Perilaku Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta,
baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk tahapan
pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Peran serta mencakup
keikutsertaan aktif dan kreatif (UU Kesehatan RI, 2009).
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sempurna baik secara fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut
UU Nomor 23 tahun1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (Adnani, 2011).
Kesehatan adalah suatu kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak,
produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Saat ini,
perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan juga sangat pesat dan
manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Namun jangkauan pelayanan

kesehatan ini masih terbatas sehingga hanya sebagian masyarakat yang dapat
menggunakan jasa pelayanan kesehatan tersebut.

1

Universitas Sumatera Utara

2

Apabila pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memberikan kepuasan
pada diri setiap pasien sesuai dengan tingkat rata-rata penduduk yang menjadi
sasaran pelayanan kesehatan, maka dapat dinilai baik untuk mutu pelayanan
kesehatan. Menurutnya, derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan, dan keturunan (Azwar, 1996).
Menurut Wasisto dalam Sukamto (2008) mutu pelayanan kesehatan
didukung oleh banyak faktor yang merupakan suatu sistem. Faktor-faktor tersebut
adalah tenaga kesehatan, pembiayaan, sarana dan teknologi kesehatan yang
digunakan, serta interaksi kegiatan yang digerakkan melalui proses dan prosedur
tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan jasa
atau pelayanan.

Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau paling tidak akan
mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam
mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan tradisional maupun pengobatan
modern. Namun hubungan antara sehat dengan permintaan pelayanan kesehatan
tidaklah sesederhana itu. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
banyak faktor tidak hanya jarak, tarif maupun pelayanan kesehatan yang
memuaskan atau tidak, tapi juga dipengaruhi oleh faktor akan konsep masyarakat
itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo, 2010).
Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah
selalu objektif, bahkan lebih banyak unsur subjektifitas dalam menentukan
kondisi tubuh seseorang. Cara pandang masyarakat tentang sehat-sakit ini

Universitas Sumatera Utara

3

sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial
budaya. Sebaliknya, petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan
kriteria medis yang objektif berdasarkan gejala (simpton) yang tampak guna

mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara
masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah
dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi
berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa
mengidap penyakit atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan
oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada “orang pandai”
yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga
penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 1997).
Seorang pengobat tradisional mengatakan bahwa sakit badaniah berarti ada
tanda-tanda penyakit dibadannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak
kuat bekerja, sulit makan, badan lemah atau sakit. Pada penyakit batin tidak ada
tanda-tanda dibadannya, tetapi bisa ketahuan dengan menanyakan pada yang gaib.
Pada orang yang sehat gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal,
makan dan tidur normal, penglihatan terang, tidak mengeluh lesu, lemah, atau
sakit-sakit badan (Embong, 2010).
Pengobatan tradisional erat kaitannya dengan budaya suatu suku bangsa
yang mendiami suatu wilayah geografis tertentu. Pengobatan tradisional ini juga
lazim digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa
maupun di kota-kota besar. Perbedaan mendasar antara pengobatan modern
dengan pengobatan tradisional adalah bahwa pengobatan modern lebih


Universitas Sumatera Utara

4

menganggap bahwa manusia lebih bersifat materialistik (darah, tulang, daging,
dan mengabaikan aspek spiritual manusia) dan menggunakan obat-obat juga alatalat yang semakin canggih untuk mendiagnosa pasiennya (Wan. Sri, 2009).
Secara umum, definisi sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang, baik
terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Dengan demikian seseorang yang
menderita suatu jenis penyakit berarti orang tersebut tidak dapat menjaga
keseimbangan diri dengan lingkungannya atau organisme tubuh yang terdapat
pada diri seseorang itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka orang
tersebut dikatakan sakit (menderita satu jenis penyakit) yang memerlukan
penyembuhan baik secara tradisional maupun modern (Lubis, dkk, 1995).
Merupakan fakta bahwa sebagian anggota masyarakat dalam mencari
pemecahan masalah kesehatan atau kebiasaan mencari pengobatan (health seeking
behaviour), yaitu sebagian besar masyarakat di Indonesia akan mencoba
mengobati sendiri terlebih dahulu jika mereka sakit dengan cara atau bahan
tradisional sehari-hari yang dipergunakan di lingkungan keluarga atau meminta
pertolongan kepada dukun. Kalau belum berhasil baru mereka akan pergi ke

tempat-tempat pelayanan kesehatan, hasilnya akan jauh lebih baik daripada tidak
mengobati (Azwar, 1996).
Data berdasarkan hasil penelitian Tukiman dan Jumirah (2001) tentang
“Perilaku Masyarakat Terhadap Timbulnya Gejala Penyakit”, diketahui bahwa
ketika mengalami sakit ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa
melakukan pengobatan, 5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati
dengan jamu sebanyak 9%, memakai obat bebas sebanyak 63%, pergi ke

