MEMBANGUN KARAKTER AUD
MEMBANGUN
KARAKTER ANAK USIA
DINI
Persembahan dari
http://www.info-dokumenpaud.com
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
I. PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
3
A.
PEMBENTUKAN KARAKTER DIPENGARUHI FAKTOR BAWAAN DAN LINGKUNGAN
B. ORANGTUA YANG BERKARAKTER MENUMBUHKAN ANAK YANG BERKARAKTER
5
C. PEMBENTUKAN KARAKTER DIMULAI SEJAK DINI
6
D. PEMBENTUKAN KARAKTER BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
7
E.
7
MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT
II. MEMBENTUK KARAKTER SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK
A.
USIA 0 – 18 BULAN
B. USIA 18 BULAN – 3 TAHUN
C. USIA 3 TAHUN – 6 TAHUN
III. APA YANG HARUS DILAKUKAN IBU-AYAH?
A.
MENEGAKKAN DISIPLIN SECARA AJEK
9
9
9
10
11
11
B. TERLIBAT PENUH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK
11
C. MENJADI CONTOH YANG BAIK ATAU TELADAN BAGI ANAK
12
D. MENUMBUHKAN NILAI-NILAI KEUTAMAAN PADA ANAK
12
PENUTUP
1
3
14
Membangun Karakter Anak Usia Dini
KATA PENGANTAR
Menumbuhkan rasa aman dan nyaman adalah dasar yang utama dalam
membentuk karakter anak, yang kemudian dapat menumbuhkan rasa
”berarti”, ”berharga” atau ”bernilai” pada anak.
K
arakter
bangsa
merupakan
aspek
penting
yang
menentukan
kemajuan
suatu bangsa. Karakter bangsa sangat bergantung
pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). Oleh karena itu,
karakter yang berkualitas perlu dibina sejak usia dini agar anak
terbiasa berperilaku positif. Kegagalan
penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang
bermasalah di masa dewasanya kelak.
KARAKTER adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar
yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan seseorang daripada
yang lain. Sering orang menyebutnya dengan ”tabiat” atau ”perangai”. Apa
pun sebutannya, karakter adalah sifat batin manusia yang memengaruhi
segenap pikiran, perasaan, dan perbuatannya.
Karakter ibarat pisau bermata dua. Karakter memiliki kemungkinan
akan membuahkan dua sifat yang berbeda atau saling bertolak belakang.
Contoh, anak yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini akan menumbuhkan
sifat berani sebagai buah keyakinan yang dimilikinya atau justru sebaliknya
memunculkan sifat sembrono, kurang perhitungan karena terlalu yakin akan
kemampuannya.
Begitu besar pengaruh karakter dalam kehidupan seseorang. Maka
itulah pembentukan karakter harus dilakukan sejak usia dini.
Membangun Karakter Anak Usia Dini
I. PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Taburlah satu pikiran positif, maka akan menuai tindakan. Taburlah
satu tindakan, maka akan menuai kebiasaan. Taburlah satu
kebiasaan, maka akan menuai karakter. Taburlah satu karakter,
maka akan menuai nasib.
(anonim)
M
menyatu
embangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat
di
atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu
atau aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja
dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran
melekat dan
dengan
bendanya.
Demikian
juga
dengan
karakter
yang
merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan,
yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.
Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau memahat
jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik, menarik, dan berbeda
antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-beda.
Ada orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada juga yang
berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
budaya setempat (tidak/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).
Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, setiap anak memiliki potensi
untuk berperilaku positif atau negatif. Jika ibu- ayah membentuk karakter
positif sejak anak usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku positif
tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Nah, bagaimana cara
membangun karakter anak, berikut ini diuraikan beberapa hal yang perlu
diketahui ibu-ayah.
A. PEMBENTUKAN KARAKTER DIPENGARUHI FAKTOR BAWAAN DAN
LINGKUNGAN
Ada dua faktor yang memengaruhi pembantukan karakter, yaitu
bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang
dimilikinya, seperti
pengetahuan,
pengalaman,
prinsip-prinsip
moral
yang
diterima,
bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orangtua-anak.
Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif pula
pada anak. Salah satu contoh kisah nyata, seorang anak laki-laki
dibesarkan
dalam
lingkungan
binatang.
Si
anak
berjalan
dengan
merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang
karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha
mendidiknya kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya. Hasilnya,
si anak tetap memiliki pribadi seperti binatang karena sebagian besar
hidupnya dilalui bersama binatang sejak usia dini. Tampak di sini betapa
besar pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter. Dari contoh
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga lingkungan (terutama, dalam
keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.
