Makalah Amdal - Makalah

Pembelajaran dari Amdal Reklamasi Teluk Jakarta:

Reklamasi dan Dampaknya terhadap
Ekosistem Perairan

Ir. Ary Sudijanto, MSE
Asisten Deputi
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Deputi I Bidang Tata Lingkungan
Asdep Kajian Dampak Lingkungan

Jenis Rencana Usaha dan/Kegiatan Bidang Multisektor
Yang Wajib Dilengkapi dengan Amdal - REKLAMASI
(Peraturan MENLH No. 05/2012)

Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Luas ≥ 25
Hektar

Volume ≥ 500.000
m3


Panjang Reklamasi ≥ 50 m
(tegak luruh ke arah laut dari garis
pantai)

Jika Skala/Besaran Reklamasi lebih kecil dari Skala/Besaran tersebut,
Maka Rencana Reklamasi Tersebut menjadi Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Wajib UKL-UPL

Rencana Reklamasi dan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Lain serta
Jenis Dokumen Lingkungan Hidup yang harus disusun
No

Skala/Besaran Rencana
Kegiatan Reklamasi

Skala/Besaran Rencana
Usaha dan/atau
Kegiatan Lainnya di
Lahan Reklamasi


Jenis Dokumen dan
Pendekatan yang digunakan

1. Skala/Besaran Wajib
Amdal

Skala/Besaran Wajib
Amdal

AMDAL Terpadu

2. Skala/Besaran Wajib
Amdal

Skala/Besaran Wajib
UKL-UPL

AMDAL Terpadu


3. Skala/Besaran Wajib UKL- Skala/Besaran Wajib
UPL
Amdal

Amdal Terpadu

4. Skala/Besaran Wajib UKL- Skala/Besaran Wajib
UPL
UKL-UPL

UKL-UPL

Rencana
Kegiatan
Reklamasi

Rencana Usaha
dan/atau
Kegiatan Lainnyy
di Lahan

Reklamasi

Dampak Lingkungan Reklamasi: Interaksi antara Kegiatan
Reklamasi dan Lingkungan/Ekosistem Pesisir-Laut
lokasi sumber
material
reklamasi

1. Dampak rencana usaha dan/atau kegiatan
(Proyek) terhadap lingkungan
2. Dampak lingkungan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan (Proyek) i.e. Perubahan iklim

Lokasi Reklamasi

Dampak

Rencana Kegiatan Reklamasi & Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Lainnyy di Lahan Reklamasi


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Deskripsi rencana kegiatan ;
Rencana lokasi kegiatan i.e. luas perarian yang akan direklamasi;
Deskripsi proses utama, termasuk perkiraan besarannya
Sumber daya yang digunakan dan perkiraan besarnya;
Limbah yang akan dihasilkan, jenis, dan perkiraan besarnya;
Rencana mitigasi dampak yang sudah direncanakan dari awal
(terintegrasi dalam desain rencana kegiatan).

Lingkungan:
Ekosistem
Pesisir Laut
Komponen Lingkungan
1. Biogeofisik-kimia: i.e.

hidro-oceanografi, hidrologi,
batimetri, topografi,
geomorfologi, dan/atau
geoteknik, kualitas air;
2. Sosekbud: i.e. demografi,
akses publik, dan potensi
relokasi
3. Kesehatan masyarakat:
prevalensi penyakit,
perubahan kesmas.

Proyek Reklamasi yang direncanakan

5

Dampak Reklamasi
• Degradasi kawasan lindung
Perusakan dan penghilangan kawasan lindung terus terjadi, sedangkan
usaha pemeliharaan tetap kurang memadai. Sementara infrastruktur
pelindung buatan dibuat secara tidak terpadu, bahkan tidak memadai di

berbagai tempat

• Reklamasi Tak Terpadu
Reklamasi dilakukan secara parsial, bahkan seringkali dilaksanakan diamdiam sehingga tidak lagi mempertimbangkan kaidah keterpaduan maupun
kelayakan secara teknis dan lingkungan

• Revitalisasi yang memarjinalkan
Revitalisasi yang pelaksanaan lapangannya akan diserahkan kepada pasar
(pengembang swasta) akan memarjinalkan banyak penduduk setempat.,
terutama nelayan . Sehingga diperkirakan biaya sosial tinggi akan terus
terjadi.

Issue Lingkungan
1)
2)
3)
4)

5)
6)

7)
8)

9)
10)

Penyesuaian penggunaan tanah
Penyediaan dan pengangkutan bahan reklamasi
Perubahan dinamika kelautan (abrasi & sedimentasi)
Perubahan tata air permukaan (banjir)
Penyediaan air bersih
Perubahan pola tata ruang permukiman lama
Perubahan kawasan lindung (obyek cagar budaya)
Perubahan insidensi penyakit
Perubahan kualitas udara, air permukaan & air laut
Perubahan pranata sosial & budaya masyarakat

Dampak lingkungan
1. Konflik pemanfaatan antara jaringan kabel bawah laut.


