78 MODEL KEBERHASILAN DAN KEBERLANGSUNGAN KINERJA TERBAIK (MK3T) SISTEM INFORMASI STUDI KASUS: SISTEM INFORMASI E-AUDIT DI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Nurochman1 , Yoanes Bandung1 , John Welly2
MODEL KEBERHASILAN DAN KEBERLANGSUNGAN KINERJA TERBAIK (MK3T) SISTEM INFORMASI STUDI KASUS: SISTEM INFORMASI E-AUDIT DI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
Nurochman 1 , Yoanes Bandung 1 , John Welly 2
1 Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung
2 Sekolah Bisnis dan Manjemen (SBM), Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung
Email: nurochman81@gmail.com
Abstrak
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) mengembangkan sistem informasi (SI) e-audit dengan strategi me-link and match-kan e-BPK dan e-auditee. SI e- audit mendorong pelaksanaan pemeriksaan laporan pertanggungjawaban keuangan negara dilakukan secara lebih efektif dan efisien. Namun, data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% program perubahan yang sifatnya second order mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut terjadi akibat besarnya resistansi dari berbagai pihak yang terdampak oleh perubahan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan Model Keberhasilan dan Keberlangsungan Kinerja Terbaik (MK3T) Sistem Informasi. Model ini diperlukan untuk menjamin bahwa SI yang dibangun BPK RI akan berjalan dan mempunyai kinerja optimal dalam jangka panjang. Model tersebut dikembangkan berdasar kombinasi antara model organization health index (OHI) dan model DICE. Penelitian dilakukan dengan metode campuran, diawali dengan penyebaran kuesioner. Responden dipilih dengan metode purposive sampling , yaitu para pemeriksa di BPK RI. 100 sampel memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan data statistik dengan metode Structural Equation Modelling (SEM) SmartPLS versi 2.0. Lima elemen yang berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan dan keberlangsungan kinerja SI e-audit, yaitu: leadership, culture & climate, capabilities, motivation, innovation & learning. Nilai t-statistik lima elemen tersebut adalah 2,38; 2,00; 2,36; 2,22; 3,10. Nilai tersebut lebih besar dari nilai t-tabel dengan tingkat signifikansi 95% (α:0,05=1,96) yang merupakan batas nilai pengaruh sebuah variabel untuk dinyatakan berpengaruh signifikan.
Kata Kunci : sistem informasi, e-audit, keberhasilan, keberlangsungan, kinerja
Abstract
The Audit Board of the Republic of Indonesia (BPK RI) developed e-audit information systems (IS) with strategy to link and match e-BPK and e-Auditee. Its encourage the process of audit of government ’s financial report carried out more effectively and efficiently. However, statistics show that more than 70% of second order changes was failed. The failure occurred due to the high resistance of the various parties affected by such changes. The purpose of this study is to develop a Success and Sustainability Top Performance Model (MK3T) of Information Systems. This model is necessary to ensure that the IS will run and have optimal performance for a long time. The model was developed based on the combination of organization health index (OHI) model and DICE models. The study was conducted with a mix-methods, starting with the distribution of questionnaires. Respondents were selected by purposive sampling method, i.e. auditors in the BPK RI. 100 samples eligible for statistical data processing performed by the method of Structural Equation Modeling (SEM) SmartPLS version 2.0. Five elements that significantly influence the success and sustainability of e-audit information system, namely: leadership, culture and climate, capabilities, motivation, innovation and learning. T-statistic scores of the five elements is 2.38; 2.00; 2.36; 2.22; 3.10. It is greater than the value of t- table with a significance level of 95% ( α: 0.05 = 1.96) which is the limit value for the effect of a variable to declared significant.
Keywords: information systems, e-audit, success, sustainability, performance
Nurochman et. al., Model Keberhasilan dan Keberlangsungan 79
1. Pendahuluan
implementasi saja [7]. Keberlangsungan IS dapat dicapai jika sistem Perkembangan
sampai
tahap
tersebut siap untuk dioperasikan dan digunakan membawa dampak yang besar terhadap kehidupan
untuk seluruh siklus organisasi [8]. Kegagalan masyarakat, bangsa, serta negara. Tidak terkecuali
suatu organisasi untuk mempertahankan perubahan perkembangan SI tersebut juga berdampak pada
melewati tahap implementasi, lebih dari 70% strategi dan metode pengelolaan keuangan negara.
disebabkan oleh faktor yang Namun demikian, masyarakat menilai kinerja
diantaranya
berhubungan dengan kesehatan organisasi, yaitu pengelolaan keuangan negara tidak semakin
resistansi dan perilaku manajemen yang tidak membaik paska reformasi, namun justru semakin
mendukung [4].
menurun [1]. Semakin menurunnya kepercayaan Banyak penelitian yang telah dilakukan masyarakat tersebut menjadi tantangan bagi BPK
sebelumnya terkait dengan keberlangsungan RI untuk mengambil peran strategis dalam
sistem informasi. Zhang menyatakan bahwa mewujudkan tata kelola dan tanggungjawab
keberlangsungan sistem informasi dipengaruhi keuangan negara yang transparan dan akuntabel.
oleh faktor internal organisasi yang meliputi Menyadari hal tersebut BPK RI mengembangkan
keberlangsungan kepemimpinan dan koordinasi sistem informasi e-audit dengan strategi me-link
diantara para karyawan [9]. Penelitian lain juga and
e-auditee. menyatakan bahwa implementasi IS dipengaruhi Implementasi sistem informasi e-audit akan
match -kan
e -BPK
dan
oleh faktor internal organisasi lainnya yaitu: mendorong pelaksanaan pemeriksaan laporan
keragaman pola koordinasi dan kerjasama, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
tanggungjawab, serta komitmen dilakukan secara lebih efektif dan efisien [2].
pembagian
anggota organisasi terhadap implementasi IS [10]; Perubahan yang dilakukan BPK RI tersebut tidak
[11]. Keterbatasan berbagai penelitian tersebut hanya berpengaruh terhadap infrastruktur dan
adalah dilakukan pada organisasi privat, sehingga sarana/prasarana. Lebih jauh dari itu, perubahan
akan berbeda jika diterapkan pada organisasi tersebut dapat digolongkan dalam perubahan yang
publik. Menyadari hal tersebut Nurdin melakukan sifatnya second order karena akan berdampak
penelitian tentang pengaruh faktor internal pada strategi, iklim, perilaku, serta budaya
organisasi terhadap keberlangsungan implementasi organisasi [3]. Namun demikian, data statistik
IS pada organisasi pemerintahan [12]. Namun menunjukkan bahwa lebih dari 70% perubahan
penelitian ini hanya fokus pada faktor internal, yang sifatnya second order mengalami kegagalan
kerjasama, distribusi [4].
