Pengaruh leverage, profitabilitas dan likuiditas terhadap price earning ratio pada Perusahaanreal estate dan Property di bei - Perbanas Institutional Repository

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP

  PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI BEI A R T I K E L I L M I A H

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana

  Program Studi Akuntansi Oleh:

NUREGINA MAULINA AGUSTIN NIM: 2014310754 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2018

  

THE EFFECT OF LEVERAGE, PROFITABILITY AND LIQUIDITY

ON PRICE EARNING RATIO OF PROPERTY AND REAL

ESTATE COMPANIES LISTED ON THE

  

Nuregina Maulina Agustin

  STIE Perbanas Surabaya

  

Email :

  Jl. Nginden Semolo 34-36, Surabaya

  

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of leverage, profitability and liquidity on the price

earning ratio of property and real estate companies listed on the Indonesia Stock Exchange in

2012-2016. The sample of this study are 117 firms property and real estate listed on the Stock

Exchange in 2012- 2016 selected using purposive sampling method. This study uses secondary

data that has been published. The data analysis used multiple linear regression analysis which

was preceded by the classical assumption test consisting of normality test, multicollinearity test,

heteroscedasticity test, and autocorrelation test. Hypothesis testing is done by using F test,

coefficient of determination, and t test. The results showed that profitability has an effect on

price earning ratio, but leverage and liquidity do not affect price earning ratio.

  Key words :price earning ratio, leverage, profitability, liquidity PENDAHULUAN

  pasar modal. Dengan demikian dapat Perekonomian yang semakin pesat di dikatakan bahwa terjadi transaksi jual beli masa sekarang ini menyebabkan persaingan dalam pasar modal layaknya pasar barang dalam dunia usaha semakin ketat. Banyak dan jasa pada umumnya. usaha yang mengalami kebangkrutan akibat

  Pasar modal memiliki dua fungsi tidak mampu bersaing dengan usaha lainnya. yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Oleh karena itu perusahaan sangat

  Fungsi ekonomi pasar modal adalah membutuhkan tambahan modal untuk menyediakan fasilitas untuk memindahkan mendorong kinerja operasional perusahaan. dana dari pihak yang memiliki kelebihan

  Salah satu cara bagi perusahaan untuk dana kepada pihak yang membutuhkan dana. mendapatkan tambahan modal adalah

  Fungsi keuangan pasar modal adalah dengan menawarkan kepemilikan menyediakan dana yangdibutuhkan oleh perusahaan tersebut kepada pihak-pihak lainnya tanpa harus terlibat masyarakat/publik (go public). Pasar modal secara langsung dalam kegiatan operasi adalah tempat bagi perusahaan untuk perusahaan. mengumpulkan modal dengan cara

  Perusahaan di masa sekarang harus menawarkan sahamnya kepada masyarakat dapat memutuskan kapan harus berinvestasi publik. Keterlibatan masyarakat/publik dan tidak. Sekarang ini Indonesia termasuk dalam pasar modal adalah dengan cara Negara yang berkembang dan berpotensi membeli saham yang ditawarkan dalam tinggi dalam segi ekonomi dan teknologinya. Potensi tersebut mulai diperhatikan di dunia Internasional, hal ini dapat dilihat dengan bergeraknya roda perekonomian. Adanya perkembangan ekonomi dan teknologi yang terjadi membuat semakin meningkatnya dunia usaha, menyebabkan banyak perusahaan berlomba-lomba melakukan kegiatan ekonomi yang menimbulkan persaingan ketat antar perusahaan. Dapat dikatakan ekonomi di Indonesia merupakan ekonomi yang terbesar di Asia Tenggara karena memiliki sejumlah karakteristik yang menempatkan Indonesia dalam posisi yang bagus untuk mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Terutama pada perkembangan bisnis property dan real

  estate di Indonesia yang mengalami

  kenaikan sangat tajam (indonesia- investment.com).Berkembangnya sektor perusahaan property dan real estate di Indonesia dianggap dapat bertahan di perekonomian makro Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan semakin banyaknya sektor property dan real estate yang memperluas landbank (aset berupa tanah) maupun melakukan ekspansi bisnis. Adapun di tahun 2012 terdapat 42 perusahaan

  property dan real estate yang terdaftar di

  Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan pada tahun 2016 bertambah menjadi 46 perusahaan(idx.co.id).

