Studi Perencanaan Sistem Penerangan Jalan Dan Taman Dengan Menggunakan Teknologi Surya

BAB2 II
BAB
DASAR TEORI
2.1

Lampu Penerangan Jalan
Lampu penerangan jalan merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan

yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri / kanan jalan dan atau di tengah
(dibagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun
lingkungan disekitar jalan yang diperlukan [7].
2.1.1

Fungsi Penerangan Jalan
Adapun beberapa fungsi penerangan jalan adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan kekontrasan antara jalan dan obyek.
2. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan khususnya
pada malam hari.
3. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.
4. Mendukung keamanan lingkungan.
5. Menambah nilai keindahan lingkungan [7].


2.1.2

Dasar Perencanaan Penerangan Jalan
Dalam merencanakan sistem penerangan jalan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, antara lain :
1. Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini :
a. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang
bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dan lain-lain.
b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan
persimpangan jalan.
c. Geometri jalan, seperti alinyemen horizontal, alinyemen vertikal,
dan lain-lain.
d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi
pantulan cahaya lampu penerangan.
e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik
lampu dan lokasi sumber listrik.

3

Universitas Sumatera Utara

f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain
agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis.
g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan
daerah sekitarnya.
h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

2. Beberapa

tempat

yang

memerlukan

perhatian

khusus


dalam

perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut :
a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.
b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horizontal (tikungan) tajam
c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir,

dan lain-lain.
d. Jalan - jalan berpohon.
e. Jalan - jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk

pemasangan lampu dibagian median.
f. Jembatan sempit / panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah

(terowongan).
g. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi

dengan jalannya [7].
2.1.3


Jenis Lampu Penerangan Jalan
Berdasarkan jenisnya lampu penerangan dibagi beberapa kelompok antara

lain:
a. Lampu Tabung Fluorescent, lampu Fluorescent atau TL adalah jenis
lampu yang didalam tabungnya terdapat sedikit merkuri dan gas argon
dengan tekanan rendah, serbuk phosphor yang melapisi seluruh
permukaan bagian dalam kaca tabung lampu tersebut. Tabung ini
mempunyai dua elektroda pada masing-masing ujungnya. Gas argon
berfungsi untuk keperluan start, sedangkan merkuri berfungsi untuk
menghasilkan radiasi ultraviolet yang kemudian akan membangkitkan
phosphors dan akan bercampur mineral lain yang telah dileburkan pada
sisi bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbulkan cahaya.

4
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2-1 lampu tabung fluorescent
b. Lampu Merkuri, Prinsip kerja lampu merkuri sama dengan prinsip
kerja lampu fluorescen, yaitu cahaya yang dipancarkan berdasarkan

terjadinya loncatan elektron (peluahan muatan) di dalam tabung.
Sedangkan konstruksinya berbeda dengan lampu fluorescen. Lampu
merkuri terdiri dari dua tabung, yaitu tabung dalam dari gelas kuarsa
dan bohlam luar. Lampu merkuri bekerja pada faktor daya yang rendah,
oleh karena itu harus menggunakan kapasitor untuk memperbaiki faktor
daya lampu.

Gambar 2-2 Lampu merkuri
c. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX), adalah salah satu lampu
hemat energi yang banyak dipakai untuk penerangan jalan maupun
penerangan tempat-tempat lainnya. Lampu ini memiliki dua tabung
bagian dalam berbentuk “U” .Tabung U berisi cairan sodium ditambah
dengan gas neon dan 1% argon sebagai gas bantu serta dilengkapi
dengan dua buah elektroda yang dilapisi dengan tungsten.
5
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2-3 lampu sodium tekanan rendah
d. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), Prinsip kerjanya sama
dengan prinsip kerja lampu sodium tekanan rendah, yaitu berdasarkan

terjadinya pelepasan elektron di dalam tabung lampu. Lampu ini
mempunyai tekanan gas di dalam tabung kira-kira 1/3 atmosper (250
mm merkuri), dibandingkan dengan tekanan gas dalam lampu sodium
tekanan rendah yang kira-kira hanya 3-10 mm merkuri. Temperatur
kerja tabung lampu sodium tekanan tinggi juga lebih tinggi.

