
(J)
KELOMPOK KELOMPOK
Mean Difference
Std.
(I-J)
Error
A
B
-155,000*
74,050
C
-245,000*
74,050
*
B
A
155,000
74,050
C
-90,000
74,050
C
A
245,000*
74,050
B
90,000
74,050
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan :
Sig.
,046
,003
,046
,235
,003
,235
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
-306,94
-3,06
-396,94
-93,06
3,06
306,94
-241,94
61,94
93,06
396,94
-61,94
241,94
A : Pasak polyethylene fiber tanpa menggunakan sistem adhesif
B : Pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa
C : Pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa ditambah aktifator
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Statistik terhadap Pola Fraktur
FREQUENCY TABEL POLA FRAKTUR DUA PENGAMAT
*KELOMPOK A (pasak polyethylene fiber tanpa sistem adhesif)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
% within pengamat
irrepairable
Total
4
6
10
40.0%
60.0%
100.0%
4
6
10
40.0%
60.0%
100.0%
8
12
20
40.0%
60.0%
100.0%
*KELOMPOK B (pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
% within pengamat
irrepairable
Total
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
18
2
20
90.0%
10.0%
100.0%
*KELOMPOK C (pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa ditambah aktifator)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
irrepairable
Total
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
18
2
20
Universitas Sumatera Utara
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
% within pengamat
irrepairable
Total
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
18
2
20
90.0%
10.0%
100.0%
Kelompok * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Kelompok A
B
C
Total
Count
irrepairable
Total
4
6
10
% within Kelompok
40.0%
60.0%
100.0%
% of Total
13.3%
20.0%
33.3%
9
1
10
% within Kelompok
90.0%
10.0%
100.0%
% of Total
30.0%
3.3%
33.3%
9
1
10
% within Kelompok
90.0%
10.0%
100.0%
% of Total
30.0%
3.3%
33.3%
22
8
30
% within Kelompok
73.3%
26.7%
100.0%
% of Total
73.3%
26.7%
100.0%
Count
Count
Count
UJI MANN-WHITNEY DATA POLA FRAKTUR DUA PENGAMAT
Test Statisticsa
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
435.500
Wilcoxon W
900.500
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.222
.825
a. Grouping Variable: pengamat
Universitas Sumatera Utara
UJI KRUSKAL-WALLIS
Ranks
Kelompok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
A
10
20.50
B
10
13.00
C
10
13.00
Total
30
Test Statisticsa,b
Pola Fraktur
Chi-Square
8.239
Df
2
Asymp. Sig.
.016
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
UJI MANN-WHITNEY
*A-B
Ranks
Kelompok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
Sum of Ranks
A
10
13.00
130.00
B
10
8.00
80.00
Total
20
Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
25.000
80.000
-2.285
.022
.063a
Universitas Sumatera Utara
*A-C
Ranks
Kelom
pok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
Sum of Ranks
A
10
13.00
130.00
C
10
8.00
80.00
Total
20
Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
25.000
80.000
-2.285
.022
.063a
*B-C
Ranks
Kelom
pok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
Sum of Ranks
B
10
10.50
105.00
C
10
10.50
105.00
Total
20
Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
50.000
Wilcoxon W
105.000
Z
.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Universitas Sumatera Utara
SKEMA ALUR PIKIR
Deliperi dkk (2005) menyatakan Ultra
High Molecular Weight Polyethylene
(UHMWP) fiber-reinforced post menjadi
lebih sering digunakan karena sistem
pasak ini tidak membutuhkan pelebaran
saluran akar dan mencegah risiko
terjadinya perforasi akar.
Faria-e-silva dkk (2008) melakukan
evaluasi push out bond strength terhadap
pasak glass fiber . Hasil penelitiannya
diperoleh penggunaan self cure activator
dengan sistem total etsa dan semen resin
dual cure tidak memberikan keuntungan
tambahan pada interface saluran akar.
Monticelli dkk (2008) menyatakan
berdasarkan tinjauan beberapa literatur,
semen resin dengan sistem total etsa
terbukti memiliki kemampuan interfacial
strength yang tinggi pada ruang pasak
jika dibandingkan dengan sistem self etch
atau sistem self adhesive.
Kivanc dkk (2009) menyatakan pasak
metal memiliki angka fraktur yang tinggi
dibandingkan kelompok pasak fiber.
Fracture resistance kelompok pasak fiber
dipengaruhi oleh volume dentin yang
tersisa.