yaitu:
koordinasi,
komitmen anggota Organisasi
tanggungjawab,
serta
organisasi, sehingga tidak memasukkan faktor informasi/teknologi
memanfaatkan
sistem
organisasi dan kapabilitas system /IS) dengan tujuan untuk pemrosesan data
beberapa keterbatasan manajemen
(data processing/DP ),
tersebut, peneliti mencoba memperluas penelitian system/MIS ), atau sistem informasi strategis
(management
information
keberlangsungan sistem informasi. (strategic information system/SIS) [5]. DP berarti
tentang
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemanfaatan sistem informasi bertujuan untuk
Model Keberhasilan dan Keberlangsungan Kinerja meningkatkan efisiensi operasional organisasi
Terbaik (MK3T) Sistem Informasi. Penemuan dengan otomatisasi proses pengolahan informasi,
model tersebut akan memberikan saran yang MIS memanfaatkan sistem informasi untuk
bagi BPK RI dalam upaya meningkatkan efektivitas manajemen dengan
kontekstual
mengoptimalkan kinerja pemeriksaan pengelolaan menyediakan informasi handal yang diperlukan
dan tanggung jawab keuangan negara. Penelitian untuk pengambilan keputusan, sedangkan SIS
ini akan menjawab rumusan masalah, yaitu: berarti
bagaimana mengembangkan model yang akan membangun keuntungan kompetitif [5]. Organisasi
sistem informasi
bermanfaat untuk
menjamin sistem informasi e-audit dapat berjalan akan mencapai tujuan-tujuan tersebut jika IS dapat
dan mempunyai kinerja optimal dalam jangka mendorong optimalnya kinerja organisasi baik
waktu yang panjang, sehingga pengelolaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. IS
keuangan negara yang transparan dan akuntabel yang memberikan keuntungan kompetitif jangka
akan tercapai. Penelitian ini didasarkan pada pendek saja, hanya akan memberikan manfaat
beberapa teori tentang kinerja, kinerja terbaik, sementara dan justru bernilai negatif jika
kesehatan organisasi, keberlangsungan kinerja dibandingkan dengan cepatnya respon para
sistem informasi, serta DICE framework. pesaingnya [6]. Dukungan IS untuk kinerja
Kinerja adalah sesuatu yang diberikan organisasi dalam jangka panjang dapat diwujudkan
perusahaan kepada para pemangku kepentingan jika IS dapat berjalan terus, tidak hanya berhenti
meliputi aspek keuangan dan kinerja operasional.
80 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012
Kinerja tersebut diukur dengan keuntungan bersih, manajemen kinerja sebagai upaya memanfaatkan return on investment , biaya operasi bersih, serta
kinerja (performance perputaran saham [4]. Turban juga menekankan
informasi
pengukuran
measurement ) untuk memberikan perubahan bahwa tingkat kinerja tidak saja bergantung pada
positif pada budaya, sistem, dan proses organisasi apa yang dikerjakan organisasi, namun juga
[19]. Lau menyatakan bahwa keunggulan ditentukan oleh lingkungan bisnis [13]. Wheelen
kompetitif ditunjukkan oleh adanya hasil kinerja dan Hunger mengartikan bahwa kinerja adalah
terbaik dan keunggulan sumber daya produks [20]. hasil akhir dari sebuah aktivitas termasuk keluaran
Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat dari sebuah proses manajemen strategis, dimana
ditarik kesimpulan bahwa kinerja terbaik sebuah praktek manajemen strategis digunakan untuk
organisasi merupakan kualitas tertinggi dari menyatakan kemampuan untuk meningkatkan
organisasi yang akan kinerja organisasi [14]. Sementara Armstrong
sebuah
kegiatan
menghasilkan keunggulan kompetitif terhadap mendefinisikan kinerja sebagai sebuah proses
para pesaingnya. Kualitas terbaik tersebut dapat fleksibel dan terus-menerus yang melibatkan
berupa profitabilitas, kepuasan pelanggan, ataupun manajer dan para partnernya untuk melakukan
ukuran-ukuran lain yang ditetapkan organisasi kegiatan. Pelaksanaan kegiatan tersebut dibingkai
sesuai dengan visi, misi, serta lini bisnisnya. dengan seperangkat kerangka kerja yang mengatur
Kesehatan organisasi (organization health) bagaimana mereka bekerja sama untuk mencapai
kemampuan organisasi untuk hasil yang telah ditetapkan [15]. Berdasar berbagai
merupakan
penyelarasan internal (internal definisi tentang kinerja organisasi tersebut dapat
melakukan
kualitas pelaksanaan disimpulkan bahwa setiap organisasi mempunyai
alignment ),
mencapai
program (quality of execution), serta kapasitas fleksibilitas untuk membangun definisi dan
untuk memperbarui diri (renewal capacity) secara parameter pengukuran kinerjanya. Hal ini terkait
lebih cepat daripada para kompetitornya [4]. dengan visi, misi serta lini bisnis yang dibidangi.
Internal alignment diturunkan menjadi tiga Namun secara umum dapat ditarik kesimpulan
elemen, yaitu: direction, leadership, dan culture bahwa kinerja organisasi merupakan hasil dari
and climate . Sementara itu kualitas pelaksanaan sebuah proses bisnis yang terukur (measurable).
program diturunkan menjadi empat elemen, yaitu: Pengukuran tersebut tidak hanya terkait dengan
coordination and control, aspek keuangan (financial), namun juga dapat
accountability,
capabilities, serta motivation. Sedangkan renewal dilihat dari aspek layanan (services).
dari elemen external William
capacity dibangun
Pasmore memberikan definisi orientation dan innovation and learning. Deskripsi kinerja
dari sembilan elemen tersebut adalah sebagai keberhasilan dalam menciptakan fleksibilitas,
terbaik sebuah
organisasi
sebagai
berikut: Direction, adalah tujuan/arah yang jelas capaian yang tinggi, dan budaya organisasi
untuk dicapai oleh sebuah organisasi dan akan pembelajar
memberikan arti penting bagi para anggotanya. kompetitif di dunia yang tidak pernah diam [16].