Universitas Sumatera Utara

5

dokter/puskesmas sebanyak 18%. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar
orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Pola pengobatan
yang dilakukan didasarkan kuat oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami
oleh individu tersebut (Ariyanto, 2009).
Menurut Depkes RI, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling
berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan
pengobatan tradisional. Didapati sebanyak 62,65% penduduk yang sakit
melakukan pengobatan sendiri dan sisanya kepengobatan medis, pengobatan

tradisional, dan tidak berobat. Pengobatan sendiri adalah upaya pengobatan sakit
menggunakan obat atau cara lain tanpa petunjuk dokter, pengobatan sendiri
merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua orang yang
memungkinkan masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Depkes RI, 2009).
Berdasarkan data profil kabupaten/kota tahun 2013, jumlah rawat jalan dan
rawat inap diseluruh puskesmas di Provinsi Riau adalah 2.280.003 kunjungan.
Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak
2.528.160 kunjungan namun mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
2011 yaitu sebanyak 1.927.837 kunjungan. Jumlah kunjungan rawat jalan dan
rawat inap diseluruh RS di Provinsi Riau pada tahun 2013 adalah 1.377.948
kunjungan, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012
yaitu sebanyak 769.910 kunjungan (Profil Kesehatan Provinsi Riau, 2013).
Sejak dahulu manusia telah mengenal beberapa jenis penyakit, cara
pencegahan dan pengobatannya. Dengan menggunakan akal pikiran dan

Universitas Sumatera Utara

6


berdasarkan pengalaman, mereka mencoba melakukan berbagai cara untuk
menjaga kesehatan. Pengobatan yang dilakukan baik secara tradisional dengan
memanfaatkan tenaga pengobatan tradisional (dukun, datu, maupun tabib)
maupun pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara
modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan
peralatan kedokteran yang serba modern. Kedua jenis cara ini saling berbeda dan
tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh
masyarakat, baik masyarakat di perkotaan maupun yang berada di pedesaan. Hal
ini tergantung bagaimana pola pencarian yang dipahami oleh individu tersebut
dan yang berkembang di lingkungan sekitarnya (Sirait, 2015).
Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa meskipun perkembangan obat
modern sudah sangat maju pesat, namun pengobatan tradisional tetap menjadi
salah satu pilihan pengobatan bagi masyarakat di Indonesia. Hal ini karena
pengobatan tradisional telah dikenal dan diakui sejak lama sebagai sarana
penyembuhan penyakit oleh masyarakat.
Begitu juga halnya dengan Desa Menaming yang terletak di Kecamatan
Rambah Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Pengobatan tradisional masih
berkembang dengan baik di daerah tersebut. Meskipun terdapat pengobatan medis
modern, masyarakat lebih cenderung memilih pengobatan tradisional. Bahkan ada
yang menggabungkan kedua jenis pengobatan tersebut secara bersamaan.

Desa Menaming memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.427 jiwa dengan
jumlah KK(Kepala Keluarga) sebanyak 448 KK serta dengan tingkat kepadatan

Universitas Sumatera Utara

7

penduduk 147 jiwa/km². Hampir seluruh penduduk di desa ini adalah suku
Mandailing.
Data yang bersumber dari Puskesmas Kecamatan Rambah menyebutkan
dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatan masyarakat, di Desa Menaming
terdapat 1 unit puskesmas pembantu. Tenaga kesehatan yang tersedia terdiri dari 1
orang perawat dan 1 orang bidan.
Hasil pengamatan sementara peneliti pada bulan September tahun 2015
diperoleh bahwa ketika mengalami sakit, masyarakat Desa Menaming
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di daerah tersebut, baik secara
medis maupun non-medis. Fasilitas atau tempat pengobatan yang biasa digunakan
masyarakat meliputi pengobatan modern seperti ke puskesmas pembantu (pustu)
maupun tenaga paramedis dan pengobatan tradisional dengan ramuan obat dan
juga pengobatan tradisional spiritual/kebatinan seperti paranormal (dukun/datu).

Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Menaming diperoleh informasi bahwa
ada tujuh orang yang dianggap sebagai “orang pintar” yang keseluruhannya
bersuku Mandailing. Mereka selalu bersedia untuk membantu dalam proses
pengobatan terhadap penyakit yang dikeluhkan masyarakat seperti demam, batuk,
maag, migrain yang pada umumnya akan didiagnosa sebagai keteguran, disenggol
makhluk halus, dsb.
Berdasarkan yang peneliti lihat di lapangan, terdapat beberapa pola
pengobatan yang berkembang pada masyarakat di desa Menaming yaitu,
melakukan pengobatan sendiri terhadap penyakit yang diderita, menggunakan
pengobatan

tradisional,

menggunakan

pengobatan

medis,

menggunakan


Universitas Sumatera Utara

8

pengobatan non-medis, dan menggabungkan jenis pengobatan modern, tradisional
dan non-medis.
Data dari Puskesmas Pembantu (Pustu) Menaming menyebutkan bahwa
masyarakat yang menggunakan pustu sebagai tempat berobat setiap bulannya
rata-rata 35 orang. Dari 35 orang tersebut pada umumnya telah melakukan
pengobatan tradisional terlebih dahulu sebelum berobat ke puskesmas. Dengan
alasan karena mereka tidak kunjung sehat saat melakukan pengobatan pada
pengobatan tradisional. Bisa disimpulkan bahwa saat datang ke pengobatan
modern, penyakit yang mereka derita bisa saja sudah menjadi semakin parah.
Berdasarkan pertimbangang di atas, penulis tertarik dan perlu mengetahui
dan meneliti pola pencarian pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
yang menjadi permasalahan ini adalah bagaimana pola pencarian pengobatan pada

masyarakat Suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten
Rokan Hulu tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pencarian

pengobatan pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming Kecamatan
Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

9

1.3.2

Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui pola pencarian pengobatan pada masyarakat suku
Mandailing di Desa Menaming Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan
Hulu tahun 2016.

2.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola pencarian
pengobatan pada masyarakat suku Mandailing di Desa Menaming
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dinas kesehatan
daerah tingkat I kabupaten Rokan Hulu, dalam penyusunan rencana
program promosi kesehatan masyarakat.
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi
pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat
dan peneliti, yang berkaitan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara