IMPLEMENTASI MODUL PRAKTIKUM BERBASIS ICT DENGAN SIKLUS BELAJAR EXPERENTIAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI ICT SISWA KELAS XIIA SMAN I SUKASADA oleh IB. Mardana Jurusan Penddikan Fisika Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha ABST

  ISSN 0215 - 8250

  

IMPLEMENTASI MODUL PRAKTIKUM BERBASIS ICT

DENGAN SIKLUS BELAJAR EXPERENTIAL UNTUK

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI ICT

SISWA KELAS XII SMAN I SUKASADA

A

  oleh

  IB. Mardana Jurusan Penddikan Fisika

  Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha

  

ABSTRAK

  Kaji tindak pembelajaran inovatif ini dilaksanakan berangkat dari permasalahan rendahnya hasil belajar yang diakibatkan oleh tingginya miskonsepsi, rendahnya minat dan aktivitas belajar, serta miskinnya sumber dan lingkungan belajar. Upaya pemecahan dilakukan dengan mengimplementasikan modul eksperimen berbasis ICT menggunakan siklus belajar eksperensial. Subjek penelitian adalah 38 siswa kelas XIIA SMA Negeri 1 Sukasada tahun ajaran 2007/2008. Prosedur penelitian menggunakan tahap penelitian tindakan kelas, yakni perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan check list, tes penguasaan konsep, pedoman observasi, tes hasil belajar dan literasi komputer. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus 1, rerata penurunan prosentase miskonsepsi 53,6%; rerata minat 35,5(tinggi); rerata skor aktivitas belajar 31,5 (aktif); rerata hasil belajar 67,2; dan rerata literasi computer 78,9. Selanjutnya, pada siklus 2, rerata penurunan prosentase miskonsepsi 57,3%; rerata minat 41,4 (tinggi); rerata skor aktivitas belajar 38,5 (aktif); rerata hasil belajar 78,9; dan rerata literasi computer 81,3. Respon siswa terhadap pembelajaran berkategori sangat positif. Ada peningkatan hasil yang diperoleh dari siklus 1 ke siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi modul eksperimen berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial dapat menurunkan miskonsepsi, meningkatkan minat, aktivitas, hasil belajar, literasi computer dan respon siswa. ISSN 0215 - 8250 Kata kunci : modul eksperimen berbasis ICT, siklus belajar eksperesnsial, miskonsepsi, minat, aktivitas, hasil belajar, literasi computer, respon

  

ABSTRACT

  The action research of innovative teaching based on the low of students achievement problem caused by the high of students misconception, the low of learning interest and activity, and the poor of the learning environment and resources. The effort was done by implementing of ICT-based practicum module used experiential learning circle. The subject of the study were 38 people of the students at XIIA class in SMAN Sukasada in the year 2007/2008. The procedure of the study used the classroom action research which steps, namely planning, action, observation/evaluation, and reflection. Data were collected by using check list, concept mastery test, achievement test, observation sheet, and questionnaire. Data, then, were analyzed quantitatively and qualitatively. The result of the study shown were, on cycle one, the average of percentage misconception decreasing was 53,6%; the average of the students’ interest, activity, achievement score, and computer literacy were 35,5 (high), 31,5(active), 67,2 and 78,9 respectively. Then, on cycle two, the average of percentage misconception decreasing was 57,3%; the average of the students’ interest, activity, achievement score, and computer literacy were 41,4 (high), 38,5(active), 78,29 and 81, respectively. The students’ response toward the teaching was categorized very positive. There were improvement results from cycle one to cycle two. Based on these result could be concluded that the implementation of ICT-based practicum module by using experiential learning circle could decrease the students’ misconception, enhance the students’ interest, activity, achievement, computer literacy, and response. Key words : ICT-based practicum module, experiential learning circle, misconception, interest, activity, achievement, computer literacy, response. ISSN 0215 - 8250