  Menurut berita mengenai industri

  property dan real estate yang di

  informasikan oleh Kompas.com tahun 2015, Penurunan suku bunga, jumlah populasi meningkat dan kenaikan jumlah bangunan menyebabkan Indonesia menjadi tempat favorit di dunia untuk investasi saham properti. The Jakarta Construction, Property & Real Estate Index menunjukkan kenaikan lebih dari 25 persen selama 12 bulan terakhir. Hal tersebut di sebabkan kontribusi Bank Indonesia (BI) yang telah memotong dana pinjaman pada bulan Februari untuk pertama kalinya dalam jangka waktu tiga tahun, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi terbesar, yaitu 7 persen di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Sistem pensiun di Indonesia juga diharapkan bisa meningkatkan investasi di pasar properti nasional sebagai langkah untuk meningkatkan infrastruktur dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut survei BI, harga rumah baru di seluruh Indonesia juga kemungkinan naik tahun ini, lebih tinggi dari tahun 2014. Hal ini menarik beberapa investor menanamkan dananya di Indonesia. Populasi di Jakarta sendiri diperkirakan naik menjadi 12,5 juta pada tahun 2030, dengan jumlah sekarang ini adalah sekitar 9,7 juta. Namun pada tahun 2017 berita yang disampaikan oleh kompas.com mengatakan meski sejumlah kebijakan telah dibuat oleh pemerintah, namun sektor properti belum menunjukkan geliat yang cukup baik. Padahal, menurut Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata, potensi pasar sektor properti cukup besar karena didukung beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan penduduk Indonesia cukup signifikan. Setidaknya, pertumbuhan penduduk saat ini mencapai 1,2 persen atau sekitar tiga juta jiwa setiap tahunnya. Dengan demikian, angka kebutuhan rumah pun akan terus meningkat setiap tahunnya. Meski pemerintah telah merencanakan Program Nasional Sejuta Rumah setiap tahun, namun sampai saat ini belum tercapai. Sekarang ini yang perlu dilakukan pemerintah yaitu memikirkan bagaimana masyarakat dapat membeli rumah-rumah yang telah dibangun tersebut.

  Dengan adanya fenomena yang menyangkut perusahaan property dan real estate yang ada di Indonesia serta adanya research gap dari penelitian terdahulu untuk dasar penelitian ini, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul

   Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Price Earning Ratio

  pada Perusahaan Property dan Real Estate D i Bei”.

RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS

  Menurut Brigham (2011:184),

  Leverage Leverage adalah penggunaan aset

  Analisis rasio profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam

  Profitabilitas

  Tingkat hutang yang tinggi dapat digunakan investor sebagai dasar dalam menentukan investasi karena tingkat hutang yang tinggi dapat mencerminkan perusahaan tersebut memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk dapat melunasi hutang- hutangnya. Tingkat hutang yang tinggi juga dapat mengancam investor. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan lebih mengutamakan untuk melunasi hutangnya daripada membayar dividen kepada investor. Perusahaan yang memiliki hutang obligasi akan lebih memprioritaskan melunasi hutang obligasinya kepada pihak ketiga sebelum membayarkan dividen kepada para pemegang saham.

  perusahaan dalam menggunakan aktiva dan dana yang mempunyai beban tetap (hutang dan saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan .

  Leverage adalah suatu tingkat kemampuan

  dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 2008:257).

  digunakan untuk memperkirakan nilai saham dengan cara membagi harga saham (price) pada saat ini dengan earnings per share (EPS). Pendekatan ini tidak memperhatikan nilai waktu dari uang. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilah –milah saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa mendatang. Perusahaan dengan kemungkinan pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah biasanya mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang rendah.

  signaling theory adalah suatu tindakan yang

  Signalling Theory

  PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPSnya. Sedangkan menurut Jones (2014:348) menyatakan analisis fundamental yang dapat digunakan untuk penilaian saham adalah dengan menggunakan pendekatan Price

  Price Earning Ratio

  hubungan dengan Price Earning Ratio yang akan dilakukan oleh investor, disaat laporan keuangan yang dilaporkan perusahaan memberikan informasi yang positif maka investor akan memberikan respon yang positif dengan menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut.

  Signalling Theory memiliki

  diambil manajemen suatu perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori ini mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini adalah informasi yang tertera di laporan keuangan sehingga bisa menginformasikan pengguna bahwa perusahaan tersebut dalam kondisi baik. Pemberian sinyal yang baik dapat mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan yang akan diberikan.

