Prediksi Leeway Space Dengan Menggunakan Tabel Moyers Pada Murid Sekolah Dasar Ras Deutro-Melayu Di Kota Medan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perkembangan Gigi

Perkembangan gigi manusia terbagi menjadi empat tahapan9, yaitu :
a.

Periode Bantalan Gusi

Periode ini dimulai sejak lahir sampai usia 6 bulan.9,19 Karateristik pada periode
ini terlihat adanya peninggian dan lekukan pada mukosa. Lekukan di sebelah distal
segmen kaninus desidui melanjut ke sulkus bukal ini disebut sulkus lateral. Lengkung
rahang pada rahang atas memiliki bentuk seperti tapal kuda dan rahang bawah memiliki
bentuk U. Pada waktu lahir, maksila dan mandibula merupakan tulang yang telah
dipenuhi oleh benih-benih gigi dalam berbagai tingkat perkembangan. Prosesus
alveolaris dilapisi oleh mukoperiosteum yang tebal yang merupakan bantalan gusi
(Gambar 1). Pada saat lahir, bantalan gusi tumbuh sangat cepat terutama kearah lateral.
Keadaan ini membuat gigi insisivus tumbuh dalam letak yang baik.19-21


Gambar 1. Bantalan gusi (Gum pads): (A )Maksila (B)Mandibula.21

Universitas Sumatera Utara

b.

Fase Gigi Desidui

Erupsi gigi desidui dimulai dari usia 6 bulan. Pada usia sekitar 2,5 sampai 3
tahun gigi desidui telah erupsi semua.3 Jumlah gigi pada fase ini adalah 20 gigi desidui.
Gigi desidui ini bersifat sementara, setelah 2 sampai 3 tahun kemudian, gigi desidui ini
akan diganti menjadi gigi permanen. Urutan erupsi gigi ini dapat bervariasi tetapi
memiliki karateristik sebagai berikut20 (Gambar 2):
-

Insisivus sentral mandibula erupsi pertama;

-


Diikuti dengan insisivus sentral maksila dan setelah itu insisvus lateral maksila;

-

Erupsi insisivus lateral mandibula dan molar pertama mandibula juga maksila;

-

Kaninus maksila dan mandibula erupsi;

-

Molar kedua desidui mandibula erupsi lalu molar kedua desidui maksila
Posisi insisivus desidui lebih tegak dibandingkan dengan insisivus permanen dan

biasanya terdapat diastema di antara gigi-gigi tersebut yang merupakan diastema
fisiologi. Apabila diastema ini tidak ada saat fase gigi desidui, maka hampir bisa
dipastikan gigi-gigi permanennya akan terletak berjejal (crowded).8,19

Gambar 2. Fase gigi desidui.22

c.

Fase Gigi Bercampur

Fase ini merupakan fase transisi dari fase gigi desidui ke fase gigi permanen
yang dimulai pada usia 6 tahun, ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen

Universitas Sumatera Utara

dan diikuti erupsi insisivus (Gambar 3). Fase ini berakhir pada usia 12 tahun. Di fase
gigi bercampur, terlihat gigi desidui dan gigi permanen berada di dalam rongga mulut.
Proses erupsi gigi permanen, akan terjadi resorpsi tulang dan akar gigi desidui yang
mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya.19,20

Gambar 3. Fase gigi bercampur.22

d.

Fase Gigi Permanen


Fase ini ditandai dengan erupsinya semua gigi permanen kecuali molar ketiga.
Urutan erupsi pada fase ini biasanya dimulai dari molar pertama permanen mandibula.3
Kemudian diikuti dengan insisivus sentral, insisivus lateral, kaninus, premolar pertama,
premolar kedua dan molar kedua.3,20 Pada maksila, premolar pertama dan kedua erupsi
lebih dulu dibandingkan dengan kaninus (Gambar 4). Dibandingkan dengan fase gigi
bercampur, fase ini masih lebih stabil.6
Ada beberapa keadaan yang terlihat pada gigi-gigi permanen adalah19,20 :
-

Pada saat oklusi gigi atas terletak lebih ke labial dan bukal daripada gigi bawah