Torabi dkk (2009) menyatakan cast post
memiliki ambang kegagalan yang tinggi
termasuk fraktur gigi, sementara itu
kegagalan pada pasak fiber umumnya
terdapat fraktur pada mahkota akhir
dengan atau tanpa fraktur pasak dibagian
mahkota.
Arais
dkk
(2009)
menyatakan
panambahan aromatic sulfinate sodium
salt dengan bahan bonding membantu
inisiasi polimerisasi semen resin ketika
intensitas sinar berkurang. Penambahan
aktifator juga membantu monomer
yang
optimal
dan
conversion
meningkatkan kekuatan perlekatan semen
resin dual cure dengan dentin.
Y. Malyk dkk (2010) melakukan
evaluasi resin tags yang dibentuk dari
penetrasi beberapa sistem adhesif yang
berbeda di dalam tubulus dentin saluran
akar. Evaluasi dengan cross sectional
terhadap pasak fiber diperoleh aktifator
yang digunakan bersama sistem total etsa
secara
signifikan
meningkatkan
kepadatan dan kualitas resin tags.
Rathke dkk (2012)
menyatakan
kekuatan perlekatan dari resin komposit
dual-cure dengan simplified adhesive
masih
diragukan
meskipun
telah
digunakan self cure activator. Hal ini
dikarenakan
self
cure
activator
menurunkan kekuatan perlekatan serta
menyebabkan adhesive failure terhadap
dentin.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi sistem adhesif
yang ditambahkan self cure activator menggunakan beberapa metode seperti
cross sectional slice, shear bond strength, push out bond strength dan infrared
spectroscopy. Namun masih terdapat perbedaan pendapat peneliti mengenai
manfaat penambahan aktifator terhadap kekuatan perlekatan dengan dentin.
Disamping itu belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat ketahanan
fraktur pasak polyethylene fiber yang menggunakan sistem total etsa ditambah
self cure activator sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut.
Masalah
1. Apakah ada pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur pasak customized pita polyethylene fiber?
2. Apakah ada pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap pola fraktur pasak customized pita polyethylene fiber?
Tujuan
1. Untuk melihat pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur pasak customized pita polyethylene fiber.
2. Untuk melihat pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap pola fraktur pasak customized pita polyethylene fiber.
Judul
Pengaruh self cure activator pada sistem total etsa dengan menggunakan pasak
customized pita polyethylene fiber terhadap ketahanan fraktur dan pola fraktur
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN
30 gigi premolar mandibula berakar satu dan satu saluran
Pemotongan mahkota sampai 2 mm di atas servikal gigi (efek ferulle)
Prosedur endodonti : Preparasi (shapping) dan irigasi (cleaning)
KELOMPOK A
KELOMPOK B
KELOMPOK C
10 gigi
10 gigi
10 gigi
customized
Pasak
polyethylene
Pasak
customized
pita
polyethylene
fiber tanpa sistem
fiber
menggunakan
adhesif
sistem total etsa
pita
Pasak
customized
pita
polyethylene
fiber menggunakan
sistem total etsa
dengan self cure
activator
Pembentukan inti (core) dan mahkota klinis
Perendaman dalam water bath pada temperatur 5 ⁰C dan 55 ⁰C dengan 200 kali
putaran selama 30 detik, waktu transfer 10 detik
Penanaman sampel ke dalam balok akrilik
Pengujian ketahanan fraktur menggunakan alat Tarnogrocki Universal
Testing Machine (Germany) dimana tekanan diberikan sejajar aksial gigi
sampai terjadi fraktur gigi
Pengamatan dan pencatatan hasil uji dan pola fraktur yang terjadi
Analisa data
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3
Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur
KELOMPOK
NO. SAMPEL
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(Pasak polyethylene fiber
tanpa sistem adhesif)
B
(Pasak polyethylene fiber
menggunakan sistem total
etsa)
C
(Pasak polyethylene fiber
menggunakan sistem total etsa
ditambah self cure activator)
LOAD
(Newton)
1050
950
800
950
1100
950
800
950
550
1050
1050
950
1050
1350
1250
950
850
950
1050
1250
1200
1100
1300
850
1250
1100
1250
1450
950
1150
STROKE
(mm)
5
4
3
4
4
3
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
4
3
4
5
4
4
5
4
6
5
4
4
3
5
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Statistik terhadap Ketahanan Fraktur
UJI NORMALITAS DATA
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Df
Sig.