Gambar 2-4 lampu sodium tekanan tinggi
e. Lampu LED, LED adalah bahan semi-konduktor yang mengeluarkan
cahaya ketika arus listrik melaluinya. Bila sumber arus listrik diberikan
kepada LED (kutub negatif dihubungkan dengan N dan kutub positif
dngan P) maka lobang akan mengalir ke arah N dan elektron ke arah P.
Cahaya yang dihasilkan LED bermacam-macam tergantung bahan
semi-konduktor yang digunakan [10].

6
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2-5 lampu LED
Pemilihan jenis lampu mempengaruhi kualitas dari pencahayaan
penerangan jalan, adapun syarat dalam pemilihan jenis dan kualitas lampu

penerangan jalan adalah berdasarkan nilai efisiensi, umur rencana, dan
kekontrasan permukaan jalan dan obyek [7].
Tabel 2-1 berikut ini menunjukkan karakteristik lampu penerangan jalan
yang biasa digunakan.
Tabel 2-1 Karakteristik dan penggunaan lampu penerangan jalan.
Efisiensi

Umur

Pengaruh

rata-rata

rencana

thd

Jenis

(lumen/


Rata-

Daya

warna

Lampu

watt)

rata

(watt)

obyek

Keterangan

(jam)

Lampu
tabung

60 – 70

8.000 – 18
10.000

20;

fluorescent

36

tekanan

40

rendah


- Sedang

- untuk jalan kolektor
dan lokal;

-

- efisiensi cukup tinggi
tetapi

berumur

pendek;
- lampu ini digunakan
untuk hal-hal yang
terbatas.

7
Universitas Sumatera Utara


Lampu gas 50 – 55

16.000

125;

merkuri



250;

lokal

tekanan

24.000

400;

persimpangan;

tinggi

Sedang

700

- untuk jalan kolektor,

-

(MBF/U)

dan

efisiensi

rendah,

umur panjang dan
ukuran lampu kecil;
- jenis lampu ini masih
dapat

digunakan

secara terbatas.
Lampu gas

100 -

8.000 - 90;

Sangat

sodium

200

10.000

buruk

180

- untuk jalan kolektor,
lokal, persimpangan,

bertekanan

penyeberangan,

rendah

terowongan, tempat

(SOX)

peristirahatan

(rest

area);
-

efisiensi

sangat

tinggi, umur cukup
panjang,

ukuran

lampu

besar

sehingga sulit untuk
mengontrol
cahayanya

dan

cahaya lampu sangat
buruk karena warna
kuning;
-

Jenis

lampu

ini

dianjurkan
digunakan
faktor

karena

efisiensinya

yang sangat tinggi.

8
Universitas Sumatera Utara

Lampu gas 110

12.000 -

150;

sodium

20.000

250;

arteri,

400

persimpangan.

tekanan

Baik

tinggi

-

-

Untuk

jalan

tol,

kolektor,

besar/luas

dan

interchange;

(SON)

efisiensi

tinggi,

umur

sangat

panjang,

ukuran

lampu

kecil,

sehingga

mudah

pengontrolan
cahayanya;
-

Jenis

lampu

ini

sangat

baik

dan

sangat

dianjurkan

untuk digunakan.
Lampu
Light

29-155

30.000 - 1550.000

Baik

- untuk jalan kolektor,

300

lokal, persimpangan,

Emitting

penyeberangan,

Diode

terowongan, tempat

(LED)

