BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan - Pekan Raya Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Upaya Promosi Pengembangan Pariwisata di Sumatera Utara

BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN

2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan

  Pengembangan pariwisata merupakan suatu usaha untuk mempromosikan daya tarik suatu objek wisata agar menjadi berkembang sesuai dengan visi dan misi. Pengembangan pariwisata Indonesia hendaknya tidak terlepas dari arah pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Dengan kata lain, dalam kebudayaan nasional itulah hendaknya terletak landasan bagi kebijakan pengembangan pariwisata. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI menyatakan sebagai visinya bahwa pembangunan kebudayaan dan pariwisata mendorong upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan persatuan bangsa, serta meningkatkan persahabatan antarnegara.

  Pengembangan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni: (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata; (2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup; (3) meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsa pasar; dan (4) menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable). Demikianlah pandangan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.

  6 Pengembangan pariwisata Indonesia harus didahului dengan pemahaman mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata Indonesia tersebut. Sedikitnya ada tiga tantangan yang dapat dikemukakan di sini, sbb:

  Pertama, dunia pariwisata Indonesia masih selalu menghadapi tantangan berupa tuntutan dan selera wisatawan dan investor asing di bidang pariwisata yang tidak seiring dengan tujuan menjaga kelestarian unsur-unsur budaya masyarakat setempat maupun ekologi atau lingkungan alam setempat.

  Kedua, masih adanya kenyataan bahwa nilai-tambah ekonomi dari pengem- bangan pariwisata lebih besar jatuhnya ke tangan investor asing daripada kepada rakyat setempat.

  Ketiga, masih adanya pola pikir "searah" yang melandasi hubungan antara pihak "tuan rumah" (Pemda dan penduduk) dan pihak "tamu" (wisatawan dan investor), padahal yang seharusnya adalah yang bersifat "timbal-balik".

  Di dalam mengembangkan kepariwisataan atau suatu objek wisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut dapat diminati pengunjung, yaitu :

  a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang

  bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

  b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana

  bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada

  umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985, p.164).

  Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan perencanaan pengembangan fisik. Kedua hal tersebut hendaknya saling terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realistis dan proporsional. Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata karena prasarana kepariwisataan merupakan semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

  Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

  Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

2.2.1 Sarana Kepariwisataan (Tourism Suprastructures)

  Sarana kepariwisataan yang dimaksud disini adalah semua kegiatan pariwisata yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, mulai dari wisatawan berangkat menuju daerah wisata, hingga kembali lagi ke negara asalnya. Menurut Pandit Nyoman. S. Dalam bukunya yang berjudul “Pengahantar Ilmu

  Pariwisata”, dalam dunia kepariwisataan dikenal tiga sarana yang saling melengkapi

  yaitu:

  1. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism suprastructures), yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwisataan adalah “perusahaan- perusahaan yang hidup dalam kehidupannya sangat bergantung kepada lalulintas wisatawan dan traveler lainnya”. Fungsinya adalah memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Adapun perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: a.

  Perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut juga “Receptive Tourist Plan” misalnya Travel Agent, Tour Operator dan lain-lain.

  b.

  Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan ke mana wisatawan itu pergi yang biasa disebut “Residential Tourist Plan” misalnya hotel, hostel, home

  stay , cottage dan sebagainya.

  2. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure), yaitu kegiatan usaha pariwisata yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok tetapi dapat membuat wisawatan merasa betah dan ingin tinggal lebih lama di daerah wisata. Termasuk di dalamnya adalah sarana olah raga lapangan tenis, lapangan golf, kolam renang dan lain-lain.

  3. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Supractructure), yaitu kegiatan usaha pariwisata yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yang mempunyai fungsi untuk membuat wisatawan merasa terhibur dan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya misalnya toko-toko souvenir, night club, casino, diskotik dan lain-lain.

2.2.2 Prasarana Kepariwisataan (Tourism Infrastructures)

  Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

  Seorang ahli pariwisata, Lothar A. Kreck dalam bukunya yang berjudul

  “International Tourism” membagi prasarana atas dua bagian: 1.

