Potensi Perikanan di Samudera Hindia

Potensi Perikanan di
Samudera Hindia

THE MOST IMPORTANT COMMERCIAL SPECIES
Albacore  -  A high-fat variety, rich in omega-3 fatty acids, the
albacore has the lightest flesh, white with a hint of pink, and is the
only tuna that can be called white. Its mild flavor and prized white
flesh make it the most expensive canned tuna.
Yellowfin -  Also called ahi, the yellowfin tuna is usually larger than
albacore, reaching up to 300 pounds. Their flesh is pale pink and
must be called "light", with a flavor slightly stronger than albacore.
Bluefin -  Among the largest tunas are the bluefin, which can weigh
over 1,000 pounds. Young bluefins have a lighter flesh and are milder
in flavor. As they grow into adulthood, their flesh turns dark red and
their flavor becomes more pronounced. Bluefin tuna is used in sushi
and sashimi and is not canned.
Skipjack - Similar in flesh to the yellowfin, skipjack can weigh up to
40 pounds but typically range from 6 to 8 pounds. The fish get their
name because of their lively movement in the water, where they
seem to skip along the surface. Also known as arctic bonito, oceanic
bonito, watermelon and, in Hawaii, aku, Skipjack is the most

commonly canned fish on the market today.
Bigeye - Known in Hawaii as ahi, bigeye tuna are similar in general
appearance to yellowfin tuna and are the deepest ranging of all tuna

PRODUKSI TUNA PER KAWASAN
 Pacific Ocean
%
 India Ocean
%
 Atlantic Ocean
12,5 %

: 2,3 Jt ton
: 0,8 Jt ton

atau
atau

: 0,4 Jt ton


66
20,7

atau

EKSPOR TUNA INDONESIA 2005 - 2008

PERIKANAN TUNA INDONESIA
 Kapal Tuna Long Line di Samudera Hindia dalam 10 th
terakhir tumbuh sangat besar, kapal tuna nelayan kecil
kurang dari 10 GT sampai diatas 25 GT, menggunakan alat
tangkap : troll line, purse seine dan drift gill-net.
 Penangkapan tuna di Samudera Hindia terletak di Pantai
Barat Sumatera, Perairan Barat dan Selatan Jawa, Bali
sampai NTT.
 Skipjack Tuna dan tuna kecil merupakan hasil tangkap utama
nelayan kecil.
 Ekspor utama dari samudera Hindia adalah yellowfin tuna,
bigeye, southern bluefin tuna dengan tujuan Jepang,
Singapura, UK dan USA ( Fresh Tuna ). Ekspor frozen tuna

( loin, fillet, steak) ke USA, Japan, Singapura dan Belanda.
 Tuna mencakup tuna besar (Thunnus spp. – yellowfin, bigeye,
SBT, and albacore), and the tuna-like species (marlins,
sailfish, swordfish). Skipjack tuna are usually reported as a
separate group “cakalang”. “Tongkol” generally includes

PERIKANAN TUNA INDONESIA

Produksi tuna Indonesia dan sejenisnya cukup besar yaitu
mencapai 892.602 ton pada tahun 2007. Selama kurun
waktu 6 tahun (2002 – 2007) mengalami kecenderungan
meningkat
secara
significant
yaitu
sekitar
44%.
Peningkatan produksi tertinggi di capai oleh eastern tuna /
tongkol sekitar 50 %, kemudian cakalang sekitar 49%, dan
tuna sekitar 29 %.


Produksi tuna Indonesia dan sejenisnya

Peta daerah Pendaratan Tuna
di Samudera Hindia

Tuna being
unloaded at the
Port of Benoa.

Tuna being graded in
processing room at
the Port of Benoa

Fresh tuna exports by destination and year

[data from provincial fisheries office (Bali) via National Research Institute of Far Seas
Fisheries, Japan].

“Countries” refers to data in January 2000 in which no destination information

was recorded.

Frozen tuna exports by destination and year

[data from provincial fisheries office (Bali) via National Research Institute of Far Seas
isheries, Japan].

“Countries” refers to data in January 2000 in which no destination information
was recorded.