peristirahatan (rest
- efisiensi tinggi, umur
paling

panjang,

ukuran
lampu besar,
-

Jenis

lampu

ini

sangat

baik

dan

sangat

dianjurkan

untuk digunakan.
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

9
Universitas Sumatera Utara

2.2

Jenis atau Kelas Jalan
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel [4].
Lampu penerangan jalan dipasang di berbagai jenis atau kelas jalan dimana
kebutuhannya disesuaikan. Adapun kelas-kelas jalan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Jalan Trotoar, adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan
jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin
keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.
b. Jalan Lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah,
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
c. Jalan Kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
d. Jalan Arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
e. Jalan Layang, merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk
mengatasi hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan
kumuh yang sulit ataupun melalui kawasan rawa-rawa.
f. Jalan Terowongan, adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah
atau gunung. Terowongan biasa digunakan untuk lalu lintas kendaraan
(umumnya mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki atau
pengendara sepeda sebagai sebuah tembusan dari suatu tempat ke tempat
lainnya.
g. Jalan Simpang Susun, adalah persimpangan tidak sebidang dimana dapat
dilakukan perpindahan dari satu kaki persimpangan ke kaki lainnya
melalui akses yang terhubung tidak sebidang[4].

10
Universitas Sumatera Utara

2.3

Ketentuan Penempatan Penerangan Jalan

2.3.1

Kualitas Pencahayaan

2.3.1.1 Pencahayaan pada Ruas Jalan
Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda
iluminansi atau luminansi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan
metoda iluminansi, karena dapat diukur langsung di permukaan jalan dengan
menggunakan alat pengukur kuat cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut
jenis/klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2-2 Kualitas Pencahayaan Normal
Kuat Pencahayaan
( Iluminansi)

Luminansi

Batasan silau

Jenis /

E

Kemerataan

L

Kemerataan

Klasifikasi jalan

rata-rata

(Uniformity)

rata-rata

(Uniformity)

(lux)

gl

(cd/m2)

Trotoar

VD

G

TJ (%)

VI

1-4

0.10

0.10

0.40

0.50

4

20

- Primer

2-5

0.10

0.50

0.40

0.50

4

20

- Sekunder

2-5

0.10

0.50

0.40

0.50

-Primer

3-7

0.14

1.0

0.40

0.50

4-5

20

- Sekunder

3-7

0.14

1.0

0.40

0.50

4-5

20

-Primer

11-20

0.14-0.20

1.50

0.40

0.50-0.70

5-6

10-20

-Sekunder

11-20

0.14-0.20

1.50

0.40

0.50-0.70

5-6

10-20

15-20

0.14-0.20

1.50

0.40

0.50-0.70

5-6

10-20

20-25

0.20

2.00

0.40

0.70

6

10

Jalan lokal :

Jalan Kolektor :

Jalan arteri :

Jalan

arteri

dengan

akses kontrol, jalan
bebas hambatan
Jalan layang, simpang
susun, terowongan

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

11
Universitas Sumatera Utara

keterangan :
g1

= Emin/Emaks

VD

= Lmin/Lmaks

VI

= Lmin/Lrata-rata

G

= silau (glare)

TJ

= batas ambang kesilauan

2.3.1.2 Pencahayaan pada Tempat Parkir
Tempat parkir juga membutuhkan cahaya. Kuat pencahayaan untuk
tempat parkir ditentukan pada Tabel 2.3.
Tabel 2-3 kuat pencahayaan pada daerah tempat parkir
Kuat pencahayaan pada tempat parkir terbuka (lux)
Tingkat kegiatan
Lingkungan di lokasi

Untuk tujuan
Lalu-lintas kendaraan

Keselamatan pejalan kaki

Rendah

5

2

Sedang

11

6

tinggi

22

10

Kuat pencahayaan pada tempat parkir tertutup (lux)
Daerah

Siang hari

Malam hari

dan pejalan kaki

54

54

Kegiatan sedang/tinggi

100

54

Daerah tempat parkir

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

2.3.2

Rasio Kemerataan Pencahayaan (uniformity ratio)
Rasio kemerataan (uniformity ratio) merupakan perbandingan harga antara

dua kondisi dari suatu besaran kuat pencahayaan (iluminansi atau luminansi) pada
suatu permukaan jalan, yaitu rasio maksimum antara kemerataan pencahayaan
maksimum dan minimum menurut lokasi penempatan tertentu seperti yang
ditentukan pada Tabel 2.4.