  Earning Ratio (PER). Pendekatan ini memperoleh laba, menurut Harmono (2011:109). Sedangkan Menurut Brigham dan Houston (2008:107) profitabilitas perusahaan merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan yang dilakukan perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (2008:244) profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan, jadi dikatakan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntasi. Jika laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan tinggi, maka perusahaan dapat mengalokasikannya untuk melakukan investasi pada periode selanjutnya. Itu artinya profitabilitas sangat berhubungan dengan earning yang diperoleh perusahaan dan akan mempengaruhi ketersediaan

  retained earning yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi.

  Likuiditas

  Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid atau tidak likuid.

  Menurut Fred Weston dikutip dari Kasmir (2008:129) menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar.

  Pengaruh Leverage Terhadap Price Earning Ratio

  Leverage adalah besarnya aset yang

  mampu dibiayai oleh hutang. Perusahaan yang berani mengambil resiko hutang yang lebih tinggi akan menyebabkan manajer perusahaan tersebut bekerja lebih keras untuk melunasi segala kewajiban atas hutang-hutang perusahaan. Tingkat hutang yang tinggi juga dapat mengancam investor.

  Semakin tingginya leverage maka semakin rendahnya kepercayaan para investor yang menanamkan investasinya dalam bentuk saham. Hutang disini perlu menjadi prioritas dan perlu perhatian dari perusahaan dalam pengelolaannya. Pengelolaan hutang yang baik menyebabkan penggunaan investasi menjadi lebih efektif dan efisien sebab hutang merupakan investasi dari pihak ketiga (Investor) dan pihak bank. Walaupun hutang perusahaan itu tinggi tetapi dalam pengelolaannya dapat menghasilkan keuntungan lebih baik, maka perusahaan akan mampu mengembalikan atau membayar hutangnya sesuai waktu yang ditentukan. Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari kreditor dan pemegang saham.

  Berdasarkan signalling theory yang menyatakan bahwa tingkat hutang yang tinggi pada suatu perusahaan memberikan sinyal negatif, karena perusahaan tersebut memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk dapat melunasi hutang-hutangnya yang mengakibatkan menurunnya minat investor untuk berinvestasi. H1 : Leverage berpengaruh terhadap Price Earning Ratio

  Pengaruh Profitabilitas Terhadap Price Earning Ratio

  Investasi adalah tindakan untuk menginvestasikan sejumlah dana pada suatu perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Investor yang akan menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan akan mempertimbangkan kinerja perusahaan tersebut. Investor akan memilih perusahaan dengan saham yang dianggap paling baik sebagai tempat untuk menginvestasikan dananya. Perusahaan dengan kinerja saham yang baik akan menjadi salah satu keunggulan yang akan dipertimbangkan oleh investor.

  Profitabilitas yang tinggi merupakan salah satu indikasi atas kinerja perusahaan yang baik. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan dalam periode tertentu. Profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi masa depan suatu perusahaan. Profitabilitas yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek masa depan yang baik.

  Semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan semakin baik kedudukan perusahaan, dimana hal ini menggambarkan semakin meningkatnya pendapatan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini makan semakin tinggi permintaan investor untuk membeli saham. Jika rasio ini meningkat manajemen dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang saham (Vivian 2013). H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Price Earning Ratio

  Pengaruh Likuiditas Terhadap Price Earning Ratio

  Likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam memenuhi kebutuhan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek.. Perusahaan dikatakan tidak mengalami kesulitan dalam mendanai investasinya apabila perusahaan mampu menghasilkan kas dalam membiayai investasi. semakin besar likuiditas perusahaan struktur modalnya atau hutangnya akan semakin berkurang, karena dengan likuiditas yang tinggi, perusahaan memiliki dana tersedia yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan- kebutuhan perusahaan dengan modal sendiri.

  Current Ratio yang rendah biasanya

  dianggap menujukkan terjadi masalah dalam likuiditas. CR yang rendah akan berakibat terjadi penurunan harga pasar dari saham perusahaan yang bersangkutan, sehingga akan menurunkan nilai PER. Hal ini berarti bahwa CR berpengaruh positif terhadap PER. Tetapi sebaliknya jika CR terlalu tinggi juga kurang baik, karena menunjukkan dana yang yang menganggur (aktivitas sedikit) dan yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. H3 : Likuiditas berpengaruh terhadap Price Earning Ratio

  

Gambar 1

Leverage

  Profitabilitas Likuiditas

  Price Earning Ratio

  

Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

  1 :Leverage

  Equity Ratio dirumuskan sebagai berikut : Profitabilitas

  bersangkutan.Secara sistematis Debt to

  shareholder’s equity ) pada tahun yang

  total kewajiban (liabilities) dengan total ekuitas pemegang saham (

  Ratio (DER) yang dihitung dengan membagi

  diukur dengan menggunakan Debt to Equity

  Leverage Leverage dalam penelitian ini

  PER menunjukan rasio harga saham terhadap Earning Per Share (EPS), dengan kata lain menunjukan seberapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari earning. Investor akan menghitung berapa nilai laba yang tercermin dalam harga suatu saham. Rumus untuk menghitung PER adalah:

  3 : Likuiditas Definisi Operasional Variabel Price Earning Ratio

  X

  2 : Profitabilitas

  X

  X

  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan datanya bersifat sekunder. Dalam bentuk time series dan cross sectional (pooled data) yang bersifat kuantitatif berupa angka atau numberic yang bersumber dari da tahun 2012-2016. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dalam bentuk dokumentasi. Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengkaji dan mencatat data sekunder yang berupa laporan tahunan (annual report) dari perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Kemudian dilakukan purposive sampling dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Serta dilakukan pengamatan dan pengambilan data dari laporan tahunan perusahaan.

  Bebas (Independen Variabel):

  Variabel): Y :Price Earning Ratio (PER) 2. Variabel

  Variabel Terikat (Dependen

  Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan independen. Dalam penelitian ini akan diidentifikasikan sebagai berikut: 1.

  Identifikasi Variabel

  3. Perusahan Property dan Real Estate yang menerbitkan laporan keuangan setelah audit selama periode penelitian dan memiliki komponen-komponen yang terkait dalam penelitian ini.

  2. Penelitian ini dilakukan selama lima periode yaitu 2012-2016.

  Bursa Efek Indonesia (BEI) dan sumber data yang di pakai berasal dari

  property and real estate yang terdaftar di

  1. Penelitian ini menggunakan perusahaan

  Adapun batasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

  Batasan Penelitian

  Profitabilitas dalam penelitian ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal

  • εit Keterangan: PER = Price Earning Ratio α

  mean, standar deviasi, minimum, dan

  Perusahaan yang memiliki nilai minimum pada variabel PER adalah PT. Bukit Darmo Property yaitu sebesar - 17.68849 kali pada tahun 2016, sedangkan

  Sumber: Hasil olah data SPSS Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sampel (N) dalam penelitian ini berjumlah 117 perusahaan.

  (listwise) 117

  CR 117 0,20773 10,06451 2,5705699 1,92451397 Valid N

  DER 117 0,03469 2,24187 0,6564454 0,40652438 ROE 117 -0,17872 0,52435 0,1121583 0,10642415

  N Minimal Maksimal Mean Std. Deviation PER 117 -17,68849 33,16235 9,7361643 8,37610386

  Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif

  maksimum. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain variabel dependen (Y) yaitu Price Earning Ratio, sedangkan variabel independen (X) yaitu leverage, proftabilitas dan likuiditas.

  Uji Statistik Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul untuk diteliti dengan melihat nilai

  saham yang dimiliki perusahaaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Return On Equity (ROE) diformulasikan sebagai berikut: ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Ekuitas

  eit =Eror, perusahaan, tahun HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Statistik Deskriptif

  LEV = Kepemilikan Manajerial PROF = Profitabilitas LIKUID = Struktur Aset

  β 1,2,3 = Koefisien Regresi

  = Konstanta

  Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien. Model regresi linier berganda dapat menggunakan rumus: PER it = α + β1LEV + β2PROF + β3LIKUID

  Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji asumsi klasik, analisis data statistik deskriptif, analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis.

  Teknik Analisis

  Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Rasio likuiditas diperoleh dengan cara membagi current assets dengan current liabilities. Berikut adalah rumus dari likuiditas:

  Likuiditas

1. Price Earning Ratio

  nilai wajar PER adalah 15 kali yang menunjukkan bahwa PER PT. Bukit Darmo Property Tbk berada dibawah nilai wajar PER, artinya harga saham PT. Bukit Darmo Property Tbk terlalu murah karena permintaan investor yang rendah. Nilai minimum PER bukan hanya diperoleh PT. Bukit Darmo Property Tbk tahun 2016, karena beberapa perusahaan juga memiliki nilai minimum tingkat bagi PER yaitu PT. Pudjiati Prestige Tbk tahun 2016 sebesar 5,47996, PT. Pudjiati Prestige Tbk tahun 2013 sebesar 5,99680 dan PT. Perdana Gapuraprima Tbk tahun 2013 sebesar 6,06296.

