Meningkatkan Perilaku Moral Anak Melalui Metode Demonstrasi Di Kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi | Sunarti | Bungamputi 2777 8405 1 PB
MENINGKATKAN PERILAKU MORAL ANAK MELALUI METODE
DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT I KALEKE
KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI
Endang Sunarti1ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah perilaku moral anak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku moral anak melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke. Desain penelitian tindakan kelas ini mengikuti model alur Kemmis dan Mc. Taggart yang dilakukan secara bersiklus, setiap siklus melalui 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setting penelitian ini dilaksanakan di TK Al-Khairaat I Kaleke. Subyek penelitian adalah anak kelompok B yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi. Jenis data adalah data kualitatif yang dianalisis melalui teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum siklus I terdapat 30% masuk dalam kategori BSB meningkat menjadi pada tindakan siklus II sebesar 50% masuk dalam kategori BSB. Sehingga telah terjadi peningkatan sebesar 20% dari masing-masing aspek yang diamati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku moral anak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi.
Kata Kunci: Perilaku Moral; Metode Demonstrasi
PENDAHULUAN
Pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga negara yang baik. Program pengembangan moral dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengenali emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup. Pengamatan yang dilakukan selama ini terhadap anak kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke
(2)
temannya, anak yang tidak bersikap sopan baik terhadap teman maupun guru, anak yang tidak bertanggung jawab dan lain-lain. Hal ini dikarenakan guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk memberikan contoh yang baik tentang perilaku moral kepada anak.
Mengatasi permasalahan yang terjadi di atas, dipilih metode demonstrasi sebagai metode pembelajaran yang mampu memberikan contoh kepada anak terlebih dahulu, yang diharapkan anak-anak dapat mengikuti contoh yang telah didemonstrasikan oleh guru. Sehingga dengan harapan anak-anak dapat selalu berkata jujur, tidak merusak barang milik teman, bersikap sopan dan ramah pada siapa pun, serta menunjukkan sikap bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Selain itu metode demonstrasi sebagai metode pembelajaran yang memberikan bimbingan untuk meningkatkan perkembangan perilaku moral dan sikap yang baik dalam diri anak, sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti telah melakukan perbaikan pada proses pembelajaran dengan melakukan suatu penelitian tindakan kelas
dengan judul “Meningkatkan Perilaku Moral Anak melalui Metode Demonstrasi di
Kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke”. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah perilaku moral anak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku moral anak melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke. Berkaitan dengan hal di atas, mengajarkan suatu materi pelajaran kepada anak termasuk dalam mengajarkan tentang perilaku moral, guru TK tidak harus menjelaskan secara lisan saja, akan tetapi lebih pentingnya guru harus mampu memberikan contoh secara langsung kepada anak sehingga dengan hasil pendengaran dan penglihatan oleh anak, anak dapat mempraktekkan apa yang telah dicontohkan oleh guru. Metode demonstrasi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, memberikan manfaat bagi anak karena metode demonstrasi mempunyai tujuan sebagaimana menurut Moeslichatoen (2004:116)
menyatakan bahwa, “Tujuan metode demonstrasi adalah peniruan terhadap model yang
dapat dilakukan”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat
(3)
METODE PENELITIAN
Setting penelitian dilaksanakan di TK Al-Khairaat I Kaleke Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B berjumlah 20 anak, yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat, 2010:12) pada setiap siklus yang dilaksanakan terdiri atas empat komponen yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Perencanaan yaitu 1) memilih materi sesuai yang akan diajarkan sesuai dengan tema, 2) membuat skenario pembelajaran yaitu Rencana Kegiatan Harian (RKH), 2) menyediakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar penilaian anak kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi, dan 3) menentukan penilaian sesuai dengan Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak (dalam MENDIKNAS, 2010:11)
= Berkembang Sangat Baik = Berkembang Sesuai Harapan = Mulai Berkembang
= Belum Berkembang
Pelaksanaan tindakan yaitu melakukan kegiatan penelitian berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah dibuat disesuaikan dengan tema yang dipilih. Pelaksanaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan perilaku moral anak melalui metode demonstrasi. Observasi yaitu mengamati aktivitas guru dan anak pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan refleksi yaitu kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan dan observasi, maka pada tahap terakhir melakukan refleksi untuk melihat kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan penelitian, sehingga dengan kekurangan tersebut harus dilakukan perbaikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan.
Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan anak yang dideskripsikan mulai dari data sebelum tindakan, selama tindakan, serta sesudah tindakan pembelajaran dilakukan. Teknik pengumpulan data seperti 1) observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, dengan mengisi lembar observasi anak
(4)
di dalam kelas. Untuk mengetahui persentase keberhasilan tindakan, data diolah dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2012:43) sebagai berikut:
� =� × � % Keterangan: P = Angka Persentase
f = frekuensi
N = Banyak Individu
HASIL PENELITIAN 1. PRA TINDAKAN
Tabel 1 Hasil Pra Tindakan
No Kategori
Aspek Yang Diamati
Jumlah %
A B C
F % F % F % 1 Berkembang Sangat
Baik
2 10 2 10 2 10 6 10
2 Berkembang Sesuai Harapan
3 15 3 15 3 15 9 15
3 Mulai Berkembang 5 25 4 20 5 25 14 23 4 Belum Berkembang 10 50 11 55 10 50 31 52 Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100
Keterangan:
A = Sopan Santun B = Jujur
C = Bertanggungjawab
Berdasarkan tabel hasil pra tindakan di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, terdapat 10% kategori Berkembang Sangat Baik, 15% kategori Berkembang Sesuai Harapan, 23% kategori Mulai Berkembang, dan 52% kategori Belum Berkembang. Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan pra tindakan belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, dilakukan proses perbaikan pada tindakan siklus I.
(5)
2. TINDAKAN SIKLUS I
Tabel 2 Hasil Tindakan Siklus I
No Kategori
Aspek Yang Diamati
Jumlah %
A B C
F % F % F % 1 Berkembang Sangat
Baik
6 30 6 30 6 30 18 30
2 Berkembang Sesuai Harapan
4 20 4 20 4 20 12 20
3 Mulai Berkembang 7 35 8 40 7 35 22 37 4 Belum Berkembang 3 15 2 10 3 15 8 13 Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100
Keterangan:
A = Sopan Santun B = Jujur
C = Bertanggungjawab
Berdasarkan tabel hasil tindakan siklus I di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, terdapat 30% kategori Berkembang Sangat Baik, 20% kategori Berkembang Sesuai Harapan, 37% kategori Mulai Berkembang, dan 13% kategori Belum Berkembang. Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus I belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus II.
3. TINDAKAN SIKLUS II
Tabel 3 Hasil Tindakan Siklus II
No Kategori
Aspek Yang Diamati
Jumlah %
A B C
F % F % F %
1 Berkembang Sangat Baik 10 50 10 50 10 50 30 50 2 Berkembang Sesuai
Harapan
7 35 7 35 7 35 21 35
3 Mulai Berkembang 2 10 2 10 2 10 6 10 4 Belum Berkembang 1 5 1 5 1 5 3 5
(6)
Keterangan:
A = Sopan Santun B = Jujur
C = Bertanggungjawab
Berdasarkan tabel hasil tindakan siklus II di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, terdapat 50% kategori Berkembang Sangat Baik, 35% kategori Berkembang Sesuai Harapan, 10% kategori Mulai Berkembang, dan 5% kategori Belum Berkembang. Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus II sudah mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, tidak akan dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel rekapitulasi tindakan pra tindakan, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, pengamatan perilaku moral sopan santun terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku jujur terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 11 anak (55%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral bertanggungjawab terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori belum berkembang.
Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan pra tindakan belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Berdasarkan tabel rekapitulasi tindakan siklus I, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, pengamatan perilaku moral sopan santun terdapat 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang
(7)
dan 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral jujur terdapat 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 8 anak (40%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral bertanggungjawab terdapat 6 anak (39%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori belum berkembang.
Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus I belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I ternyata perilaku moral anak sudah mulai meningkat dibandingkan pada saat pra tindakan, meskipun dalam hal ini sudah menunjukkan peningkatan tetapi belum mencapai standar yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak belum menunjukkan sikap sopan santun karena kebiasaan anak dari rumah yang terbawa hingga ke dalam kelas, kejujuran anak masih sangat kurang karena ketika anak melakukan kesalahan, anak suka berbohong karena anak takut disalahkan, dan anak masih belum mampu menunjukkan sikap tanggungjawab karena anak belum memahami sikap tanggungjawab yang sebenarnya, karena anak belum pernah diberikan contoh tentang sikap tanggungjawab, karena selama ini guru hanya memberikan tentang penjelasan tanpa disertai dengan contoh yang dapat dilihat oleh anak.