Karakter
dengan
berhubungan
perilaku
berkaitan
dengan
berlaku,
seperti
positif
yang
moral
yang
kejujuran,
percaya diri, bertanggung jawab,
penolong,
dapat
menghargai,
menyayangi,
Pada
dipercaya,
menghormati,
dan
dasarnya,
sebagai-nya.
setiap
anak
memiliki semua
perilaku positif tersebut, seba-gaimana telah ditanamkan oleh Sang
Pencipta di dalam kodratnya. Masalahnya, kemampuan dasar yang
terdapat di dalam diri anak itu tidak bisa berkembang dengan sendirinya,
melainkan
harus
dikembangkan
dengan
sungguh-sungguh
melalui
pengasuhan dan bimbingan yang positif dari ibu-ayah. Jika setiap anak
dan keluarga memiliki karakter positif, maka akan tercipta masyarakat
dengan moral yang baik, sehingga akan tercipta pula bangsa yang dapat
hidup rukun sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
B. ORANGTUA YANG BERKARAKTER MENUMBUHKAN ANAK YANG
BERKARAKTER
Seseorang tidak dapat membantu orang lain jika ia tidak dapat
membantu dirinya sendiri. Begitu juga dengan orangtua yang ingin
menumbuhkan karakter positif dalam diri anak. Jika ibu-ayah ingin
anaknya memiliki karakter positif, maka ibu-ayah harus memiliki karakter
positif pula. Ini berarti, ibu-ayah dituntut menerapkan nilai-nilai moral
dalam kehidupan sehari- harinya, serta memperlakukan anak sesuai
dengan nilai-nilai moral tersebut. Jadi, tidak hanya sekadar memberi tahu
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan anak. Lagi
pula, pada dasarnya anak memang lebih mudah belajar sesuatu melalui
pengamatan terhadap perilaku orang lain atau lingkungan sekitarya,
bukan sekadar mendengarkan kata-kata saja.
Salah satu contohnya, jika ibuayah ingin mengembangkan sifat peduli
pada
anak,
menerapkan
maka
kepada
ibu-ayah
juga
peduli,
baik
anak
perilaku
maupun
lingkungan
sekitarnya. Sikap peduli tersebut dapat
dilakukan
dengan
cara
memberikan
perhatian kepada anak, mendengarkan
keluh- kesah anak, membantu orang
lain yang sedang mengalami masalah,
dan sebagainya. Ketika ibu-ayah peduli
dengan
anak,
anak
akan
merasa
nyaman. Anak pun belajar, bersikap
peduli adalah perilaku yang tepat
karena menimbulkan rasa nyaman dan bermanfaat bagi setiap orang,
sehingga anak kemudian akan menerapkan sikap peduli dalam kehidupan
sehari-harinya. Itulah mengapa, agar anak memiliki karakter positif, ibuayah dituntut memiliki perilaku positif pula sehinga dapat menjadi
teladan bagi anak.
C. PEMBENTUKAN KARAKTER DIMULAI SEJAK DINI
Masa usia dini adalah masa keemasan, artinya masa tersebut
merupakan masa terbaik dalam proses belajar yang hanya sekali dan
tidak pernah akan terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan akan menjadi penentu
bagi sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa. Peran ibu-ayah
sebagai
pendidik
pertama
dan
utama
sangat
penting
untuk
memaksimalkan dan memanfaatkan masa ini, tidak dapat digantikan oleh
siapa pun. Bila masa ini gagal dimanfaatkan secara baik, sama artinya
menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut. Pembentukan
karakter juga akan sulit dilakukan, jika ibu-ayah baru melaksanakannya
ketika anak sudah memasuki usia remaja. Ibarat sebatang pohon bambu
yang semakin tua semakin sulit dibengkokkan, begitu pula dengan
membentuk karakter, akan lebih mudah membentuk karakter seseorang
ketika masih di usia dini dan akan semakin sulit membentuk karakter
seseorang jika sudah semakin dewasa.
Peran ibu-ayah menjadi sangat penting dalam pembentukan
karakter anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang.
Pada awalnya anak akan meniru perilaku ibu-ayah, karena ibu-ayah
adalah orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. Setelah itu,
lingkungan rumah juga berpengaruh dalam pembentukan karakter anak.
Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku
sehari- hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan
orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya. Ibarat pepatah, buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kesuksesan ibu-ayah membimbing anaknya di usia dini sangat
menentukan
kesuksesan
anak
dalam
kehidupan
sosial
di
masa
dewasanya kelak. Mereka akan tampil sebagai orang-orang yang senang
belajar, terampil menyelesaikan masalah, berkomunikasi, dengan baik
dan berhasil guna, berani, jujur, dapat dipercaya dan diandalkan, penuh
perhatian, toleransi, luwes, serta bisa bersaing dalam kehidupan sosial di
masa dewasanya kelak. Mengingat pentingnya penanaman karakter di
usia dini dan mengingat usia tersebut merupakan masa persiapan untuk
sekolah, maka pembentukan karakter positif di usia dini dalam keluarga
menjadi sangat penting.
D. PEMBENTUKAN KARAKTER BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
Proses pembentukan karakter diawali dengan kondisi pribadi ibuayah
sebagai
figur
yang
berpengaruh
untuk
menjadi
panutan,
keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-anak. Anak lebih mudah
meniru perilaku daripada menuruti nasihat yang diberikan ibu-ayahnya.
Mereka belajar melalui mengamati apa yang ada dan terjadi di sekitarnya,
bukan lewat nasihat semata-mata. Nilai yang diajarkan melalui kata- kata,
hanya sedikit yang akan mereka lakukan, sedangkan nilai yang diajarkan
melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Sikap dan perilaku ibuayah sehari-hari merupakan pendidikan watak yang terjadi secara
berkelanjutan, terus-menerus dalam perjalanan umur anak.
Proses selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan contoh
perilaku kepada anak tentang baik dan buruk, benar atau salah, mana
yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Anak juga perlu diajarkan untuk
dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik, sehingga ia bisa mengerti
tindakan apa yang harus diambil, serta mampu mengutamakan hal-hal
positif untuk dirinya. Untuk itu diperlukan suasana pendidikan yang
menganut prinsip 3A, yaikni asih (kasih), asah (memahirkan), dan asuh
(bimbingan). Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik kalau
mendapatkan
perlakuan
kasih
sayang,
pengasuhan
yang
penuh
pengertian, serta dalam situasi yang dirasakan nyaman dan damai.
E. MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT
Anak akan mengembangkan pergaulan sosialnya secara sehat, jika
dalam diri mereka ada perasaan berharga, berkemampuan, dan pantas
untuk
dicintai.
Setiap
anak
membutuhkan
perhatian,
sapaan,
penghargaan positif, dan cinta tanpa syarat sehingga anak dapat
mengembangkan seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya dengan
baik. Berdasarkan pengalaman ini anak juga akan memperlakukan orang
lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara positif
sesuai dengan nilai-nilai moral yang diperoleh. Anak pun akan
memahami,
teman-temannya
juga
pantas
dihargai,
dicintai,
dan
diperhatikan seperti dirinya.
Menunjukkan cinta tanpa syarat tidak berarti ibu-ayah tak boleh
menegur perbuatan negatif anak. Ibu-ayah tetap harus menegur dan
memberikan sanksi atas pelanggaran atau perbuatan negatif tersebut.
Perlu pemahaman ibu- ayah untuk membedakan antara ”perbuatan yang
dilakukan” dengan “pribadi” anak itu sendiri. Bukan “pribadi” anak itu
yang
membuat
Tunjukkan
ibu-ayah
kesalahan
marah,
sikap
atau
tetapi
salah
satu
perbuatannya
perbuatannya.
sekaligus
tetap
menghargainya sebagai anak. Cinta tanpa syarat berpusat pada “pribadi”
anak, sedangkan pendisiplinan berfokus pada perilaku atau sikap tertentu
anak.
II. MEMBENTUK KARAKTER
SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK
D
alam membentuk karakter anak, bunda juga ayah perlu memahami tahapan
perkembangan anak.
A. USIA 0 – 18 BULAN
Tahun pertama kehidupan anak menjadi penting dalam membangun
karakter anak. Caranya dengan membangun kualitas hubungan antara
ibu-ayah dan anak. Kepekaan ibu-ayah terhadap kebutuhan anak menjadi
akar dari pembentukan karakter anak. Jika ibu-ayah peka atau tanggap
terhadap kebutuhan anak, maka anak akan merasa nyaman dan tumbuh
rasa percaya di dalam dirinya. Contoh, ketika anak menangis, ibu/ayah
segera
datang
dan
menenangkannya;
ketika
lapar,
ibu
segera
menyusuinya. Dari sini anak belajar, peka/tanggap terhadap kebutuhan
orang lain adalah hal yang baik untuk dilakukan karena menimbulkan rasa
nyaman dan percaya. Sebaliknya, jika ibu-ayah tidak peka/tanggap
terhadap kebutuhan anaknya di tahun pertama kehidupan, anak akan
merasa tidak nyaman, sehingga tidak tumbuh rasa peka dan percaya
terhadap orang lain di dalam dirinya.
B. USIA 18 BULAN – 3 TAHUN
Anak belum dapat memahami apa yang
benar dan salah. Anak belum memahami jika
memukul orang lain itu salah, misalnya. Anak
mengetahui
perbuatan
apa
yang
boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan karena ibuayah memberitahu-kannya atau karena ibuayah memberinya konsekuensi1. Pada tahap ini
anak belajar, mematuhi ibu-ayah adalah suatu
norma.
C. USIA 3 TAHUN – 6 TAHUN
Anak mulai menjiwai nilai-nilai yang diterapkan oleh ibu-ayah di
dalam keluarga. Anak juga mulai memahami, setiap perbuatannya dapat
memiliki akibat tertentu sesuai dengan yang diajarkan oleh ibu-ayah.
Misalnya, jika memukul adik, maka adik akan menangis; tangan itu
digunakan bukan untuk memukul tetapi untuk melakukan hal yang baik
seperti membelai, mengusap, dan mendekap.
1 akibat tidak menyenangkan yang harus diterima atas pelanggaran atau perbuatan
salah/negatif yang dilakukan
III. APA YANG HARUS DILAKUKAN IBU-AYAH?
Dalam upaya membentuk watak atau tabiat anak, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan ibu-ayah.
A. MENEGAKKAN DISIPLIN SECARA AJEK
Anak harus diperkenalkan dengan batasan-batasan. Anak harus tahu
mana batas-batasnya, apa yang menjadi tanggung jawabnya, dan apa
yang bukan merupakan tanggung jawabnya.
Ajak anak untuk membuat batasan-batasan tersebut, tidak hanya
dibuat oleh ibu-ayah saja. Pengenalan batasan merupakan dasar
penegakan
disiplin,
sehingga
anak
mengetahui
perilaku
yang
seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Ibu-ayah harus memiliki dan menampilkan sikap dan perlakuan yang
ajek. Bila satu saat melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu,
di saat lain ketika suatu perilaku terulang kembali, harus tetap pada
sikap yang sama (tidak berubah).
Hindari sikap keras karena hanya akan melahirkan disiplin semu.
Maksudnya, anak patuh karena takut akan mendapat hukuman dari
ibu-ayah apabila ia melanggar disiplin.
Jangan
pula
bersikap
terlalu
lemah
karena
disiplin
akan
sulit
ditegakkan atau akhirnya akan menghasilkan sikap acuh tak acuh
(masa bodoh), cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung
jawab, dan tidak menumbuhkan norma-norma tertentu pada anak
sebagai suatu pembentukan karakter.