  Perusahaan yang memiliki nilai maksimum PER adalah PT. Metropolitan Kentjana Tbk tahun 2014 yaitu sebesar 33,16235 kali, sedangkan nilai wajar PER adalah 15 kali yang menunjukkan bahwa PER PT. Metropolitan Kentjana Tbk berada diatas nilai wajar PER, artinya harga saham PT. Metropolitan Kentjana Tbk mahal karena permintaan investor yang tinggi. Ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai maksimum PER yaitu PT. Bekasi Asri Pemula Tbk tahun 2012 sebesar 20.49586, PT. Intiland Development Tbk tahun 2016 sebesar 17,59004 dan PT. Suryamas Dutamakmur tahun 2016 sebesar 17.75256.

  Perusahaan yang memiliki nilai minimum leverage (DER) adalah PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk tahun 2016 sebesar 0,03469, artinya hutang perusahaan hanya 3,469% dari total ekuitas yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai hutang yang lebih kecil dari ekuitas perusahaan, sehingga semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Bukan hanya PT. Ristia Bintang Mahkotasejati yang memiliki nilai minimum

  leverage tetapi ada pula PT. Roda Vivatex

  Tbk tahun 2012 sebesar 0,26724 yang memiliki nilai minimum.

  Perusahaan yang memiliki nilai maksimum leverage adalah PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk tahun 2013 sebesar 2,24187 artinya hutang perusahaan sebesar 224,187% dari total ekuitas yang dimiliki. Nilai tersebut menunjukkan bahwa total hutang perusahaan lebih besar dibandingkan dengan ekuitas perusahaan, sehingga semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) yang akan mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai maksimum leverage di tiga teratas selain PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk tahun 2013 yaitu PT. Modernland Reality Tbk tahun 2015 sebesar 1,12021 dan PT. Ciputra Development Tbk tahun 2013 sebesar 1,03859.

  3. Profitabilitas

  Perusahaan yang memiliki profitabilitas (ROE) minimum adalah PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk tahun 2012 sebesar -0.17872, artinya dalam mengelola ekuitas yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan laba sebesar minus 17,872%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih bagi pemilik atau investor rendah sehingga tidak dapat menarik minat investor dalam menanamkan dananya pada perusahaan tersebut dan investor akan menarik dananya. Nilai minimum profitabilitas (ROE) bukan hanya diperoleh PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk tahun 2012, karena beberapa perusahaan juga memiliki nilai minimum profitabilitas (ROE) yaitu PT. Intiland Development Tbk tahun 2012 sebesar 0,03402 dan PT. Duta Pertiwi tahun 2015 sebesar .09822.

2. Leverage

  Perusahaan yang memiliki nilai maksimum profitabilitas adalah PT. Modernland Realty Tbk tahun 2013 sebesar 0,52435, artinya dalam mengelola ekuitas yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan laba sebesar 52,435%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil mempertahankan laba dan mampu mempertahankan eksistensinya di sektor

  property dan real estate, sehingga investor

  Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk menguji normalitas data yaitu menggunakan analisis statistik dan analisis grafik. Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu dengan menggunakan uji non parametrik Kolmogrov

  lebih dari 0,10. Nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama yaitu semua variabel memiliki VIF kurang dari 10. Hal tersebut

  tolerance yang masing-masing variabel

  angka 1 dan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi masalah multikolinieritas. Sedangkan, jika nilai tolerance mendekati 1 dan nilai VIF diatas 10, maka terjadi masalah multikolinieritas. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan hasil

  tolerance lawannya; (2) variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance mendekati

  Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel-variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi diantara variabel independen. Menurut Imam (2016 : 103) Multikolinieritas dilihat dari (1) nilai

  Uji Multikolinearitas

  terdistribusi normal apabila nilai signifikan ≥ 0,05. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0.058 dan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,200. Nilai signifikan tersebut lebih dari 0,05 (0,200>0,05). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H diterima yang artinya data berdistribusi normal.

  Smirnov (K-S). Data dikatakan telah

  Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

  akan tertarik untuk menanamkan dananya pada perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai maksimum pada profitabilitas (ROE) yaitu PT. Bumi Serpong Damai Tbk tahun 2012 sebesar 0,15742 dan PT. Ciputra Development Tbk sebesar 0,14473.

  yang memiliki nilai maksimum likuiditas salah satunya adalah PT. Puradelta Lestari Tbk tahun 2016 yaitu sebesar 9,39240.

  earning ratio . Ada beberapa perusahaan

4. Likuiditas

  akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi price

  current ratio perusahaan ada kemungkinan

  Perusahaan yang memiliki likuiditas maksimum adalah PT. Ristia Bintang Mahkotasejati tahun 2016 sebesar 10,06451, artinya perusahaan mampu mengelola kewajiban jangka pendeknya sebesar 1006,451%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek, dengan semakin meningkatnya

  Metropolitan Kentjana tahun 2013 sebesar .24050.

