Computer Vision Sejauh Ini

  Computer Vision Camera and Perspective Imaging

  Fundamental Image Processing for Computer Vision Course (Even though there’re more but it’s ok)

Apa itu Gambar

  • Sampai sekarang kita memahami bahwa gambar merupakan sebuah fungsi 2D dari nilai intensitas cahaya.
  • Mulai hari ini, kita akan memahaminya sebagai proyeksi 2D dari lingkungan 3D.

Apa itu Kamera

  • Sebuah alat yang mengijinkan proyeksi cahaya dari tiga dimensi jatuh ke sebuah medium yang akan merekam pola cahaya tersebut.
  • Bisa film, bisa sensor, dan lain lain.
  • Kata kunci disini adalah proyeksi.

  

Proyeksi

  

Kamera Pinhole

Cara Kerja Lensa

  Focal Length Optical Axis Parallel Rays

  

Asumsi Thin Lens

Object

  Lens Focal Point Image

  ′

Asumsi Thin Lens

  − ′ ′ ′

Asumsi Thin Lens

  − ′ ′ ′ − ′

  = ′

Asumsi Thin Lens

  − ′ ′ ′ − ′

  = ′ − ′ =

  ′ − ′ =

  ′ −

  1 = 1 −

  1 ′ 1 =

  1 ′ +

  1 Seluruh objek yang memenuhi persamaan ini ada dalam fokus Diskusi

  • Diketahui sebuah lensa memiliki focal length = 50mm.
  • Terdapat sebuah objek berjar
  • 1 meter
  • 2 meter
  • − ′<
  • Berapa ′ agar objek berada dalam fokus pada gambar?

  

Varying in Focus

  

Field of View

  

Depth of Field

  

Depth of Field

  

Zooming vs. Moving

  

Zooming and Moving Bersamaan

  

Projective Geometry

Motivasi Utama dalam Projective Geometry • Hubungan antara objek yang ada di Lingkungan 3D dan objek yang ada di Gambar 2D

  • Hubungan antara poin (pixel) dalam Gambar asal arah cahayanya dari Objek 3D.
  • Orientasi kamera relatif terhadap sudut referensi tertentu.
  • Menerka struktur geometri dari objek berdasarkan informasi dari gambar.

  

Masalah Utama dalam Projective Geometry

memproyeksikan dunia 3D

  • Kamera menjadi 2D.
  • Menyebabkan hilangnya informasi.
  • Informasi apa yang hil>Kedalaman!
  • Informasi 3D bisa didapatkan kembali jika tersedia informasi tambahan.
  • Detail mengenai kamera.
  • Ukuran objek.

  

Properti Geometri dari Gambar

  • Line Preserving
  • Garis lurus di Lingkungan 3D akan tetap garis lurus Gamba>Bukan Length-Preserving
  • Objek besar di Lingkungan 3D akan menjadi kecil di Gamba
  • Bukan Angle-Preserving
  • Sudut antar dua buah garis di Lingkungan 3D akan berubah di Gambar 2D

  akan berpotongan di Gambar 2D

  • Dua buah garis parallel di Lingkungan 3D

  

Vanishing Point

Point at Infinity

Horizon Line at Infinity

  

Vanishing Points dan Horizon

• Garis parallel menjadi tidak parallel lagi.

  • Seluruh garis parallel berpotongan di vanishing point.
  • Vanishing point, merupakan poin pada posisi tak terhingga – Point at Infinity.
  • Setiap garis yang terbentuk dalam projective geometry selalu bertemu di vanishing point.

  poin pada posisi tak terhingga ?

  • Bagaimana cara mendeskripsikan

  

Vanishing Points dan Horizon

  

Masalah dengan Euclidean Geometry

• Dalam Euclidean Geometry, kita bisa saja menuliskannya dengan = ( , , ∞).

  • ∞ bukanlah angka, melainkan konsep, ∞ tidak dapat dioperasikan dalam matematika.
  • Kalau kita mau transformasikan (rotasi, translasi) objek pada posisi ∞?
  • Masalah!

  

Masalah dengan Euclidean Geometry

  1 3×3

  • Transformasi rotasi ∈ ℝ = 0 cos sin 0 −sin cos

  disini merupakan poin dalam ruang 3D 3×1

  • Transformasi translasi ∈ ℝ =

  ′

  • Dilakukan secara terpisah, sedemikian sehingga = + • Saat transformasi semakin kompleks, komputasi juga semakin kompleks.
  • Masalah!