B. TERLIBAT PENUH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK
Ibu-ayah yang memiliki keinginan diri dan terlibat sepenuhnya dalam
menumbuhkan karakter anak akan lebih berhasil dalam membentuk
karakter
anak.
Begitu
pun
jika
ibu-ayah
dalam
kesehariannya
mempraktikkan apa-apa yang akan ditanamkannya kepada anak. Contoh,
ibu-ayah ingin menanamkan berperilaku jujur, bertutur kata sopan, serta
bertanggung jawab. Namun bila dalam keseharian ternyata ibu-ayah
justru menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka apa yang akan terjadi
dengan
perkembangan jiwa anak? Anak akan mengalami suatu kebingungan,
mungkin juga konflik, karena ketidakajekan ibu-ayahnya dalam berkata
dan berperilaku. Inilah yang menjadikan alasan bagi anak untuk tidak
melakukan apa yang diinginkan ibu-ayahnya.
C. MENJADI CONTOH YANG BAIK ATAU TELADAN BAGI ANAK
Ingat, anak cenderung meniru perilaku ibu-ayahnya dibandingkan hanya
mendengarkan kata-katanya. Itulah mengapa, ibu-ayah harus juga
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keutamaan dalam kehidupan seharihari. Nah, agar bisa menjadi contoh positif atau teladan bagi anak, ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian ibu-ayah, di antaranya:
Menyadari bahwa nilai-nilai merupakan dasar segala tingkah laku dan
menjadikan diri sebagai teladan utama bagi anak-anak.
Menentukan nilai-nilai yang paling sesuai serta menunjukkan nilai-nilai
mana yang harus diutamakan melalui kegiatan dan pengalaman
sehari-hari.
Menunjukkanpribadi yang ramah, positif, dan terintegrasi2.
Menghadapi anak dengan penuh penghargaan, cinta, dan pengertian.
Meyakini akan nilai-nilai yang paling sesuai untuk dimiliki.
Menciptakan pengalaman yang bernilai dan bermakna bersama anak,
kemudian menanyakannya kepada anak tentang bagaimana sebaiknya
harus mengambil pilihan atau keputusan.
D. MENUMBUHKAN NILAI-NILAI KEUTAMAAN PADA ANAK
Selain
menjadi
contoh
positif
atau
teladan
bagi
anak,
untuk
menumbuhkan nilai-nilai keutamaan pada anak, ibu-ayah juga perlu
melakukan hal-hal berikut:
Jelaskan kepada anak yang sudah dapat berbicara, alasan penerapan
nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Ajak anak bertukar
pikiran
agar
ibu-ayah
dapat
mengetahui
pendapatnya
tentang
seberapa jauh ia memahami nilai-nilai moral tersebut.
Jelaskan kepada anak mengenai dampak perilaku positif maupun
negatif yang
dilakukannya. Contoh, ketika anak merapikan
ibu-ayah
mainannya,
dapat
2 sudah diintegrasikan; dapat diintegrasikan – Integrasi = pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat
mengatakan, ”Nak, mainannya kalau dibereskan jadi rapi dan kamu
akan lebih mudah untuk menemukan mainan yang ingin kamu
mainkan.” Begitu juga ketika anak melakukan kesalahan, semisal ia
memukul adiknya, katakan, “Adik jadi menangis kalau kamu pukul.”
Berikan penghargaan kepada anak, seperti pujian, pelukan, ciuman,
ucapan terima kasih, dan lainnya, ketika anak berperilaku positif,
sehingga anak terdorong untuk mengulangi perilaku positif tersebut.
Bacakan dongeng atau cerita yang mengisahkan suatu perbuatan
baik/positif.
Gunakan
bahasa
sederhana
yang
sesuai
dengan
kemampuan berpikir anak agar anak dapat memahami dan menikmati
isi cerita tersebut.
PENUTUP
Karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Pembentukan
karakter dimulai sejak usia dini dan berlangsung sepanjang hidup manusia.
Karakter anak akan terbentuk dengan baik jika dalam proses tumbuh
kembangnya anak mendapatkan cukup ruang untuk mengungkapkan diri
secara leluasa. Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib
bangsa ini dikemudian hari. Diharapkan, artikel parenting education PAUD ini
dapat membantu membantu ayah bunda dalam membentuk karakter anak
maupun
mengubah
karakternya
yang
negatif,
sehingga
terbentuklah
karakter yang baik atau positif.
Sumber:
Munir,
Abdullah.
(2010).
Pendidikan
Karakter
oleh
Abdullah
Munir.
Yogyakarta: Pedagogia.
Prasetyo, Nana. (2011). Membangun Karakter Anak Usia Dini. Jakarta:
Direktorat
PPAUD.
KARAKTER ANAK USIA
DINI
Persembahan dari
http://www.info-dokumenpaud.com
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
2
I. PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
3
A.
PEMBENTUKAN KARAKTER DIPENGARUHI FAKTOR BAWAAN DAN LINGKUNGAN
B. ORANGTUA YANG BERKARAKTER MENUMBUHKAN ANAK YANG BERKARAKTER
5
C. PEMBENTUKAN KARAKTER DIMULAI SEJAK DINI
6
D. PEMBENTUKAN KARAKTER BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
7
E.
7
MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT
II. MEMBENTUK KARAKTER SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK
A.