12
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2-4 Rasio Kemerataan Pencahayaan
Lokasi Penempatan

Rasio Maksimum

Jalur lalu lintas :
- Di daerah permukiman

6:1

- Di daerah komersil / pusat kota

3:1

Jalur pejalan kaki :
- Di Daerah permukiman

10 : 1

- Di daerah komersil / pusat kota

4:1

Terowongan

4:1

Tempat-tempat peristirahatan (rest area)

6:1

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

2.3.3

Penempatan Lampu Penerangan Jalan
Dalam merencanakan penempatan lampu penerangan jalan ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan :
a) Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan Tabel 2.4;
b) Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan;
c) Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan,
dibanding pada bagian jalan yang lurus;
d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan
pejalan kaki.
2) Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan seperti
pada Tabel 2.5.
3) Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus
memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara, sehingga
efek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi.

13
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2-5 Sistem penempatan lampu penerangan jalan
Jenis jalan / jembatan

Sistem penempatan lampu yang
digunakan

- Jalan arteri

Sistem menerus dan parsial

- Jalan kolektor

Sistem menerus dan parsial

- Jalan lokal

Sistem menerus dan parsial

- Persimpangan, simpang susun, ramp

Sistem menerus

- Jembatan

Sistem menerus

- Terowongan

Sistem menerus bergradasi pada
ujung-ujung terowongan

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga
4). Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat
pada Gambar 2.6.

Gambar 2-6 penempatan lampu penerangan jalan

14
Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
H

= tinggi tiang lampu

L

= lebar badan jalan, termasuk median jika ada

E

= jarak interval antar tiang lampu

S1 + S2

= Proyeksi kerucut cahaya lampu

S1

= jarak tiang lampu ke tepi kereb

S2

= jarak dari tepi kereb ke titik penyinaran terjauh

L

= sudut inklinasi pencahyaan

5) Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe
lampu, tinggi lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan
dari lampu yang akan digunakan [7].
2.3.4

Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan
Penataan / pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada

Tabel 2.6 berikut :
Tabel 2-6 Penataan letak lampu penerangan jalan
Tempat
Jalan satu arah

-

Penataan / pengaturan letak
Di kiri atau kanan jalan;
Di kiri dan kanan jalan berselang-seling;
Di kiri dan kanan jalan berhadap-hadapan;
Dibagian tengah / separator jalan.

Jalan dua arah

- Di bagian tengah / median jalan;
- Kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan
dengan dibagian tengah / median jalan;
- Katenasi (dibagian tengah jalan dengan sistem
digantung).

Persimpangan

- Dapat dilakukan dengan menggunakan lampu
menara dengan beberapa lampu, umumnya
ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan,
diluar daerah persimpangan.

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

15
Universitas Sumatera Utara

2.3.5

Penataan Lampu Penerangan Terhadap Tanaman Jalan
Dalam penempatan lampu penerangan jalan harus dipertimbangkan

terhadap tanaman jalan yang akan ditanam maupun yang telah ada, sehingga perlu
adanya pemangkasan pohon dengan batasan seperti Tabel 2.7 dan Gambar 2.7.
Tabel 2-7 Tinggi pemangkasan pohon terhadap sudut di bawah cahaya lampu
Garis pemangkasan pada sudut α
dibawah cahaya lampu
700
750
800
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

Tinggi pemangkasan pohon (h)
H – 0.36 D
H – 0.26 D
H – 0.17 D

Keterangan : H = tinggi tiang lampu (mounting height ) dalam meter
D = jarak tiang lampu ke jarak terendah tanaman dengan tanah

Gambar 2-7 Penempatan lampu penerangan terhadap tanaman jalan

16
Universitas Sumatera Utara

2.3.6

Pemasangan Rumah Lampu Penerangan

2.3.6.1 Tiang Lampu dengan Lengan Tunggal.
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan.
Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan tunggal seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.8.

Gambar 2-8 tipikal tiang lampu lengan tunggal

2.3.6.2 Tiang Lampu dengan Lengan Ganda
Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/median jalan, dengan
catatan jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu
tiang. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan ganda seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.9.