untuk mendapatkan
keunggulan
Leadership, merupakan tingkat kemampuan yang Luftman
dimiliki pemimpin untuk menginspirasi orang lain. Information Technology Resource menyebutkan
dalam bukunya
Managing
the
Culture and Climate, merupakan keyakinan yang bahwa keuntungan kompetitif akan tumbuh dari
tertanam pada setiap anggota organisasi dan kesiapan organisasi untuk meraih posisi superior
kualitas interaksi diantara unit yang ada dalam terhadap pesaing-pesaingnya (biaya lebih rendah,
organisasi. Accountability, sejauh mana individu kualitas lebih baik, produk/jasa terdepan) [17].
memahami apa yang diharapkan dari mereka, Lebih jauh ia menyampaikan bahwa Teknologi
yang cukup untuk Informasi merupakan komponen yang sangat
memiliki
kewenangan
melaksanakannya, dan mengambil tanggung jawab penting untuk mewujudkan kesuksesan suatu
untuk memberikan hasil. Coordination and organisasi dan keberhasilan dalam manajemen
control, kemampuan untuk mengevaluasi kinerja sumber daya TI merupakan prasyarat untuk
dan resiko organisasi, mengatasi permasalahan mencapai keunggulan kompetitif [17]. Sementara
yang timbul, serta mengambil kesempatan yang itu, Michael E Potter menyatakan bahwa kinerja
ada. Capabilities, tingkat keterampilan dan bakat terbaik tercapai jika organisasi dapat mencapai
institusional yang diperlukan untuk melaksanakan keuntungan kompetitif yang meliputi strategi
strategi dan menciptakan keunggulan kompetitif. untuk melanggengkan keuntungan biaya (cost
antusiasme yang mendorong leadership ),
Motivation,
seseorang untuk terlibat dalam upaya yang luar differentiation) ,
biasa demi tercapainya hasil yang diharapkan. (segmentation) [18]. Lebih jauh Jessica Keyes
External orientation, kualitas interaksi dengan menyampaikan bahwa untuk mencapai kinerja
kepentingan (stakeholders). terbaik sesuai visi dan misi organisasi, maka
para
pemilik
Innovation and learning, kualitas dan aliran ide- diperlukan manajemen kinerja. Ia mengartikan
ide baru, serta kemampuan organisasi untuk
Nurochman et. al., Model Keberhasilan dan Keberlangsungan 81
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan tepat pada waktunya. C (Commitment), kebutuhannya.
merupakan komitmen dari Eksekutif/Senior Konsep
Manajemen (C1) dan pegawai/karyawan/employee (sustainability) adalah pengawetan [12]. Hal ini
(C2). E (Effort), merupakan jumlah penambahan didasarkan
beban kerja yang diperlukan dibandingkan beban menyatakan
pada pendapat
Luftman
yang
kerja yang sekarang. Semakin sedikit penambahan kemampuan untuk mempertahankan teknologi
bahwa
sustainability adalah
beban kerja semakin memberikan resiko yang dalam jangka panjang [21]. Sejalan dengan hal
kecil dan potensi keberhasilannya lebih besar. tersebut,
Formula DICE framework adalah sebagai berikut: keberlangsungan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menjadikan sistem informasi bermanfaat
DICE Score = D+(2xI)+(2xC1)+C2+E (1) dari waktu ke waktu [7]. Untuk dinyatakan sustainable sebuah sistem informasi tidak saja
Penilaian elemen-elemen DICE dilakukan dengan cukup
ketentuan sebagai berikut: Setiap elemen DICE digunakan, namun harus dapat terus-menerus
untuk bisa
diimplementasikan dan
tersebut diberikan penilaian dengan skala 1 – 4. dimanfaatkan di masa yang akan datang [22].
Semakin kecil skor yang diperoleh berarti Sehingga untuk mencapai keberlangsungan sistem
menunjukkan semakin kecilnya resiko yang akan informasi diperlukan aktivitas evaluasi, perbaikan
semakin tinggi juga potensi sistem, peningkatan keahlian sumber daya manusia
timbul dan
keberhasilan suatu program. Kedua, hasil [23]. Sadler menyatakan bahwa sustainability
perhitungan dengan skor antara 7 dan 14 (7 < tergantung tiga karakteristik sumberdaya dan
skor ≤ 14) berarti bahwa proyek yang dilakukan kapabilitas, yaitu periode untuk mempertahankan
cenderung berhasil yang disebut dengan Win (durability), transferability, serta replicability [24].
Zone . Hasil perhitungan dengan skor lebih dari 14 Jamhour menyimpulkan bahwa kemampuan untuk
namun kurang dari atau sama dengan 17 (14 < mempertahankan sistem informasi dalam jangka
Skor ≤ 17) berarti bahwa risiko terhadap panjang ditentukan dua dimensi, yaitu flexibility
keberhasilan proyek meningkat yang disebut dan responsiveness [25]. Sejalan dengan hal
Worry Zone . Skor lebih dari 17 dan kurang dari tersebut, Arie de Geus menyatakan bahwa untuk
19 (17 < Skor ≤ 19) berarti bahwa proyek sangat mencapai sustainability dibutuhkan beberapa
berisiko. Skor lebih dari atau sama dengan 19 ( 19 persyaratan, yaitu: sensitif terhadap perubahan
< Skor) berarti bahwa proyek tidak mungkin zaman,
berhasil yang disebut Woe Zone. nilai/budaya kerja yang kuat, serta adanya
memiliki identitas/jati
diri/nilai-
Berdasarkan tinjauan teoritis tersebut di atas, lingkungan kerja yang kondusif untuk inovasi
peneliti mencoba menyusun formula hipotesis [26].
sebagai berikut:
DICE Framework merupakan alat yang H1: Tidak semua elemen kesehatan organisasi dikembangkan sejak 1992 oleh Harold L Sirkin
signifikan terhadap et.al. dan selesai pada tahun 1994. Sebelas tahun
berpengaruh
keberlangsungan sistem informasi e-audit. kemudian Boston Consulting Group (BCG)
H2: Tidak semua elemen kesehatan organisasi menggunakannya untuk untuk mengukur seberapa
berpengaruh signifikan terhadap kinerja baik sebuah perusahaan mengimplementasikan
sistem informasi e-audit. inisiatif perubahan, atau seberapa baik akan
H3: Organization health berpengaruh signifikan mampu mengimplementasikan inisiatif perubahan
terhadap kinerja sistem informasi e-audit. tersebut [27]. Secara lebih sederhana Model DICE framework dapat digunakan untuk memprediksi
2. Metode Penelitian
tingkat keberhasilan sekaligus untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam implementasi
Penelitian ini dilakukan dengan metode manajemen perubahan. DICE Framework terdiri
(mix-methods) dengan strategi dari empat elemen sebagai berikut [27]: D
campuran
Metode campuran (Duration), merupakan jangka waktu penyelesaian
embedded
concurrent .