  Prasarana perekonomian seperti pengangkutan, komunikasi, perbankan dan lain-lain.

2. Prasarana sosial seperti sistem pendidikan, faktor keamanan, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

  Sedangkan Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “Tourism

  Management”, membagi prasarana menjadi tiga bagian: a.

  Prasarana umum, seperti air bersih, listrik, jalan raya dan lain - lain.

  b.

  Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti rumah sakit, polisi, kantor pos dan lain- lain.

  c.

  Prasarana kepariwisataan yaitu kegiatan usaha yang memberi pelayanan kepada wisatawan diantaranya:

  • Reseptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan wisatawan).
  • Residental Tourist Plan (fasilitas yang disediakan untuk menampung wisatawan).
  • Recreative and Supportive Tourist (semua fasilitas untuk berolah raga).

  Dalam pengembangan pariwisata diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Aspek Fisik Menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 dalam Marsongko (2001),

  lilngkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik berdasarkan olahan dari berbagai sumber, yaitu : a. Geografi

  Aspek geografi meliputi luas kawasan DTW, Luas area terpakai, dan juga batas administrasiserta batas alam.

  b. Topografi Merupakan bentuk permukaan suatu daerah khususnya konfigurasi dan kemiringan lahan seperti dataran berbukit dan area pegunungan yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut, dan konfigurasi umum lahan.

  c. Geologi Aspek dari karakteristik geologi yang penting dipertimbangkan termasuk jenis material tanah, kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan tanah.

  d. Klimatologi Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan, kekuatan tiupan angin, penyinaran matahari rata-rata dan variasi musim. e. Hidrologi Termasuk di dalamnya karakteristik dari daerah aliran sungai, pantai dan laut seperti arus, sedimentasi, abrasi.

  f. Visability Menurut Salim (1985;2239), yang dimaksud dengan visability adalah pemandangan terutama dari ujung jalan yang kanan-kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang).

  g. Vegetasi dan Wildlife Daerah habitat perlu dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup vegetasi dankehidupan liar untuk masa sekarang dan akan datang. Secara umum dapat dikategorikan sebagai tanaman tinggi, tanaman rendah (termasuk padang rumput) beserta spesies-spesies flora dan fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, produksi,konservasi maupun komersial.

2. Aspek Daya Tarik Pariwisata dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena

  tempat tersebut memiliki daya tarik, yang mampu mendorong wisatawan untuk datang mengunjunginya. Murray (1993) di dalam Gunn (1979;50) menyebutkan :

  “… a thing or feature which draws people by appealing to their desires, taste, etc. Especially an interesting or amusing exhibitionwhich ‘draws’ crowds”.

  Gunn (1979;48) juga berpendapat bahwa

  “attraction are the on-location places in region that not only provide the things for tourist to see and do but also offer the lure to travel”.

  Menurut Inskeep (1991;77) daya tarik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

  a. Natural attraction : berdasarkan pada bentukan lingkungan alami b. Cultural attraction : berdasarkan pada aktivitas manusia c. Special types of attraction : Atraksi ini tidak berhubungan dengan kedua kategori diatas, tetapi merupakan atraksi buatan seperti theme park, circus, shopping.

  Yang termasuk dalam natural attraction diantaranya iklim, pemandangan, flora dan fauna serta keunikan alam lainnya. Sedangkan cultural attraction mencakup sejarah, arkeologi, religi dan kehidupan tradisional.

3. Aspek Aksesibilitas salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi

  adalah aksesibilitas. Aksesibilitas menurut Bovy dan Lawson (1998;107),

  “... should be possible by public transport and bicycle trails, by pedesterian paths (from neighborhoods) and by cars (mainly families,with an average of three persons/car)”.