2. Limpasan sedimen akan membahayakan ekosistem
terumbu karang
3. Limpasan sedimen akan mempengaruhi wilayah
penangkapan ikan nelayan.
4. Dampak backwater akan mempengaruhi paras muka air
sungai (banjir) yang bermuara di wilayah reklamasi.
5. Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan muara
sungai dan mempengaruhi perendaman air tawar
6. Penurunan kualitas air secara umum akan terjadi di
sepanjang garis pantai dan perairan kawasan reklamasi.
7. Konflik daerah penentuan batas lahan hasil reklamasi

Dampak Rencana Reklamasi Tangerang International City

tujuh (7) pulau reklamasi yang terletak di bagian barat Teluk
Jakarta. Luas wilayah yang dikelola oleh PT. TIC untuk ketiga
pulau tersebut adalah: 1.290 ha. untuk pengembangan
kawasan bisnis, budaya, wisata, olahraga dan hiburan/rekreasi

DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN

UTAMA
Konflik pemanfaatan antara jaringan kabel
bawah laut dengan rencana pulau reklamasi
di kawasan barat Teluk Jakarta.
Limpasan sedimen akan membahayakan
ekosistem terumbu karang di sekitar pulaupulau alami yang ada.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.
Dampak langsung sedimentasi secara luas
akan terjadi di wilayah penangkapan ikan.
Dampak backwater akan mempengaruhi
paras muka air sungai (banjir) yang bermuara
di wilayah reklamasi.
Sedimentasi juga mempengaruhi sentra
kegiatan perikanan (bagan dan budidaya) di
kawasan barat Teluk Jakarta.
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara
sungai
dan

mempengaruhi
perendaman air tawar di kawasan reklamasi
tersebut.
Penurunan kualitas air secara umum akan
terjadi di sepanjang garis pantai dan perairan
kawasan reklamasi.

Contoh: Dampak Rencana Reklamasi PT. Kapuk Naga Indah
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN
UTAMA
Limpasan sedimen akan membahayakan

ekosistem terumbu karang di sekitar
pulau-pulau alami yang ada.

tiga (3) pulau reklamasi yang mencakup luas sebagai
berikut: 242 ha; 279 ha; dan 277 ha. Ketiga pulau
tersebut diperuntukan sebagai kawasan hunian dan
infrastruktur publik

Limpasan sedimen akan mempengaruhi
daerah penangkapan ikan nelayan.
Dampak backwater akan mempengaruhi
paras muka air sungai (banjir) yang bermuara
di wilayah reklamasi.
Sedimentasi juga mempengaruhi sentra
kegiatan perikanan di barat Teluk Jakarta.
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara sungai serta mempengaruhi
perendaman air tawar dan sungai-sungai
yang bermuara secara langsung di kawasan
pembangunan tersebut.
Penurunan kualitas air secara umum akan
terjadi di sepanjang garis pantai dan perairan
kawasan reklamasi.
Konflik antara upaya pengawetan dan
perlindungan hutan dan kehidupan liar di
Suaka Margasatwa Muara Angke dan
pembangunan di kawasan timur.

Dampak Rencana Reklamasi PT Jakarta Propertindo
DAMPAK PERMASALAHAN
LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa
intake pembangkit listrik.

satu pulau reklamasi yang mencakup area
seluas 245 ha dan diperuntukan bagi
pengembangan real estate, taman rekreasi,
dan area komersial

Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
estetika lingkungan perairan di sekitar wilayah
pemukiman.
Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa
intake pembangkit listrik
Sedimentasi
berdampak
terhadap
pembangkit listrik dan sentra kegiatan
perikanan
Dampak backwater akan mempengaruhi
paras muka air sungai yang bermuara (banjir)
di wilayah reklamasi.
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara
sungai
serta
mempengaruhi
perendaman air tawar dan sungai-sungai yang
bermuara secara langsung di kawasan
reklamasi tersebut.
Penurunan kualitas air secara umum antara
perairan pesisir yang ada dengan kawasan
reklamasi.
Konflik antara upaya pengawetan dan
perlindungan hutan dan kehidupan liar di
Suaka Margasatwa Muara Angke dengan

Dampak Rencana Reklamasi PT. Muara Wisesa Samudera &
PT. Bhakti Bangun Eramulia
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa
intake pembangkit listrik.

satu pulau reklamasi yang mencakup luas 206
ha dan diperuntukan sebagai real estate dan
apartemen.

Limpasan sedimen akan mempengaruhi estetika
lingkungan
perairan
di
sekitar
wilayah
pemukiman.
Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa intake
pembangkit listrik
Sedimentasi berdampak terhadap pembangkit
listrik
Konflik lahan antara jaringan kabel bawah laut
dengan rencana tapak reklamasi
Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara
industri yang ada dengan rencana pengembangan
reklamasi
Dampak backwater akan mempengaruhi paras
muka air sungai (banjir) yang bermuara di wilayah
reklamasi.
Sedimentasi berdampak terhadap sentra
kegiatan perikanan
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara sungai serta mempengaruhi perendaman
air tawar dan sungai-sungai yang bermuara secara
langsung (banjir) di sekitar reklamasi
Penurunan kualitas air secara umum antara
perairan pesisir dengan kawasan reklamasi.

