PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PENGUA

PROSIDING

ISSN:

PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PENGUASAN
KONSEP DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH MAHASISWA
PADA MATERI OPTIKA FISIS
Wahyudi1, Lia Angraeni
Prodi Pendidikan Fisika STKIP-PGRI Pontianak
1

Email: wahyudi.kakap@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pembelajaran inkuiri pada
materi optika fisis ditinjau dari sikap ilmiah mahasiswa. Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen semu dengan desain faktorial 2x2. Sampel penelitian
berjumlah dua kelas yang dipilih dari populasi yang berjumlah tiga kelas dengan
teknik cluster random sampling. Alat pengumpul data terdiri dari soal tes
penguasaan konsep optika fisis dan angket sikap ilmiah mahasiswa. Analisis data
post test penguasaan konsep optika fisis diawali dengan uji prasyarat analisis berupa

uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas data
menggunakan uji Levene. Uji perbedaan dua rerata yang digunakan adalah uji
Kruskal Wallis k-independent sampel berbantu Program SPSS versi 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan konsep mahasiswa yang
memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan penguasaan konsep mahasiswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional. Penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
lebih baik daipada penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah yang
rendah namun, penguasaan konsep berdasarkan sikap ilmiah tinggi dan rendah tidak
berbeda secara signifikan. Terdapat interaksi antara penerapan metode pembelajaran
dengan sikap ilmiah mahasiswa.
Kata Kunci: Metode Inkuiri, Penguasaan Konsep, Sikap Ilmiah, Optika Fisis

PENDAHULUAN
Sebagai salah satu cabang sains, fisika merupakan ilmu dasar yang mempelajari struktur
materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan/rekayasa. Fisika
sebagai ilmu dasar dimanfaatkan untuk memahami ilmu terapan sebagai landasan
pengembangan teknologi Subrata (2007) menyatakan bahwa “Tujuan belajar fisika adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap penerapan konsep-konsep fisika dan
metode ilmiah yang melibatkan keterampilan proses untuk memecahkan berbagai permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari”. Dengan kata lain, tujuan belajar adalah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep-konsep fisika, menerapkannya untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat
mengkomunikasikannya dengan baik di masyarakat dan dunia kerja.
Sebagai calon guru fisika, mahasiswa prodi pendidikan fisika STKIP PGRI Pontianak
harus dibekali kemampuan penguasaan konsep-konsep fisika dengan baik. Selain itu,
mahasiswa calon guru fisika juga harus dilatih agar memiliki kemampuan berpikir kristis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen fisika dan beberapa mahasiswa Prodi P.Fisika
STKIP PGRI Pontianak, bahwa terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab
kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika. Di antaranya adalah (1)
banyaknya konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak; (2) metode pembelajaran Fisika yang

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Statistika dengan tema
”Penguatan Peran Matematika dan Statistika Dalam Percepatan Pembangunan Nasional "
pada tanggal 27 Februari 2014 di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tanjungpura.

PROSIDING

ISSN:


diterapkan masih didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh
dari pikiran dosen ke pikiran mahasiswa; (3) dalam sistem evaluasi, dosen hanya terpaku pada
penilaian dari hasil Ujian Tengah Semester (UTS), hasil Ujian Akhir Semester (UAS), dan nilai
tugas, masing-masing dengan bobot sesuai dengan yang telah disepakati; (4) kuis dengan
feedback terstruktur belum pernah dilaksanakan dalam perkuliahan fisika; (5) mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan Fisika keadaannya sangat heterogen. Mereka berbeda dalam hal bakat,
kemampuan awal, kecerdasan, motivasi, kecepatan belajar dan dalam hal lainnya.
Menurut Santyasa (2007), “Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para
ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik
untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas”. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi
perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada dosen kepada belajar berpusat
pada mahasiswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, dosen harus berupaya menciptakan
kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan mahasiswa, dapat mendorong mahasiswa
belajar, atau memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan aktif mengkonstruksi
konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar yang membuat mahasiswa hanya menerima
materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing
pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi
peningkatan pemahaman bukan ingatan.
Ada beberapa model pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivisme, di
antaranya model PBL (Problem Based Learning), CTL (Contextual Teaching And Learning),