1. Pendahuluan

  Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pembelajaran Ilmu Fisika, seperti melakukan revisi kurikulum Fisika SMP/SMA secara berkesinambungan, menyelenggarakan program musyawarah guru bidang studi, penataran kerja guru, proyek peningkatan kualifikasi guru, dan pengadaan sarana/ prasarana laboratorium. Namun kualitas pembelajaran Fisika di SMP/SMA sampai saat ini relatif masih kurang baik. Hal ini diakibatkan oleh sebagian besar kemasan pembelajaran Fisika masih bersifat monoton, linier, tersinkronisasi dan tidak bersifat kontekstual yang menyasar pada penguasaan kompetensi tertentu, seperti yang diamanatkan kurikulum (Mardana, 2002). Pengemasan pembelajaran Fisika yang tidak sejalan dengan hakekat belajar, hakikat mengajar, dan hakekat orang belajar akan menimbulkan permasalahan pada rendahnya tingkat penguasan konsep Fisika di kalangan siswa SMA (Santyasa, 2005), sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar Fisika siswa, seperti yang terjadi pada siswa kelas XII SMAN Sukasada.

  A

  Hasil survei awal, observasi dan wawancara dengan guru/siswa terhadap persiapan mengajar, perangkat ajar dan proses pembelajaran Fisika yang dilaksanakan di kelas XII SMA Negeri 1 Sukasada, guru dan

  

A

  dosen menemukan beberapa permasalahan sebagai berikut. (1) Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika sebagian besar bersumber dari masih banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi, rendahnya minat belajar Fisika siswa, rendahnya kemampuan mengabstraksi konsep Fisika secara teoretik dan Matematik, dan miskinnya kemampuan memecahkan masalah Fisika yang bersifat open-ended kontekstual. (2) Pembelajaran Fisika di kelas XII sebagian besar masih

  A

  monoton, linier, tersinkronisasi, tidak bersifat konstekstual-konstruktivis yang menyasar pada penguasaan kompetensi tertentu, kurang mengoptimal penggunaan media belajar yang interaktif sehingga dapat menarik minat

  ISSN 0215 - 8250 (interest) belajar Fisika siswa. (3) Belum ada upaya kreatif guru untuk menyediakan akses informasi/pengetahuan Fisika yang lebih luas dan menarik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), sebagai sumber dan lingkungan belajar yang kaya (rich-learning

  

environment and resources), sehingga siswa dapat belajar secara holistik-

  integratif, konstruktif, divergen, asinkronisasi, dan interaktif dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang tersedia di Laboratorium Komputer SMA Negeri 1 Sukasada.

  Salah satu tindakan yang tampaknya cukup relevan dan prediktif dalam menjawab permasalahan di kelas XII SMA Negeri 1 Sukasada

  A

  adalah mengimplementasi modul praktikum berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial. Permasalahan penelitian yang harus dijawab dalam kaji tindak ini adalah apakah implementasi modul praktikum berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial dapat meningkatkan minat belajar, aktivitas belajar, penguasaan konsep/miskonsepsi, hasil belajar, literasi

  ICT, dan respon siswa kelas XII SMA Negeri 1 Sukasada. Tujuan

  

A

  penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan minat, aktivitas, hasil belajar, literasi komputer siswa, dan respon siswa kelas XII SMA Negeri 1

  A

  Sukasada terhadap implementasi modul praktikum berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial. Manfaat yang dihasilkan adalah terwujudnya modul praktikum, silabus, dan skenario pembelajaran berbasis ICT menggunakan siklus belajar eksperensial.

  Kaji tindak ini berlandaskan pada filosofi pembelajaran konstruktivisme yang menggariskan bahwa belajar merupakan proses rekonstruksi konsep melalui kegiatan eksperimen/praktikum. Modul praktikum berbasis ICT merupakan strategi pengorganisasian dan pengemasan meteri pembelajaran Fisika dengan pendekatan eksperimen/ praktikum berbantuan ICT. Pengorganisasian dan pengemasan materi Fisika non-observable dengan pendekatan eksperimen berbantuan ISSN 0215 - 8250 komputer akan memudahkan siswa dalam mengabstraksi konsep menuju pemahaman konsep secara bermakna. (Mardana, 2002; Linda Baggota La Velle, 2001). Pembelajaran modul praktikum berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial diharapkan dapat membantu siswa menginternalisasi konsep secara sistematis ke dalam skemata kognitif yang sudah ada dalam pikiran siswa karena pembelajaran berangkat dari (1) pemberian pengalaman belajar nyata (concret expererience) tentang fenomena fisis yang terkemas dalam ICT, (2) mengantarkan siswa melakukan observasi/refleksi terhadap eksperimen secara virtual untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam belajar Fisika melalui observasi dan refleksi (observation/reflection), (3) menuntun dan membantu siswa melakukan proses abstraksi dalam menginternalisasi konsep Fisika secara teoretis- matematik (abstracts conceptualization), dan (4) men-scaffoding siswa dalam rekonstruksi dan aplikasi konsep secara teoritik-empirik dalam merancang eksperimen yang lebih kompleks, dan atau pemecahan masalah Fisika yang bersifat open-ended contextual (active experience). Pengalaman belajar ini akan dapat mengantarkan siswa belajar menuju pemahaman konsep dengan kadar kebermanfaat (useful) dan kebermaknaan (meaningful) tinggi. (Deido Cameroon, 2004; Kemal Ahmet,1994).