Dampak Rencana Reklamasi PT. Dwi Marunda Makmur
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN
UTAMA
Konflik pengembangan terkait rencana batas
lahan reklamasi antara Dwi Marunda Makmur
dan Pelabuhan Tarumanagara
Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa
intake pembangkit listrik.
Dampak backwater akan mempengaruhi paras
muka air sungai (banjir) yang bermuara di
wilayah reklamasi.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.
Sedimentasi berdampak terhadap sentra
kegiatan perikanan dan fasilitas pelabuhan
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa
intake pembangkit listrik.
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara sungai serta mempengaruhi perendaman
air tawar dan sungai-sungai yang bermuara
secara langsung di kawasan pembangunan
tersebut.

satu (1) pulau reklamasi di kawasan timur
Teluk Jakarta. seluas 524 ha diperuntukan
sebagai kawasan industry dan kompleks
pergudangan

KEGIATAN YANG AKAN TERPENGARUH
12

5

4

3
9

11
10

6
2
7

1
8

1.

PLTU/PLTGU Muara Karang dan Muara Tawar.

8.

Kawasan Rekreasi Taman Impian Jaya Ancol

2.

PLTU Tanjung Priok.

9.

3.

Permukiman Pantai Mutiara,

Permukiman nelayan di Muara Angke dan
Kamal Muara.

4.

Permukiman Pantai Indah Kapuk

5.

Pelabuhan Tanjung Priok

6.
7.

10. Suaka Marga Satwa Muara Angke
11. Hutan Lindung Angke Kapuk

12. Hutan Wisata Kamal.
Pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudra
13. Beberapa bangunan dan obyek peninggalan
Sunda Kelapa
sejarah (Museum Fatahillah, rumah si Pitung
Kawasan Berikat Nusantara Marunda
dll).
14

TUMPANG TINDIH DENGAN
JARINGAN BAWAH LAUT

15

HASIL KAJIAN
GANGGUAN OPERASIONAL PLTU/PLTGU MUARA KARANG
Air pendingin (cooling water) tidak mengalami pencampuran yang sempurna di laut
lepas, shg terjadi kenaikan suhu air yang masuk ke kanal intake.
Hal ini akan menurunkan efisiensi mesin pembangkit.
ARAH
ANGIN

TIMUR
LAUT

BARAT
LAUT

LOKASI
GAGE PLOT
MK1
MK2
MK3
MK4
MK1
MK2
MK3
MK4

PERUBAHAN RELATIF TEMP.
AIR (TERHADAP KONDISI
EKSISTING, %)
MAKS
MIN
1,10
0,23
18,79
4,53
13,32
5,84
-0,69
-4,48
1,17
0,01
18,91
5,64
12,31
5,96
0,01
0,00

30oC
Respon
Biologis
< 3oC
35,7oC

Terjadinya pendangkalan kanal intake akibat sedimentasi yang akan menurunkan
kehandalan unit pembangkit.
Reklamasi menyebabkan perubahan keseluruhan desain mesin pembangkit
16

Kajian Lokasi/Sumber dan Rute Bahan Urugan
Pantai Utara Banten, di
Pantai Barat Jabar

Pantai Utara Jawa
Barat bagian Timur

Galian MRT
S. Cisedane

Galian
Banjir
Kanal
Timur

S. Citarum

Perairan
Bangka

Parung
Panjang
S. Cileungsi
Jonggol

Cikalong
Kulon

Bahan Urugan dari Laut

Bahan Urugan dari Darat
17

Hasil Kajian
Perubahan Tata Air Permukaan Yang Potensial Menimbulkan
Penambahan Daerah Genangan Banjir Dan Rawan Banjir
Jakarta pada dasarnya kota banjir
DAS dari 5 sungai = 1.100 km2 ; kurang lebih 650 km2 berada di DKI Jakarta

Belanda membuat kanal-kanal untuk mengatasi banjir
Pada waktu perluasan kota, kanal-kanal tersebut tidak diteruskan

situ-situ makin berkurang
penggundulan daerah resapan air di wilayah atas.

10.000 ha (100 km2) wilayah kota terendam banjir tahun 2002

Dokumentasi Banjir
Jakarta (daerah
Cawang)
Tanggal 30 April
2003
18

MODELLING BANJIR JAKARTA
Asumsi bentuk reklamasi
seperti pulau pulau

Tidak sesuai dengan asumsi
bentuk reklamasi – menyatu
dengan daratan lama

19

Hasil Kajian Penyediaan Air Bersih
Tingkat pelayanan PAM = 43 % dari total penduduk
Asumsi potensi air tanah DKI = 77 m3 ; tingkat pengambilan aman 60 % = 48 juta,
maka pengambilan tanah akan melewati batas aman pada 10 tahun mendatang.
Kebutuhan Tahun 2010
subkawasan
Barat
Tengah
Timur
TOTAL

kebutuhan
liter/det

2,130
1,310
1,930
5,370

Pengelolaan Dampak
Pembangunan instalasi pengolah air
bersih dengan sumber air baku dari
air payau, air hujan, limbah cair dan
desalinasi air laut

Volume kebutuhan air bersih
sangat besar. Sumber air tawar
yang ada diperkirakan tidak
mencukupi kebutuhan ini.