USIA 0 – 18 BULAN
B. USIA 18 BULAN – 3 TAHUN
C. USIA 3 TAHUN – 6 TAHUN
III. APA YANG HARUS DILAKUKAN IBU-AYAH?
A.
MENEGAKKAN DISIPLIN SECARA AJEK
9
9
9
10
11
11
B. TERLIBAT PENUH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK
11
C. MENJADI CONTOH YANG BAIK ATAU TELADAN BAGI ANAK
12
D. MENUMBUHKAN NILAI-NILAI KEUTAMAAN PADA ANAK
12
PENUTUP
1
3
14
Membangun Karakter Anak Usia Dini
KATA PENGANTAR
Menumbuhkan rasa aman dan nyaman adalah dasar yang utama dalam
membentuk karakter anak, yang kemudian dapat menumbuhkan rasa
”berarti”, ”berharga” atau ”bernilai” pada anak.
K
arakter
bangsa
merupakan
aspek
penting
yang
menentukan
kemajuan
suatu bangsa. Karakter bangsa sangat bergantung
pada kualitas sumber daya manusianya (SDM). Oleh karena itu,
karakter yang berkualitas perlu dibina sejak usia dini agar anak
terbiasa berperilaku positif. Kegagalan
penanaman kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi yang
bermasalah di masa dewasanya kelak.
KARAKTER adalah watak, sifat, atau hal-hal yang sangat mendasar
yang ada pada diri seseorang sehingga membedakan seseorang daripada
yang lain. Sering orang menyebutnya dengan ”tabiat” atau ”perangai”. Apa
pun sebutannya, karakter adalah sifat batin manusia yang memengaruhi
segenap pikiran, perasaan, dan perbuatannya.
Karakter ibarat pisau bermata dua. Karakter memiliki kemungkinan
akan membuahkan dua sifat yang berbeda atau saling bertolak belakang.
Contoh, anak yang memiliki keyakinan tinggi. Hal ini akan menumbuhkan
sifat berani sebagai buah keyakinan yang dimilikinya atau justru sebaliknya
memunculkan sifat sembrono, kurang perhitungan karena terlalu yakin akan
kemampuannya.
Begitu besar pengaruh karakter dalam kehidupan seseorang. Maka
itulah pembentukan karakter harus dilakukan sejak usia dini.
Membangun Karakter Anak Usia Dini
I. PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
Taburlah satu pikiran positif, maka akan menuai tindakan. Taburlah
satu tindakan, maka akan menuai kebiasaan. Taburlah satu
kebiasaan, maka akan menuai karakter. Taburlah satu karakter,
maka akan menuai nasib.
(anonim)
M
menyatu
embangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran adalah melekat kuat
di
atas benda yang diukir, tidak mudah usang tertelan waktu
atau aus karena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja
dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran
melekat dan
dengan
bendanya.
Demikian
juga
dengan
karakter
yang
merupakan sebuah pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan,
yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.
Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau memahat
jiwa sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik, menarik, dan berbeda
antara satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki karakter berbeda-beda.
Ada orang yang berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, ada juga yang
berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
budaya setempat (tidak/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).
Dengan demikian, dalam pendidikan karakter, setiap anak memiliki potensi
untuk berperilaku positif atau negatif. Jika ibu- ayah membentuk karakter
positif sejak anak usia dini, maka yang berkembang adalah perilaku positif
tersebut. Jika tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Nah, bagaimana cara
membangun karakter anak, berikut ini diuraikan beberapa hal yang perlu
diketahui ibu-ayah.
A. PEMBENTUKAN KARAKTER DIPENGARUHI FAKTOR BAWAAN DAN
LINGKUNGAN
Ada dua faktor yang memengaruhi pembantukan karakter, yaitu
bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak terhadap dunia yang
dimilikinya, seperti
pengetahuan,
pengalaman,
prinsip-prinsip
moral
yang
diterima,
bimbingan, pengarahan dan interaksi (hubungan) orangtua-anak.
Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif pula
pada anak. Salah satu contoh kisah nyata, seorang anak laki-laki
dibesarkan
dalam
lingkungan
binatang.
Si
anak
berjalan
dengan
merangkak, makan, bertingkah laku, dan bersuara seperti binatang
karena ia tidak bisa bicara. Orang yang menemukan si anak berusaha
mendidiknya kembali seperti halnya anak-anak pada umumnya. Hasilnya,
si anak tetap memiliki pribadi seperti binatang karena sebagian besar
hidupnya dilalui bersama binatang sejak usia dini. Tampak di sini betapa
besar pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter. Dari contoh
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh bawaan, tetapi juga lingkungan (terutama, dalam
keluarga) memiliki pengaruh yang sangat besar.
