68 kepmen kp 2016 ttg rencana pengelolaan perikanan ikan lemuru....

KEPUTUSAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 68/KEPMEN-KP/2016
TENTANG
RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN IKAN LEMURU
DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 7 ayat
(1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang

Nomor

45

Tahun


2009

tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, perlu menyusun Rencana Pengelolaan
Perikanan Ikan Lemuru di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia;
b. bahwa

untuk

mewujudkan

pengelolaan

perikanan

khususnya ikan lemuru secara bertanggung jawab, harus

menjamin kualitas, keanekaragaman, dan ketersediaan
sumber daya ikan lemuru;
c. bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
Rencana Pengelolaan Perikanan Ikan Lemuru di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;

-2-

Mengingat

: 1. Undang-Undang


Nomor

31

Tahun

2004

tentang

Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia

Nomor

4433),

sebagaimana


telah

diubah

dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Peraturan
Organisasi

Presiden

Nomor

Kementerian

7


Tahun

Negara

2015

tentang

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
4. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 sebagaimana

telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 83/P Tahun 2016 tentang Penggantian
Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja Periode Tahun
2014-2019;
5. Peraturan

Menteri

Kelautan

PER.29/MEN/2012

tentang

dan

Perikanan

Pedoman


Nomor

Penyusunan

Rencana Pengelolaan Perikanan di Bidang Penangkapan
Ikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 46);
6. Peraturan

Menteri

Kelautan

18/PERMEN-KP/2014

tentang

dan

Perikanan


Wilayah

Nomor

Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 503);

-3-

7. Peraturan

Menteri

Kelautan

dan


Perikanan

Nomor

23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
8. Keputusan

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan

Nomor

47/KEPMEN-KP/2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah

Tangkapan

yang

Diperbolehkan,

dan

Tingkat

Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: KEPUTUSAN

MENTERI


KELAUTAN

DAN

PERIKANAN

TENTANG RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN IKAN
LEMURU

DI

WILAYAH

PENGELOLAAN

PERIKANAN

NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
KESATU

: Menetapkan Rencana Pengelolaan Perikanan Ikan Lemuru
di

Wilayah

Pengelolaan

Perikanan

Negara

Republik

Indonesia yang selanjutnya disebut RPP Ikan Lemuru di
WPPNRI sebagaimana tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KEDUA

: RPP Ikan Lemuru di WPPNRI sebagaimana dimaksud
diktum

KESATU

merupakan

acuan

bagi

Pemerintah,

pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam
melaksanakan pengelolaan perikanan Ikan Lemuru di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

-4-

KETIGA

: Keputusan

Menteri

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2016
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

SUSI PUDJIASTUTI

-5-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 68/KEPMEN-KP/2016
TENTANG
RENCANA
PENGELOLAAN
PERIKANAN
IKAN
LEMURU DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air, dan
kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sumber
daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(WPPNRI) merupakan kekayaan alam yang terkandung di dalam air dan
oleh

sebab

itu

sudah

seharusnya

dikuasai

oleh

negara

dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sumber
daya

ikan

tersebut

harus

didayagunakan

untuk

mendukung

terwujudnya kedaulatan pangan khususnya pasokan protein ikan yang
sangat bermanfaat untuk mencerdaskan anak bangsa. Indonesia harus
memastikan kedaulatannya dalam memanfaatkan sumber daya ikan di
WPPNRI. Kedaulatan tersebut juga akan memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap potensi penyerapan tenaga kerja di atas kapal,
belum termasuk tenaga kerja pada unit pengolahan ikan, dan kegiatan
pendukung lainnya di darat.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang

-6-

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, disebutkan bahwa perikanan
adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan

sumber

daya

ikan

dan

lingkungannya

mulai

dari

praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya dalam
Pasal 1 angka 7 disebutkan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua
upaya,

termasuk

proses

yang

terintegrasi

dalam

pengumpulan

informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan,
alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum
dari

peraturan

perundang-undangan

di

bidang

perikanan,

yang

dilakukan oleh Pemerintah Pusat atau otoritas lain yang diarahkan
untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati
perairan

dan

tujuan

yang

telah

disepakati.

Ketentuan

tersebut

mengandung makna bahwa pengelolaan perikanan merupakan aspek
yang sangat penting untuk mengupayakan agar sumber daya ikan dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Dalam Article 6.2 Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF),
FAO

1995

mengamanatkan

bahwa

pengelolaan

perikanan

harus

menjamin kualitas, keanekaragaman, dan ketersediaan sumber daya
ikan dalam jumlah yang cukup untuk generasi saat ini dan generasi
yang akan datang, dalam konteks mewujudkan ketahanan pangan,
pengurangan

kemiskinan,

dan

pembangunan

berkelanjutan.

Hal

tersebut sejalan dengan cita-cita nasional Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pemerintah, pemeritah
daerah, dan pemangku kepentingan lainnya harus bersama-sama
melakukan upaya pengelolaan sumber daya ikan lemuru, sehingga
diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus. Dalam
upaya pengelolaan perikanan secara berkelanjutan, maka Pemerintah,
pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya harus bersamasama mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana diuraikan di atas. Hal
ini penting, karena dalam article 6.1 CCRF, FAO 1995, hak untuk
menangkap ikan (bagi pelaku usaha) harus disertai dengan kewajiban

-7-

menggunakan cara-cara yang bertanggungjawab, untuk memastikan
efektivitas pelaksanaan tindakan konservasi dan pengelolaan sumber
daya ikan, khususnya ikan lemuru.
Mengacu

pada

tugas,

fungsi,

dan

wewenang

yang

telah

dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan pada Kementerian
Kelautan dan Perikanan dan penjabaran dari misi pembangunan
nasional, maka upaya untuk mewujudkan pembangunan kelautan dan
perikanan

yang

menitikberatkan

pada

kedaulatan

(sovereignty),

keberlanjutan (sustainability), dan kesejahteraan (prosperity) harus
melalui proses terencana, terpadu, dan berkesinambungan.
Oleh karena itu dalam penyusunan rencana pengelolaan perikanan
telah mengacu pada misi pembangunan Kementerian Kelautan dan
Perikanan melalui prinsip pengelolaan perikanan dengan pendekatan
ekosistem

(Ecosystem

Approach

to

Fisheries

Management/EAFM).

Pendekatan dimaksud mencoba menyeimbangkan antara tujuan sosial
ekonomi dalam pengelolaan perikanan (kesejahteraan nelayan, keadilan
pemanfaatan

sumber

daya

ikan,

dan

lain-lain)

dengan

mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan ketidakpastian tentang
komponen biotik, abiotik, manusia, dan interaksinya dalam ekosistem
perairan

melalui

sebuah

pengelolaan

perikanan

yang

terpadu,

komprehensif, dan berkelanjutan.
B. Maksud dan Tujuan
RPP

Ikan

Lemuru

di

WPPNRI

dimaksudkan

dalam

rangka

mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan lemuru di WPPNRI
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.

-8-

Tujuan RPP Ikan Lemuru di WPPNRI sebagai arah dan pedoman
bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan pengelolaan sumber daya ikan lemuru dan lingkungannya
di WPPNRI.
C. Visi Pengelolaan Perikanan
Visi pengelolaan perikanan ikan lemuru untuk mewujudkan
pengelolaan

perikanan

ikan

lemuru

yang

berkedaulatan

dan

berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat perikanan Indonesia
pada umumnya dan masyarakat pesisir pada khususnya.
D. Ruang Lingkup dan Wilayah Pengelolaan
1. Ruang lingkup RPP ini meliputi:
a. Status perikanan ikan lemuru; dan
b. Rencana strategis pengelolaan perikanan ikan lemuru di WPPNRI,
khususnya WPPNRI 573.
2. Wilayah Pengelolaan
Berdasarkan
Nomor

Peraturan

18/PERMEN-KP/2014

Menteri

Kelautan

tentang

dan

Wilayah

Perikanan
Pengelolaan

Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), Indonesia terbagi
menjadi

11

WPPNRI.

Mempertimbangkan

data

distribusi

pemanfaatan ikan lemuru hanya di sebagian perairan laut Indonesia,
maka cakupan wilayah pengelolaan dalam dokumen RPP Ikan
Lemuru hanya terbatas pada WPPNRI 573 khususnya di Selat Bali
dan perairan sekitarnya sebagaimana tercantum pada Gambar 1.

-9-

Gambar 1.

Persentase rata-rata hasil tangkapan ikan lemuru pada periode
Tahun 2005-2014
Sumber: Statistik Perikanan Tangkap, 2015

Secara

administratif,

daerah

provinsi

yang

memiliki

kewenangan dan tanggung jawab melakukan pengelolaan sumber
daya ikan, khususnya ikan lemuru di WPPNRI 573, meliputi Provinsi
Jawa Timur dan Provinsi Bali.