Mungkinkah ?
Belum ada studi pendukung
tentang alternatif penyediaan
air bersih & kelayakan teknis –
ekonomisnya.

SLR dan Reklamasi Pantai
Jakarta 2050
Monas

Tanjung Priok
Bandara
Soekarno-Hatta

Dampak
Pemanasan Global
(Susandi, 2007)

Summary – Construction Phase
Key Strategic Issues








Water pollution due to the release of contaminants during dredging
– Major concern especially for areas requiring capital or sand key dredging and Tanjung Priok and
Tarumanegara Port
– Mitigation through operational control (restricted overflow and safe disposal) enforced via strict
environmental monitoring and management plan (EMMP) including monitoring of bio-accumulation in the
nearest fisheries area
Suspended sediment plumes and siltation during dredging and reclamation
– Identified as key impact especially developments in proximity to power station intakes (I) and fisheries (F):
PT Muara Wisesa Samuders (I), PT Manggala Krida Yudha (I), Tanjung Priok Port (I,F), PT Kawassan Berikat
Nusantara and PT Dwi Marunda Makmur (I,F)
– Mitigation through operational control (spill budget control plus physical protection measures where
required) enforced via strict EMMP including monitoring of turbidity at key receptor sites.
– Consideration of cumulative impacts for parallel development critical
Impacts on nearshore navigation and fishing activity due to operation of construction plant
– Safety hazard due to interference of construction equipment with existing nearshore navigation
– Mitigation via enforcement of clearly demarcated and lighted work area boundaries and construction plan
– Formal safety assessment (IMO) by all contractors prior to start of construction.
I pacts to fisher e ’s i co e owi g to access difficulty, loss of fishi g grou ds a d plu e i pacts resulti g i
lower fish catch
– Consequence of previous items without control considered moderate, but can be mitigated with the
highlighted control measures plus adequate public and stake holder consultation

Summary – Operation
Key Strategic Issues


Impacts on water levels and upstream flooding



Aesthetic impacts and impact on recreational park at Ancol



Impacts on power plant operations due to thermal recirculation



Impacts on subsea pipelines and cables

– Significant threat associated with all developments with the exception of Tanjung Priok Port and the
eastern component of the PT Maggala Krida Yudha development
– Lower flooding risk in the west maybe real or could be an artefact of data availability and choice of
storm scenario -> SEA should assess eastern and western sector
– Impact to water levels and thus upstream flooding may be fully mitigated by pre-emptive dredging of
the drainage outlets and reclamation boundary channels any requires optimisation and assessment
of the secondary impact vectors in SEA
– Existing recreational area at Ancol is broadly dependent on its coastal location. Reclamation in front
of the existing development will reduce the existing value of this recreational area.
– May be mitigated by appropriate land use planning in the new PT Pembangunan Jaya Ancol
development to enhance the value of the existing facilities

– Significant re-circulation risks to all power stations expected (but n particularly PLTU & PLTGU west of
Pantai Mutiara development)
– Requirement of detailed 3-dimensional assessment of thermal impact of the proposed PT Muara
Wisesa Samudera and PT Jakarta Propertindo developments. Likely need for reconfiguration of the
boundaries of these developments in order to mitigate thermal impacts to acceptable levels
– Detailed assessment of re-circulation for other power plants is also recommended
– Mitigation only possible via relocation of the existing services

Summary – Operation
Key Strategic Issues






Impacts on shoreline morphology
– Most significant: sedimentation east of the PT Dwi Marunda Makmur development in the proximity of the existing power
station intake and proposed Tarumanegara Port
• Conflicts between the PT Dwi Marunda Makmur development , existing power station and proposed Tarumanegara Port
require significant re-configuration of the PT Dwi Marunda Makmur develop e t i DHI’s opi io
– Increased suspended sediment concentrations in fisheries areas
– Sedimentation in the separation channels between the reclamation and existing shoreline.
• Sedimentation will require regular maintenance in order to prevent sediment build up which will have secondary
consequences on retention time and backwater levels in the various rivers, drains and canals
• Consider in economic models of the various reclamations
Impacts on water quality due to reduced flushing combined with increased loading from the residential, commercial and
industrial operations on the reclaimed land.
– Reduced flushing (especially in central development area) has numerous secondary consequences (recirculation, declining
water quality and associated decrease in economic value of developments, risk to human health and fisheries)
– Water quality and eutrophication impact of the development plan (including intermediate stages) must be a key focus of the
SEA leading to overall optimisation of channel dimensions especially investigating options with land joined sectors to
strategically block and channel hinterland pollution sources (not in line with presidential decree)
Impacts on remnant mangroves (conservation area) owing to changes in water quality, hydrological conditions and sedimentation
– Even with provision for a 200m wide separation channel, significant changes in retention time are expected which may result in
habitat decline
– This is most prominent in relation to the protected forest at Muara Angke adjacent reclamations (PT Kapuk Naga Indah and PT
Jakarta Propertindo)
– Design optimisation is required for these two developments, plus a detailed assessment of habitat impacts as part of the SEA

Summary – Operation
Key Strategic Issues
• Impacts on fishermen (loss of fishing grounds, access to fish landing areas,
long-term turbidity impacts)
– Long term impacts to fishermen are expected

• Direct landuse conflicts in the eastern developments of PT Dwi Marunda Makmur and PT
Kawasa Berikat Nusantara and the eastern most of the PT Tangerang International City
developments directly impact known fisheries areas (lift net and mussel culture)
• Interference with navigation to existing fish landing sites and turbidity impacts due to current
amplification around the outer face of the reclamation profiles (PT Dwi Marunda Makmur and
PT Tangerang International City).