-

Insisivus lebih proklinasi dan gigi posterior bukoklinasi

-

Semua gigi permanen mempunyai kontak dengan dua gigi antagonisnya kecuali
insisivus sentralis bawah dan molar kedua atas


-

Kurva anteroposterior di rahang bawah (kurva spee) normal

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.Fase gigi permanen.22

2.2

Fase Gigi Bercampur

Selama fase gigi bercampur, dapat kita jumpai gigi desidui dan gigi permanen
berada di dalam rongga mulut. Urutan erupsi gigi permanen dimulai dengan erupsinya
molar pertama permanen pada usia sekitar 6 tahun. Kemudian diikuti dengan erupsi gigi
insisivus pada usia 7 dan 8 tahun. Lalu erupsi gigi premolar, kaninus dan molar kedua
permanen.20
Oklusi pada fase gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis sehingga
memungkinkan terjadinya maloklusi. Oleh karena itu, pada fase ini merupakan waktu
yang tepat untuk dilakukan perawatan interseptif ortodontik untuk mencegah

berkembangnya maloklusi dan memungkinkan pencapaian perkembangan wajah yang
harmonis.2,6 Fase gigi bercampur dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase transisi pertama,
inter-transisi, dan transisi kedua.21,23

2.2.1

Fase transisi pertama

Fase ini ditandai dengan erupsinya molar pertama permanen dan pergantian
insisivus desidui oleh insisivus permanen. Erupsinya molar pertama permanen dimulai
sekitar usia 6 tahun dan diikuti dengan erupsinya insisivus sentralis rahang bawah.3,20
Hubungan oklusal pada fase gigi bercampur berhubungan dengan gigi
permanen. Lokasi dan hubungan molar pertama permanen sangat bergantung pada
kontak permukaan distal molar kedua desidui rahang atas dan rahang bawah.9 Molar
pertama permanen menuntun ke dalam lengkung gigi oleh permukaan distal dari molar
kedua desidui. Terdapat tiga tipe hubungan molar pertama permanen, yaitu9,19-23 :

Universitas Sumatera Utara

a. Flush terminal plane: permukaan distal molar kedua rahang atas dan molar

kedua desidui rahang bawah dalam satu dataran vertikal (Gambar 6). Tipe hubungan ini
disebut dengan satu dataran vertikal (flush terminal plane) dan diperoleh relasi molar
pertama tonjol lawan tonjol. Ini merupakan keadaan normal dari gigi desidui, dan dapat
terkoreksi dengan pergerakan molar rahang bawah ke depan sejauh 3-5 mm terhadap
rahang atas memanfaatkan developmental space maupun Leeway space yang ada
sehingga relasi molar Klas I Angle dapat tercapai (Gambar 7).19-23
Pergeseran molar rahang bawah dari satu dataran vertikal menjadi Klas I Angle dapat
terjadi dengan dua cara, yaitu the early shift dan the late shift. 5,9,19-23
The early shift terjadi selama awal fase gigi bercampur. Early mesial shift ini
dimana pada primate space rahang bawah (diastema yang terdapat diantara insisivus
lateral dan kaninus desidui atas dan diantara kaninus desidui dan molar pertama desidui
bawah) akan tertutup oleh pergerakan ke depan molar pertama permanen (Gambar
5A).23
The late mesial shift terjadi dimana molar pertama permanen bawah hanya
bergerak ke mesial secara langsung setelah kehilangan gigi molar kedua desidui bawah
(Gambar 5B). Karena panjang mesiodistal pada mahkota molar kedua desidui bawah
lebih besar daripada rahang atas, maka kehilangan gigi tersebut menghasilkan
pergerakan mesial yang besar oleh molar pertama permanen bawah.23

Gambar 5. Pergeseran molar rahang

bawah: (A) Early mesial
shift. (B) Late mesial shift.24

Universitas Sumatera Utara

b. Mesial step terminal plane: tipe hubungan ini terlihat permukaan distal molar
kedua desidui rahang bawah berada lebih mesial daripada molar kedua desidui rahang
atas (Gambar 6). Kemudian molar pertama permanen secara langsung erupsi dalam
relasi Klas I Angle. Tipe ini biasanya terjadi pada awal pertumbuhan mandibula ke
depan. Jika pertumbuhan mandibula terus berlanjut, maka dapat terjadi relasi molar
Klas III Angle. Jika pertumbuhan mandibula ke depan minimal, maka akan terjadi relasi
molar Klas I Angle (Gambar 7). 5,9,19-23
c. Distal step terminal plane: karateristik tipe ini bila permukaan distal molar
kedua desidui rahang bawah berada lebih distal daripada molar kedua desidui rahang
atas (Gambar 6). Kemungkinan relasi molar pada tipe ini adalah Klas II Angle (Gambar
7). 5,9,19-23