- 10 -

BAB II
STATUS PERIKANAN
A. Potensi, Komposisi, Distribusi, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya
Ikan
Lemuru atau dikenal juga sebagai Bali Sardinella (Sardinella
lemuru) adalah salah satu jenis dari ikan pelagis kecil. Morfologi ikan
lemuru bulat panjang dengan bagian perut agak membulat dan sisik
duri agak tumpul serta tidak menonjol. Pada bagian atas penutup
insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris bulatan hitam sebanyak
10-20 buah. Ikan lemuru memiliki sirip berwarna abu-abu kekuningan,
sedang warna sirip ekor kehitaman.
Jika dilihat dari sistematikanya, ikan lemuru termasuk ke dalam:
a. Filum

: Chordata

b. Kelas

: Pisces

c. Sub kelas

: Teleostei

d. Ordo

: Clupeiformes

e. Famili

: Clupeidae

f. Genus

: Sardinella

g. Spesies

: Sardinella lemuru Bleeker, 1853

Di Indonesia sebetulnya punya beberapa jenis sarden seperti
sardinella longiceps, sardinella sirm, sardinella leigaster, dan sardinella
clupeoides. Nama-nama ini merupakan hasil tangkapan dari daerah
kepulauan seribu, Pekalongan, Tegal dan Pelabuhan Ratu. Hanya saja
populasinya tidak sebanyak dengan lemuru yang ada di Selat Bali. Ikan
lemuru sering ditemukan berenang dalam kelompok besar, dekat
permukaan laut tidak jauh dari pantai (pesisir). Ikan lemuru diketahui
memangsa plankton (fitoplankton dan zooplankton), terutama kopepoda.
Ikan lemuru secara alami tersebar mulai dari bagian timur
Samudera Hindia, Thailand, pantai selatan Jawa Timur dan Bali, bagian
barat Australia, hingga bagian barat Samudera Pasifik (fishbase.org)
sebagaimana tercantum pada Gambar 2.

- 11 -

Gambar 2 Distribusi ikan lemuru di perairan Indonesia
Sumber: fishbase.org

Pada Gambar 2 terlihat bahwa ikan lemuru tersebar di bagian
timur Samudera Hindia dan di bagian barat Samudera Pasifik, di daerah
yang membentang dari bagian selatan Jepang menuju Kepulauan
Indonesia sampai ke bagian barat Australia. Menurut Whitehead (1985),
ikan lemuru menghuni suatu daerah area yang luas, yaitu bagian timur
Samudera Hindia (Pukhet, Thailand, pantai selatan Pulau Jawa Timur
dan Pulau Bali, bagian barat Australia) dan Samudera Pasifik (bagian
utara Pulau Jawa sampai Filipina, Hongkong, bagian selatan Taiwan,
dan Jepang). Di bagian tenggara Pulau Jawa dan Bali, konsentrasi ikan
lemuru sebagian besar berada di Selat Bali.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
47/KEPMEN-KP/2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan
yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, estimasi
potensi sumber daya ikan di WPPNRI 573 sebagaimana tercantum pada
Tabel 1.

- 12 -

Tabel 1. Estimasi potensi sumber daya ikan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kelompok Sumber Daya Ikan
Ikan Pelagis Kecil
Ikan Pelagis Besar
Ikan Demersal
Ikan Karang
Udang Penaeid
Lobster
Kepiting
Rajungan
Cumi-Cumi
Total Potensi

Potensi (ribu
ton/tahun)
294,092
505,942
103,501
8,778
6,854
844
465
659
8,195
929,330

Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.47/MEN/2016
tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan
Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa urutan 5 (lima) besar kelompok
sumber daya ikan di WPPNRI 573 adalah ikan pelagis besar sebesar
505, 942 ton/tahun, ikan pelagis kecil sebesar 294,092 ton/tahun,
ikan demersal sebesar 103.501 ton/tahun, ikan karang sebesar
8,778 ton/tahun, udang penaeid sebesar 6,854 ton/tahun.
Salah satu jenis ikan kelompok pelagis kecil adalah ikan
lemuru, namun untuk angka potensi ikan lemuru belum dapat
disajikan karena belum terdapat hasil kajian ikan lemuru.
Perkembangan hasil tangkapan ikan lemuru di WPPNRI 573
pada periode Tahun 2005-2014 sebagaimana tercantum pada
gambar 3.