• Land traffic impacts

– Not part of the REA, but given present traffic congestion levels in much of the study
area traffic impacts associated with the key developments (including intermediate
development phases) are a key concern to be addressed in detail by the SEA

• Pressure on infrastructure and services (water, sewage, communications, etc.)
– This has not been assessed as part of the REA, but given present pressure on
infrastructure in the Jakarta area, infrastructure impacts are a key concern to be
addressed in detail by the SEA

• Air emissions during operations (increased shipping, power stations, etc.)

– This has not been assessed as part of the REA, however given the proximity of the
expanded Tg. Priok Port and existing air pollution sources to planned residential and
recreational areas, air quality impacts are a key concern to be addressed in detail by
the SEA.

PR.. Reklamasi
• Penyediaan dan pengangkutan bahan-bahan reklamasi
yang sustainable dan aman
• Pengelolaan perubahan mendasar dinamika kelautan yang
potensial menimbulkan perubahan pola abrasi dan
sedimentasi
• Pengelolaan tata air permukaan yang mendasar dan
menyeluruh dari hulu sampai hilir
• Penyelesaian masalah sosial masyarakat yang akan
termarjinalkan
• Perbaikan dan penambahan kawasan lindung
• Penyelesaian konflik daerah dalam perubahan batas lahan
reklamasi

PERMASALAHAN
• RTRW DKI Jakarta 2010-2030, Pasal 104 ayat (1), Pengembangan
kawasan Pantura harus diawali perencanaan reklamasi yang
disusun secara cermat dan terpadu sekurang-kurangnya mencakup:
Analisis dampak lingkungan;
• Dalam RTRW DKI Pasal 97, ayaT (2), Pelaksanaan reklamasi harus
memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan pelabuhan,
kepentingan kawasan pantai berhutan bakau, kepentingan nelayan,
dan fungsi lain yang ada di kawasan pantura

Perencanaan reklamasi yang dibuat parsial tidak akan menjawab
tergangunya kepentingan/fungsi lain di kawasan Pantura baik
kegiatan sektoral, masyarakat maupun pemerintah daerah

PERMASALAHAN


Belum adanya sinkronisasi perencanaan dan kegiatan eksisting sektoral (energy Migas, pipa
migas, jaringan kabel bawah laut) maupun kegiatan pemanfaatan di area Teluk Jakarta,
Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara industri yang ada dengan rencana
pengembangan reklamasi



Perencanaan reklamasi yang dilakukan parsial tidak akan menjawab Dampak kumulatif dari
perencanaan reklamasi antar pengembang
(Konflik pengembang terkait rencana batas lahan reklamasi, Isu di daratan (banjir, intrusi air
laut, air rob), Terganggunya sirkulasi muara sungai di Teluk Jakarta, Terganggunya akosistem
terumbu karang dan mangrove, dan Hilangnya fishing ground yang merupakan andalan bagi
mata pencarian nelayan



Berbagai konflik yang akan timbul dari kegiatan reklamasi akan menimbulkan dampak luar
biasa kepada masyarakat dan lingkungan dan mempengaruhi sustainability pengembangan
Teluk Jakarta


Kegiatan reklamasi yang menggunakan hutan lindung Angke Kapuk (seperti rencana
pembangunan reklamasi Kapuk naga Indah)

PERMASALAHAN
• Rencana pemerintah Pusat terkait rencana pembangunan tanggul
laut dan penanggulangan banjir
• Kajian Amdal yang telah dilakukan parsial pada tiap pengembang (PT
Kapuk Naga Indah, PT Tanggerang City, PT Muara Wisesa Samudra
(Pantai Hijau), PT Bhakti Bangun Era Mulia (Pantai Mas), PT Taman
Harapan Indah (Pantai Mutiara), PT Pembangunan Jaya Ancol PT
Mangala Krida Yuda
Kajian Amdal Parsial tidak mengkaji rencana pembuatan tanggul
dan dampak kumulatif, sehingga apabila rencana kegiatan akan
dilaksanakan dokumen Amdal yang ada sudah tidak sesuai

Siapa yang berperan!! !.... untuk mengendalikan
dampak lingkungan akibat rencana reklamasi
PEMERINTAH
Koordinasi

Lintas daerah
Administratif

Lintas Sektor
Pengembang

Penutup: Penataan Ruang Kunci Pengkajian dan Pengelolaan Dampak
Lingkungan Kegiatan Reklamasi (1)
RTRW/
RDTR

