Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

LAMPIRAN 1
SKEMA ALUR PIKIR
Deliperi dkk (2005) menyatakan Ultra
High Molecular Weight Polyethylene
(UHMWP) fiber-reinforced post menjadi
lebih sering digunakan karena sistem
pasak ini tidak membutuhkan pelebaran
saluran akar dan mencegah risiko
terjadinya perforasi akar.

Faria-e-silva dkk (2008) melakukan
evaluasi push out bond strength terhadap
pasak glass fiber . Hasil penelitiannya
diperoleh penggunaan self cure activator
dengan sistem total etsa dan semen resin
dual cure tidak memberikan keuntungan
tambahan pada interface saluran akar.

Monticelli dkk (2008) menyatakan
berdasarkan tinjauan beberapa literatur,
semen resin dengan sistem total etsa

terbukti memiliki kemampuan interfacial
strength yang tinggi pada ruang pasak
jika dibandingkan dengan sistem self etch
atau sistem self adhesive.

Kivanc dkk (2009) menyatakan pasak
metal memiliki angka fraktur yang tinggi
dibandingkan kelompok pasak fiber.
Fracture resistance kelompok pasak fiber
dipengaruhi oleh volume dentin yang
tersisa.

Torabi dkk (2009) menyatakan cast post
memiliki ambang kegagalan yang tinggi
termasuk fraktur gigi, sementara itu
kegagalan pada pasak fiber umumnya
terdapat fraktur pada mahkota akhir
dengan atau tanpa fraktur pasak dibagian
mahkota.


Arais
dkk
(2009)
menyatakan
panambahan aromatic sulfinate sodium
salt dengan bahan bonding membantu
inisiasi polimerisasi semen resin ketika
intensitas sinar berkurang. Penambahan
aktifator juga membantu monomer
yang
optimal
dan
conversion
meningkatkan kekuatan perlekatan semen
resin dual cure dengan dentin.

Y. Malyk dkk (2010) melakukan
evaluasi resin tags yang dibentuk dari
penetrasi beberapa sistem adhesif yang
berbeda di dalam tubulus dentin saluran

akar. Evaluasi dengan cross sectional
terhadap pasak fiber diperoleh aktifator
yang digunakan bersama sistem total etsa
secara
signifikan
meningkatkan
kepadatan dan kualitas resin tags.

Rathke dkk (2012)
menyatakan
kekuatan perlekatan dari resin komposit
dual-cure dengan simplified adhesive
masih
diragukan
meskipun
telah
digunakan self cure activator. Hal ini
dikarenakan
self
cure

activator
menurunkan kekuatan perlekatan serta
menyebabkan adhesive failure terhadap
dentin.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi sistem adhesif
yang ditambahkan self cure activator menggunakan beberapa metode seperti
cross sectional slice, shear bond strength, push out bond strength dan infrared
spectroscopy. Namun masih terdapat perbedaan pendapat peneliti mengenai
manfaat penambahan aktifator terhadap kekuatan perlekatan dengan dentin.
Disamping itu belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat ketahanan
fraktur pasak polyethylene fiber yang menggunakan sistem total etsa ditambah
self cure activator sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut.

Masalah
1. Apakah ada pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur pasak customized pita polyethylene fiber?

2. Apakah ada pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap pola fraktur pasak customized pita polyethylene fiber?

Tujuan
1. Untuk melihat pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap ketahanan fraktur pasak customized pita polyethylene fiber.
2. Untuk melihat pengaruh penambahan self cure activator dengan sistem total
etsa terhadap pola fraktur pasak customized pita polyethylene fiber.

Judul
Pengaruh self cure activator pada sistem total etsa dengan menggunakan pasak
customized pita polyethylene fiber terhadap ketahanan fraktur dan pola fraktur

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN
30 gigi premolar mandibula berakar satu dan satu saluran

Pemotongan mahkota sampai 2 mm di atas servikal gigi (efek ferulle)


Prosedur endodonti : Preparasi (shapping) dan irigasi (cleaning)

KELOMPOK A

KELOMPOK B

KELOMPOK C

10 gigi

10 gigi

10 gigi

customized

Pasak

polyethylene


Pasak

customized

pita

polyethylene

fiber tanpa sistem

fiber

menggunakan

adhesif

sistem total etsa

pita


Pasak
customized
pita
polyethylene
fiber menggunakan
sistem total etsa
dengan self cure
activator

Pembentukan inti (core) dan mahkota klinis

Perendaman dalam water bath pada temperatur 5 ⁰C dan 55 ⁰C dengan 200 kali
putaran selama 30 detik, waktu transfer 10 detik

Penanaman sampel ke dalam balok akrilik

Pengujian ketahanan fraktur menggunakan alat Tarnogrocki Universal
Testing Machine (Germany) dimana tekanan diberikan sejajar aksial gigi
sampai terjadi fraktur gigi


Pengamatan dan pencatatan hasil uji dan pola fraktur yang terjadi

Analisa data

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 3
Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur
KELOMPOK

NO. SAMPEL

A

1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10

(Pasak polyethylene fiber
tanpa sistem adhesif)

B
(Pasak polyethylene fiber
menggunakan sistem total
etsa)

C
(Pasak polyethylene fiber
menggunakan sistem total etsa
ditambah self cure activator)

LOAD
(Newton)
1050
950
800
950
1100
950
800
950
550
1050
1050
950
1050
1350
1250
950
850
950
1050
1250
1200
1100
1300
850
1250
1100
1250
1450
950
1150

STROKE
(mm)
5
4
3
4
4
3
4
4
4
5
5
4
4
5
5
4
4
3
4
5
4
4
5
4
6
5
4
4
3
5

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 4
Hasil Uji Statistik terhadap Ketahanan Fraktur
UJI NORMALITAS DATA
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Df
Sig.