didefinisikan sebagai sebuah pendekatan untuk program perubahan (short term project) atau
objek dengan jangka waktu antar pelaksanaan pengawasan
menyelidiki
suatu
mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk (longterm project). Pelaksanaan review yang
penelitian kualitatif dan kuantitatif [28]. Strategi berkala dan jangka waktunya tidak lama akan
embedded konkuren menerapkan satu tahap memiliki resiko yang lebih kecil atau mempunyai
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dalam tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. I
satu waktu bersamaan. Selanjutnya pencampuran (Integrity), merupakan kemampuan dari tim
(mixing) data yang diperoleh dengan kedua metode proyek (skill, knowledge, networking, serta
tersebut dilakukan dalam pembahasan penelitian. leadership ) untuk dapat menyelesaikan program
Bentuk penggabungannya dapat dilakukan dengan
82 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012
Sistem informasi ini akan digunakan oleh deskripsi secara berdampingan. Metode ini juga
melakukan komparasi
ataupun
melakukan
seluruh pemeriksa yang tersebar di seluruh menerapkan perspektif teoritis tertentu yang
Indonesia yang berjumlah 2.744 orang [29]. digunakan sebagai landasan metode primer [28].
akan menggunakan Metode dan tahapan penelitian ini dapat dilihat
Sehingga
penelitian
dengan menyebarkan pada Gambar 1 berikut:
pendekatan kuantitatif
kuesioner ke para pemeriksa yang dipilih secara purposive sampling . Kuesioner yang disusun
Studi Literatur
terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah data
Y ( Visi , Misi, Struktur, SI Identifikasi Organisasi
demografi responden dan bagian kedua adalah
TEG
e- Audit) Identifikasi komponen, elemen,
Kuisioner Awal
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan variabel
Analisa Data Awal
Respondent Mapping / affordability Kuisioner Lanjutan
yang diukur. Kuesioner mengacu pada skala Likert
R EN R
1-4, artinya jawaban responden diberi pembobotan
Grounded Theory Wawancara & PengumpulanData Lanjutan
TH ME N C U
Kuisioner Lanjutan
skor 1 sampai dengan 4 dengan uraian sebagai
Kuisioner Reliability
Relationship
Lanjutan C Analisis Data Deskriptif (PLS) – Statistik
berikut [30]: 1 (Sangat Tidak Setuju /STS), 2
MI
ED Significancy ED Model PKKT OHI + Perancangan DICE
(Tidak Setuju/TS), 3 (Setuju/S), 4 (Sangat
MB E Inisiatif, Evaluasi,
Setuju/SS).
Penyusunan Laporan
menghilangkan opsi jawaban ragu-ragu. Hal ini
bertujuan untuk menghindari jawaban yang bermakna
MODEL PENCAPAIAN DAN KELANGSUNGAN KINERJA TERBAIK (MPKKT) SISTEM INFORMASI E-AUDIT
(multitafsir) dan tidak menjelaskan kecenderungan yang lebih dominan Gambar 1. Metode penelitian
ganda
dari jawaban responden. Penyebaran kuesioner
dilakukan secara langsung dalam bentuk hardcopy Secara ringkas penelitian ini dibagi menjadi dan dengan cara online melalui social media lima tahapan sebagai berikut: Pertama, Aspire, (email, facebook). Kuesioner yang disebarkan pada tahapan ini dilakukan pendalaman teori sebanyak 190 buah, namun sampai dengan batas terkait dengan penelitian yang dilakukan dengan waktu yang ditentukan hanya 100 buah kuesioner melakukan studi literatur dari jurnal, buku, dan yang dikembalikan dan memenuhi kriteria untuk artikel yang relevan dengan penelitian. Kedua,
dianalisis.
Assess, tahap ini dilakukan dengan menyusun Sampel adalah bagian yang lebih kecil yang kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur dipilih peneliti dari jumlah dan karakteristik yang tingkat kesehatan obyek penelitian dan mengukur dimiliki oleh populasi [31]. Metode pemilihan relasi dan tingkat signifikansi masing-masing sampel yang digunakan peneliti adalah purposive elemen yang telah diidentifikasi sebelumnya.
teknik ini, peneliti Selain itu kuesioner juga digunakan untuk menentukan bahwa responden yang dipilih adalah mengukur persepsi responden terhadap peluang para auditor baik yang ditempatkan di unit kerja keberhasilan sistem informasi
sampling. Berdasarkan
e-audit dan
teknis, unit kerja penunjang/pendukung, serta para menentukan tingkat resiko yang mungkin terjadi. pejabat struktural di lingkungan BPK RI. Hal ini Ketiga, Architect, tahap ini dilakukan dengan dilakukan dengan pertimbangan bahwa merekalah pengolahan data kuesioner untuk menguji relasi yang akan menjadi subyek dari pelaksanaan sistem dan signifikansi elemen-elemen
yang ada,
informasi e-Audit. Jumlah sampel untuk model sehingga dihasilkan model struktural keberhasilan komplek dengan 100 indikator dapat dianalisis dan keberlangsungankinerja terbaik SI e-audit. hanya dengan jumlah sampel data 50 buah [32]. Selain itu juga diidentifikasi resiko yang mungkin Namun demikian Slovin menentukan bahwa timbul. Keempat, Action, tahap ini terdiri dari jumlah sampel dapat ditentukan dengan rumus kegiatan identifikasi aspirasi yang dibangun oleh
sebagai berikut [33]:
pemeriksa sebagai subyek dalam pelaksanaan
sistem informasi e-audit. Selanjutnya dilakukan perumusan inisiatif yang diperlukan untuk
menjamin bahwa sistem informasi e-audit akan
dimana,
kinerja terbaik SI e-audit. Kelima, Advance, Tahap 𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
mewujudkan dan menjaga
keberlangsungan
terakhir dari penelitian ini yaitu perumusan metode 𝑁 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
yang bertujuan untuk menjamin bahwa sistem 𝑒 = % 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑖𝑠𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑖𝑟
informasi e-audit akan terus berjalan. Tahap ini
sangat penting untuk menjamin bahwa perubahan Berdasarkan rumus tersebut dapat ditentukan yang dilakukan BPK RI tidak akan tertinggal oleh
jumlah sampel sebagai berikut: perubahan yang terjadi pada sistem informasi di
𝑛 = 2.744/(1 + 2.744𝑥0,1²) entitas.