2. Metode Penelitian

  Prosedur penelitian menggunakan tahapan penelitian tindakan kelas, meliputi perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi (McNiff,1992). Subjek penelitian adalah semua siswa kelas XII A SMA Negeri 1 Sukasada semester gasal tahun ajaran 2007/2008, dan objek penelitian meliputi pengalaman awal Fisika siswa, proses pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT menggunakan siklus belajar eksperensial, minat belajar siswa, aktivitas belajar siswa, miskonsepsi siswa, hasil belajar

  ISSN 0215 - 8250 Fisika siswa, literasi ICT siswa, dan respon siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan check list, tes penguasaan konsep, pedoman observasi, tes hasil belajar dan literasi komputer. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

  Materi yang dibelajarkan pada siklus 1 adalah gelombang dan bunyi. Pembelajaran konsep gelombang bunyi dilakukan melalui penerapan modul eksperimen Fisika berbasis ICT menggunakan siklus belajar eksperensial. Modul eksperimen berbasis ICT dapat diakses pada alamat Dalam pelaksanaan eksperimen laboratorium berbasis ICT, siswa kelas XIIA dibagi menjadi beberapa kelompok kerja, yang masing-masing beranggotakan 2-3 orang.

  Dari hasil tes diagnostik dan observasi/wawancara yang dilakukan pada siklus 1 ditemukan bahwa siswa kelas XIIA sudah memiliki pengetahuan awal berupa konsep awal berkaitan dengan konsep gelombang bunyi. Namun, sebagian besar masih bersifat miskonsepsi. Hampir 80% siswa mengkonsepsi bahwa tidak ada interaksi bila dua gelombang pulsa merambat dalam arah yang berlawanan dalam medium yang sama. Di pihak lain, pada pokok bahasan bunyi, sebanyak 62% siswa menyatakan bahwa frekuensi yang terdengar oleh pengamat yang bergerak relatif terhadap sumber bunyi sama dengan pengamat yang diam relatif terhadap sumber bunyi. Setelah tindakan pada siklus 1, tampak terjadi penurunan prosentase jumlah siswa yang miskonsepsi dalam konsep gelombang. Sebanyak 80% siswa sudah mengkonsepsi bahwa interaksi yang terjadi bila dua gelombang pulsa berlawanan fase merambat pada medium yang sama dengan arah berlawanan akan mengalami interferensi destruktif dari gelombang pulsa tersebut. Hasil analisis miskonsepsi sebelum dan sesudah tindakan menunjukkan bahwa pembelajaran modul eksperimen berbasis ISSN 0215 - 8250

  ICT dengan menggunakan siklus eksperensial pada topik gelombang dan bunyi telah dapat menurunkan prosentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar rata-rata 53,6%. Namun, masih ditemukan juga resitansi miskonsepsi siswa pada beberapa konsep tentang gelombang dan bunyi.

