Makalah Hukum Administrasi Negara Tentan

Makalah Hukum Administrasi Negara
Tentang
Hukum Perizinan

Setyo Hermanto
8111415236

FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan malakah yang berjudul :
“Perizinan ”. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat berterima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan sesuai rencana.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata kuliah
Hukum Administrasi Negara . Selain itu, makalah ini didekasikan kepada seluruh pihak yang
peduli akan pentingnya Perizinan yang digunakan untuk mendirikan bangunan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengharapkan kritik dan saran akan
makalah yang telah disusun ini, agar kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Semarang , 01 April 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Dalam Perizinan, Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara yang
diterapkan dalam peraturan berdasarkan prosedur dan persyaratan sebagaimana ketentuan
perundang-undangan. Hal ini menjadikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Dari
masyarakat hingga pejabatpun, berkutat dengan perizinan, karena perizinan berkaitan dengan
kepentingan yang diinginkan oleh masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya agar mendapat
persetujuan atau legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam pemerintahan
suatu negara. Sebagai bentuk dari suatu kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan
dengan suatu perundang-undangan serta norma-norma didalam masyarakat.

Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada satu sisi
masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, dan pada sisi lain
penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Untuk mengatur ketertiban bagi
masyarakat, maka pemerintah diberi wewenang untuk membuat peraturan. Peraturan tersebut
dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat, artinya ketika suatu kegiatan tertentu
menginginkan suatu pengaturan, maka tugas pemerintah adalah membuat peraturan yang
akhirnya dituangkan secara tertulis dan dibuat oleh organ yang berwenang, sehingga lazim
disebut dengan peraturan perundang – undangan.
Yang dimaksud dengan peraturan perundang – undangan disini adalah setiap
peraturan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembaga atau pejabat negara
yang mempunyai ( menjalankan ) fungsi legislative sesuai cara yang berlaku, salah satunya
dengan pemberian izin.

1.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Perizinan?
2. Permasalahan apa saja yang muncul dilapangan dalam Perizinan?
3. Contoh Kasus yang berkaitan dengan Perizinan dan analisis ?

4. Bagaimana peran HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang tentang perizinan?

2.

Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1.Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perizinan serta manfaat dalam penerapannya
di kehidupan sehari-hari.
2. Bagaimana Mahasiswa diharapkan bisa memberikan solusi terkait masalah yang sering
terjadi didalam Perizinan
3. Dan diharapkan pula informasi ini dapat menjadi referensi dalam pembelajaran Hukum
Administrasi Negara.

BAB II
PEMBAHASAN
Hukum Administrasi Negara (Perizinan)

A. Pengertian Perizinan
1.


Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan sutau perbuatan dari
kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut,WF prince mengatakan bahwa
dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang meyebabkan suatu peraturan perundangundangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa.

2.

Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarkan suatu
perusahaan,lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang
untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.

3.

Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana
kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari
pemerintah,tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris
(pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah.

4. Izin menurut sjahran basah adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta lisensilisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas pada
konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberikan oleh karena banyak bahaya penyelundupan,
kekayaan bumi dan kekayaan alam negara dan kadang-kadang merugikan masyarakat yang
bersangkutan. Wewenang pemerintah diberikan kepada konsensionaris walupun terbatas
dapat menimbulkan masalah pilitik dan social yang cukup rumit, oleh karena perusahaan
pemegang konsesi tersebut dapat memindahkan kampong, dapat membuat jaringan jalan,
listrik dan telepon, membentuk barisan keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana
lainnya.

Beberapa peraturan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah:
1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan Umum atau
Dinas Tata Kota.
2. Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT), diatur dengan keputusan Walikota/Bupati
dibantu Kantor Pertanahan atau Kantor Agraria, Tujuannya mengarahkan dan mengendalikan
aktifitas perubahan tanah ( misalnya tanah yang dianggap tidak produktif)
3. Izin Tempat Usaha /HO, batas-batas tempat usaha
4. Izin Tebang Kayu dan pengangkutannya,untuk mencegah bahaya bagi lingkungan; dengan
cara mengajukan izin kepada Kepala Desa atau Pemerintah Setempat (Retribusi)

B. Permasalahan dalam Perizinan

Hasil yang dilakukan Bank Dunia (2006-2008) di beberapa daerah di Indonesia
terhadap pelaku usaha tentang kondisi perizinan di Indonesia menggambarkan hal yang sama
dengan data-data angka yang ditampilkan Doing Business (Bank Dunia). Beberapa komentar
pelaku usaha dan menjadi masalah utama perizinan di Indonesia antara lain:
1.

Waktu pengurusan izin relatif lama, karena proses yang berbelit-belit dan menyangkut
banyak lembaga teknis.

2.

Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak transparan sehingga terbuka
peluang untuk terjadinya pungutan liar.

3.

Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian.
Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah berhasil,
karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam pelayanan publik,
terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.

Ada tiga level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik, pertama
kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam pemberian pelayanan
publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan masyarakat; kedua, kelembagaan,
apakah lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan

masyarakat atau hanya berdasar pada kebutuhan eksistensi lembaga-lembaga di daerah agar
tidak dilakukan likuidasi lembaganya termasuk juga kepentingan-kepentingan politis yang
sangat kental terutama ketika masuk dalam pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber
daya manusia, apakah sumber daya manusia yang memberikan pelayanan juga memerlukan
kecakapan-kecakapan tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai perubahan dimana
masyarakat juga memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik, maka
administrasi negara tidak bisa bertindak hanya berdasar pada perintah atasan, namun tuntutan
masyarakat juga menjadi bagian penting.
Sebenarnya jika pelayanan publik di Indonesia khususnya bidang perizinan bisa
berjalan sesuai Undang-Undang yang berlaku maka dapat menunjang perekonomian di
Negara Indonesia sendiri.
C. Contoh Kasus Surat Perizinan
Kamis, 7 Agustus 2014 |

Kasus Suap Bupati Bogor Mulai Disidangkan

Metro Online.co, Jakarta – Kasus suap terhadap Bupati Bogor Rachmat Yasin berkaitan
dengan pengurusan izin tukar-menukar kawasan hutan seluas 2.754 hektare di Bogor, Jawa
Barat, Kamis, 7 Agustus 2014, mulai disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Bandung, Jawa Barat. Dalam sidang perdana itu duduk sebagai terdakwa Fransiscus Xaverius
Yohan Yap, tangan kanan Direktur PT Sentul City sekaligus Komisaris Utama PT Bukit
Jonggol Asri, Cahyadi Kumala Kwee alias Swee Teng.
Staf Hubungan Masyarakat Pengadilan Negeri Bandung, Joko Indiarto, membenarkan
persidangan perdana terhadap Fransiscus. Agendanya berupa pembacaan dakwaan oleh jaksa
penuntut umum. “Benar, sidang dimulai pukul 09.00 WIB,” kata Joko melalui pesan pendek,
Kamis, 7 Agustus 2014.
Seperti diberitakan sebelumnya, F.X. Yohan berperan sebagai kurir duit suap, meski dia tidak
tercatat sebagai karyawan Bukit Jonggol maupun Sentul City.
Selain F.X. Yohan, dalam kasus itu, Bupati Bogor Rachmat Yasin dan Kepala Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor M. Zairin telah ditetapkan sebagai tersangka.
Cahyadi Kumala diduga juga bakal terseret dalam kasus itu. Sebab, dalam rekonstruksi kasus
yang digelar penyidik KPK pada 11 Juni 2014, kronologi penyuapan dimulai dari rumah
Cahyadi Kumala. Dalam rekonstruksi tersebut, nama Cahyadi juga disebut.

Penyidik menduga kejadian di rumah di Jalan Wijaya Kusumah Nomor 103, Kompleks
Taman Yasmin, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, itu berkaitan dengan penyuapan, yang

kemudian terungkap setelah petugas KPK melakukan operasi tangkap tangan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara intensif terhadap para saksi yang
ditangkap KPK, penyidik menduga komitmen suap kepada Bupati Rachmat Yasin mencapai
Rp 5 miliar.
Cahyadi memerintahkan F.X. Yohan Yap untuk mengeksekusi pemberian duit suap. Cahyadi
diduga berkali-kali menelepon Yohan menjelang berlangsungnya pemberian uang suap
kepada Bupati Bogor. “Sumber uang juga datangnya dari Cahyadi,” ujar sumber itu.
Setelah mendapat perintah, F.X. Yohan menemui M. Zairin di Taman Budaya, Sentul City.
Di sana, negosiasi berlangsung. Lantas, mereka bertolak menuju lokasi penyerahan uang
yang lokasinya tak jauh dari Taman Budaya.
Seorang bawahan Cahyadi lainnya sudah menunggu sambil menjaga duit itu. Setelah
menyerahkan duit, Yohan berpisah dengan Zairin. Sesaat kemudian, penyidik KPK
menangkap mereka bersama beberapa orang lainnya.
Sejak 8 Mei 2014, Cahyadi dikenai status cegah oleh Direktorat Jenderal Imigrasi untuk
mengantisipasi agar tidak melarikan diri ke luar negeri. Status yang sama juga telah
dikenakan kepada Dian Purwheny dan Roselly Tjung alias Shirley Tjung, sejak 21 Mei lalu.
Keduanya ditengarai sebagai tangan kanan Cahyadi
Penulis: Kusman
Sumber: Metro Online