Nurochman et. al., Model Keberhasilan dan Keberlangsungan 83
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini minimal bila memiliki nilai composite reliability ≥ 0,7 dan adalah 96 orang responden.
Cronbach alpha ≥ 0,6 [32]. Pengolahan
data
dipilih menggunakan
software SmartPLS versi 2.0. SmartPLS ini
3. Hasil dan Pembahasan
merupakan jenis Structural Equation Modelling (SEM) dengan metode alternatif Partial Least
Sebagian besar responden berjenis kelamin Square (PLS) yang merupakan SEM berbasis
perempuan yaitu sebesar 52% dan responden variance (Component Based SEM). Berbeda
didominasi oleh pemeriksa yang berusia 30-40 dengan
tahun dengan jumlah 57%. Mayoritas responden LISREL) yang mengharuskan berbagai asumsi
Covariance
Based SEM (AMOS,
mempunyai latar belakang pendidikan sarjana (data berdistribusi normal, pengukuran variabel
(S1) dengan prosentase sebesar 65%, responden continue , jumlah sampel besar) dipenuhi, SEM-
didominasi oleh pegawai dengan masa kerja PLS mengabaikan berbagai asumsi tersebut
sampai dengan 10 tahun yaitu 70%. Mayoritas karena bersifat non-parametrik [32]. Wold (1985)
responden mempunyai jabatan fungsional sebagai menyatakan bahwa PLS merupakan metode
anggota tim dengan prosentase 63% dan analisis yang powerful oleh karena tidak
mempunyai pengalaman melaksanakan tugas didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus
pemeriksaan lebih dari 10 kali yaitu mencapai berdistribusi
61% responden. Sebagian besar responden juga dengan skala kategori, ordinal, interval sampai
normal multivariate
(indikator
terbiasa menggunakan PC atau laptop dengan rasio dapat digunakan pada model yang sama) dan
prosentase sebesar 71%.
sampel tidak harus besar [32]. Selain dapat Evaluasi model pengukuran (outer model) digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga
berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana setiap dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau
blok indikator berhubungan dengan variabel tidaknya hubungan antar variabel laten. Fornell
latennya. Terdapat tiga kriteria untuk menguji dan Bookstein (1982) menyebutkan bahwa
validitas konvergen dibandingkan dengan Covariance Based SEM,
(Convergent Validity), validitas diskriminan PLS akan menghindarkan dua masalah serius
(Discriminant Validity) atau menggunakan rerata yaitu
ekstraksi varian (Average Varian Extracted), dan indeterminacy [32]. Pengolahan data dengan
inadmisable
solution dan
factor
construct reliability yang diukur menggunakan SEM-PLS kemudian akan menghasilkan model
composite reliability dan croncbach alpha . Uji
hubungan antar variabel organization health pada validitas konvergen dilakukan untuk menentukan sistem informasi e-audit. Model ini disebut
apakah semua pertanyaan (instrument) dalam dengan Model Keberhasilan dan Keberlangsungan
kuesioner penelitian yang digunakan untuk Kinerja Terbaik (MK3T) Sistem Informasi.
mengukur variabel penelitian adalah valid. Uji
Sebuah instrument penelitian akan dinyatakan mengetahui
Validitas perlu
dilakukan
untuk
valid jika nilai loading factor sama atau lebih mengukur variabel penelitian. Ranjit Kumar
sejauh mana
kuesioner
dapat
besar dari 0,5. Discriminant validity dapat (2005) menyatakan bahwa validitas merupakan
dihitung dengan membandingkan nilai akar kemampuan dari instrumen dalam kuesioner
kuadrat dari average variance extracted ( 𝐴𝑉𝐸) untuk dapat mengukur rancangan penelitian [34].
setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk Suatu pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner
dengan konstruk lainnya dalam model. Model dinyatakan valid jika mampu mengungkapkan
dinyatakan mempunyai discriminate validity yang dengan jelas suatu hal yang akan diukur oleh
cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih kuesioner tersebut. Chin (1998) menyatakan
besar daripada korelasi antara konstruk dan bahwa suatu indikator dikatakan valid jika
konstruk lainnya dalam model [32]. mempunyai loading factor ≥ 0,5 [32]. Selain itu Reabilitas konstruk diuji dengan dua kriteria,
dilakukan uji reabilitas, yaitu untuk mengetahui yaitu composite reliability dan cronbach alpha tingkat konsistensi dan kestabilan kuesioner
dari blok indikator yang mengukur konstruk. sehingga dapat menghasilkan prediksi secara
Konstruk dinyatakan reliable jika memiliki nilai akurat [34]. Dengan kata lain, uji reabilitas
composite reliability ≥ 0,7 dan Cronbach alpha ≥ bertujuan
untuk mengukur kestabilan dan 0,6 [32]. Berdasarkan perhitungan diketahui konsistensi sebuah kuesioner dalam mengukur
bahwa instrumen yang digunakan untuk penelitian konsep atau
ini sudah memenuhi kriteria untuk dinyatakan mengukur
reliable . Adapun ringkasan dari perhitungan composite reliability dan Cronbach alpha masing-
construct reliability adalah sebagai berikut: masing instrumen. Instrumen dikatakan reliabel
84 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012 T ABEL I dapat dijelaskan oleh konstruk accountability,
C ONSTRUCT R ELIABILITY
coordination/control, capabilities, motivation,
sebesar 41,33%, serta konstruk renewing capacity Direction
Elemen Reliability
oleh konstruk external Leadership
orientation dan innovation sebesar 49,4%. Culture&Climate
Sementara itu konstruk performance yang Accountability
memiliki R-Square sebesar 0,4219 berarti bahwa Coordination&Control
42,19% variansi yang terjadi pada konstruk Capabilities
performance dapat dijelaskan oleh konstruk Motivation
health, sedangkan 57,81% lainnya dijelaskan oleh External orientation
variabel lain di luar model. Inovation
Pengujian inner model yang kedua adalah Healthy
pengaruh konstruk. Performance
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai Internal alignment
1 1 koefisien parameter (path coefisien) dan nilai Quality execute
1 1 signifikansi t statistik. Koefisien parameter akan Renewing capacity
1 1 menunjukkan pegaruh konstruk positif atau negatif, sedangkan pengaruh konstruk dinyatakan
Pengujian model struktural (inner model) signifikan jika nilai t statistik lebih besar dari nilai dilakukan untuk mengetahui hubungan diantara
t tabel (t tabel signifikansi 5%=1,96) [32]. Hasil konstruk laten seperti dinyatakan dalam hipotesis
pengujian inner model dapat dilihat pada Tabel III yang telah disusun sebelumnya. Pengujian inner
berikut:
model ini dilakukan dengan dua kriteria, yaitu pengujian goodness-fit model dan uji signifikansi
T ABEL III P ENGUJIAN I NNER M ODEL hubungan konstruk. Pengujian goodness-fit model
Hubungan antar Konstruk
Path t-
dilakukan dengan melihat nilai R-Square .