- 13 -

Gambar 3. Perkembangan Hasil tangkapan Ikan Lemuru pada periode Tahun
2005-2014 di WPPNRI 573
Sumber: Statistik Perikanan tangkap, 2015

Pada Gambar 3 terlihat bahwa hasil tangkapan ikan lemuru
pada

periode

Tahun

2005-2014

di

WPPNRI

573

cenderung

mengalami penurunan. Pada Tahun 2009 sampai 2012 mengalami
penurunan yang besar, kemudian mulai meningkat pada 2013 dan
2014. Hasil tangkapan terbesar terjadi pada Tahun 2007 sebesar
111.207 ton dan hasil tangkapan terendah terjadi pada Tahun 2012
sebesar 19.663 ton
Ikan yang hidup di perairan Selat Bali terdiri dari ikan pelagis
dan ikan demersal. Jenis ikan demersal yang terdapat pada
perairan tersebut adalah ikan kakap (Lutjanus spp.), ikan kurisi
(Nemiptherus spp.), ikan pepetek (Leiognatus spp.), ikan manyung
(Arius spp). Jenis ikan pelagis yang terdapat di perairan Selat Bali
terdiri dari berbagai jenis, namun yang dominan tertangkap oleh
pukat cincin adalah ikan lemuru (Sardinella lemuru), ikan layang
(Decapterus spp.), ikan tembang (Sardinella spp.), ikan kembung
(Rastrelliger kanagurta), ikan slengseng (Scomber australasicus) dan
ikan tongkol (Auxis spp.) (Merta et al. 1999 dalam Tinungki, 2005).
Berdasarkan ukuran tangkapan, ikan lemuru dibedakan
menjadi empat golongan, yaitu sempenit (panjang 200
GT
1
1

Sumber: Direktorat Pengendalian Penangkapan Ikan, 2016

Pada Tabel 6 terlihat bahwa jumlah kapal penangkap ikan
berukuran lebih dari 30 GT yang beroperasi di WPPNRI 573 sebanyak
475 unit, dengan 4 jenis alat penangkapan ikan, yaitu pukat cincin
pelagis besar dengan jumlah kapal sebanyak 295 unit, rawai tuna
dengan jumlah kapal sebanyak 179 unit, pukat cincin pelagis kecil
dengan jumlah kapal sebanyak 56 unit dan hand line tuna sebanyak 1
unit.
Inventarisasi jumlah armada penangkapan ikan menurut jenis alat
penangkapan ikan yaitu sebagaimana tercaantum pada Tabel 7.

- 33 -

Tabel 7. Jumlah unit penangkapan ikan lemuru menurut kategori
kapal penangkap ikan di WPPNRI 712 Tahun 2014
No
1
2

3

4

Alat Penangkapan Ikan
Jaring Lingkar (Surrounding nets )
Jaring Angkat (Lift nets )
Bagan berperahu (bagan berperahu )
Bagan tancap (Shore-operated stationary lift
nets)
Alat yang Dijatuhkan (Falling gears )
Jala jatuh berkapal (Cast nets )
Jala tebar (Falling gear not specified )

2.076
296
296

Jaring Insang (Gillnets and Entangling nets )
Jaring
Jaring
Jaring
Jaring
takes)
Jaring

5

Jumlah
(unit)
44.315
5.085
3.009

2.290
1.021
1.085

Insang Tetap (Set Gillnet anchor)
Insang Hanyut (Driftnet)
Insang Lingkar (Encircling gillnets)
insang berpancang (Fixed gillnets on

82

insang berlapis (Trammel nets )

102

Pancing (Hooks and Lines)

1.090

Pancing ulur (Hand lines )
Total

1.090
53.076

Sumber: Statistik Perikanan Tangkap, 2015

Pada Tabel 7 terlihat bahwa jumlah kapal penangkap ikan lemuru
yang beroperasi sebanyak 53.076 unit, dengan 5 (lima) kelompok jenis
alat

penangkapan

ikan.