  (CR) bukan hanya diperoleh PT. Bukit Darmo Permai Tbk tahun 2016 tetapi ada beberapa perusahaan yang juga memiliki nilai minimum yaitu PT. Roda Vivatex tahun 2013 sebesar 0,24050 dan PT.

  earning ratio . Nilai minimum likuiditas

  Perusahaan yang memiliki likuiditas minimum adalah PT. Bukit Darmo Permai Tbk tahun 2016 sebesar 0.20773, artinya perusahaan mampu mengelola kewajiban jangka pendeknya sebesar 20,773%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang kecil untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan harga pasar dari saham yang bersangkutan, sehingga akan menurunkan nilai price

  dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar variabel independen.

  Analisis Regresi Berganda

  3. Koefisien regresi profitabilitas (ROE) sebesar 19,435 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar satu satuan profitabilitas (ROE) maka akan menambah nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 19,435.

  2. Koefisien regresi leverage (DER) sebesar 2,014 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar satu satuan leverage (DER) maka akan menambah nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 2,014.

  Earning Ratio sebesar 4,956

  1. Nilai konstanta (α) PER adalah sebesar 4,956 yang menunjukkan bahwa variabel seluruhnya yaitu variabel independen yang terdiri dari leverage (DER), profitabilitas (ROE) dan likuiditas (CR) dianggap konstan, maka besarnya Price

  Persamaan hasil regresi linear berganda diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

  PER = 4,956 + 2,014DER + 19,435ROE + 0,497CR + e

  Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis regresi juga berfungsi untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Bentuk persamaan regresi liniear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

  (PER), maka ada indikasi heteroskedastisitas. Namun jika tingkat signifikan > 0,05 maka data tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika nilai signifika n ≤ 0,05 maka data terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan nilai signifikansi variabel DER (Leverage), ROE (Profitabilitas) dan CR (Likuiditas) bernilai di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

  Uji Autokorelasi

  Price Earning Ratio

  signifikan secara statistik mempengaruhi

  leverage , profitabilitas dan likuiditas

  Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan carauji glejser dalam SPSS. Jika variabel

  Uji Heteroskedastisitas

  bahwa nilai signifikansi lebih besar sama dengan 0,05 yaitu sebesar 0,307. Oleh karena itu nilai signifikansi lebih besar sama dengan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual adalah acak dan tidak terdapat korelasi.

  test . Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat

  Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Apabila nanti terjadi suatu korelasi maka terjadi suatu problem autokorelasi, karena model untuk regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Uji autokorelasi salah satunya dapat dilakukan dengan uji Run Test. Jika probabilitas suatu data memiliki nilai signifikan > 0,05 maka data tidak terjadi autokorelasi. Jika nilai signifikan ≤ 0.05 maka data terjadi autokorelasi (Imam Ghozali, 2013:110). Hasil uji autokorelasi menunjukkan hasil output dari uji autokorelasi dengan menggunakan uji run

  4. Koefisien regresi likuiditas (CR) sebesar 0,497 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan sebesar satu satuan likuiditas

  (CR) maka akan mengurangi nilai Price Earning Ratio (PER) sebesar 0,497.

  5. Error/residu (e) menunjukkan variabel pengganggu atau residual di luar

  leverage , profitabilitas dan likuiditas.

  Uji Hipotesis Uji F

  Uji F dilakukan bertujuan agar peneliti mengetahui model dari variabel independen dan variabel dependen fit atau tidak. Pengujian ini menggunakan sig. Level 0.05 (α = 0.05), dengan ketentuan sebagai berikut :

  Uji statistik t pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh setiap variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hal ini digunakan untuk mengetahui kebenaran pernyataan yang telah dihipotesiskan. Jika hasil uji t menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 maka variabel leverage, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap variabel Price Earning Ratio (PER). Namun apabila nilai signifikan > 0.05 dapat dikatakan bahwa variabel leverage , profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh terhadap PER.