  Proses pembelajaran Fisika dengan menggunakan media komputer telah mampu membangkitkan daya tarik (interest) dan minat belajar siswa kelas XIIA SMAN 1 Sukasada. Penelusuran terhadap minat belajar siswa menunjukkan bahwa rerata skor minat belajar siswa berada pada skor 35,5 (cukup tinggi), dan rerata skor aktivitas siswa berada pada skor 31,5 (cukup aktif). Tampak siswa tidak banyak mengalami kesulitan melakukan aktivitas pencarian informasi (searching information ) pada siklus 1, namun aktivitas (perolehan informasi) acquisition information dan pengelolaan informasi (synthesis information) masih memerlukan banyak bimbingan dari guru/dosen. Rerata hasil belajar yang dicapai siswa setelah pembelajaran pokok bahasan gelombang dan bunyi sebesar 67,2 dengan ketuntasan belajar klasikal (KK) sebesar 79% dan daya serap belajar siswa (DSS) sebesar 69%. Bila ditinjau dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh pada siklus 1 belum memenuhi target indikator keberhasilan. Kegagalan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang optimal sebagian besar bersumber dari kelemahan siswa dalam (1) penguasaan konsep, (2) menterjemahkan soal gelombang-bunyi ke dalam pemodelan matematis, dan (3) penyelesaian akhir persoalan Fisika secara kualitatif dan kuantitatif. Pengalaman siswa dalam mengikuti pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT dengan menggunakan siklus belajar eksperensial secara bertahap telah mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam memanfaatkan

  ICT sebagai sumber belajar (learning resources) dan lingkungan belajar

  ISSN 0215 - 8250 (learning environment) yang kaya. Rerata nilai literasi komputer siswa pada siklus 1 sebesar 78,9 (baik) dengan simpangan baku 12,8.

  Beberapa kendala/hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 adalah (1) laboratorium komputer di SMAN 1 Sukasada relatif kurang luas; kondisi agak ”pengap” untuk menampung seluruh siswa kelas XIIA; (2) waktu belajar lebih banyak digunakan untuk memandu siswa dalam memahami dan menguasai ICT; sehingga materi pembelajaran yang tertuang dalam modul eksperimen tidak optimal, (3) masih banyak siswa yang mencoba mengoperasikan komputer di luar topik pelajaran yang akan dibahas; (4) lambatnya proses down load. Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 adalah (1) modul eksperimen yang akan dibelajarkan diupayakan sudah di download lebih awal dari globehost sebelum pelajaran dimulai; (2) memberdayakan siswa yang melek komputer sebagai co-learner; (3) memberi tugas-tugas belajar dengan waktu terbatas dan terukur, sehingga mencegah siswa untuk bermain di komputer; dan (4) menggunakan LCD untuk membantu visualisasi komputer, sehingga dapat membantu pelaksanaan kegiatan praktikum.

  Modul eksperimen yang dibelajarkan pada siklus 2 adalah (1) Teori Atom dan (2) Fisika Kuantum. Mekanisme pembelajaran yang ditempuh pada siklus 2 hampir sama dengan siklus 1, namun dalam kegiatan kelompok diupayakan untuk memberdayakan beberapa siswa yang memiliki potensi akademik relatif tinggi untuk membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar. Sebelum pembelajaran pada siklus 2, siswa sudah memiliki konsep awal berkaitan dengan topik Teori Atom dan Fisika Kuantum, namun sebagian besar masih berlabelkan miskonsepsi. Sebelum pembelajaran, 57% siswa mengkonsepsi Teori Atom Rutherford bahwa elektron pada atom hidrogen terdiri dari Proton dan Elektron yang terkonsentrasi di sekitar Inti Atom. Pada konsep Kuantum, hampir 50% siswa miskonsepsi bahwa bila logam disinar cahaya yang memiliki ISSN 0215 - 8250 frekwensi tinggi akan mengalami proses pemantulan dan pembiasan.

  Setelah pengimplementasian modul eksperimen berbasis ICT dalam pembelajaran Fisika, maka terjadi proporsi penurunan jumlah siswa yang miskonsepsi dalam konsep Fisika Kuantum dan Teori Atom, dengan prosentase yang bervariasi. Hasil analisis miskonsepsi sebelum dan sesudah pembelajaran menunjukkan terjadi penurunan proporsi jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi rerata sebesar 57,3%, lebih besar dari indikator keberhasilan tindakan (55%). Namun, meskipun pembelajaran berbasis ICT relatif telah mampu menurunkan miskonsepsi siswa, ternyata masih juga ditemukan resistansi miskonsepsi di kalangan siswa pada konsep Fisika Kuantum dan Atom.