Gambar 6. Tiga tipe hubungan molar pertama permanen: (A)
Flush terminal plane (B)Mesial step (C)Distal step.9


Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Hubungan oklusal pada gigi desidui dan
gigi permanen.5

Perubahan pada insisivus terjadi selama fase transisi pertama dimana insisivus
desidui digantikan dengan insisivus permanen. Insisivus sentralis bawah merupakan
yang pertama erupsi. Insisivus permanen memiliki ukuran lebih besar daripada insisivus
desidui. Perbedaan mesiodistal di antara gigi insisivus desidui dan permanen disebut
dengan incisal liability.23,24 Pada segmen anterior, keempat insisivus permanen maksila
rata-rata 7,6 mm lebih besar daripada insisivus desidui. Sedangkan pada insisivus
permanen mandibula rata-rata 6,0 mm lebih besar daripada insisivus desidui.24 Bhalajhi
(2009) menyatakan bahwa incisal liability pada rahang atas rata-rata 7 mm, sedangkan
pada rahang bawah 5 mm.23,24 Incisal liability ini dapat dibagi oleh beberapa faktor12,24 :
a. Pemanfaatan ruangan diantara gigi pada gigi desidui akan menyediakan
ruang 4 mm di rahang atas dan 3 mm di rahang bawah.
b. Peningkatan lebar antar kaninus.

Universitas Sumatera Utara


c. Perubahan inklinasi insisivus dari 150 ke 123 akan menyediakan ruang 2-3
mm.

Gambar 8. Perubahan inklinasi gigi
insisivus permanen dan
desidui.25

2.2.2

Fase Inter-Transisi

Fase ini merupakan fase yang stabil dan hanya terjadi perubahan yang sedikit. Di
fase ini terlihat pada rahang atas maupun pada rahang bawah terdapat gigi desidui dan
gigi permanen secara bersamaan. Gigi molar dan kaninus desidui dijumpai di antara gigi
insisivus permanen dan molar pertama permanen. 6,12,22,24,25 Ada beberapa karateristik
pada fase ini, yaitu25:
1. Oklusal dan interproksimal pada gigi desidui terlihat rata dikarenakan
morfologi oklusal yang menyerupai dataran.
2. Pembentukan akar terjadi pada insisivus, kaninus dan molar yang akan
erupsi dengan seiringnya peningkatan puncak prosesus alveolar.

3. Resorpsi akar pada molar desidui.

2.2.3

Fase Transisi Kedua

Karateristik pada fase ini ditandai dengan pergantian molar kedua dan kaninus
desidui oleh kaninus dan premolar permanen. Kombinasi lebar mesiodistal kaninus

Universitas Sumatera Utara

desidui dan premolar biasanya lebih kecil daripada gigi yang akan digantikan. Akibat
perbedaan ukuran ini akan dijumpai kelebihan ruang yang oleh Nance disebut dengan
Leeway space.2,3,6,7,11
Besar Leeway space pada mandibula lebih besar daripada maksila. Kelebihan
ruang yang tersedia setelah pergantian molar dan kaninus desidui dimanfaatkan untuk
pergeseran ke arah mesial oleh molar bawah agar terjadi relasi molar Klas I Angle.23
Pada usia 8-9 tahun terlihat insisivus sentralis permanen bawah yang biasanya
dalam keadaan berkontak satu dengan lainnya sedangkan insisivus sentralis atas sering
erupsi dalam keadaan condong ke distal sehingga terdapat diastema di antara kedua
insisivus sentralis dan ini disebut the ugly ducking stage.19,23,24 Kondisi ini akan
terkoreksi sendiri dimana benih kaninus permanen dalam erupsinya ke arah labial
mempengaruhi akar insisivus lateralis permanen atas dan mendorong insisivus lateralis
ke mesial. Bila kaninus permanen telah erupsi, insisivus lateralis dapat menegakkan diri
dan diastema akan tertutup.19,20,23