Coefisien statistics
0,0788 0,5827 konstruk lainnya jika nilai R-Square lebih besar
Konstruk dinyatakan dapat dijelaskan oleh
Direction -> Aligning
0,0297 0,589 dari 0,1 atau lebih besar dari 10%. Hasil
Direction -> Sustain
0,2932 2,3833 pengujian goodness-fit model dapat dilihat pada
Leadership -> Aligning
0,1108 2,3455 Tabel II berikut:
Leadership -> Sustain
Culture&Climate -> Aligning
Culture&Climate -> Sustain
0,3777 15,0473 U JI G OODNESS - FIT M ODEL
T ABEL II Aligning -> Sustain
Accountability -> Execute
Accountability -> Sustain
Coordination&Control ->
0,0168 0,0879 Culture&climate
Leadership
Execute
Coordination&Control ->
0,0068 0,0863 Accountability
Sustain
0,3346 2,3639 Coordination&control
Capabilities -> Execute
0,1348 2,3773 Capabilities
Capabilities -> Sustain
0,3507 2,2179 Motivation
Motivation -> Execute
0,1412 2,1696 External orientation
Motivation -> Sustain
0,4027 11,8924 Inovation
Execute -> Sustain
External Orientation ->
External Orientation -> Sustain 0,1049 1,7593 Internal alignment
Innovation&Learning ->
0,4815 3,0987 Renewing capacity
Quality execute
Innovation&Learning ->
Sustain
0,3885 14,1292 Berdasarkan Tabel uji goodness-fit model
Renewing -> Sustain
tersebut diketahui bahwa variasi konstruk healthy Pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat dijelaskan oleh konstruk internal alignment,
dilakukan dengan menggunakan nilai path quality of execution , serta renewing capacity
coefisien dan t statistik dari output Smart PLS 2.0 sebesar 1 atau 100%. Sementara itu variansi
yang dibandingkan dengan nilai t tabel dengan konstruk internal alignment dapat dijelaskan oleh
tingkat signifikansi 95% atau α = 0,05 yaitu konstruk direction, leadership, culture/climate
sebesar 1,96.
sebesar 25,17%, konstruk quality of execution
Nurochman et. al., Model Keberhasilan dan Keberlangsungan 85
H1: Tidak semua elemen Organization Health
T ABEL I V
P ENGUJIAN I NNER M ODEL
keberlangsungan sistem informasi e-
Hubungan antar Konstruk
Path t- Coefisien
statistics audit
Direction -> Performance
0,0725 2,3597 Hasil pengujian hipotesis sebagaimana
Leadership -> Performance
Culture&Climate -> Performance 0,0536 1,8736 disajikan dalam Tabel III menunjukkan bahwa
0,2472 8,8213 nilai t-statistik untuk setiap elemen organization
Aligning -> Performance
Accountability -> Performance 0,0081 0,2622 health tidak semuanya bernilai di atas 1,96.
0,0044 0,0852 Terdapat empat elemen yang secara langsung
Coordination&Control ->
0,0882 2,1526 mempunyai
Capabilities -> Performance Performance
0,0924 2,0925 keberlangsungan sistem informasi e-audit, yaitu:
Motivation -> Performance
0,2636 9,0738 leadership,
Execute -> Performance
0,0686 1,5199 innovation and learning . Disamping berpengaruh
External Orientation ->
0,1224 2,8848 langsung terhadap sustainability, keempat elemen
Innovation&Learning -> Performance
0,2543 6,861 tersebut juga mempunyai pengaruh signifikan
Renewing -> Performance Performance
0,6544 7,6307 terhadap keselarasan internal, kualitas proses,
Sustain -> Performance
serta kemampuan untuk memperbarui diri. Berdasarkan hasil perhitungan path coefisien Leadership dan culture & climate berpengaruh
dan t-statistik tersebut dapat diketahui bahwa signifikan terhadap internal alignment dengan
terdapat empat elemen organization health yang nilai t-statistik masing-masing adalah 2,3833 dan
mempunyai hubungan positif dan signifikan dalam 2,0003. Capabilities dan motivation berpengaruh
menentukan kinerja sistem informasi e-audit. signifikan dalam menentukan quality of execution,
Keempat elemen tersebut adalah leadership, yaitu dengan nilai t-statistik 2,3639 dan 2,2179.
capabilities, motivation , serta innovation and Sementara innovation & learning mempunyai
learning . Keempat elemen tersebut mempunyai nilai t-statistik sebesar 3,0987 yang berarti
nilai path coefisien positif dan nilai t-statistik mempunyai
masing-masing 2.3597, 2.1526, 2.0925, serta renewing capacity . Sementara itu terdapat empat
2.8848. Sejalan dengan keempat elemen tersebut, elemen
kinerja sistem informasi e-audit dipengaruhi oleh signifikan
yang tidak
mempunyai
pengaruh
kualitas pelaksanaan keberlangsungan sistem informasi e-audit maupun
baik secara
langsung terhadap
keselarasan
internal,
program, serta kemampuan untuk memperbarui terhadap internal alignment, quality of execution,
IV tersebut juga dan renewing capacity. Keempat elemen tersebut
mengkonfirmasi bahwa lima elemen organization adalah direction, accountability, coordination and
health, yaitu direction, culture and climate, control serta external orientation. Masing-masing
accountability, coordination and control, serta elemen tersebut mempunyai nilai t-statistik lebih
external orientation tidak mempunyai pengaruh kecil dari 1,96. Sementara itu elemen culture and
langsung yang signifikan terhadap kinerja sistem climate yang dalam hubungannya
informasi e-audit. Kelima elemen tersebut keberlangsungan
dengan
e-audit mempunyai nilai path coefisien positif yang mempunyai nilai t-statistik 1,9576 berarti tidak
sistem
informasi
artinya mempunyai pengaruh positif, namun nilai mempunyai
t- statistiknya berada di bawah 1,96. Nilai t-statistik demikian elemen culture and climate ini
dari masing-masing elemen tersebut adalah signifikan
0.5428, 1.8736, 0.2622, 0.0852, serta 1.5199. Hal keselarasan internal dengan nilai t-statistik
dalam menentukan
tercapainya
ini berarti bahwa kelima elemen tersebut tidak 2,0003. Oleh sebab itu dapat dinyatakan bahwa
mempunyai hubungan yang signifikan dalam hipotesis pertama (H1) diterima.