17
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2-9 tipikal tiang lampu lengan ganda

2.4

Sel Surya
Sel surya merupakan pembangkit energi listrik yang mengkonversi radiasi

matahari menjadi arus listrik secara langsung. Sel surya bekerja berdasarkan efek
foto elektrik pada material semikonduktor untuk mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik. Untuk mendapatkan tegangan keluaran yang lebih besar lagi maka
diperlukan lebih banyak lagi sel surya. Gabungan dari beberapa sel surya ini
disebut Panel Surya (Solar Panel). Namun tegangan yang dihasilkan oleh sel
surya atau panel surya adalah tegangan DC.

18
Universitas Sumatera Utara

2.4.1

Prinsip Kerja Panel Surya
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau

sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti
dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan.
Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc
sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2.
Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga
umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk panel surya.

Gambar 2-10 Panel surya
Selain pengaruh arah dari panel surya, temperatur juga dapat mempengaruhi
energi listrik yang dihasilkannya. Semakin tinggi temperatur panel surya jenis
silikon kristal, maka akan semakin berkurang tegangan yang dihasilkannya yaitu
sebesar 0,04V sampai 0,10V per ºC. Oleh karena itu, dalam pemasangan panel
surya diusahakan tidak dipasang langsung di atas atap, tetapi diberikan jarak
antara 30 sampai 50 cm, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
akumulasi panas di bagian bawah panel surya.

19
Universitas Sumatera Utara

2.4.1.1 Kelebihan dan Kekurangan Panel Surya
Sistem penerangan jalan dengan menggunakan teknologi surya tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelebihan
a. Panel surya ramah lingkungan dan tidak memberikan kontribusi

terhadap perubahan iklim.
b. Sumber energinya berupa radiasi matahari diperoleh secara gratis

dan melimpah di planet kita.
c. Panel surya mudah dipasang dan memiliki biaya pemeliharaan yang

sangat rendah karena tidak ada bagian yang bergerak.
d. Panel surya tidak memberikan kontribusi terhadap polusi suara.
e. Harga panel surya terus turun meskipun mereka masih harus

bersaing dengan bahan bakar fosil.
f.

Masa pakainya yang panjang, mecapai 25-30 tahun.

g. Jika dipasang secara individual (satu tiang satu sistem). Rumah atau

tiang lampu yang berjauhan sekalipun tidak memerlukan jaringan
kabel distribusi. Selain itu, gangguan pada satu sistem tidak
mengganggu sistem lainnya.
Kekurangan
a. Panel surya masih relatif mahal, bahkan meskipun setelah banyak
mengalami penurunan harga.
b. Saat ini efisiensi panel surya yang tersedia masih rendah. Rata-rata
panel surya saat ini mencapai efisiensi kurang dari 20%.
c. Jika tidak terpasang dengan baik dapat terjadi over-heating pada
panel surya.
d. Daur ulang panel surya yang tak terpakai lagi dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan jika tidak dilakukan dengan hati-hati karena
silikon, selenium, kadmium, dan sulfur heksafluorida (merupakan
gas rumah kaca), kesemuanya dapat ditemukan di panel surya dan
bisa menjadi sumber pencemaran selama proses daur ulang
e. Proses pembangkitan hanya dapat dilakukan pada siang hari.

20
Universitas Sumatera Utara

2.4.1.2 Komponen-Komponen untuk Instalasi Listrik Sel surya
Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi teknologi surya
terdiri dari :
1. Panel surya / solar panel
Sel silikon (disebut juga solar cells) yang disinari matahari / surya,
membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah sel surya
menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt – 1 volt. Jadi sebuah
panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk
menghasilkan 17 Volt tegangan maksimum).
2. Solar charge controller.
Solar charge controller berfungsi mengatur lalu lintas dari panel surya
ke baterai dan beban. Alat elektronik ini juga mempunyai banyak
fungsi yang pada dasarnya ditujukan untuk melindungi baterai.
3. Baterai
Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel
surya sebelum digunakan oleh beban.

21
Universitas Sumatera Utara