2.3

Leeway space

Ukuran mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lain. Hal
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras, genetik, dan jenis kelamin. Jumlah lebar
mesiodistal kaninus desidui, molar pertama dan kedua desidui lebih besar daripada
jumlah lebar mesiodistal gigi penggantinya. Perbedaan ukuran ini akan menghasilkan
ruang pada regio kaninus dan premolar pada kedua rahang yang disebut dengan Leeway
space (Gambar 9).2,3,6,7,11
Leeway space pada rahang bawah lebih besar daripada rahang atas. Jumlah ratarata besar Leeway space pada rahang atas adalah 1,8 mm (0,9 mm untuk tiap sisi). Dan
untuk rahang bawah rata-rata 3,4 mm (1,7 mm untuk tiap sisi).21 Terkadang kombinasi
jumlah gigi yang belum erupsi lebih besar daripada ruang yang tersedia. Kondisi ini
disebut Leeway space deficiency, dan ini menyebabkan gigi menjadi berjejal
(crowded).9
Pada saat molar kedua desidui tanggal, molar pertama permanen akan bergerak
relatif cepat ke arah mesial menempati Leeway space.9,19,20,23,24 Hal ini berdampak pada

Universitas Sumatera Utara

pengurangan panjang lengkung rahang. Diperlukannya tindakan ortodontik apabila
terjadi kecenderungan berkembangnya maloklusi.19

Gambar 9. Leeway space.9

2.4

Metode Analisis Ruang pada Masa Gigi Bercampur

2.4.1

Metode Radiografi

Metode radiografi digunakan oleh Nance (1947) dan Huckaba.7 Metode ini
menggunakan radiografi untuk memprediksi kaninus dan premolar permanen yang
belum erupsi. Metode radiografi dapat digunakan baik pada rahang atas maupun rahang
bawah. Nance (1947) menggunakan radiografi dalam menganalisis perbedaan ukuran
mesiodistal gigi antara gigi kaninus, molar pertama, dan molar kedua desidui dan gigi
penggantinya.3,4,7,18 Namun dalam penggunaan radiografi ini, tidak selalu efektif dalam
memprediksi ukuran gigi yang belum erupsi, karena hasil gambar radiografi terjadi
dalam bentuk dua dimensi. Selain itu adanya distorsi, elongasi maupun kesalahan teknik
dalam pengambilan gambar yang akan sangat mempengaruhi keakuratan hasil
pengukuran.6,7,15
Namun sekarang sudah ada metode radiografi yang lebih akurat, yaitu dengan
menggunakan cone-beam computed tomography. Dimana pada teknik ini sudah
menggunakan gambaran tiga dimensi.15

Universitas Sumatera Utara

2.4.2

Metode Persamaan Regresi

Metode persamaan regresi digunakan oleh Ballard dan Wylie (1947), Barendonk
(1965), Moyers (1973),

Tanaka-Johnston (1974), dan Sitepu(1983).7,26 Metode ini

memprediksi ukuran mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang erupsi dengan
menggunakan gigi yang telah erupsi. Ballard dan Wylie (1947) sangat memperhatikan
distorsi yang terjadi pada gambaran radiografi sehingga mereka mencari cara lain untuk
memprediksi ukuran mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi dengan
cara mengkombinasikan lebar mesiodistal keempat gigi insisivus pada rahang bawah.4
Dan kemudian mereka menetapkan persamaan regresi Y=9,41 + 0,527X, dimana Y
adalah ukuran kaninus dan premolar rahang bawah dan X adalah jumlah ukuran gigi
insisivus rahang bawah.4
Metode Moyers juga menggunakan jumlah keempat gigi insisivus dalam
memprediksi ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi. Dan kemudian
jumlahnya dibandingkan dengan tabel probabiliti. Metode ini paling sering digunakan
oleh para klinisi dikarenakan penggunaannya yang sederhana, mudah, dan
akurat.3,4,6,12,17
Metode Tanaka-Johnston juga merupakan metode yang menggunakan jumlah
keempat gigi insisivus rahang bawah dalam memprediksi ukuran mesiodistal gigi
kaninus dan premolar permanen. Metode ini tidak menggunakan tabel probabiliti seperti
metode Moyers. Cara pengukurannya dengan menjumlahkan keempat gigi insisivus
rahang bawah dan hasilnya dibagi dua. Lalu ditambahkan 10,5 untuk rahang bawah dan
11,0 untuk rahang atas.2,3,15,16 Metode ini sangat sederhana dan dianggap memiliki
keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil.15