  

Projective Geometry vs. Euclidean Geometry

• Di Projective Geometry, matematika akan lebih sederhana dibanding Euclidean Geometry.

  • Komputasi sebenarnya bisa saja dilakukan di Euclidean Geometry, tapi lebih sulit.
  • Sistem koordinat yang digunakan oleh P.G. disebut sebagai Homogeneous Coordinate.
  • Dengan Homogeneous Coordinate, poin pada posisi tak terbatas dapat di representasikan dengan koordinat yang terbatas.
  • • Dengan Homogeneous Coordinate, transformasi (rotasi dan translasi) bias dilakukan hanya

    menggunakan satu matrix.

Projective Geometry

  • Secara matematis, Projective Geometry didefinisikan sebagai : • Saya yakin, dalam hati kalian sekarang berkecamuk melihat definisi diatas.
  • Tenang, tugas saya adalah menerangkan apa maksud pengertian diatas secara intuitif 

  

Homogeneous Coordinate

homogeneous jika

  • Representasi x, koordinat sebuah objek, adalah x = x merepresentasikan objek yang sama untuk ≠ 0. Cartesian Coordinate

  ≠ Homogeneous Coordinate x = x

  

Homogeneous Coordinate

• Homogeneous Coordinate menggunakan + 1 dimensi, untuk mendeskripsikan dimensi.

  • • Poin 2D di Cartesian Coordinate, direpresentasikan dengan 3D di Homogeneous Coordinate

  = x = Cartesian Coordinate Homogeneous Coordinate

  1 x = = / / /

  =

  

Homogeneous Coordinate

  • Untuk konversi kembali dari Homogeneous Coordinate ke Cartesian Coordinate

  

1

=

  

Projective Geometry &amp; Homogeneous Coordinate

Hanya itu?

  

Motivasi Mengapa Homogeneous Coordinate Diciptakan

• Matematikawan tidak suka pengecualian! Mereka benar-benar benci.

  • Goal dalam membuat sebuah teorema adalah harus berlaku untuk seluruh situasi.
  • Dalam Euclidean Geometry: Dua garis berbeda, akan selalu berpotongan di satu poin.
  • Kecuali
    • le mathematicians , dua garis tersebut parallel.

  

Part 1: Ide Impresif Matematikawan

  • “Sebentar, Bagaimana jika kita generalisir Euclidean Geometry?”

  2D menjadi 3D,

  3D menjadi 4D”

  • “Kita perkaya dimensi Euclidean Geometry menjadi +1 nya,

  garis

  3D yang melewati Origin poin “

  • “Kita akan menyebut

  (0,0,0) sebagai bidang planar

  • “Juga, kita akan menyebut

  3D yang melewat Origin garis ”

  (0,0,0) sebagai • Jadi, matematikawan menyarankan kita untuk meningkatkan dimensi. menjadi garis

  • Poin

  menjadi bidang planar

  • Garis

Part 1: Ide Impresif Matematikawan Mari sebut garis hijau

  ini sebagai “poin” Mari sebut planar merah ini sebagai “garis”

  

Part 1: Ide Impresif Matematikawan

, tidak apa, cepat atau lambat akan semakin jelas.

  • Jika kalian seperti ini
  • “Poin”

  dapat ditulis dengan , ,

  • Ini berarti 3,2,1 akan sama dengan 6,4,2
  • Karena 6,4,2 = 2 3
  • Contoh:
  • 5, 3, 1

  akan sama dengan 10, 6, 2

  akan sama dengan 2.5, 1.5, 0.5

  • 5, 3, 1
  • Karena 5,3,1 = 2 5,3,1 = 0.5(5,3,1) Part 2: Poin dalam H.C.

  x = x

  

Part 3: H.C. dan C.C.

garis hijau planar merah ), dan planar Projective Plane )

  ),“garis” (

  • Pandang “poin” (

  = 1 (

  • Lihat pada “poin” ( garis hijau ).
  • Kedua

  “poin” yang terbentuk dari , , dengan

  ≠ 0, akan selalu berpotongan dengan Projective Plane .

  • , , kita sebut sebagai Homogeneous Coodinate dari sebuah “poin” .
  • Dan titik perpotongan “poin” dengan Projective Plane adalah yang kita pahami sebagai poin di Cartesian Coordinate

    Part 3: H.C. dan C.C.