Berdasarkan tabel rekapitulasi tindakan siklus II, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, pengamatan perilaku moral sopan santun terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 1 anak (5%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral jujur terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 1 anak (5%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral
(8)
Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus II sudah mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, tidak akan dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya. Hal ini disebabkan karena guru pada tindakan siklus II telah memperbaiki proses pembelajaran dan mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik. Peningkatan pada siklus II terjadi karena guru selalu memberikan pengarahan kepada anak tentang cara sopan santun dan pentingnya sikap sopan santun di mana saja berada, guru telah memberikan kesempatan kepada anak untuk selalu berkata jujur atau apa adanya tanpa harus merasa takut dan malu. Selain itu guru juga harus selalu menanamkan pada diri anak bahwa kejujuran itu penting, karena orang jujur disukai oleh semua orang, dan guru memberikan penjelasan disertai dengan contoh tentang bagaimana sikap tanggungjawab sebenanrnya. Selain itu juga harus dapat memberikan contoh seperti selalu berkata jujur, menghormati orang lain dan berani bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri sehingga anak agar dapat lebih mudah untuk memahaminya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan perilaku moral anak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil rekapitulasi siklus I yaitu 30% kategori berkembang sangat baik meningkat pada hasil rekapitulasi siklus II menjadi 50% kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan peningkatan yang terjadi sebesar 20% dari masing-masing aspek yang diamati yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang ingin disampaikan yaitu kepada:
1) Guru, untuk selalu memberikan pembiasaan secara terus menerus kepada anak sehingga perilaku moral anak dapat terus berkembang dan juga harus mampu memberikan contohn nyata tentang perilaku moral melalui demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran. 2) Anak, agar dapat mempunyai sopan santun, jujur dan bertanggung jawab, sehingga ke
depannya anak dapat terus tumbuh dengan baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
(9)
3) Kepala TK hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang baik sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perilaku moral yang dimilikinya sehingga dapat membawa nama sekolah menjadi lebih baik lagi.
4) Peneliti lain, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti akan memperoleh pengetahuan, wawasan dan keterampilan baik yang berkaitan dengan perilaku moral atau tindakan-tindakan lain untuk mengetahui permasalahan dan sekaligus mencari solusi yang tepat dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Badrujaman, Aip; Hidayat, Dede Rahmat. (2010). Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media.
MENDIKNAS. (2010). Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) Artikel Penelitian. Palu : FKIP UNTAD.
(1)
di dalam kelas. Untuk mengetahui persentase keberhasilan tindakan, data diolah dengan menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2012:43) sebagai berikut:
� =� × � % Keterangan: P = Angka Persentase
f = frekuensi
N = Banyak Individu HASIL PENELITIAN
1. PRA TINDAKAN
Tabel 1 Hasil Pra Tindakan
No Kategori
Aspek Yang Diamati
Jumlah %
A B C
F % F % F %
1 Berkembang Sangat Baik
2 10 2 10 2 10 6 10
2 Berkembang Sesuai Harapan
3 15 3 15 3 15 9 15
3 Mulai Berkembang 5 25 4 20 5 25 14 23
4 Belum Berkembang 10 50 11 55 10 50 31 52
Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100
Keterangan:
A = Sopan Santun B = Jujur
C = Bertanggungjawab
Berdasarkan tabel hasil pra tindakan di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, terdapat 10% kategori Berkembang Sangat Baik, 15% kategori Berkembang Sesuai Harapan, 23% kategori Mulai Berkembang, dan 52% kategori Belum Berkembang. Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan pra tindakan belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, dilakukan proses perbaikan pada tindakan siklus I.
(2)
2. TINDAKAN SIKLUS I
Tabel 2 Hasil Tindakan Siklus I
No Kategori
Aspek Yang Diamati
Jumlah %
A B C
F % F % F %
1 Berkembang Sangat Baik
6 30 6 30 6 30 18 30
2 Berkembang Sesuai Harapan
4 20 4 20 4 20 12 20
3 Mulai Berkembang 7 35 8 40 7 35 22 37
4 Belum Berkembang 3 15 2 10 3 15 8 13
Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100
Keterangan:
A = Sopan Santun B = Jujur
C = Bertanggungjawab
Berdasarkan tabel hasil tindakan siklus I di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, terdapat 30% kategori Berkembang Sangat Baik, 20% kategori Berkembang Sesuai Harapan, 37% kategori Mulai Berkembang, dan 13% kategori Belum Berkembang. Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus I belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus II.
3. TINDAKAN SIKLUS II
Tabel 3 Hasil Tindakan Siklus II
No Kategori
Aspek Yang Diamati
Jumlah %
A B C
F % F % F %
1 Berkembang Sangat Baik 10 50 10 50 10 50 30 50 2 Berkembang Sesuai
Harapan
7 35 7 35 7 35 21 35
3 Mulai Berkembang 2 10 2 10 2 10 6 10
4 Belum Berkembang 1 5 1 5 1 5 3 5
(3)
Keterangan:
A = Sopan Santun B = Jujur
C = Bertanggungjawab
Berdasarkan tabel hasil tindakan siklus II di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, terdapat 50% kategori Berkembang Sangat Baik, 35% kategori Berkembang Sesuai Harapan, 10% kategori Mulai Berkembang, dan 5% kategori Belum Berkembang. Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus II sudah mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, tidak akan dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya. PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel rekapitulasi tindakan pra tindakan, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, pengamatan perilaku moral sopan santun terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku jujur terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 11 anak (55%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral bertanggungjawab terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori belum berkembang.
Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan pra tindakan belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus I. Berdasarkan tabel rekapitulasi tindakan siklus I, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, pengamatan perilaku moral sopan santun terdapat 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang
(4)
dan 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral jujur terdapat 6 anak (30%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 8 anak (40%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral bertanggungjawab terdapat 6 anak (39%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 4 anak (20%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 3 anak (15%) yang masuk dalam kategori belum berkembang.
Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus I belum mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I ternyata perilaku moral anak sudah mulai meningkat dibandingkan pada saat pra tindakan, meskipun dalam hal ini sudah menunjukkan peningkatan tetapi belum mencapai standar yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak belum menunjukkan sikap sopan santun karena kebiasaan anak dari rumah yang terbawa hingga ke dalam kelas, kejujuran anak masih sangat kurang karena ketika anak melakukan kesalahan, anak suka berbohong karena anak takut disalahkan, dan anak masih belum mampu menunjukkan sikap tanggungjawab karena anak belum memahami sikap tanggungjawab yang sebenarnya, karena anak belum pernah diberikan contoh tentang sikap tanggungjawab, karena selama ini guru hanya memberikan tentang penjelasan tanpa disertai dengan contoh yang dapat dilihat oleh anak.
Berdasarkan tabel rekapitulasi tindakan siklus II, dapat dilihat bahwa dari 20 anak yang menjadi subyek penelitian, pengamatan perilaku moral sopan santun terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 1 anak (5%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral jujur terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 1 anak (5%) yang masuk dalam kategori belum berkembang. Pada pengamatan perilaku moral bertanggungjawab terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik, 7 anak (35%) yang masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan, 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 1 anak (5%) yang masuk dalam kategori belum berkembang.
(5)
Berdasarkan persentase yang diperoleh pada pengamatan siklus II sudah mencapai indikator persentase ketuntasan dalam kategori berkembang sangat baik dalam 3 pengamatan yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggungjawab. Oleh sebab itu, tidak akan dilakukan proses perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya. Hal ini disebabkan karena guru pada tindakan siklus II telah memperbaiki proses pembelajaran dan mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik. Peningkatan pada siklus II terjadi karena guru selalu memberikan pengarahan kepada anak tentang cara sopan santun dan pentingnya sikap sopan santun di mana saja berada, guru telah memberikan kesempatan kepada anak untuk selalu berkata jujur atau apa adanya tanpa harus merasa takut dan malu. Selain itu guru juga harus selalu menanamkan pada diri anak bahwa kejujuran itu penting, karena orang jujur disukai oleh semua orang, dan guru memberikan penjelasan disertai dengan contoh tentang bagaimana sikap tanggungjawab sebenanrnya. Selain itu juga harus dapat memberikan contoh seperti selalu berkata jujur, menghormati orang lain dan berani bertanggungjawab terhadap perbuatannya sendiri sehingga anak agar dapat lebih mudah untuk memahaminya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah terjadinya peningkatan perilaku moral anak dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi di kelompok B TK Al-Khairaat I Kaleke Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil rekapitulasi siklus I yaitu 30% kategori berkembang sangat baik meningkat pada hasil rekapitulasi siklus II menjadi 50% kategori berkembang sangat baik. Sehingga dapat dikatakan peningkatan yang terjadi sebesar 20% dari masing-masing aspek yang diamati yaitu perilaku moral sopan santun, jujur dan bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang ingin disampaikan yaitu kepada:
1) Guru, untuk selalu memberikan pembiasaan secara terus menerus kepada anak sehingga perilaku moral anak dapat terus berkembang dan juga harus mampu memberikan contohn nyata tentang perilaku moral melalui demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran. 2) Anak, agar dapat mempunyai sopan santun, jujur dan bertanggung jawab, sehingga ke
depannya anak dapat terus tumbuh dengan baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
(6)
3) Kepala TK hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang baik sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perilaku moral yang dimilikinya sehingga dapat membawa nama sekolah menjadi lebih baik lagi.
4) Peneliti lain, dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti akan memperoleh pengetahuan, wawasan dan keterampilan baik yang berkaitan dengan perilaku moral atau tindakan-tindakan lain untuk mengetahui permasalahan dan sekaligus mencari solusi yang tepat dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Badrujaman, Aip; Hidayat, Dede Rahmat. (2010). Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media.
MENDIKNAS. (2010). Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, Anas. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) Artikel Penelitian. Palu : FKIP UNTAD.