  Akses yang bersifat fisik maupun non fisik untuk menuju suatu destinasi merupakan hal penting dalam pengembangan pariwisata. Aspek fisik yang menyangkut jalan, kelengkapan fasilitas dalam radius tertentu, frekuensi transportasi umum dari terminal terdekat. Menurut Bovy dan Lawson (1998;202), jaringan jalan memiliki dua peran penting dalam kegiatan pariwisata, yaitu :

  a. Sebagai alat akses, transport, komunikasi antara pengunjung atau wisatawan dengan atraksi rekreasi atau fasilitas.

  b. Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing ) dan menemukan suatu tempat yang membutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang dapat dilihat selama perjalanan. Pada peran kedua, menunjukan aspek non fisik yang juga merupakan faktor penting dalam mendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat berupa keamanan sepanjang jalan, dan waktu tempuh dari tempat asal menuju ke destinasi. Lebih lanjut Bovy dan Lawson (1998;203) membagi jalan untuk kepentingan wisatawan menjadi tiga kategori, yaitu : a. Jalan Utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama dengan jaringan jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.

  b. Jalan Pengunjung, yaitu jalan sekunder yang biasanya beraspal (makadam) ataupun gravel yang menghubungkan dengan fasilitas wisata yang spesifik seperti resort, hotel yang terpisah, restoran atau atraksi rekreasi lainnya.

  c. Sirkuit Pengunjung, untuk kegiatan melihat-lihat dengan pemandangan yang menarik disepanjang jalannya.

  4. Aspek Aktivitas dan Fasilitas, dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan

  adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik (1974;133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi wisata. Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi. Di samping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai dengan keramah tamahan yang menyenangkan wisatawan, dimana keramah tamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata. Bovy dan Lawson (1979;9) menyebutkan bahwa fasilitas adalah atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisata yang lebih cenderung berupa sumber daya.

  5. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya, dalam analisa sosial ekonomi membahas

  mengenai mata pencaharian penduduk, komposisi penduduk, angkatan kerja, latar belakang pendidikan masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini perlu dipertimbangkan karena dapat menjadi suatu tolak ukur mengenai apakah posisi pariwisata menjadi sektor unggulan dalam suatu wilayah tertentu ataukah suatu sektor yang kurang menguntungkan dan kurang selaras dengan kondisi perekonomian yang ada. Selanjutnya adalah mengenai aspek sosial budaya, dimana aspek kebudayaan dapat diangkat sebagai suatu topik pada suatu kawasan. Dennis L. Foster menjelaskan mengenai Pengaruh Kebudayaan (cultural influences) sebagai berikut : “Para pelaku perjalanan tidak membuat keputusan hanya berdasarkan pada informasi pemrosesan dan pengevaluasian. Mereka juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, masyarakat, dan gaya hidupnya.

2.3 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

  Pada literatur-literatur luar negeri tidak pernah ditemukan objek dan daya tarik wisata seperti yang kita kenal di Indonesia, namun mereka hanya menggunakan istilah

  

“Tourist Attraction” saja yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik untuk

  mengunjungi daerah tertentu, dimana Tourist Attraction itu juga merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong wisatawan untuk mengunjunginya.

  Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau yang menjadi sasaran bagi wisatawan. Hal ini juga diungkapkan oleh Yoeti (1991), dimana ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah. Hal-hal tersebut adalah :

  1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah pariwisata disebut natural amenities. Termasuk dalam kelompok ini adalah:

1. Iklim 2.

  Bentuk tanah dan pemandangan 3. Hutan belukar 4. Flora dan fauna 5. Pusat kesehatan 2. Hasil ciptaan manusia yang dalam istilah pariwisatanya disebut man made supply yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan.