KELOMPOK
Ketahanan fraktur
A
B
C
,286
,249
,164
10
10
10
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
,020
,079
,200*
,866
,905
,974
10
10
10
Sig.
,090
,248
,928
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
UJI ANOVA ONE WAY
Descriptives
Ketahanan fraktur
Std.
Error
51,126
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
799,34
1030,66
550
1100
A
N
10
Std.
Mean
Deviation
915,00
161,675
B
C
10
10
1070,00
1160,00
161,933
172,884
51,208
54,671
954,16
1036,33
1185,84
1283,67
850
850
1350
1450
Total
30
1048,33
190,047
34,698
977,37
1119,30
550
1450
Test of Homogeneity of Variances
Ketahanan Fraktur
Levene Statistic
df1
,035
df2
2
Sig.
27
,966
ANOVA
Ketahanan Fraktur
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total
307166,667
740250,000
1047416,667
df
Mean Square
2
27
29
153583,333
27416,667
F
5,602
Sig.
,009
UJI POST HOC LSD
Universitas Sumatera Utara
Multiple Comparisons
Ketahanan Fraktur
LSD
(I)
(J)
KELOMPOK KELOMPOK
Mean Difference
Std.
(I-J)
Error
A
B
-155,000*
74,050
C
-245,000*
74,050
*
B
A
155,000
74,050
C
-90,000
74,050
C
A
245,000*
74,050
B
90,000
74,050
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan :
Sig.
,046
,003
,046
,235
,003
,235
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
-306,94
-3,06
-396,94
-93,06
3,06
306,94
-241,94
61,94
93,06
396,94
-61,94
241,94
A : Pasak polyethylene fiber tanpa menggunakan sistem adhesif
B : Pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa
C : Pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa ditambah aktifator
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Statistik terhadap Pola Fraktur
FREQUENCY TABEL POLA FRAKTUR DUA PENGAMAT
*KELOMPOK A (pasak polyethylene fiber tanpa sistem adhesif)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
% within pengamat
irrepairable
Total
4
6
10
40.0%
60.0%
100.0%
4
6
10
40.0%
60.0%
100.0%
8
12
20
40.0%
60.0%
100.0%
*KELOMPOK B (pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
% within pengamat
irrepairable
Total
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
18
2
20
90.0%
10.0%
100.0%
*KELOMPOK C (pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa ditambah aktifator)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
irrepairable
Total
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
18
2
20
Universitas Sumatera Utara
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat
Pengamat 1
Count
% within pengamat
Pengamat 2
Count
% within pengamat
Total
Count
% within pengamat
irrepairable
Total
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
9
1
10
90.0%
10.0%
100.0%
18
2
20
90.0%
10.0%
100.0%
Kelompok * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Kelompok A
B
C
Total
Count
irrepairable
Total
4
6
10
% within Kelompok
40.0%
60.0%
100.0%
% of Total
13.3%
20.0%
33.3%
9
1
10
% within Kelompok
90.0%
10.0%
100.0%
% of Total
30.0%
3.3%
33.3%
9
1
10
% within Kelompok
90.0%
10.0%
100.0%
% of Total
30.0%
3.3%
33.3%
22
8
30
% within Kelompok
73.3%
26.7%
100.0%
% of Total
73.3%
26.7%
100.0%
Count
Count
Count
UJI MANN-WHITNEY DATA POLA FRAKTUR DUA PENGAMAT
Test Statisticsa
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
435.500
Wilcoxon W
900.500
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.222
.825
a. Grouping Variable: pengamat
Universitas Sumatera Utara
UJI KRUSKAL-WALLIS
Ranks
Kelompok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
A
10
20.50
B
10
13.00
C
10
13.00
Total
30
Test Statisticsa,b
Pola Fraktur
Chi-Square
8.239
Df
2
Asymp. Sig.
.016
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
UJI MANN-WHITNEY
*A-B
Ranks
Kelompok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
Sum of Ranks
A
10
13.00
130.00
B
10
8.00
80.00
Total
20
Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
25.000
80.000
-2.285
.022
.063a
Universitas Sumatera Utara
*A-C
Ranks
Kelom
pok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
Sum of Ranks
A
10
13.00
130.00
C
10
8.00
80.00
Total
20
Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
25.000
80.000
-2.285
.022
.063a
*B-C
Ranks
Kelom
pok
Pola Fraktur
N
Mean Rank
Sum of Ranks
B
10
10.50
105.00
C
10
10.50
105.00
Total
20
Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
50.000
Wilcoxon W
105.000
Z
.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Universitas Sumatera Utara