  • Lihat pada “poin” (garis hijau).
  • Kedua “poin” yang terbentuk dari , , dengan ≠ 0, akan selalu berpotongan dengan Projective Plane.
  • , , kita sebut sebagai Homogeneous Coodinate dari sebuah “poin” .
  • Dan titik perpotongan

  “poin” dengan Projective Plane adalah yang kita pahami sebagai poin di Cartesian Coordinate

Part 3: H.C. dan C.C.

  

Part 4: H.C. dan Point at Infinity

dengan

  “poin”

  • Pandang sebuah &gt; 0, maka

  “poin” akan berpotongan dengan Projective Plane .

  • Semakin kecil :
  • Semakin sejajar “poin” dengan planar kuning
  • Semakin besar (jauh) nilai perpotongan dengan Projective Plane (C.C).
  • Jika = 0 maka tidak ada perpotongan dengan Projective Plane.
  • Nilai perpotongan dengan Projective Plane (C.C) adalah ∞

  

Part 4: H.C. dan Point at Infinity

  • Pandang sebuah “poin” dengan &gt; 0, maka “poin” akan berpotongan dengan Projective Plane.
  • Semakin kecil :

  dengan planar kuning “poin”

  • Semakin sejajar
  • Semakin besar (jauh) nilai perpotongan dengan Projective Plane (C.C).
  • Jika = 0 maka tidak ada perpotongan dengan Projective Plane .

  Projective Plane

  • Nilai perpotongan dengan (C.C) adalah ∞

  

Part 4: H.C. dan Point at Infinity

dapat merepresentasikan poin pada posisi tak terhingga .

  • Maka, Homogeneous Coordinate

  ∞ x = = ∞

  /0 = • Hal yang tidak dapat dilakukan oleh Cartesian Coordinate.

  

Part 5: H.C. Dan Perpotongan 2 Garis Paralel

  • Mari kita ingat kembali permasalahan tentang pengecualian perpotongan untuk garis paralel yang telah membuat matematikawan kita panik.

  

Part 5: H.C. Dan Perpotongan 2 Garis Paralel

bidang

  • Jika kita membuat dua “garis” (

  planar ), maka mereka akan selalu berpotongan di sebuah “poin” ( garis ). tidak paralel, maka

  “garis”

  • Jika perpotongan “poin” antar 2 “garis” tersebut juga akan berpotongan dengan Projective Plane .

  

Part 5: H.C. Dan Perpotongan 2 Garis Paralel

“garis” tersebut paralel.

  • Jika 2 • Dalam C.C. tidak ada poin perpotongan.

  perpotongan! “poin”

  • Dalam H.C. terdapat
  • Dim>Diluar Projective Plane (C.C.) • “Poin” tersebut sejajar Projective Plane.
  • Tepatnya di 1,0,0 , yakni sumbu

  

Part 5: H.C. Dan Perpotongan 2 Garis Paralel

“garis” tersebut paralel.

  • Jika 2 • Dalam C.C. tidak ada poin perpotongan.

  perpotongan! “poin”

  • Dalam H.C. terdapat
  • Dimana?

  Projective Plane (C.C.)

  • Diluar tersebut sejajar Projective Plane .
  • “Poin”
  • Tepatnya di 1,0,0 , yakni sumbu

  

Part 5: H.C. Dan Perpotongan 2 Garis Paralel

dapat menghilangkan pengecualian perpotongan garis

  • Maka Homogeneous Coordinate paralel .
  • Hal yang tidak dapat dilakukan oleh Cartesian Coordinate.

  

Part 6: Bermain dengan Projective Plane

Projective Plane kita.

  • = 1 merupakan salah satu sudut pandang Projective Plane menjadi sedikit miring.
  • Apa yang terjadi jika kita mengubah posisi

  

Part 6: Bermain dengan Projective Plane

Projective Plane kita berubah posisi, akan berpotongan dengan Projective Plane .

  

“poin”

  • Saat “garis” di Projective Plane (C.C.) juga akan muncul.
  • Poin perpotongan antar 2

  

Part 6: Bermain dengan Projective Plane

Projective Plane = 1

  Projective Plane yang dimiringkan

  

Part 6: Bermain dengan Projective Plane

Projective Plane yang dimiringkan