Berdasarkan

tabel

tersebut,

juga

dapat

diketahui bahwa kelompok jenis alat penangkapan ikan yang dominan
yaitu kelompok jaring lingkar sebanyak 44.315 unit. Oleh sebab itu,
kelompok jenis ikan yang akan dikelola adalah jenis ikan yang dominan
tertangkap dengan kelompok jenis jaring lingkar.
Penentuan satuan pengelolaan perikanan terhadap jenis ikan
dilakukan melalui analisis komposisi jenis ikan hasil tangkapan.
Komposisi

jenis

ikan

dianalisis

berdasarkan

jumlah

ikan

hasil

tangkapan dominan dari 3 (tiga) jenis alat penangkapan ikan yakni
rawai tuna, purse seine untuk penangkapan ikan pelagis kecil dan purse
seine untuk ikan pelagis besar.

- 34 -

a. Pukat cincin pelagis kecil
Komposisi hasil tangkapan pukat cincin pelagis kecil berturutturut antara lain layang, kembung, selar dan seterusnya. Komposisi
masing-masing jenis ikan sebagaimana tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8.Komposisi Hasil Tangkapan Pukat Cincin Pelagis Kecil di
WPPNRI 573
Spesies
No
1
2
3
4
5
6

Nama lokal
Layang
Kembung
Selar
Lemuru
Tembang
Ikan lainnya

Sumber:

Nama ilmiah
Decapterus spp
Rastrelliger spp
Selaroides Leptolepis
Sardinella Longiceps
Sardinella fimbriata
Total

Komposisi
hasil
tangkapan (%)
40,0
20,0
15,0
10,0
10,0
5,0
100,0

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 61/KEPMENKP/2014 tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan

Pada Tabel 8 terlihat bahwa komposisi hasil tangkapan dari
Pukat Cincin Pelagis Kecil di WPPNRI 573 yaitu untuk menangkap
ikan layang sebesar 40 %, ikan kembung sebesar 20 %, ikan selar
sebesar 15 %, ikan lemuru sebesar 10 %, ikan tembang sebesar 10 %,
dan ikan lainnya sebesar 5 %.
b. Analisis Biaya Penangkapan Ikan Lemuru
Biaya penangkapan untuk setiap upaya penangkapan terdiri dari
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap
meliputi penyusutan kapal, penyusutan alat penangkapan ikan,
penyusutan mesin, dan lain-lain. Biaya variabel meliputi biaya bahan
bakar (solar), bahan pengawet (es dan garam), oli dan pangan. Biaya
penangkapan dalam perikanan (cost of fishing) adalah seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk membeli faktor produksi atau effort, meliputi
biaya per trip (cost per trip) dan biaya total (fixed cost ditambah
dengan variable cost). Dalam kajian bioekonomi model GordonSchaefer, biaya penangkapan didasarkan atas asumsi bahwa hanya
faktor penangkapan yang diperhitungkan dan dianggap konstan,
sehingga dalam hal ini biaya penangkapan didefinisikan sebagai biaya

- 35 -

variabel per trip dan dianggap konstan. Biaya penangkapan yang
dibutuhkan dalam kegiatan perikanan tangkap tercermin pada biaya
penangkapan, yaitu biaya es, garam, solar dan pangan. Berdasarkan
penelitian Walten (2000) yang dijadikan acuan dalam Zulbainarni
(2012), biaya penangkapan terhadap usaha penangkapan ikan lemuru
di Selat Bali sebagaimana tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9. Struktur Biaya Penangkapan Ikan Lemuru di Selat Bali
No.

Biaya Penangkapan

Nilai (Rp)

1
Solar
2
Bahan pengawet
3
Oli
4
Pangan
Total biaya penangkapan per trip
per unit armada

140.000
11.300
115.000
66.500
332.800

Persentase
(%)
42,07
3,40
34,56
19,98
100,00

Sumber: Walten 2000 dalam Zulbainarni, 2012

Pada Tabel 9 terlihat bahwa biaya penangkapan ikan lemuru di
Selat Bali tertinggi untuk pembelian solar sebesar 42,07 % dari total
biaya yang dikeluarkan nelayan per trip per unit armada. Biaya yang
dikeluarkan lainnya yaitu biaya pembelian oli sebesar 34,56%, biaya
pembelian pangan sebesar 19,98%, dan biaya pembelian bahan
pengawet sebesar 3,40 % dari total biaya yang dikeluarkan nelayan
per trip per unit armada.
c. Aspek Sosial Ekonomi Industri Pengolahan Ikan
Industri pengolahan ikan merupakan salah satu komponen
stakeholder nonpemerintah yang turut berperan dalam pengelolaan
ikan lemuru di perairan Selat Bali. Komponen pemangku kepentingan
ini berperan dalam proses lebih lanjut untuk mengolah ikan menjadi
produk yang memiliki nilai tambah (value added product). Hasil
penelitian Wiyono (2011) menunjukkan bahwa jumlah industri
pengolahan hasil perikanan, baik skala besar/industri maupun skala
kecil/rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Jembrana, cukup berfluktuasi.