  Uji Statistik t

  likuiditas (CR). Sedangkan sisanya 95% disebabkan oleh sebab-sebab diluar model.

  leverage (DER), profitabilitas (ROE) dan

  Besarnya angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,050 atau 5%. Ini berarti hanya 5% PER yang dapat dijelaskan oleh variabel

1. Jika nilai signifikansi ≥ 0.05 maka H diterima (koefisien regresi tidak signifikan).

  2

  yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang sangat terbatas. Semakin mendekati satu artinya variabel-variabel independen semakin dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

  2 )

  Koefisien Determinasi (R

  Uji F dalam penelitian ini menunjukkan angka 2,967 dengan tingkat signifikansi yaitu 0,05 (0,035 < 0,05) yang berarti bahwa H ditolak, yang artinya model regresi linier berganda fit dan layak digunakan untuk pengujian selanjutnya.

  2. Jika nilai signifikansi < 0.05 maka H ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan moderasi mampu memperkuat pengaruh variabel independen terhadap dependen

  Ini berarti variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan moderasi tidak mampu memperkuat pengaruh variabel independen terhadap dependen.

  Hasil pengujian statistik t menunjukkan bahwa variabel leverage (DER) dan likuiditas (CR) memiliki nilai signifikansi masing-masing 0,312 dan 0,240 yang keduanya lebih besar dari 0,05 (0,312 > 0,05 dan 0,240 > 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel leverage (DER) dan likuiditas (CR) tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER). Sedangkan variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,008 yang berada jauh dibawah 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa profitabilitas (ROE) berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER).

  Pembahasan Pengaruh Leverage terhadap Price Earning Ratio

  Koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan modal dalam menjelaskan variasi dari variabel dependen dimana nilainya antara nol sampai dengan satu. Nilai R

  Leverage adalah tingkat hutang yang

  Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada periode akuntansi. Hubungan profitabilitas dengan Price Earning Ratio yaitu sebagai pengaturan anggaran proyeksi keuntungan. Profitabilitas juga menjadi pertimbangan penting untuk investor dalam memutuskan apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On

  Ratio dan semakin tinggi ROE menunjukkan

  sebesar 0,008 atau < 0,05. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi Price Earning

  Earning Ratio , karena nilai sig menunjukkan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas yang di hitung menggunakan ROE memiliki pengaruh terhadap Price

  menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Analisis ROE berguna untuk menarik investor untuk melakukan investasi.

  Equity (ROE). ROE merupakan rasio yang

  Pengaruh Profitabilitas terhadap Price Earning Ratio

  dilakukan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Tingkat hutang yang tinggi pada suatu perusahaan dapat mengancam para investor karena perusahaan lebih mengutamakan pemenuhan kewajibannya atas hutang yang dimiliki daripada dividen yang harus dibayarkan kepada para shareholders. Variabel leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER).

  Mertha (2016), Wawan, Rita dan Kharis (2016), Wenny Rizky Dewanti (2016), dan Rizky, Sri Mangesti dan Devi Farah (2015) yang menyatakan bahwa leverage yang di ukur menggunakan DER tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.

  Tinggi rendahnya leverage tidak mempengaruhi Price Earning Ratio. Hal ini dikarenakan Price Earning Ratio tidak hanya dipengaruhi oleh leverage tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa hipotesis terbukti sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vivian Firsera Arisona (2013), Hidayat dan Temmy (2014), Desak Gede dan Gede

  sebesar 0,312 atau > 0,05. Tingkat hutang yang tinggi pada suatu perusahaan juga akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada saham perusahaan tersebut, karena investor beranggapan jika perusahaan tidak dapat mengalokasikan modal yang dimiliki dengan baik yang berarti perusahaan akan cenderung berhutang, sehingga kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan menjadi semakin berkurang dan menciptakan harga saham yang lebih rendah dimana mengakibatkan price earning ratio saham akan semakin kecil. Hal ini sejalan dengan teori signaling yang menyatakan bahwa tingkat hutang yang tinggi pada suatu perusahaan memberikan sinyal negatif, karena perusahaan tersebut memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk dapat melunasi hutang-hutangnya yang mengakibatkan menurunnya minat investor untuk berinvestasi.

  Earning Ratio , karena nilai sig menunjukkan

  tidak memiliki pengaruh terhadap Price

  leverage yang dihitung menggunakan DER

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa

  semakin efisien perusahaan dalam menggunakan ekuitas untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih setelah pajak. Oleh karena itu, peningkatan ROE merupakan sinyal positif untuk meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut sebagai putusan untuk berinvestasi dan menjadikan perusahaan yang banyak diminati oleh investor karena tingkat pengembalian pendapatannya akan semakin besar. Minat yang besar dari investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori signaling yang menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi dapat diartikan oleh pihak eksternal sebagai sinyal positif atas kinerja perusahaan yang baik.