Karakter
dengan
berhubungan
perilaku
berkaitan
dengan
berlaku,
seperti
positif
yang
moral
yang
kejujuran,
percaya diri, bertanggung jawab,
penolong,
dapat
menghargai,
menyayangi,
Pada
dipercaya,
menghormati,
dan
dasarnya,
sebagai-nya.
setiap
anak
memiliki semua
perilaku positif tersebut, seba-gaimana telah ditanamkan oleh Sang
Pencipta di dalam kodratnya. Masalahnya, kemampuan dasar yang
terdapat di dalam diri anak itu tidak bisa berkembang dengan sendirinya,
melainkan
harus
dikembangkan
dengan
sungguh-sungguh
melalui
pengasuhan dan bimbingan yang positif dari ibu-ayah. Jika setiap anak
dan keluarga memiliki karakter positif, maka akan tercipta masyarakat
dengan moral yang baik, sehingga akan tercipta pula bangsa yang dapat
hidup rukun sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
B. ORANGTUA YANG BERKARAKTER MENUMBUHKAN ANAK YANG
BERKARAKTER
Seseorang tidak dapat membantu orang lain jika ia tidak dapat
membantu dirinya sendiri. Begitu juga dengan orangtua yang ingin
menumbuhkan karakter positif dalam diri anak. Jika ibu-ayah ingin
anaknya memiliki karakter positif, maka ibu-ayah harus memiliki karakter
positif pula. Ini berarti, ibu-ayah dituntut menerapkan nilai-nilai moral
dalam kehidupan sehari- harinya, serta memperlakukan anak sesuai
dengan nilai-nilai moral tersebut. Jadi, tidak hanya sekadar memberi tahu
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan anak. Lagi
pula, pada dasarnya anak memang lebih mudah belajar sesuatu melalui
pengamatan terhadap perilaku orang lain atau lingkungan sekitarya,
bukan sekadar mendengarkan kata-kata saja.
Salah satu contohnya, jika ibuayah ingin mengembangkan sifat peduli
pada
anak,
menerapkan
maka
kepada
ibu-ayah
juga
peduli,
baik
anak
perilaku
maupun
lingkungan
sekitarnya. Sikap peduli tersebut dapat
dilakukan
dengan
cara
memberikan
perhatian kepada anak, mendengarkan
keluh- kesah anak, membantu orang
lain yang sedang mengalami masalah,
dan sebagainya. Ketika ibu-ayah peduli
dengan
anak,
anak
akan
merasa
nyaman. Anak pun belajar, bersikap
peduli adalah perilaku yang tepat
karena menimbulkan rasa nyaman dan bermanfaat bagi setiap orang,
sehingga anak kemudian akan menerapkan sikap peduli dalam kehidupan
sehari-harinya. Itulah mengapa, agar anak memiliki karakter positif, ibuayah dituntut memiliki perilaku positif pula sehinga dapat menjadi
teladan bagi anak.
C. PEMBENTUKAN KARAKTER DIMULAI SEJAK DINI
Masa usia dini adalah masa keemasan, artinya masa tersebut
merupakan masa terbaik dalam proses belajar yang hanya sekali dan
tidak pernah akan terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan akan menjadi penentu
bagi sifat-sifat atau karakter anak di masa dewasa. Peran ibu-ayah
sebagai
pendidik
pertama
dan
utama
sangat
penting
untuk
memaksimalkan dan memanfaatkan masa ini, tidak dapat digantikan oleh
siapa pun. Bila masa ini gagal dimanfaatkan secara baik, sama artinya
menyia-nyiakan kesempatan masa keemasan tersebut. Pembentukan
karakter juga akan sulit dilakukan, jika ibu-ayah baru melaksanakannya
ketika anak sudah memasuki usia remaja. Ibarat sebatang pohon bambu
yang semakin tua semakin sulit dibengkokkan, begitu pula dengan
membentuk karakter, akan lebih mudah membentuk karakter seseorang
ketika masih di usia dini dan akan semakin sulit membentuk karakter
seseorang jika sudah semakin dewasa.
Peran ibu-ayah menjadi sangat penting dalam pembentukan
karakter anak untuk siap menghadapi dunia di masa yang akan datang.
Pada awalnya anak akan meniru perilaku ibu-ayah, karena ibu-ayah
adalah orang pertama yang dekat dan dikagumi oleh anak. Setelah itu,
lingkungan rumah juga berpengaruh dalam pembentukan karakter anak.
Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian, bersikap, dan berperilaku
sehari- hari seorang anak yang biasanya tidak jauh berbeda dengan
orang-orang yang ada dalam lingkungan rumahnya. Ibarat pepatah, buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kesuksesan ibu-ayah membimbing anaknya di usia dini sangat
menentukan
kesuksesan
anak
dalam
kehidupan
sosial
di
masa
dewasanya kelak. Mereka akan tampil sebagai orang-orang yang senang
belajar, terampil menyelesaikan masalah, berkomunikasi, dengan baik
dan berhasil guna, berani, jujur, dapat dipercaya dan diandalkan, penuh
perhatian, toleransi, luwes, serta bisa bersaing dalam kehidupan sosial di
masa dewasanya kelak. Mengingat pentingnya penanaman karakter di
usia dini dan mengingat usia tersebut merupakan masa persiapan untuk
sekolah, maka pembentukan karakter positif di usia dini dalam keluarga
menjadi sangat penting.
D. PEMBENTUKAN KARAKTER BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
Proses pembentukan karakter diawali dengan kondisi pribadi ibuayah
sebagai
figur
yang
berpengaruh
untuk
menjadi
panutan,
keteladanan, dan diidolakan atau ditiru anak-anak. Anak lebih mudah
meniru perilaku daripada menuruti nasihat yang diberikan ibu-ayahnya.
Mereka belajar melalui mengamati apa yang ada dan terjadi di sekitarnya,
bukan lewat nasihat semata-mata. Nilai yang diajarkan melalui kata- kata,
hanya sedikit yang akan mereka lakukan, sedangkan nilai yang diajarkan
melalui perbuatan, akan banyak mereka lakukan. Sikap dan perilaku ibuayah sehari-hari merupakan pendidikan watak yang terjadi secara
berkelanjutan, terus-menerus dalam perjalanan umur anak.