Industri yang terdaftar di instansi

pemerintah daerah (dinas) adalah seluruh industri yang bergerak di
bidang perikanan, sedangkan yang terdaftar di Pelabuhan Perikanan

- 36 -

Pantai Muncar dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan
merupakan

industri

yang

berhubungan

langsung

dengan

ikan

lemuru.
Jumlah industri skala besar di Pelabuhan Perikanan Pantai
Muncar yang bahan baku utama atau bahan baku pendukungnya
ikan lemuru adalah 55 industri pada Tahun 2005. Jumlah ini terus
meningkat menjadi 106 industri pada Tahun 2007, namun pada
Tahun 2009 menurun menjadi 98 industri. Dari 98 industri tersebut,
4 (empat) industri pengalengan di antaranya tidak aktif lagi. Jenis
industri skala besar tersebut terdiri dari 5 (lima) bidang usaha, yaitu
pengalengan, penepungan, minyak ikan, cold storage, dan pabrik es.
Industri skala kecil/rumah tangga juga mengalami hal yang sama.
Pada Tahun 2005, jumlah industri skala kecil ini adalah 233 dan
pada Tahun 2009 menurun menjadi 163 industri. Industri kecil ini
terdiri dari 4 (empat) jenis bidang usaha, yaitu pedagang, pengasin,
pemindang, dan pengesan.
Jumlah

industri

pengolahan

ikan

lemuru

skala

besar

di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan pada Tahun 2010
sebanyak 21 unit industri. Jumlah aktual industri tersebut sebanyak
12 unit industri. Hal ini disebabkan adanya industri yang bergerak
pada dua atau tiga bidang usaha. Jumlah industri pengolahan ikan
lemuru skala kecil sebanyak 207 industri pada Tahun 2010 yang
terdiri dari pedagang dan usaha ikan pindang. Kapasitas produksi
maksimum industri di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten
Jembrana sebagaimana tercantum pada Tabel 10 dan Tabel 11.
Tabel 10. Jumlah Industri Pengolahan dan Kapasitas Produksi
Maksimumnya di Kabupaten Banyuwangi
Bidang Usaha
Skala Besar
Pengalengan
Penepungan
Minyak Ikan
Cold storage

Jumlah
Aktif

Kapasitas
maksimum
(ton/hari)

Jumlah
(ton/hari)

7
52
11
30

15
15
5
10

135
780
55
300

- 37 -

Bidang Usaha

5

Kapasitas
maksimum
(ton/hari)
-

111
24
23
5

0,5
0,1
0,7

Jumlah
Aktif

Pabrik Es
Skala Kecil
Pedagang
Pengasinan
Pemindangan
Pengesan

Jumlah
(ton/hari)
12
2,3
6,3

Sumber: Wiyono (2011)

Pada Tabel 10 terlihat bahwa untuk bidang usaha skala
besar, jumlah aktif terbesar pada usaha penepungan sebanyak
52 pabrik yang dapat memproses sebesar 15 ton/hari per
pabrik dengan jumlah total 780 ton/hari.
Tabel 11. Kapasitas Produksi Maksimum Industri di Kabupaten
Jembrana
Nama Perusahaan
PT Bali Omega

PT Sumina Ekstra Sindo
CV Jaya Baru
PT Indo Bali
PT Bali Maya Permai
PT Sarana Tani Pratama
CV Bali Indah
PT Hosana Buana Tunggal
PT Indo Citra
PT Indo Hamafish

PT Bumi Bali Mina
PT Dwipa Mina Nusantara
Sumber: Wiyono (2011)

Usaha
Tepung ikan
Pengalengan
Es batu
Pengalengan
Tepung ikan
Tepung ikan
Pengalengan
Tepung ikan
Pengalengan
Tepung ikan
Tepung ikan
Pengalengan
Tepung ikan
Tepung ikan
Minyak ikan
Pengalengan
Tepung ikan
Pengalengan
Tepung ikan
Es batu
Tepung ikan
Tepung ikan

ikan
ikan

ikan
ikan

ikan

ikan
ikan

Kapasitas
produksi
(ton/hari)
60
10
15