2.4.3

Metode Kombinasi

Metode kombinasi merupakan gabungan antara metode radiografi dan
persamaan regresi. Yang menggunakan metode kombinasi adalah Hixon dan Oldfather
(1958).26,27,29 Metode kombinasi dianggap merupakan metode prediksi yang paling
akurat. Karena selain melihat dari gambaran radiografi, juga menjumlahkan keempat

Universitas Sumatera Utara

gigi insisivus pada studi model untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan
premolar permanen.4,15,27

2.5

Penggunaan Metode Moyers dalam Memprediksi Gigi Kaninus dan
Premolar Permanen

Metode Moyers menggunakan penjumlahan lebar mesiodistal keempat insisivus
permanen rahang bawah untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan premolar
permanen pada rahang bawah maupun rahang atas. Dasar analisis Moyers adalah
adanya korelasi antara lebar mesiodistal gigi insisivus permanen rahang bawah dengan
gigi kaninus dan premolar yang belum erupsi baik pada rahang atas maupun rahang
bawah.6,17
Analisa Moyers ini menggunakan keempat gigi insisivus permanen bawah yang
sudah erupsi sebagai pedoman dengan pertimbangan sebagai berikut17:
1. Gigi permanen yang tumbuh paling awal.
2. Mudah diukur dengan tepat intra oral atau ekstra oral.
3. Ukuran tidak bervariasi apabila dibandingkan insisivus permanen atas.
Moyers menyatakan untuk memprediksi ukuran mesiodistal kaninus dan
premolar yang belum erupsi tersebut dapat menggunakan tabel probabiliti dengan
tingkat kepercayaan 5 - 95%. Namun Moyers menyarankan penggunaan tabel
probabiliti pada derajat kepercayaan 75% sebagai acuan karena tingkat tersebut
dianggap aman dari maloklusi (crowded dan diastema).6,17 Cara penggunaan tabel
probabiliti Moyers adalah sebagai berikut17:
1. Lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah diukur dan
dijumlahkan.
2. Gunakan jumlah lebar mesiodistal keempat insisivus permanen bawah untuk
memprediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus, premolar pertama dan premolar kedua
pada rahang bawah dan rahang atas dengan menggunakan tabel probabilitas pada
derajat kepercayaan 75%.
3. Tentukan jumlah ruang yang tersedia pada regio kaninus-premolar dengan
mengukur jarak antara distal insisivus lateral sampai mesial molar pertama permanen.

Universitas Sumatera Utara

4. Bandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.

2.6

Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Mesiodistal Gigi

a.

Ras

Banyak artikel pada jurnal dental mengenai adanya variasi ukuran gigi
berdasarkan ras. Bailit mengatakan “Ukuran gigi permanen bervariasi pada ras yang
berbeda”. Perbedaan ras menunjukkan adanya hubungan pada ukuran gigi yang
spesifik.3
Pada penelitian Lavelle (1972), ia menunjukkan variasi ukuran gigi pada
kelompok ras yang berbeda. Dia menemukan pada insisivus sentralis mandibula dan
insisivus lateralis pada populasi Mongoloid adalah 0,17 mm lebih kecil daripada gigi
populasi Kaukasoid dan pada kaninus mandibula, premolar pertama dan kedua pada
populasi Mongoloid adalah 1,30 mm lebih besar dibandingkan pada populasi
Kaukasoid.3 Penelitian yang dilakukan terhadap ras Kaukasoid, Negroid, dan
Mongoloid menunjukkan bahwa ukuran mesiodistal ketiga ras tersebut berbeda. Ukuran
mesiodistal ras Negroid lebih besar dari ras Mongoloid dan Kaukasoid.12
Untuk masyarakat Indonesia, penelitian Sumantri terhadap ukuran gigi suku
Jawa, menemukan bahwa ukuran gigi permanen sampel suku Jawa lebih besar
dibandingkan dengan ukuran gigi suku bangsa Kaukasoid, sedangkan ukuran gigi
permanen laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.28 Mochtar (1982)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan ukuran gigi dan lengkung
rahang antara suku Batak dan Melayu dengan ras Kaukasoid.28

b.