Penataan Ruang
Wilayah Pesisir



Rencana
Zonasi


Rencana
Reklamasi

Amdal
atau
UKL-UPL




Rencana reklamasi bukan hanya sekedar plotting di
Rencana Tata Ruang, tetapi juga harus sudah dihitung daya
dukung dan daya tampung LH-nya, dampak kumulatif
termasuk tambahan resources yang dibutuhkan dan
pengaturannya dengan berbagai kegiatan disekitar
terutama obyek-obyek vital;
Tidak terpisahkan dengan penataan ruang di wilayah
daratan.
Izin PPLH

Izin
Lingkungan

Izin
Reklamasi

Amdal atau UKL-UPL meninci dampak-dampak yang sudah
dikaji dalam penyusunan rencana tata ruang untuk reklamasi
(Amdal/UKL-UPL bisa lebih efektif, efisien dan fokus);
Dampak yang dikaji tidak hanya dampak reklamsi terhadap LH
tetapi juga dampak LH terhadap reklamasi
RKL-RPL dan Izin Lingkungan bisa lebih operasional dan
enforceable.

Pelaksanaan
Reklamasi &
Implmentasi Izin
Lingkungan

Penaatan
terhadap Baku
Mutu Lingkungan
(BML) & Kriteria
Baku Kerusakan
Lingkungan
(KBKL)

Pengawasan
Lingkungan
Hidup
Pemrakarsa dapat melaksanakan izin lingkungan dan
PPLH dapat mengawasi Izin Lingkungan serta izin
lingkungan dapat ditegakan

Penutup: Penataan Ruang Kunci Pengkajian dan Pengelolaan Dampak
Lingkungan Kegiatan Reklamasi (2)
RTRW/
RDTR

Penataan Ruang
Wilayah Pesisir
Rencana
Zonasi




Pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan
reklamasi merupakan tanggung jawab semua pihak,
termasuk PEMERINTAH dan pemrakarsa;
Dokumen rencana tata ruang dapat menetapkan
tanggung jawab dari pemerintah dan semua pihak
terhadap pengendalian dampak LH sejak dini.

Rencana
Reklamasi

Amdal atau
UKL-UPL
Izin
Lingkungan

• Izin lingkungan hanya menetapkan tanggung jawab pihak
pemrakarsa (pemegang izin lingkungan);
• Jika kajian dampak lingkungan hanya tergantung pada Amdal atau
UKL-UPL, maka tanggung jawab yang lebih luas dari berbagai
pihak lain, termasuk pemerintah tidak terdefinisi dengan jelas.

Terima kasih

Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
Deputi I Bidang Tata Lingkungan – Asdep Kajian Dampak Lingkungan

Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410
Gedung A lanta 6, Telp/Fax: 021-85904925
http://www.menlh.go.id/

Dampak Rencana Reklamasi PT. Muara Wisesa Samudera &
PT. Bhakti Bangun Eramulia
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa
intake pembangkit listrik.

satu pulau reklamasi yang mencakup luas 206
ha dan diperuntukan sebagai real estate dan
apartemen.

Limpasan sedimen akan mempengaruhi estetika
lingkungan
perairan
di
sekitar
wilayah
pemukiman.
Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa intake
pembangkit listrik
Sedimentasi berdampak terhadap pembangkit
listrik
Konflik lahan antara jaringan kabel bawah laut
dengan rencana tapak reklamasi
Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara
industri yang ada dengan rencana pengembangan
reklamasi
Dampak backwater akan mempengaruhi paras
muka air sungai (banjir) yang bermuara di wilayah
reklamasi.
Sedimentasi berdampak terhadap sentra
kegiatan perikanan
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara sungai serta mempengaruhi perendaman
air tawar dan sungai-sungai yang bermuara secara
langsung (banjir) di sekitar reklamasi
Penurunan kualitas air secara umum antara
perairan pesisir dengan kawasan reklamasi.

Dampak Rencana Reklamasi PT. Jaladri EkaPaksi
DAMPAK PERMASALAHAN
LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan
sedimen
akan
mempengaruhi pipa intake pembangkit
listrik.
Limpasan
sedimen
akan
mempengaruhi estetika lingkungan
perairan di sekitar wilayah pemukiman
dan kawasan wisata.
Konflik lahan antara jaringan kabel
bawah laut dengan rencana tapak
reklamasi
Sedimentasi berdampak terhadap
sentra kegiatan perikanan
Penurunan kualitas air secara umum
antara perairan pesisir dengan kawasan
reklamasi.

satu pulau reklamasi yang menurut BAPPEDA
DKI Jakarta mencakup area seluas 154 ha dan
diperuntukan sebagai bangunan publik

Dampak Rencana Reklamasi PT. Pembangunan Jaya Ancol
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN
UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
estetika lingkungan perairan di sekitar wilayah
pemukiman dan kawasan wisata.

tiga (3) pulau reklamasi yang menurut
mencakup kawasan seluas 726 ha yang
diperuntukkan sebagai bangunan publik dan
ruang terbuka hijau.