  Penelusuran terhadap minat belajar siswa pada siklus 2 menunjukkan bahwa rerata skor minat belajar siswa berada pada skor 41,4 (katagori tinggi). Di pihak lain, hasil analisis terhadap data aktivitas siswa yang terobservasi selama pembelajaran pada siklus 2, rerata skor aktivitas siswa berada pada skor 38,5 (katagori aktif). Tampak pada siklus 2, tidak banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas

  

searching information, demikian juga aktivitas acquisition information dan

synthesis information sudah dapat dilakukan siswa secara mandiri. Hal ini

  menunjukkan bahwa siswa sudah terbiasa memberdayakan sumber belajar dan lingkungan belajar berbasis ICT. Di pihak lain, rerata hasil belajar yang dicapai siswa setelah pembelajaran pada siklu-2 sebesar 78,9. Pencapaian ketuntasan belajar klasikal (KK) sebesar 79%, dan daya serap belajar siswa (DSS) sebesar 80%. Meskipun sebagian besar siswa sudah mencapai nilai lebih besar dari 70,0, masih ditemukan siswa yang memperoleh nilai di bawah 70,0. Artinya, penerapan modul eksperimen berbasis ICT dengan menggunakan strategi siklus belajar eksperensial belum mampu menuntaskan penguasaAn konsep siswa. Hasil evaluasi terhadap tingkat literasi komputer siswa pada siklus 2 menunjukkan rerata sebesar 81,3

  ISSN 0215 - 8250 (katagori baik) dengan SD =7,8. Nilai ini sudah melampaui target keberhasilan (70,0). Penelusuran respon siswa terhadap pembelajaran modul berbasis ICT dengan menggunakan strategi siklus belajar eksperensial sangat positif, dengan rerata 40,9 Siswa merasa senang belajar dengan menggunakan simulasi komputer dan merasa sangat terbantu dalam memahami konsep-kosep Fisika secara lebih nyata karena konsep Fisika yang sulit dan abstrak dapat dipahami secara lebih mudah. Kendala utama yang dialami pada siklus 2 adalah kendala waktu dan terbatasnya kesempatan untuk memanfaatkan komputer di luar jam pelajaran.

  Hasil kaji tindak ini menunjukkan bahwa baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2, sebelum mempelajari materi pelajaran Fisika, siswa kelas

  XIIA SMAN 1 Sukasada telah memiliki gagasan atau ide-ide awal tentang konsep yang dipelajari, khususnya pada pokok bahasan Gelombang, Bunyi, Kuantum dan Atom. Hasil ini bersesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nachtigal, D. K. (1998) bahwa siswa tidak memasuki kelas dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan sain, tetapi sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan awal yang sebagian besar berlabelkan miskonsepsi. Pengetahuan awal ini sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam memperoleh pengetahuan sain (Fisika) lewat kegiatan eksperimen. Implementasi modul eksperimen berbasis ICT menggunakan strategi siklus belajar eksperensial telah mampu mereduksi miskonsepsi siswa. Pada siklus 1, rerata penurunan miskonsepsi siswa sebesar 53,6%. Angka ini lebih besar dibandingkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan modul eksperimen berbasis ICT mampu menurunkan miskonsepsi siswa. Daya tarik tampilan eksperimen berbasis ICT telah mampu menarik perhatian siswa untuk terdorong beraktivitas belajar secara individu maupun kelompok. Pengalaman belajar berbantuan komputer merupakan pengalaman unik siswa yang belum pernah diperoleh sebelumnya. Rerata

  ISSN 0215 - 8250 minat siswa pada siklus 1 terkategori cukup tinggi (rerata 35,5) dan aktivitas belajar siswa terkategori cukup aktif (rerata 31,5). Open ended