Analisa:
Kasus Suap Perizinan sedang marak terjadi diberbagai wilayah, utamanya terjadi di
daerah perkotaan maupun kabupaten. Hal ini sering terjadi karena perizinan, termasuk alih
fungsi lahan, menjadi otorisasi pemerintah daerah, dalam hal ini bupati atau Wali kota. Dan
hal ini sering dipersulit untuk memperoleh surat perizinan maupun alih fungsi lahan, Sejauh
ini masih terjadi praktik biaya tinggi, yang memungkinkan pengajuan surat perizinan
dibebankan biaya yang tinggi.
Dalam kasus ini sungguh merasa dirugikan pengaju surat perizinan tersebut, hal ini
juga bisa mengakibatkan lesunya investasi yang terjadi di suatu wilayah kota / kabupaten
karena surat perizinan dagang/usahanya dipersulit oleh pemerintah setempat. Apalagi jika
harus melihat lagi, para pemilik usaha pun juga malas untuk mengurus surat perizinan
mendirikan suatu badan usaha/ dagang. Seharusnya ada itikad baik dari pemerintah setempat
untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi para pengurus surat perizinan.

Dalam kasus ini intinya, kepala pemerintahan daerah (bupati/walikota) harus mampu menjadi
pemimpin yang bijak dan arif dalam hal surat perizinan sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, tidak malah untuk mempersulit keluarnya surat perizinan. Sehingga
tindak suap menyuap surat perizinan tidak terjadi lagi. Dan perlunya pengurangan biaya
pengurusan surat perizinan, ataupun meniadakan biaya surat perizinan, sehingga tidak ada
lagi kasus suap surat perizinan. Investasi di daerah akan semakin meningkat dan

mengakibatkan perekonomian akan berkembang pesat.
D. HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang tentang perizinan.
Disini HAN itu perlu berfungsi untuk :
Melakukan kontrol terhadap jalannya insrumen-instrumen pemerintah seperti badan-badan
milik pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah yang melakukan pelanggaran baik itu
pencurian atau penyalahgunaan wewenangnya yang dimana akan menyinggung perlindungan
bagi subyek hukum yang dirugikan oleh negara maupun person yang mewakili negara dan
perlindungan hukum dalam HAN.
Kebebasan Pemerintah menggunakan wewenang paksaan pemerintahan ini harus dibatasi
oleh asas-asas umum pemerintahan yang layak seperti : Asas kecermatan,asas
keseimbangan,asas kepastian hukum dsb.
Jadi ketika pemerintahan menghadapi suatu kasus pelanggaran kaidah hukum administrasi
negara, misalnya pelanggaran ketentuan perizinan, pemerintah harus mengunakan asas
kecermatan, asas kepastian hukum,atau asas kebijaksanaan dengan mengkaji secara cermat
apakah pelanggaran izin tersebut bersifat subtansial atau tidak.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Hukum Perizinan
merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta lisensi-lisensi disertai dengan
pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas pada konsensionaris.
Beberapa peraturan terkait perizinan yang dikeluarkan pemerintah seperti izin mendirikan
bangunan, Izin perubahan penggunaan tanah, Izin tempat usaha, Izin tebang kayu memiliki
tata cara yang berbeda untuk memperoleh izinnya.
Terkait permasalahan perizinan. sering dijumpai dalam membuat perizinan, orang atau badan
hukum yang membuat perizinan menngalami beberapa kendala seperti : Waktu pengurusan
izin relatif lama, Biaya yang relatif tinggi, Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu
penyelesaian. Hal ini karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas
dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha.
Disini Peranan Hukum Administrasi Negara (HAN) dalam mengatasi permasalahan
perizininan ialah dalam melakukan kontrol terhadap jalannya istrumen-instrumen pemerintah
seperti badan-badan milik pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah. Berdasarkan berbagai
yurispundensi di negeri Belanda atau peraturan undang-undang di Indonesia, tampak bahwa
pelaksanaan paksaan pemerintah adalah wewenang yang diberikan undang-undang kepada
pemerintah yang bersifat bebas, dalam arti pemerintah diberi kebebasan untuk
mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah mengunakan bestuursdwang atau
tidak atau bahkan menerapkan sanksi lainnya.

B. Saran
Disini penulis memberi saran agar pemerintah dalam menangani permasalahan-permasalahan
terkait perizinan tidak terjadi atau meminimalisir pelanggaran terkait perizinan :
1. Mengurangi atau bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali biaya
pengurusan perizinan.
2. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan di bidang usaha, untuk
menghindari tindak aksi pelanggaran perizinan.
3. Perlunya disederhanakan persyaratan administrasi dengan mengurangi jumlah persyaratan,
tetapi sesuai dengan ketentuan.

DAFTAR PUSTAKA

1.Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara , UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta, 2003.
2. Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat, 2010, Hukum Adminstrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik, cet.ke-1, Bandung: Nuansa.
3. http://metroonline.id/kasus-suap-bupati-bogor-mulai-disidangkan/