Konflik lahan antara jaringan pipa/kabel
bawah laut dengan rencana tapak reklamasi
Ketidakselarasan pemanfaatan lahan antara
industri yang
ada
dengan rencana
pengembangan reklamasi
Dampak backwater akan mempengaruhi
paras muka air sungai (banjir) yang bermuara
di wilayah reklamasi.
Sedimentasi berdampak terhadap sentra
kegiatan perikanan dan pelabuhan marina
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara
sungai
serta
mempengaruhi
perendaman air tawar dan sungai-sungai yang
bermuara secara langsung di kawasan
reklamasi tersebut.
Penurunan kualitas air secara umum antara
perairan pesisir dengan kawasan reklamasi.

Dampak Rencana Reklamasi PT. Manggala KridaYudha
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN
UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
pipa intake pembangkit listrik.

dua pulau reklamasi dengan area seluas 351 ha
dan 481 ha yang diperuntukkan sebagai
bangunan publik

Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.di timur
TanjungPriok
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
estetika lingkungan perairan di sekitar
kawasan wisata.
Konflik lahan antara jaringan kabel bawah
laut dengan rencana tapak reklamasi
Dampak backwater akan mempengaruhi
paras muka air sungai (banjir) yang bermuara
di wilayah reklamasi.
Sedimentasi berdampak terhadap fasilitas
pelabuhan
Sedimentasi
berdampak
terhadap
kestabilan
muara
sungai
serta
mempengaruhi perendaman air tawar dan
sungai-sungai yang bermuara secara
langsung di kawasan reklamasi tersebut.
Penurunan kualitas air secara umum antara
perairan pesisir dengan kawasan reklamasi.

Dampak Rencana Reklamasi Pelabuhan Tanjung Priok oleh PT. Pelindo II
DAMPAK PERMASALAHAN
LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
pipa intake pembangkit listrik.

Menurut BAPPEDA DKI Jakarta kawasan yang
diberikan pada PT. Pelindo II mencakup luas
368 ha

Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan
Kontaminasi sedimen di wilayah
penangkapan akibat pengerukan pasir
untuk pembukaan jalur pelayaran.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.
Sedimentasi
berdampak
terhadap
sentra kegiatan perikanan dan fasilitas
pelabuhan
Sedimentasi
berdampak
terhadap
kestabilan
muara
sungai
serta
mempengaruhi perendaman air tawar
dan sungai-sungai yang bermuara secara
langsung di kawasan reklamasi tersebut.

Dampak Rencana Reklamasi PT. Kawasan Berikat Nusantara

Menurut BAPPEDA DKI Jakarta area yang
diberikan pada PT. KBN mencakup luas 513 ha
yang diperuntukkan sebagai kawasan industri
dan kompleks pergudangan

DAMPAK PERMASALAHAN
LINGKUNGAN UTAMA
Limpasan
sedimen
akan
mempengaruhi
pipa
intake
pembangkit listrik.
Dampak resirkulasi thermal terhadap
pipa intake pembangkit listrik
Dampak
backwater
akan
mempengaruhi paras muka air sungai
(banjir) yang bermuara di wilayah
reklamasi.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.
Sedimentasi
berdampak
terhadap
sentra kegiatan perikanan dan fasilitas
pelabuhan
Sedimentasi
berdampak
terhadap
kestabilan
muara
sungai
serta
mempengaruhi perendaman air tawar
dan sungai-sungai yang bermuara secara
langsung di kawasan reklamasi tersebut.

Dampak Rencana Reklamasi PT. Dwi Marunda Makmur
DAMPAK PERMASALAHAN LINGKUNGAN
UTAMA
Konflik pengembangan terkait rencana batas
lahan reklamasi antara Dwi Marunda Makmur
dan Pelabuhan Tarumanagara
Dampak resirkulasi thermal terhadap pipa
intake pembangkit listrik.
Dampak backwater akan mempengaruhi paras
muka air sungai (banjir) yang bermuara di
wilayah reklamasi.
Limpasan sedimen akan mempengaruhi
wilayah penangkapan ikan nelayan.
Sedimentasi berdampak terhadap sentra
kegiatan perikanan dan fasilitas pelabuhan
Limpasan sedimen akan mempengaruhi pipa
intake pembangkit listrik.
Sedimentasi berdampak terhadap kestabilan
muara sungai serta mempengaruhi perendaman
air tawar dan sungai-sungai yang bermuara
secara langsung di kawasan pembangunan
tersebut.

satu (1) pulau reklamasi di kawasan timur
Teluk Jakarta. seluas 524 ha diperuntukan
sebagai kawasan industry dan kompleks
pergudangan

Summary – Construction Phase
Key Strategic Issues








Water pollution due to the release of contaminants during dredging
– Major concern especially for areas requiring capital or sand key dredging and Tanjung Priok and
Tarumanegara Port
– Mitigation through operational control (restricted overflow and safe disposal) enforced via strict
environmental monitoring and management plan (EMMP) including monitoring of bio-accumulation in the
nearest fisheries area
Suspended sediment plumes and siltation during dredging and reclamation
– Identified as key impact especially developments in proximity to power station intakes (I) and fisheries (F):
PT Muara Wisesa Samuders (I), PT Manggala Krida Yudha (I), Tanjung Priok Port (I,F), PT Kawassan Berikat
Nusantara and PT Dwi Marunda Makmur (I,F)
– Mitigation through operational control (spill budget control plus physical protection measures where
required) enforced via strict EMMP including monitoring of turbidity at key receptor sites.
– Consideration of cumulative impacts for parallel development critical
Impacts on nearshore navigation and fishing activity due to operation of construction plant
– Safety hazard due to interference of construction equipment with existing nearshore navigation
– Mitigation via enforcement of clearly demarcated and lighted work area boundaries and construction plan
– Formal safety assessment (IMO) by all contractors prior to start of construction.
I pacts to fisher e ’s i co e owi g to access difficulty, loss of fishi g grou ds a d plu e i pacts resulti g i
lower fish catch
– Consequence of previous items without control considered moderate, but can be mitigated with the
highlighted control measures plus adequate public and stake holder consultation