  

problem yang diangkat dalam simulasi tampaknya menjadi pemicu siswa

  terdorong untuk mengeksplorasi konsep-konsep yang tersedia pada modul eksperimen berbasis ICT. Hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa menunjukkan capaian hasil belajar dengan rerata 67,2. Angka ini masih lebih kecil dibandingkan dengan target keberhasilan tindakan. Tentu hal ini menjadi bahan refleksi untuk perbaikan proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Penyebab yang dapat dijadikan dasar belum tercapainya hasil belajar yang memadai pada siklus 1 adalah (1) kesalahan konsep karena miskonsepsi; (2) waktu belajar yang tersedia sebagian besar digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengoperasikan komputer; (3) perhatian siswa masih dominan pada unsur bermain dengan komputer, bukan pada penelusuran konsep fisis yang terdapat dalam simulasi; dan (4) rendahnya kemampuan mengabstraksi konsep dan permainan matematis dalam penyelesaian persoalan Fisika. Di pihak lain, pengalaman belajar dengan bantuan komputer, secara tidak langsung, telah meng-upgrade literasi komputer siswa kelas XIIA SMAN 1 Sukasada. Rerata literasi komputer siswa pada siklus I adalah 78,9 (kategori baik). Peningkatan literasi komputer ini diakibatkan oleh daya tarik komputer sebagai media belajar yang dapat memotivasi siswa untuk mampu memberdayakannya secara maksimal.

  Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 2 juga teridentifikasi berbagai macam variasi miskonsepsi berkaitan dengan topik Fisika Kunatom dan Atom. Namun, setelah pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT menggunakan siklus belajar eksperensial, sebagian dari miskonsepsi ini dapat direduksi. Rerata prosentase penurunan jumlah siswa yang miskonsepsi pada siklus 2 adalah 57,3 , lebih besar target indikator (55%) yang ditetapkan. Penurunan miskonsepsi berarti ISSN 0215 - 8250 terjadi peningkatan penguasaan konsep ilmiah. Peningkatan dalam penguasaan konsep Fisika secara ilmiah, kualitas minat dan aktivitas belajar yang tinggi, secara akumulatif mengkontribusi siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik pada siklus 2, yaitu dengan rerata 78,9, ketuntasan klasikal (KK) sebesar 79% dan daya serap siswa (DSS) sebesar 80%. Rerata literasi komputer siswa pada siklus 2 adalah sebesar 81.3 (katagori baik). Dari hasil penyebaran angket respon siswa pada siklus 2 terungkap bahwa respon siswa terhadap impelementasi modul ekpserimen berbasis

  ICT menggunakan siklus belajar eksperensial adalah berkategori sangat positif, dengan rerata 40,9 . Dari sudut pandang siswa, pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT dengan menggunakan siklus belajar eksperensial lebih manantang dan tidak membosankan. Respon yang positif ini menggugah motivasi belajar internal untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

  Hasil analisis kualitatif dalam bentuk grafik terhadap peningkatan hasil kaji tindak seperti ditunjukkan pada Gambar 01, di bawah ini.

HASIL KAJI TINDAK SIKLUS

  90 N

  80 IA

  70 Miskonsepsi

  IT L Minat

  60 E

  1

  2 3 4

  5 Aktivitas N

  50 E Hasil Belajar

   P

  40 Literasi Komputer K

  30 JE B

  20 O

  10

  1

  2 SIKLUS ISSN 0215 - 8250 Gambar 01. Grafik Hasil Kaji Tindak pada Siklus 1 dan Siklus 2

  Dari Gambar 01, jelas tampak ada (1) rerata penurunan prosentase miskonsepsi sebesar 3,7%, (2) peningkatan minat belajar sebesar 5,9%, peningkatan aktivitas belajar sebesar 7%, (3) peningkatan hasil belajar sebesar 11,7% dan peningkatan literasi komputer sebesar 2,1 %. Bertolak dari kecenderungan grafik ini, secara kualitatif dapat dikatakan bahwa implementasi modul eksperimen berbasis ICT menggunakan siklus belajar eksperensial dapat menurunkan miskonsepsi, meningkatkan minat, aktivitas, hasil belajar dan literasi komputer siswa kelas XIIA SMAN 1 Sukasada. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Gato (1993), Richie (2001), dan Linda Baggota La Vella (2001) bahwa pembelajaran berbasis ICT dengan menggunakan pemodelan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar dan literasi komputer siswa. Pengadopsian siklus belajar eksperensial dengan filosofi ”learning by

  

experiences” telah mampu memaksimalkan proses konstruksi dan

  rekonstruksi konsep Fisika pada diri siswa, sehingga mampu mencapai ketuntasan belajar yang lebih baik.