menentukan kinerja sistem informasi e-audit. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat
H2: Tidak semua elemen Organization Health
dinyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) yang
menyebutkan tidak semua elemen organization
kinerja Sistem Informasi e-audit
health berpengaruh signifikan terhadap kinerja sistem informasi e-audit diterima.
Hasil pengujian terhadap inner model elemen organization health menunjukkan data sebagai
H3:
Organization
Health berpengaruh
berikut:
signifikan terhadap kinerja Sistem Informasi e-audit
86 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012
Tabel IV menunjukkan bahwa konstruk e-audit . Hasil rancangan MK3T sistem informasi health dalam hubungannya dengan konstruk
e-audit dapat digambarkan sebagai berikut: performance mempunyai nilai path coefficient 0,6628 dan nilai t-statistik 7,9313. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kesehatan organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja sistem informasi e-audit di BPK RI. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima.
Analisis keberhasilan sistem informasi e- audit dilakukan dengan menggunakan DICE framework . Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan
merupakan pemeriksa di lingkungan BPK RI
diperoleh data sebagai berikut: Pertama, D Gambar 2. MK3T SI e-Audit (Duration), sistem informasi e-audit direncanakan
untuk berjalan dalam jangka waktu yang panjang. Berdasarkan model yang diusulkan di atas 19% responden menyatakan tidak setuju bahwa
selajutnya dilakukan penilaian terhadap tingkat mekanisme review atas pelaksanaan sistem
kesehatan organisasi. Scott Keller menyatakan informasi ini akan dilaksanakan secara berkala
bahwa terdapat tiga tingkatan kesehatan, yaitu (semesteran/tahunan). Berdasarkan data tersebut
sakit (ailing), sehat (able), sangat sehat (elite). duration dinilai dengan skor 2. Kedua, I
Terdapat dua syarat bagi sebuah organisasi untuk (Integrity), 50% responden menyatakan tidak
mencapai level able. Pertama, organisasi tersebut yakin bahwa mereka mempunyai kompetensi yang
harus mencapai nilai di atas kuartil terbawah (to cukup untuk melaksanakan sistem informasi e-
be above the bottom quartile ) untuk seluruh 37 audit . Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
praktek. Kedua, minimal terdapat 6 hingga 10 potensi resistansi yang cukup besar, sehingga
praktek yang memperoleh nilai kuartil teratas. integrity dinilai dengan skor 3. Ketiga, C
Tabel V menunjukkan hasil penilaian atas 37 (Commitment), 91% responden meyakini bahwa
praktek yang ada:
jajaran pimpinan di BPK RI mempunyai komitmen yang besar untuk pelaksanaan sistem
T ABEL V informasi ini, sehingga untuk C1 dinilai dengan
H ASIL P ENILAIAN E LEMEN M K 3 T skor 1. Sementara itu 20% responden menyatakan
Praktek
Skor Health Elemen
3,11 Motivation besar dalam mendukung pelaksanaan sistem
bahwa komitmen staff pemeriksa tidak cukup
Meaningful Values
3,07 Innovation informasi e-audit, sehingga untuk C2 dinilai
Capturing External Ideas
3,06 Culture dengan skor 2. Keempat, E (Effort), 55%
Operationally Diciplined
3,05 Culture responden menunjukkan kekhawatiran bahwa
Creative and enterpreneurial
3,02 Capabilities sistem informasi e-audit justru akan menambah
Process-based capabilities
3,01 Culture beban dan waktu kerja mereka. Hal ini
Open & trusting
3,00 Innovation menunjukkan besarnya potensi resistansi yang
Bottom-up innovation
2,98 Innovation akan timbul. Berdasarkan hal tersebut effort dinilai
Top-down innovation
2,98 Capabilities dengan skor 4.
Outsources expertise
2,97 Capabilities Perhitungan nilai prediksi DICE dapat dihitung
Talent Development
2,92 Leadership sebagai berikut:
Consultative leadership
2,91 Leadership DICE Score = D+(2xI)+(2xC1)+C2+E
Authoritative leadership
Inspirational Leaders
2,90 Motivation
= 2+(2x3)+(2x1)+2+4
Supportive leadership
2,90 Leadership
2,89 Leadership Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa hasil
Challenging leadership
2,88 Innovation perhitungan dengan skor lebih dari 14 namun
Knowledge Sharing
2,83 Culture kurang dari atau sama dengan 17 (14 < Skor ≤ 17)
Internally competitive
2,73 Capabilities berarti bahwa risiko terhadap keberhasilan sebuah
Talent acquisition
2,71 Motivation program meningkat yang disebut Worry Zone.
Career Opportunities
2,57 Motivation Berdasarkan hasil pengolahan data statistik
Rewards and Recognition
2,45 Motivation pada tahap sebelumnya kemudian ditentukan
Financial Incentives
elemen apa saja yang mempunyai pengaruh positif Tabel V di atas menunjukkan bahwa terdapat dan
enam praktek dari empat elemen yang berada keberlangsungan kinerja terbaik sistem informasi
signifikan terhadap
keberhasilan
dan
pada kuartil teratas. Keenam praktek tersebut
Nurochman et. al., Model Keberhasilan dan Keberlangsungan 87
adalah meaning values (motivation), capturing
external idea (innovation),
Upayakan agar setiap tugas diciplined, creative and enterpreneural, open and
operationally
pemeriksaan diberikan hanya trusting (culture and climate), serta process based
kepada pemeriksa yang capabilities (capabilities). Talent Berdasarkan uraian
kompeten yang ditunjukkan
dengan lulus tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa kondisi sertifikasi pemeriksa
acquisition
yang relevan organisasi berada pada posisi sehat. Namun
dengan tugas pemeriksaan. demikian level kesehatan tersebut berada pada
Biasakan bersikap gemar tingkat minimal karena hanya 6 dari 21 praktek
membimbing dan memberikan yang mempunyai nilai yang masuk dalam kuartil
Inspirational
pengakuan/penghargaan/pujia teratas. Sehingga masih terdapat 15 praktek yang
Leaders
n atas capaian kinerja anggota perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki. tim.