Summary – Operation
Key Strategic Issues


Impacts on water levels and upstream flooding



Aesthetic impacts and impact on recreational park at Ancol



Impacts on power plant operations due to thermal recirculation



Impacts on subsea pipelines and cables

– Significant threat associated with all developments with the exception of Tanjung Priok Port and the
eastern component of the PT Maggala Krida Yudha development
– Lower flooding risk in the west maybe real or could be an artefact of data availability and choice of
storm scenario -> SEA should assess eastern and western sector
– Impact to water levels and thus upstream flooding may be fully mitigated by pre-emptive dredging of
the drainage outlets and reclamation boundary channels any requires optimisation and assessment
of the secondary impact vectors in SEA
– Existing recreational area at Ancol is broadly dependent on its coastal location. Reclamation in front
of the existing development will reduce the existing value of this recreational area.
– May be mitigated by appropriate land use planning in the new PT Pembangunan Jaya Ancol
development to enhance the value of the existing facilities

– Significant re-circulation risks to all power stations expected (but n particularly PLTU & PLTGU west of
Pantai Mutiara development)
– Requirement of detailed 3-dimensional assessment of thermal impact of the proposed PT Muara
Wisesa Samudera and PT Jakarta Propertindo developments. Likely need for reconfiguration of the
boundaries of these developments in order to mitigate thermal impacts to acceptable levels
– Detailed assessment of re-circulation for other power plants is also recommended
– Mitigation only possible via relocation of the existing services

Summary – Operation
Key Strategic Issues






Impacts on shoreline morphology
– Most significant: sedimentation east of the PT Dwi Marunda Makmur development in the proximity of the existing power
station intake and proposed Tarumanegara Port
• Conflicts between the PT Dwi Marunda Makmur development , existing power station and proposed Tarumanegara Port
require significant re-configuration of the PT Dwi Marunda Makmur develop e t i DHI’s opi io
– Increased suspended sediment concentrations in fisheries areas
– Sedimentation in the separation channels between the reclamation and existing shoreline.
• Sedimentation will require regular maintenance in order to prevent sediment build up which will have secondary
consequences on retention time and backwater levels in the various rivers, drains and canals
• Consider in economic models of the various reclamations
Impacts on water quality due to reduced flushing combined with increased loading from the residential, commercial and
industrial operations on the reclaimed land.
– Reduced flushing (especially in central development area) has numerous secondary consequences (recirculation, declining
water quality and associated decrease in economic value of developments, risk to human health and fisheries)
– Water quality and eutrophication impact of the development plan (including intermediate stages) must be a key focus of the
SEA leading to overall optimisation of channel dimensions especially investigating options with land joined sectors to
strategically block and channel hinterland pollution sources (not in line with presidential decree)
Impacts on remnant mangroves (conservation area) owing to changes in water quality, hydrological conditions and sedimentation
– Even with provision for a 200m wide separation channel, significant changes in retention time are expected which may result in
habitat decline
– This is most prominent in relation to the protected forest at Muara Angke adjacent reclamations (PT Kapuk Naga Indah and PT
Jakarta Propertindo)
– Design optimisation is required for these two developments, plus a detailed assessment of habitat impacts as part of the SEA

Summary – Operation
Key Strategic Issues
• Impacts on fishermen (loss of fishing grounds, access to fish landing areas,
long-term turbidity impacts)
– Long term impacts to fishermen are expected

• Direct landuse conflicts in the eastern developments of PT Dwi Marunda Makmur and PT
Kawasa Berikat Nusantara and the eastern most of the PT Tangerang International City
developments directly impact known fisheries areas (lift net and mussel culture)
• Interference with navigation to existing fish landing sites and turbidity impacts due to current
amplification around the outer face of the reclamation profiles (PT Dwi Marunda Makmur and
PT Tangerang International City).

• Land traffic impacts

– Not part of the REA, but given present traffic congestion levels in much of the study
area traffic impacts associated with the key developments (including intermediate
development phases) are a key concern to be addressed in detail by the SEA

• Pressure on infrastructure and services (water, sewage, communications, etc.)
– This has not been assessed as part of the REA, but given present pressure on
infrastructure in the Jakarta area, infrastructure impacts are a key concern to be
addressed in detail by the SEA

• Air emissions during operations (increased shipping, power stations, etc.)

– This has not been assessed as part of the REA, however given the proximity of the
expanded Tg. Priok Port and existing air pollution sources to planned residential and
recreational areas, air quality impacts are a key concern to be addressed in detail by
the SEA.