3. Tata cara hidup masyarakat (way of life)

  Membicarakan objek dan atraksi wisata ada baiknya dikaitkan dalam pengertian produksi dari industri pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap perlu karena sampai sekarang ini masih dijumpai perbedaan pendapat antara para ahli mengenai pengertian produk industri parwisata dari satu pihak dan atraksi wisata di pihak lain. Terdapat perbedaan yang prinsipil antara pengertian produk industri pariwisata dengan objek dan atraksi wisata. Produk industri pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia tinggal, sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula jadi objek dan atraksi wisata itu sebenarnya sudah termasuk dalam produk industri wisata karena kalau tidak, motivasi untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak ada, padahal kita yakin bahwa pada suatu daerah tujuan wisata sudah pasti ada objek dan atraksi wisata. Adapun alasannya wisatawan akan berkunjung ke daerah tersebut bila mereka merasa manfaat kepuasan atau pelayanan yang diberikan.

  Jadi kita hanya dapat mengatakan suatu objek wisata, bila untuk melihat objek wisata tersebut tidak ada persiapan terlebih dahulu dimana seseorang saja dapat menikmatinya tanpa bantuan orang lain, karena memang sifat objek wisata tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan atau bersifat monumental contohnya: pemandangan alam, bangunan bersejarah. Lain halnya dengan atraksi wisata yang apabila sesuatu itu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Atraksi wisata ini sifatnya adalah entertainment atau hiburan yang diperagakan oleh manusia seperti tari-tarian, upacara adat dan lain - lain. Oleh sebab itu, perlu persiapan khusus untuk dapat menikmatinya.

  Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan memberikan batasan pengertian tentang objek dan atraksi wisata, yaitu “segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata”. Ruang lingkup objek dan daya tarik wisata tersebut, yaitu:

A. Objek dan Daya Tarik Wisata Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, Yang Berwujud Keadaan Alam Serta Flora dan Fauna

  Objek dan daya tarik wisata yang diciptakan Tuhan ini merupakan suatu kawasan yang berisi flora dan fauna yang dikuasai atau dikelola untuk dijadikan suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan wisata. Kekayaan alam yang menjadi daya tarik dapat berupa taman nasional yang berisikan berbagai macam flora dan fauna yang hanya terdapat di Indonesia atau sudah langka di dunia seperti Komodo, Anoa, Ikan Pesut, Bunga Raflesia Arnoldi, Anggrek, Taman Laut dengan Iklim tropis di Indonesia yang kesemuanya cukup menjadi modal penarik bagi wisatawan. Oleh karena itu maka pengelolaan objek dan daya tarik wisata haruslah dilakukan dengan bijaksana dan penuh koordinasi antar berbagai pihak karena memang melibatkan berbagai unsur (intergrated).

  Objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil ciptaan Tuhan ini dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Objek wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan, dan peternakan.

  2. Objek wisata laut, pantai, danau dan sungai.

  3. Objek wisata lembah, gua, gunung dan sebagainya.

  Untuk pengembangan objek dan daya tarik wisata faktor daya tarik merupakan faktor yang utama karena ini merupakan hal yang menyebabkan wisatawan melakukan kunjungan ke suatu objek wisata. Adapun unsur-unsur yang membentuk daya tarik dari sumber daya alam dan ekosistemnya sebagian objek wisata adalah sebagai berikut:

  1. Keindahan.

  2. Keunikan dan kelangkaan.

  3. Banyaknya sumber daya alam yang menonjol yang memiliki ciri-ciri potensial untuk daya tarik bagi pengunjung.

  4. Keutuhan sumberdaya alam.

  5. Kepekaan sumberdaya alam.

  6. Pilihan kegiatan untuk rekreasi.

  7. Kebersihan udara dan lingkungan.

  8. Ruang gerak pengunjung.

  9. Keselamatan di lokasi.

  Manfaat yang mungkin diperoleh oleh wisatawan selama melakukan kunjungan ke objek wisata yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna antara lain:

  1. Memperoleh pengalaman.

  2. Memperoleh kesegaran jasmani dan rohani.

  3. Memperoleh pendidikan dari alam, flora dan fauna.

  4. Memperoleh pengetahuan.

  5. Menimbulkan rasa cinta terhadap sumber daya alam.

  6. Merasakan kebesaran Tuhan.

B. Objek dan Daya Tarik Wisata Hasil Karya Manusia

  Hasil ciptaan atau karya manusia terbagi pula menjadi dua kelompok yaitu: 1. Hasil ciptaan atau karya manusia yang bersifat budaya dan sejarah.