Proporsi Impor Tuna di Jepang berdasarkan
bentuk.

umber : Peluang dan Investasi
Analisa gappindo

Impor Tuna Segar Jepang tahun 2004 – 2008
( ribu ton).

Impor tuna beku Jepang tahun 2004 – 2008 ( ribu

ton)

umber : Peluang dan Investasi
Analisa gappindo

Impor tuna fillet, loin dan daging beku (ton)

umber : Peluang dan Investasi
Analisa gappindo

Total Catches per year and species group
Year
2008

YFT(t)

BET(t)

SKJ(t)


322,272 110,288 405,198

ALB(t)

SBF(t)

SWO(t)

BUM(t)

BLM(t)

MLS(t)

SFA(t)

SSP(t)

BILL(t)


LOT(t)

FRI(t)

BLT(t)

33,056

6,104

23,235

8,366

5,779

1,487

18,425


172

7,547

103,081

20,920

3,787

244,375 2,427,366 536,866

39,039

Grand
9,083,1483,344,3399,520,9101,151,3811,379,699 599,654 293,937 100,230 177,390 235,688
Total

6,803


Year

FRZ(t)

KAW(t)

COM(t)

GUT(t)

STS(t)

WAH(t)

KGX(t)

TUN(t)

TUX(t)


SKH(t)

NTAD(t)

2008

12,604

125,377 108,379

39,019

12

527

12,055

10,661

13,646

55,918

27,482

Grand
Total

199,737 2,492,4713,187,369 964,011

7,274

10,291

456,501 210,389 467,625 1,536,646 458,570

The IOTC Areas are represented in the map

ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM
PENGELOLAAN
PERIKANAN TUNA

 Pembentukan lembaga internasional didasarkan atas :
• United Nation Convention Law of The Sea ( UNCLOS ) 82,
• FAO Compliance agreement ( 1993 ),
• United Nation Implementation Agreement ( UNIA ) 95,
• United Nation Fish Stock Agreement ( UNFSA ) 95.
 Khusus untuk Hightly Migatory Species telah di bentuk 5
lembaga pengelolaan perikanan regional atau Regional
Fisheries Management Organitation (RFMO).
 Secara geografis Indonesia terkait langsung dengan 3
RFMO :
• Indian Ocean Tuna Commission (IOTC)
• Western Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC)
• Commission for The Conservation of Southern Bluefin
Tuna (CCSBT)
2 RFMO lain ( Indonesia tidak terkait ), yaitu :
• Inter-American Tropical Tuna Commission (IATTC)

ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN
TUNA

 Lembaga
ini
bertujuan
menjamin
konservasi
dan
pemanfaatan secara optimum.
Saat ini CCSBT beranggotaa Australia, Jepang, Selandia Baru,
Republik Korea Selatan, Entity of Taiwan, Filipina, Afrika
Selatan dan Uni Eropa.
Indonesia telah meratifikasi kenvensi tentang konservasi
Tuna Sirip Biru Selatan melalui Perpres No. 109 tahun 2007
dan saat ini telah menjadi anggota penuh.
 Western and Central Pacific Fisheries Commission ( WCPFC ),
organisasi di Central Pacific karena Indonesia jg menangkap
didaerah itu maka ada relevansi Indonesia berpartisipasi
dalam WCPFC.

Issue beberapa tahun terakhir atas produkproduk perikanan :
Isu lingkungan, sistim pengelolaan, kualitas dan
IUU.
 Organisasi Regional telah melakukan pelbagai
measurenment & kebijakan yang jika tidak diikuti
akan membawa implikasi dalam perdagangan.
 Embargo dan kebijakan WTO
 Indonesia harus melihat kawasan Samudera
Hindia sebagai kawasan penuh tantangan selain
mengadaptasi dan mengikuti pelbagai ketentuan
RFMO
indonesia harus bekerja sama untuk
menetapkan sistem pengelolaan dan melakukan
langkah0langkah yang memberikan iklim investasi
yang positif agar Indonesia menjadi sentral
SELESAI
produksi Tuna dan sentral
ekspor Tuna dari India