model inquiry training, model pembelajaran perubahan konseptual, dan model group
investigation. “Namun model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi
atau karakter mahasiswa di kelas-lah yang akan memberikan sumbangan lebih besar pada
perkembangan belajar mahasiswa” (Santyasa, 2007). Oleh karena materi optik bersifat konkrit
dan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mahasiswa, serta keadaan mahasiswa yang
heterogen, maka dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan pendekatan inkuiri.
Pendekatan inkuiri yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan
dapat membantu mahasiswa meningkatkan penguasaan konsep fisikanya. Selain itu, pendekatan
inkuiri juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan
keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban
yang berawal dari keingintahuan mereka. Dengan demikian mereka akan terbiasa seperti
ilmuwan sains yang teliti, tekun, objektif, menghormati pendapat orang lain dan kreatif (Joyce,
B.et.al, 2000).
Metode inkuiri merupakan metode yang mengutamakan keterlibatan peserta didik secara
aktif dan kreatif dalam mencari, memerikasa, merumuskan konsep dan prinsip fisika serta
mendorong siswa mengembangkan intelektual dan ketramapilan dalam memecahkan masalah.
Di dalam metode inkuiri pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik
diharapkan aktif mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009:197), tujuan utama
dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berfikir yang berorientasi pada proses

belajar. Kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri
bukan ditentukan oleh penguasaan materi tapi sejauh mana peserta didik berktivitas mencari dan
menemukan sesuatu. Metode inkuiri menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik secara seimbang sehingga melalui metode ini pembelajaran lebih bermakna.
Dalam kitannya dengan perkuliahan optik, mahasiswa diarahkan untuk merumuskan suatu
hipotesis, melakukan percobaan yang berkaitan dengan materi optika serta membuat kesimpulan
untuk menjawab hipotesis tersebut.
Dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan juga perlu didukung oleh
sikap ilmiah dalam diri mahasiswa. Sikap ilmiah yang berkaitan dengan kelompok keterampilan
dalam bidang ilmiah menjadi persyaratan bagi proses belajar. Jadi pada intinya sikap ilmiah
adalah suatu kecenderungan atau dorongan untuk berperilaku dan pemikiran ilmiah sesuai
dengan metode ilmiah yang diharapkan. Sikap ilmiah terdiri dari curiosity (rasa ingin tahu),
flexibility (keluwesan), critical reflection (sikap kritis), dan jujur. Mahasiswa yang mempunyai
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN
Pontianak, 27 Februari 2014
2

PROSIDING

ISSN:


sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga mereka akan
termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar. Dalam mempelajari materi optika yang disajikan dengan
menggunakan metode inkuiri, sikap ilmiah sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
tersebut. Hal ini berkenaan bagaimana mahasiswa melakukan ekperimen atau percobaan dengan
prosedur ilmiah dan menuntut sikap ilmiah mahasiswa tersebut. Kasus yang sering terjadi pada
saat mahasiswa melakukan percobaan adalah adanya beberapa mahsiswa yang masih cenderung
ketergantungan terhadap asisten, kurangnya sikap kritis mahasiswa dan adanya manipulasi data
percobaan. Tentu sikap-sikap seperti ini tidak diharapkan timbul dalam pembelajaran di
laboratorium. Sehingga dalam menyajikan pembelajaran sikap ilmiah perlu menjadi sebuah
tinjauan.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penelitian dengan menerapakan metode
inkuiri yang dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa menjadi rasional untuk
dilakukan dengan memperhatikan sikap ilmiah mahasiswa sehingga prestasi belajar siswa dalam
kuliah optik menjadi lebih baik. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah apakah
penggunaan metode pembelajaran inkuiri dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep
mahasiswa dibandingkan penggunaan model pembelajaran konvensional ditinjau dari sikap
ilmiah mahasiswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep
mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri dan konvensional, mengetahui