  Meskipun beberapa indikator keberhasilan tindakan sudah tercapai dalam penelitian tindakan ini, masih terdapat beberapa permasalahan yang harus ditindaklanjuti. (1) Masih ditemukan beberapa siswa yang mengalami miskonspsi pada konsep Gelombang, Bunyi, Kuantum dan Fisika Atom. Tentu hal ini menjadi pemikiran untuk mengupayakan alternatif model pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk meng-counter miskonsepsi ini secara tuntas. (2) Pembelajaran modul eksperimen berbasis ICT memerlukan jaringan komunikasi online dengan biaya yang relatif masih tinggi, khususnya bagi siswa yang melakukan akses di luar jam pelajaran. Tentu hal ini menjadi bahan pemikiran bagi sekolah untuk dapat ISSN 0215 - 8250 menyediakan jasa pembelajaran berbasis ICT yang murah dan dapat diakses dimana-mana.

4. Penutup

  Dari hasil yang diperoleh pada siklus 1 dan siklus 2, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Implementasi modul praktikum berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial dalam pembelajaran Fisika dapat menurunkan miskonsepsi siswa siswa di kelas XII SMA Negeri 1

  A

  Sukasada. (2) Implementasi modul praktikum berbasis ICT dengan siklus belajar eksperensial dalam pembelajaran Fisika dapat meningkatkan minat, aktivitas, hasil belajar Fisika, literasi komputer, dan respon siswa di kelas XII A SMA Negeri 1 Sukasada.

  Dari temuan yang diperoleh dalam pelaksanaan kaji tindak ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Karena ditemukanmiskonsepsi yang bersifat resistan dalam pembelajaran konsep Gelombang, Bunyi, Kuantum dan Atom pada siswa kelas XIIA SMAN 1 Sukasada, maka disarankan kepada guru/dosen untuk merancang modul eksperimen berbasis ICT yang lebih konstruktivis dan refutasional sehingga mampu meng-counter miskonsepsi secara maksimal. (2) Perlu diupayakan untuk menyediakan sistem online (internet) yang low-costing dengan mensinergikan jaringan yang telah disediakan oleh Depdiknas dalam program Inherent.

DAFTAR PUSTAKA

  Blunsdon, B., Reed, K., McNiel, N., & others. 2003. Experiential Learning in Social Science Theory: An Investigation of the Relationship between Student Enjoyment and Learning. Higher Education Research and Development, 22(1), 43-56.

  Deido Cameroon. 2004. Enhancing Learning and Teaching Using ICTs.

  Neleawa Comfort Zee Multimedia. ISSN 0215 - 8250 Evgueni Khvilon. 2002. Information and Communication Technologies in

Teacher Education. Division of Higher Education. Unesco.

Gato. 1993. The Use of Interactive Computer Simulations in Training.

  Australian Journal of Educational Technology, 9(2), 144-156. Kemal Ahmet. 1994. An Experiential Approach to Science Teaching for

  Students of Construction. Park Square Luton. University of Luton Kikas. 2001. Learning in Internet: A challenge for School Education.

  Tersedia pada Diakses pada 15 Oktober 2005. Linda Baggota La Velle, Angela McFarlane and Richard Brawn. 2001.

  Knowledge transformation through ICT in science education: A case study in teacher driven curriculum development. Tersedia pada

  hhtp://www.ex.ac.uk, Diakses pada 20 Noverner 2005. Mardana. 2002. Pengembangan Model Simulasi Komputer Berwawasan

  Konstruktivisme Sebagai Inovasi Teknologi Pembelajaran Pengubah Miskonsepsi Di SMU. Laporan penelitian. Lemlit IKIP Negeri Singaraja.

  McNiff, J. 1992. Action Reasearch: Principles and Practice. London: Routledge, Co. Nachtigal, D. K. 1998. Preconception and misconception. Makalah.

  Diseminarkan dalam seminar Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Singaraja, tanggal 27 Februari 1998. Richie. 1997. Using Computer Based Labs and Simulations in High School

  Science. Australian Journal of Educational Technology, 9(2) 144- 156

  Santyasa. 1999. Penerapan Modul Berorientasi Konstruktivisme Dalam Perkuliahan Fisika Dasar I Sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi dan Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa. Laporan Penelitian.

  P3M STKIP Singaraja.