MAKALAH FILSAFAT ILMU TEORI KEBENARAN UN

MAKALAH
FILSAFAT ILMU
TEORI KEBENARAN
Dosen Pengampu : Robbi Nurdianto, S.H.,M.H.

OLEH:
NURSEHA (4011611062)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul "Memahami Teori Kebenaran" ini. Tidak lupa shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan
inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan

terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang
selalu mendukung kelancaran tugas kami. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai Teori-teori kebenaran Filsafat. Makalah ini diharapkan untuk dibaca
oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan
pemahaman tentang teori kebenaran dalam filsafat.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,
dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Pangkal Pinang 27 April 2017

Penulis

Daftar isi
Kata Pengantar...........................................................................................i

Halaman Daftar Isi.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Permasalahan............................................................................3
D. Metode Penelitian...................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebenaran...........................................................................4
B. Teori
Kebenaran...................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.


Latar belakang Masalah

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para
rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional,
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan
harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan
yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau
simplifikasi atas fenomena tersebut.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal
menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut
menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan
struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap
kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur,
khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan
ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat
pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar

terstruktur dengan jelas.
Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya
dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa

dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern,
realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak
terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu
pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi
diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan
adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan empirisme.
Aksiologi

menyangkut

tujuan

diciptakannya


ilmu

pengetahuan,

mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis.
Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek
ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang
dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara
konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun
rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka
muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal
dan masyarakat pengenal. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna:
kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral
menjadi bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan
dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi,
logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas
objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan
dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang
ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.
B.


Rumusan Masalah

Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan
dalam makalah ini tidak lari dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalahmasalah yang akan di bahas, antara lain :
1.

Pengertian kebenaran.

2.

Teori-teori kebenaran filsafat ilmu.

C.

Tujuan Penulisan

Adapun manfaat penbuatan makalah ini adalah :
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian dan tingkatan-tingkatan
kebenaran ilmu pengetahuan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang teori-teori kebenaran ilmu
pengetahuan.
3. Mahasiswa mampu menjabarkan apa saja tingkatan-tingkatan dan sifatsifat kebenaran ilmu pengetahuan.

D.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan
gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui
literatur buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media
massa/internet. Dan diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman-teman.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Kebenaran


Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat
kemanusiaan

(human

dignity)

selalu

berusaha

"memeluk"

suatu

kebenaran.Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna
dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahaptahap metode ilmiah.
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas

yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi
ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah
perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia
dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut
ilmu

pengetahuan

diletakkan

dengan

ukuran,

pertama,

pada

dimensi


fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai
masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi
strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponenkomponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau
dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu,
sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system.
Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini,
Plato pernah berkata: "Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak
bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; "Kebenaran itu adalah

kenyataan", tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang
seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak
benaran (keburukan).
Dalam bahasan, makna "kebenaran" dibatasi pada kekhususan makna "kebenaran
keilmuan (ilmiah)". Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng,
melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan
pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari
keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri
asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral,
tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa
menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus

diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara
pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan
itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah
pengetahuan obyektif.
Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin
suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati
lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan
manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat
yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran
yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan
manusia.
Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran
logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia
menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan.
Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia
merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran

metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena
yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari
kebenaran, dan akalbudi yang menyatakannya.

B.

Teori Kebenaran

1.

Teori Kebenaran Korespondensi

Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas
objektif.Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan
kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu dianggap benar apabila yang
diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan, ide-ide)
di lapangan.
Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi Yogyakarta itu
berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau
realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau
bahkan Papua.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini.
Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat
sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertianpengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh
nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di
dalam tingkah lakunya.
2.

Teori Kebenaran Koherensi

Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria
konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang
dikemukakan beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan

tersebut. Paham koherensi tentang kebenaran biasanya dianut oleh para
pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley (1846-1924).
Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan,
pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila
memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga
sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
logika.

Sederhannya,

pernyataan

itu

dianggap

benar

jika

sesuai

(koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contohnya; Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi,
Soleh pasti akan mati.

3.

Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme

Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari
pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori
pragmatis ini pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul "How to Make Our
Ideas Clear".
Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik) berbeda dengan teori koherensi
dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita objektif,
sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara
menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya.
Pegangan pragmatis adalah logika pengamatan. Aliran ini bersedia menerima
pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting dari semua itu membawa
akibat praktis yang bermanfaat.

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan

Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan
nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.
Teori Kebenaran mempunyai Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai
dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan
Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak ada
kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat
Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat
dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.
Dari

beberapa

Teori

Tentang

Kebenaran

dapat

disimpulkan

:Teori

Korespondensi : "Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh sebuah pendapat dengan apa yang sungguh merupakan
halnya/faktanya"
Jadi berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran/keadaan benar itu dapat
dinilai dengan membandingkan antara preposisi dengan fakta atau kenyataan yang
berhubungan dengan preposisi tersebut. Bila diantara keduanya terdapat
kesesuaian (korespondence), maka preposisi tersebut dapat dikatakan memenuhi
standar kebenaran/keadaan benar.
B.

Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran

dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Muhammad. "FILSAFAT ILMU: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan". Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2010
Ahmad, Beni Saebani. "FILSAFAT ILMU: Kontemplasi Filosofis tentang Selukbeluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan". Bandung: Pustaka Setia, 2009
Kattsoff, Louis O. "Pengantar Filsafat". Yogyakarta: Tiara Wacana. 2004
Suriasumantri, Jujun S. "FILSAFAT ILMU: Sebuah Pengantar Populer". Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2007
Zaprulkhan.”FILSAFAT ILMU”. Jakarta:Raja wali Pers, 2016