Proses selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan contoh
perilaku kepada anak tentang baik dan buruk, benar atau salah, mana
yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Anak juga perlu diajarkan untuk
dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik, sehingga ia bisa mengerti
tindakan apa yang harus diambil, serta mampu mengutamakan hal-hal
positif untuk dirinya. Untuk itu diperlukan suasana pendidikan yang
menganut prinsip 3A, yaikni asih (kasih), asah (memahirkan), dan asuh
(bimbingan). Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik kalau
mendapatkan
perlakuan
kasih
sayang,
pengasuhan
yang
penuh
pengertian, serta dalam situasi yang dirasakan nyaman dan damai.
E. MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT
Anak akan mengembangkan pergaulan sosialnya secara sehat, jika
dalam diri mereka ada perasaan berharga, berkemampuan, dan pantas
untuk
dicintai.
Setiap
anak
membutuhkan
perhatian,
sapaan,
penghargaan positif, dan cinta tanpa syarat sehingga anak dapat
mengembangkan seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya dengan
baik. Berdasarkan pengalaman ini anak juga akan memperlakukan orang
lain dengan cinta dan perhatian, memperlakukan orang lain secara positif
sesuai dengan nilai-nilai moral yang diperoleh. Anak pun akan
memahami,
teman-temannya
juga
pantas
dihargai,
dicintai,
dan
diperhatikan seperti dirinya.
Menunjukkan cinta tanpa syarat tidak berarti ibu-ayah tak boleh
menegur perbuatan negatif anak. Ibu-ayah tetap harus menegur dan
memberikan sanksi atas pelanggaran atau perbuatan negatif tersebut.
Perlu pemahaman ibu- ayah untuk membedakan antara ”perbuatan yang
dilakukan” dengan “pribadi” anak itu sendiri. Bukan “pribadi” anak itu
yang
membuat
Tunjukkan
ibu-ayah
kesalahan
marah,
sikap
atau
tetapi
salah
satu
perbuatannya
perbuatannya.
sekaligus
tetap
menghargainya sebagai anak. Cinta tanpa syarat berpusat pada “pribadi”
anak, sedangkan pendisiplinan berfokus pada perilaku atau sikap tertentu
anak.
II. MEMBENTUK KARAKTER
SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK
D
alam membentuk karakter anak, bunda juga ayah perlu memahami tahapan
perkembangan anak.
A. USIA 0 – 18 BULAN
Tahun pertama kehidupan anak menjadi penting dalam membangun
karakter anak. Caranya dengan membangun kualitas hubungan antara
ibu-ayah dan anak. Kepekaan ibu-ayah terhadap kebutuhan anak menjadi
akar dari pembentukan karakter anak. Jika ibu-ayah peka atau tanggap
terhadap kebutuhan anak, maka anak akan merasa nyaman dan tumbuh
rasa percaya di dalam dirinya. Contoh, ketika anak menangis, ibu/ayah
segera
datang
dan
menenangkannya;
ketika
lapar,
ibu
segera
menyusuinya. Dari sini anak belajar, peka/tanggap terhadap kebutuhan
orang lain adalah hal yang baik untuk dilakukan karena menimbulkan rasa
nyaman dan percaya. Sebaliknya, jika ibu-ayah tidak peka/tanggap
terhadap kebutuhan anaknya di tahun pertama kehidupan, anak akan
merasa tidak nyaman, sehingga tidak tumbuh rasa peka dan percaya
terhadap orang lain di dalam dirinya.
B. USIA 18 BULAN – 3 TAHUN
Anak belum dapat memahami apa yang
benar dan salah. Anak belum memahami jika
memukul orang lain itu salah, misalnya. Anak
mengetahui
perbuatan
apa
yang
boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan karena ibuayah memberitahu-kannya atau karena ibuayah memberinya konsekuensi1. Pada tahap ini
anak belajar, mematuhi ibu-ayah adalah suatu
norma.
C. USIA 3 TAHUN – 6 TAHUN
Anak mulai menjiwai nilai-nilai yang diterapkan oleh ibu-ayah di
dalam keluarga. Anak juga mulai memahami, setiap perbuatannya dapat
memiliki akibat tertentu sesuai dengan yang diajarkan oleh ibu-ayah.
Misalnya, jika memukul adik, maka adik akan menangis; tangan itu
digunakan bukan untuk memukul tetapi untuk melakukan hal yang baik
seperti membelai, mengusap, dan mendekap.
1 akibat tidak menyenangkan yang harus diterima atas pelanggaran atau perbuatan
salah/negatif yang dilakukan
III. APA YANG HARUS DILAKUKAN IBU-AYAH?
Dalam upaya membentuk watak atau tabiat anak, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan ibu-ayah.
A. MENEGAKKAN DISIPLIN SECARA AJEK
Anak harus diperkenalkan dengan batasan-batasan. Anak harus tahu
mana batas-batasnya, apa yang menjadi tanggung jawabnya, dan apa
yang bukan merupakan tanggung jawabnya.
Ajak anak untuk membuat batasan-batasan tersebut, tidak hanya
dibuat oleh ibu-ayah saja. Pengenalan batasan merupakan dasar
penegakan
disiplin,
sehingga
anak
mengetahui
perilaku
yang
seharusnya dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Ibu-ayah harus memiliki dan menampilkan sikap dan perlakuan yang
ajek. Bila satu saat melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu,
di saat lain ketika suatu perilaku terulang kembali, harus tetap pada
sikap yang sama (tidak berubah).