Perbaiki pola karir yang ada Untuk mencapai level elit untuk setiap
sehingga memberikan elemen, maka diperlukan berbagai inisiatif keyakinan dan transparansi
standar penilaian kinerja. perbaikan. Inisiatif-inisiatif tersebut dapat dilihat
Career
Selain itu memberikan pada Tabel VI berikut:
Opportunitie
jaminan kesempatan yang sama bagi setiap pemeriksa
T ABEL V I untuk meningkatkan I NISIATIF P ERBAIKAN jabatan/perannya.
Kembangkan budaya untuk
Elemen Praktek
Inisiatif
Motivation
memberikan pengakuan
Berikan instruksi/tugas secara
terhadap capaian kinerja, walaupun bersifat informal.
Authoritative
jelas (tujuan, target, dan
Program penghargaan yang
Rewards and
pengawasan yang berjenjang
Recognition
berkala dan transparan dalam
atas tugas tersebut
pengukurannya juga
Memperbaiki
keterampilan
diperlukan untuk
menumbuhkan sikap bekerja Consultative
komunikasi, bersikap lebih
keras. leadership
terbuka
menerima
sharing/konsultasi,
serta
Kembangkan pengukuran
menumbuhkan sikap percaya
kinerja individu yang akan
terhadap anggota tim.
Financial
menjadi dasar untuk
memberikan tambahan
penghasilan yang resmi dan Leadership
menyenangkan, rileks, dan
legal.
Berikan kebebasan dan Supportive
harmonis, selalu peduli dan
dukungan yang kuat kepada
bawahan namun tetap tegas
Bottom-up
anggota tim untuk
dalam mengambil keputusan,
kreativitasnya dalam teknik
kesejahteraan anggota tim.
pemeriksaan selama
Berikan peningkatan beban
Berikan dorongan terhadap
fleksibel dan memberikan Challenging
pemberian tugas kepada setiap
atasan/ketua tim untuk
kemampuannya dan berikan
innovation
contoh untuk berinovasi
dorongan untuk tidak takut
Innovation
dalam teknik pemeriksaan
yang tetap berpegang pada
melaksanakan tugas.
prosedur yang ditetapkan.
Ciptakan suasana kompetisi
Kembangkan program
knowledge sharing secara Internally
internal yang sehat sehingga
terbuka dan berkala, serta Culture
mendorong anggota tim untuk
competitive
berkarya dengan lebih baik
Knowledge
kembangkan media yang
mudah diakses oleh semua
kemampuannya.
pemeriksa untuk berbagai
pengetahuan/pengalaman Talent
pemeriksaan. Development
pelaksanaan sistem informasi
e-audit. 4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab expertise
mencari ilmu baik di dalam
Outsources
maupun di luar BPK RI yang
akan
meningkatkan
sebelumnya tentang model keberhasilan dan
keberlangsungan kinerja terbaik sistem informasi
bidang TABK.
88 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012
e-audit pada BPK RI, maka dirumuskan
Referensi
kesimpulan sebagai berikut: Pertama, penelitian ini menghasilkan model struktural keberhasilan
[1] LSI, Lembaga Survey Indonesia., "Rilis LSI dan keberlangsungan kinerja terbaik sistem
Korupsi: Persepsi Pemberantasan Korupsi." informasi e-audit di BPK RI. Berdasarkan
http://www.lsi.or.id. [Online] Januari 8, pengolahan data kuesioner yang telah diperoleh
2012. [Cited: 03 01 Jam 20.00 WIB, 2012.] kesimpulan bahwa terdapat lima elemen yang
[2] BPK RI., Rencana Strategis BPK RI 2011- mempunyai
2015. Jakarta : s.n., 2011. keberhasilan dan keberlangsungan kinerja terbaik
and dkk., Managing sistem informasi e-audit. Kelima elemen tersebut
Organizational Change. Second. New York : adalah
leadership, culture
capabilities, motivation serta innovation and [4] Keller, Scott and Price, Collin., Beyond learning. Sementara itu juga diketahui bahwa
Performance: How Great Organizations pelaksanaan sistem informasi e-audit berada pada
Build Ultimate Competitive Advantage. New worry zone , artinya bahwa terdapat resiko
Jersey : John Wiley & Sons Ltd, 2011. pp. kegagalan yang cukup signifikan. Resiko tersebut
22-23, 5.
disebabkan oleh adanya potensi resistansi para [5] Ward, John and Peppard, Joe., Strategic pemeriksa akibat ketidakyakinan terkait dengan
Planning for Information System. 3rd. West kompetensinya
Sussex : John Wiley and Sons Ltd, 2002. p. tersebut dan adanya anggapan bahwa sistem
tersebut justru akan menambah beban kerja [6] Kettinger, William J and et., all., "Strategic mereka.
Information System Revisited: A Study in Keberhasilan
Kedua, hasil
pengujian
Model
Sustainability and Performance." March Terbaik (MK3T) Sistem Informasi menunjukkan
dan Keberlangsungan
Kinerja
1994, p. 31.
bahwa organisasi BPK RI berada pada kondisi [7] Braa, J, Monteiro, E and Sahay, S., "Network sehat namun pada level terendah. Hal ini
of Action: Sustainability Health Information diketahui karena hanya terdapat 6 praktek yang
Systems Across Developing Countries." memperoleh penilaian “elite” dari 21 praktek yang
2004, Vol. 28 (3), pp. 337-362. berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan dan
[8] Avgerou, C., "IT and Organizational Change: keberlangsungan kinerja terbaik sistem informasi
an Institutionalist Perpsketive." Information e-audit . Sementara terdapat 15 praktek lainnya
Technology and People, 2000, Vol. 13 (4), memerlukan
pp. 234-262.
(authoritative leadership, consultative leadership, [9] Zhang, L, et al., "Critical Success Factors of supportive leadership, challenging leadership ),
Enterprise Resource Planning Systems Culture and climate (internally competitive),