KELOMPOK
Ketahanan fraktur

A
B
C

,286
,249
,164

10
10
10

Shapiro-Wilk
Statistic
Df

,020
,079
,200*

,866
,905
,974

10
10
10

Sig.
,090
,248
,928

a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

UJI ANOVA ONE WAY
Descriptives
Ketahanan fraktur
Std.
Error
51,126

95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
799,34
1030,66
550
1100

A

N
10

Std.
Mean
Deviation
915,00
161,675

B
C

10
10

1070,00
1160,00

161,933
172,884

51,208
54,671

954,16
1036,33

1185,84
1283,67

850
850

1350
1450

Total

30

1048,33

190,047

34,698

977,37

1119,30

550

1450

Test of Homogeneity of Variances
Ketahanan Fraktur
Levene Statistic

df1

,035

df2
2

Sig.
27

,966

ANOVA
Ketahanan Fraktur
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

307166,667
740250,000
1047416,667

df

Mean Square
2
27
29

153583,333
27416,667

F
5,602

Sig.
,009

UJI POST HOC LSD

Universitas Sumatera Utara

Multiple Comparisons
Ketahanan Fraktur
LSD
(I)
(J)
KELOMPOK KELOMPOK

Mean Difference
Std.
(I-J)
Error
A
B
-155,000*
74,050
C
-245,000*
74,050
*
B
A
155,000
74,050
C
-90,000
74,050
C
A
245,000*
74,050
B
90,000
74,050
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keterangan :

Sig.
,046
,003
,046
,235
,003
,235

95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
-306,94
-3,06
-396,94
-93,06
3,06
306,94
-241,94
61,94
93,06
396,94
-61,94
241,94

A : Pasak polyethylene fiber tanpa menggunakan sistem adhesif
B : Pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa
C : Pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa ditambah aktifator

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 5
Hasil Uji Statistik terhadap Pola Fraktur

FREQUENCY TABEL POLA FRAKTUR DUA PENGAMAT
*KELOMPOK A (pasak polyethylene fiber tanpa sistem adhesif)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat

Pengamat 1

Count
% within pengamat

Pengamat 2

Count
% within pengamat

Total

Count
% within pengamat

irrepairable

Total

4

6

10

40.0%

60.0%

100.0%

4

6

10

40.0%

60.0%

100.0%

8

12

20

40.0%

60.0%

100.0%

*KELOMPOK B (pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat

Pengamat 1

Count
% within pengamat

Pengamat 2

Count
% within pengamat

Total

Count
% within pengamat

irrepairable

Total

9

1

10

90.0%

10.0%

100.0%

9

1

10

90.0%

10.0%

100.0%

18

2

20

90.0%

10.0%

100.0%

*KELOMPOK C (pasak polyethylene fiber dengan sistem total etsa ditambah aktifator)
pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat

Pengamat 1

Count
% within pengamat

Pengamat 2

Count
% within pengamat

Total

Count

irrepairable

Total

9

1

10

90.0%

10.0%

100.0%

9

1

10

90.0%

10.0%

100.0%

18

2

20

Universitas Sumatera Utara

pengamat * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Pengamat

Pengamat 1

Count
% within pengamat

Pengamat 2

Count
% within pengamat

Total

Count
% within pengamat

irrepairable

Total

9

1

10

90.0%

10.0%

100.0%

9

1

10

90.0%

10.0%

100.0%

18

2

20

90.0%

10.0%

100.0%

Kelompok * Pola Fraktur Crosstabulation
Pola Fraktur
repairable
Kelompok A

B

C

Total

Count

irrepairable

Total

4

6

10

% within Kelompok

40.0%

60.0%

100.0%

% of Total

13.3%

20.0%

33.3%

9

1

10

% within Kelompok

90.0%

10.0%

100.0%

% of Total

30.0%

3.3%

33.3%

9

1

10

% within Kelompok

90.0%

10.0%

100.0%

% of Total

30.0%

3.3%

33.3%

22

8

30

% within Kelompok

73.3%

26.7%

100.0%

% of Total

73.3%

26.7%

100.0%

Count

Count

Count

UJI MANN-WHITNEY DATA POLA FRAKTUR DUA PENGAMAT
Test Statisticsa
Pola Fraktur
Mann-Whitney U

435.500

Wilcoxon W

900.500

Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-.222
.825

a. Grouping Variable: pengamat

Universitas Sumatera Utara

UJI KRUSKAL-WALLIS
Ranks
Kelompok
Pola Fraktur

N

Mean Rank

A

10

20.50

B

10

13.00

C

10

13.00

Total

30

Test Statisticsa,b
Pola Fraktur
Chi-Square
8.239
Df
2
Asymp. Sig.
.016
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
UJI MANN-WHITNEY
*A-B
Ranks
Kelompok
Pola Fraktur

N

Mean Rank

Sum of Ranks

A

10

13.00

130.00

B

10

8.00

80.00

Total

20

Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok

25.000
80.000
-2.285
.022
.063a

Universitas Sumatera Utara

*A-C
Ranks
Kelom
pok
Pola Fraktur

N

Mean Rank

Sum of Ranks

A

10

13.00

130.00

C

10

8.00

80.00

Total

20

Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok

25.000
80.000
-2.285
.022
.063a

*B-C
Ranks
Kelom
pok
Pola Fraktur

N

Mean Rank

Sum of Ranks

B

10

10.50

105.00

C

10

10.50

105.00

Total

20

Test Statisticsb
Pola Fraktur
Mann-Whitney U
50.000
Wilcoxon W
105.000
Z
.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 7 80

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 15

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 2

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 6

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 22

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

0 0 4

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 13