penguasaan konsep mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah serta mengetahui
interaksi antara penerapan metode pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 2x2. Analisis
data dilakukan untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaaan konsep ditinjau dari
sikap ilmiah. Dalam penelitian ini subjek diberikan perlakukan selanjutnya diukur akibat dari
perlakukan tersebut. Dalam metode eksperimen, peneliti bebas menentukan rancangan
eksperimennya (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan desain faktorial seperti pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Desain Faktorial Penelitian

Sikap Ilmiah

Tinggi (B1)
Rendah (B2)

Metode Pembelajaran
Metode Inkuiri (A1)
Konvensional (A2)
A1B1

A2B1
A1B2
A2B2

Tabel 1 merupakan desain faktorial penelitian untuk melihat pengaruh dan interaksi
metode pembelajaran, sikap ilmiah terhadap penguasaan konsep mahasiswa pada materi optika
fisis. Metode pembelajaran yang dibandingkan yakni metode inkuiri (A1) dan konvensional
(A2). Sikap ilmiah mahasiswa dikategorikan menjadi tinggi (B1) dan rendah (B2).
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI
Pontianak yang sedang mengikuti perkuliahan optika. Sampel dipilih 2 kelas dari populasi tiga
kelas dengan teknik cluster random sampling (Suparno, 2007). Jumlah sampel yang dilibatkan
dalam penelitian ini adalah 65 orang yang terdiri atas 31 orang kelas eksperimen dan 34 orang
kelas kontrol.
Terdapat dua jenis instrumen yang digunakan untuk mengambil data penelitian yaitu; 1)
tes penguasaan konsep optika fisis berbentuk multiple choice (pilihan ganda) berjumlah 20 soal
yang dilaksanakan pada tes akhir, dan 2) angket sikap ilmiah yang berjumlah 35 soal untuk
mengkategorikan mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan rendah.
Instrumen diujicobakan kemudian data dianalisis selanjutnya dipilih soal-soal yang baik
untuk digunakan dalam penelitian. Analisis instrumen meliputi uji validitas, tingkat kesukaran,
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN

Pontianak, 27 Februari 2014
3

PROSIDING

ISSN:

daya pembeda, dan reliabilitas instrumen. Uji validitas soal penelitian dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment (Arifin, 2009). Tingkat kesukaran, daya pembeda
dan reliabilitas soal dianalisis menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Arikunto
(2006). Soal yang digunakan dalam penelitian memiliki kriteria valid dengan reliabilitas yang
tinggi.
Sebelum mengetahui perbedaan hasil belajar mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan
metode inkuiri dan metode pembelajaran konvensional, terlebih dahulu dilakukan uji
kemampuan awal mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Jika kemampuan awal
mahasiswa di kedua kelas sama, maka rancangan penelitian tidak menggunakan desain pretestposttes namun cukup menggunakan desain posttest-only. Kemampuan awal yang sama juga
berdampak pada hasil perlakuan yang menggambarkan adanya perbedaan hasil belajar hanya
disebabkan adanya perbedaan perlakuan dalam menerapkan metode pembelajaran. Data
kemampuan awal diambil dari ujian kompetensi matakuliah optika sebelum materi optika fisis
yang menjadi bahan dalam penelitian ini. Hasil uji kemampuan awal mahasiswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Uji Kemampuan Awal Mahasiswa
Statistics
Value
df
54,000
T stat
0,2253
P(T0,05) maka data-data tersebut berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, sebaliknya nilai probabilitas atau nilai signifikansi data perhitungan jika
lebih kecil dari 0,05 (Sig.0,05) maka data homogen,
sebaliknya nilai probabilitas atau nilai signifikansi data perhitungan jika lebih kecil dari 0,05
Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN
Pontianak, 27 Februari 2014
7

PROSIDING

ISSN:


(Sig.