2. Hasil ciptaan atau karya manusia yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi sehari- hari.

  Hasil ciptaan manusia yang bersifat budaya yang menjadi daya tarik, antara lain berupa adat dan tradisi masyarakat setempat yang tidak terdapat di daerah lain atau tata cara kehidupan di pasar tradisional dengan tawar menawarnya yang menjadi daya tarik, berbagai macam seni tari, seni suara, seni ukir, seni tenun, adalah merupakan hal yang ingin diketahui dan disaksikan oleh wisatawan, masakan dan minuman khas daerah, beraneka jenis buah-buahan juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Berbagai macam peninggalan bersejarah dan bangunan yang megah seperti candi, monumen, makam, sisa peninggalan perang dan bangunan tua peninggalan penjajah juga dapat memberikan rasa keingintahuan bagi wisatawan untuk melihatnya.

  Hasil karya manusia yang erat hubungannya dengan kegiatan ekonomi, antara lain dapat berupa berbagai macam jenis perkebunan misalnya kopi, teh, kelapa sawit, karet, coklat, termasuk menyaksikan tata cara pengolahannya, karena hal seperti ini jarang disaksikan oleh wisatawan. Pusat–pusat kerajinan tangan dan pembuatan cendera mata sering menjadi tujuan kunjungan wisata.

  Usaha pemanfaatan objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia ini juga dapat dilakukan dalam bentuk a.

  Kreasi manusia yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan untuk dijadikan sumber daya tarik contohnya kegiatan arung jeram, panjat tebing, mendaki gunung dan lain-lain.

b. Kreasi manusia itu sendiri yang memanfaatkan kemampuan manusia untuk dijadikan

  potensi daya tarik misalnya: tempat-tempat hiburan, kamera, wisata konvensi dan lain-lain.

2.4 Motivasi Perjalanan Wisata

  Setiap orang yang melakukan suatu perjalanan, biasanya mempunyai alasan tertentu demikian pula halnya dengan wiatawan dan secara garis besar alasan dan keperluannya dapat dikelompokkan sebagai berikut yaitu :

2.4.1 Menurut Alasan Atau Tujuan Perjalanan 1.

  Bussiness Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk dinas, usaha dagang, atau yang berhubungan dengan pekerjannya, kongres, seminar, konvension, simposium, musyawarah kerja.

2. Educational Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dimana orang-orang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan.

2.4.2 Menurut Saat Atau Waktu berkunjung 1.

  Seasonal Tourism, yaitu kegiatan pariwisata yang berlangsung pada musim-musim tertentu seperti summer tourism atau winter tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan olah raga.

2. Occational Tourism, yaitu kegiatan pariwisata ini dihubungan dengan kejadian atau occation maupun suatu even, seperti galungan, atau kuningan di Bali.

2.4.3 Menurut Objeknya 1.

  Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah.

  2. Recurrentional Tourism, biasanya disebut juga pariwisata kesehatan. Adapun tujuan orang-orang yang melakukan perjalanan ini adalah untuk menyembuhkan penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lumpur seperti banyak dijumpai di negara- negara Eropa atau mandi susu, mandi kopi di Jepang yang kabarnya bisa membuat awet muda.

3. Sport Tourism, kegiatan pariwisata ini bertujuan untuk melihat atau menyaksikan

  suatu pesta olah raga di suatu tempat atau negara tertentu seperti, Olympiade, All England, Europe Cup.

  4. Commercial Tourism, disebut juga dengan pariwisata perdagangan karena perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdangan internasional dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair Exibition.

  5. Religion Tourism, kegiatan pariwisata ini dilakukan untuk menyaksikan upacara- upacara keagamaan seperti kunjungan Lourdes bagi orang-orang yang beragama Katolik atau muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ibadah Haji dan Umroh bagi umat Islam atau upacara Agama Hindu di Bali.