Hindari sikap keras karena hanya akan melahirkan disiplin semu.
Maksudnya, anak patuh karena takut akan mendapat hukuman dari
ibu-ayah apabila ia melanggar disiplin.
Jangan
pula
bersikap
terlalu
lemah
karena
disiplin
akan
sulit
ditegakkan atau akhirnya akan menghasilkan sikap acuh tak acuh
(masa bodoh), cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung
jawab, dan tidak menumbuhkan norma-norma tertentu pada anak
sebagai suatu pembentukan karakter.
B. TERLIBAT PENUH DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK
Ibu-ayah yang memiliki keinginan diri dan terlibat sepenuhnya dalam
menumbuhkan karakter anak akan lebih berhasil dalam membentuk
karakter
anak.
Begitu
pun
jika
ibu-ayah
dalam
kesehariannya
mempraktikkan apa-apa yang akan ditanamkannya kepada anak. Contoh,
ibu-ayah ingin menanamkan berperilaku jujur, bertutur kata sopan, serta
bertanggung jawab. Namun bila dalam keseharian ternyata ibu-ayah
justru menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka apa yang akan terjadi
dengan
perkembangan jiwa anak? Anak akan mengalami suatu kebingungan,
mungkin juga konflik, karena ketidakajekan ibu-ayahnya dalam berkata
dan berperilaku. Inilah yang menjadikan alasan bagi anak untuk tidak
melakukan apa yang diinginkan ibu-ayahnya.
C. MENJADI CONTOH YANG BAIK ATAU TELADAN BAGI ANAK
Ingat, anak cenderung meniru perilaku ibu-ayahnya dibandingkan hanya
mendengarkan kata-katanya. Itulah mengapa, ibu-ayah harus juga
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai keutamaan dalam kehidupan seharihari. Nah, agar bisa menjadi contoh positif atau teladan bagi anak, ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian ibu-ayah, di antaranya:
Menyadari bahwa nilai-nilai merupakan dasar segala tingkah laku dan
menjadikan diri sebagai teladan utama bagi anak-anak.
Menentukan nilai-nilai yang paling sesuai serta menunjukkan nilai-nilai
mana yang harus diutamakan melalui kegiatan dan pengalaman
sehari-hari.
Menunjukkanpribadi yang ramah, positif, dan terintegrasi2.
Menghadapi anak dengan penuh penghargaan, cinta, dan pengertian.
Meyakini akan nilai-nilai yang paling sesuai untuk dimiliki.
Menciptakan pengalaman yang bernilai dan bermakna bersama anak,
kemudian menanyakannya kepada anak tentang bagaimana sebaiknya
harus mengambil pilihan atau keputusan.
D. MENUMBUHKAN NILAI-NILAI KEUTAMAAN PADA ANAK
Selain
menjadi
contoh
positif
atau
teladan
bagi
anak,
untuk
menumbuhkan nilai-nilai keutamaan pada anak, ibu-ayah juga perlu
melakukan hal-hal berikut:
Jelaskan kepada anak yang sudah dapat berbicara, alasan penerapan
nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Ajak anak bertukar
pikiran
agar
ibu-ayah
dapat
mengetahui
pendapatnya
tentang
seberapa jauh ia memahami nilai-nilai moral tersebut.
Jelaskan kepada anak mengenai dampak perilaku positif maupun
negatif yang
dilakukannya. Contoh, ketika anak merapikan
ibu-ayah
mainannya,
dapat
2 sudah diintegrasikan; dapat diintegrasikan – Integrasi = pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat
mengatakan, ”Nak, mainannya kalau dibereskan jadi rapi dan kamu
akan lebih mudah untuk menemukan mainan yang ingin kamu
mainkan.” Begitu juga ketika anak melakukan kesalahan, semisal ia
memukul adiknya, katakan, “Adik jadi menangis kalau kamu pukul.”
Berikan penghargaan kepada anak, seperti pujian, pelukan, ciuman,
ucapan terima kasih, dan lainnya, ketika anak berperilaku positif,
sehingga anak terdorong untuk mengulangi perilaku positif tersebut.
Bacakan dongeng atau cerita yang mengisahkan suatu perbuatan
baik/positif.
Gunakan
bahasa
sederhana
yang
sesuai
dengan
kemampuan berpikir anak agar anak dapat memahami dan menikmati
isi cerita tersebut.
PENUTUP
Karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Pembentukan
karakter dimulai sejak usia dini dan berlangsung sepanjang hidup manusia.
Karakter anak akan terbentuk dengan baik jika dalam proses tumbuh
kembangnya anak mendapatkan cukup ruang untuk mengungkapkan diri
secara leluasa. Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib
bangsa ini dikemudian hari. Diharapkan, artikel parenting education PAUD ini
dapat membantu membantu ayah bunda dalam membentuk karakter anak
maupun
mengubah
karakternya
yang
negatif,
sehingga
terbentuklah
karakter yang baik atau positif.
Sumber:
Munir,
Abdullah.
(2010).
Pendidikan
Karakter
oleh
Abdullah
Munir.
Yogyakarta: Pedagogia.
Prasetyo, Nana. (2011). Membangun Karakter Anak Usia Dini. Jakarta:
Direktorat
PPAUD.