  Semakin tinggi rasio ini makan semakin baik produktivitas ekuitas dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham pada perusahaan di pasar modal yang akan semakin meningkat. Maka hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Sehingga dengan harga saham yang tinggi akan dapat mempengaruhi PER perusahaan.

  memiliki pengaruh signifikan terhadap price

  Earning Ratio , sedangkan penelitian yang

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis terbukti sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Temmy (2014) , Desak Gede dan Gede Mertha (2016), Wawan, Rita dan Kharis (2016) yang menyatakan bahwa likuiditas yang diukur menggunakan Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Price

  Likuiditas yang semakin tinggi belum tentu mencerminkan suatu kebaikan bagi perusahaan karena hal tersebut disebabkan oleh banyaknya aktiva lancar yang menganggur. Aktiva lancar yang menganggur menyebabkan berkurangnya efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang akan mengurangi tingkat profitabilitas sehingga dan mengakibatkan penurunan harga saham karena menurunnya permintaan saham oleh investor. Menurunnya harga saham tersebut akan mengakibatkan rendahnya price earning ratio.

  likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap price earning ratio. Hal ini sejalan dengan teori signaling yaitu apabila likuiditas suatu perusahaan kecil maka investor akan memberikan respon yang negative karena menganggap perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

  price earning ratio , sehingga menyebabkan

  perusahaan kecil pengaruhnya terhadap nilai

  earning ratio , artinya bahwa nilai likuiditas

  price earning ratio . Likuiditas tidak

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis terbukti sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elon Davit Riadi (2013), Wawan Utomo, Rita Andini dan Kharis Raharjo (2016), Vivian Firsera Arisona (2013), dan Mukhammad Afan Muttaqi (2015) mengungkapkan bahwa profitabilitas yang diukur menggunakan ROE berpengaruh terhadap Price Earning

  terhadap Price Earning Ratio, karena nilai sig menunjukkan sebesar 0,240 atau > 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin meningkatnya likuiditas perusahaan, maka harga saham perusahaan juga akan semakin meningkat sehingga akan mempengaruhi

  Current Ratio (CR) tidak memiliki pengaruh

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas yang di ukur menggunakan

  Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Likuiditas diproksikan dengan menggunakan Current Ratio (CR) dengan cara membagi asset lancar dengan hutang lancar.

  Pengaruh Likuiditas terhadap Price Earning Ratio

  oleh Hidayat dan Temmy (2014) serta Rizky Taufiq, Sri dan Devi Farah (2015) menyatakan bahwa profitabilitas yang diukur menggunakan ROE tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio.

  Ratio , sedangkan penelitian yang dilakukan

  dilakukan oleh Mukhammad Afan Muttaqi

  (2015) menyatakan bahwa likuditas yang

  2. Penelitian ini menggunakan sampel diukur menggunakan CR berpengaruh perusahaan sektor property dan real terhadap Price Earning Ratio. estate yang terdaftar di Bursa Efek

  Indonesia (BEI) pada tahun 2012- 2016, jadi pada penelitian

  

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN selanjutnya diharapkan dapat

  menggunakan populasi yang lebih

  SARAN Kesimpulan

  luas sehingga tidak hanya meneliti Berdasarkan hasil uji statistik dan pada satu sektor perusahaan, supaya pembahasan yang telah dilakukan, dapat dapat memperoleh hasil yang lebih diperoleh kesimpulan sebagai berikut: banyak.

  1. Leverage tidak berpengaruh terhadap

Dokumen yang terkait

Pengaruh likuiditas, solvabilitas, aktivitasdan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 1 14

Pengaruh likuiditas, solvabilitas, aktivitasdan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 2 18

Pengaruh likuiditas, solvabilitas, aktivitasdan profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

1 2 31

Pengaruh leverage, likuiditas dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi - Perbanas Institutional Repository

0 1 9

Pengaruh leverage, likuiditas dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi - Perbanas Institutional Repository

2 2 27

Pengaruh leverage, likuiditas dan profitabilitas terhadap keputusan hedging pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia periode 2014-2016 - Perbanas Institutional Repository

0 1 13

Pengaruh leverage, likuiditas dan profitabilitas terhadap keputusan hedging pada perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia periode 2014-2016 - Perbanas Institutional Repository

1 1 24

Pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap financial Distress sektor properti dan real Estate yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

Pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap financial Distress sektor properti dan real Estate yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

Pengaruh rasio leverage, likuiditas dan profitabilitas terhadap kondisi financial distress - Perbanas Institutional Repository

0 3 17