Genetik

Ukuran gigi beradaptasi baik terhadap pengaruh luar dan dikendalikan oleh
faktor keturunan. Penelitian yang dilakukan Lundstrom (1964) membandingkan antara
97 pasangan kembar monozigot dan dizigot ditemukan bahwa terdapat hubungan faktor
genetik yang kuat pada kembar monozigot terhadap ukuran gigi dan morfologi gigi.

3

Penelitian terhadap saudara kembar jelas menunjukkan hampir separuh dari faktor yang
mempengaruhi ukuran gigi adalah faktor keturunan yang berperan untuk mengontrol

Universitas Sumatera Utara

ukuran gigi sewaktu proses odontogenesis.28 Penelitian tersebut berhasil membuktikan
bahwa terdapat kesamaan ukuran dan bentuk gigi pada kembar zigomatik.3
Menurut Rakosi dkk., (1993) berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan
utama yang dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya
termasuk gigi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak erupsi dan
posisi benih gigi.28 Berdasarkan kedua penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang kuat antara faktor genetik dengan ukuran gigi.

c.

Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi ukuran lebar mesiodistal gigi.
Penelitian Stroud dkk., (1994) menunjukkan setiap gigi laki-laki mempunyai diameter
mesiodistal yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan akibat penebalan lapisan
dentin. Dalam populasi manusia saat ini, mahkota gigi laki-laki adalah lebih besar
dibanding perempuan. Hal ini disebabkan oleh periode proses

amelogenesis yang

panjang pada gigi desidui dan permanen laki-laki, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, dengan ukuran gigi laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan perempuan.3,28,29

d.

Lingkungan

Lingkungan turut memainkan peranan dalam keragaman genetik untuk terus
memberi variasi dalam ukuran gigi. Menurut Selmer-Olsen (1949), walaupun ukuran
gigi dikontrol oleh faktor genetik tetapi ia turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Ukuran gigi manusia akan terus bervariasi selama berlangsungnya evolusi manusia
yang dimulai pada gigi molar diikuti gigi anterior. Baillit menyatakan variasi ukuran
gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang sedang berlangsung dan ukuran gigi
terkait dengan faktor genetik, sedangkan faktor lingkungan setelah kelahiran hanyalah
sedikit pengaruhnya. Faktor lingkungan yang dimaksudkan adalah nutrisi.30

Universitas Sumatera Utara

2.7

Ras Deutro-Melayu

Populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongolid yang disebut
ras Melayu. Ras Paleomongolid ini terdiri atas Proto-Melayu (Melayu tua) dan Deutro
Melayu (Melayu Muda). Antropologi Fisher (1991) berpendapat bahwa antara tahun
2000 S.M, kelompok Proto-Melayu lebih dulu datang ke Indonesia daripada kelompok
Deutro-Melayu.

Kelompok

Proto-Melayu

mula-mula

menempati

pantai-pantai

Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat yang kemudian terdesak oleh
kelompok Deutro-Melayu. Kelompok Deutro-Melayu datang sekitar tahun 1500
S.M.12,30
Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja sedangkan
yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera
Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda
kecil timur dan Malayu.12,30 Orang Jakarta (Betawi), Borneo Melayu, Banjar dan
penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro dan Proto-Melayu.30
Ciri fisik kedua kelompok ini sangat berbeda. Menurut penelitian Jacob bahwa
adanya perbedaan bentuk bagian-bagian kepala/ wajah antara kedua ras tersebut.
Buditalism (2004) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara tinggi wajah total
orang batak dan orang jawa. Kelompok Proto-Melayu memiliki bentuk kepala yang
panjang (dolichocephalic) sedangkan kelompok Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala
yang pendek (brachycephalic).30 Ukuran lebar mesiodistal dan lengkung gigi pada
kedua kelompok ras ini juga berbeda.2

Universitas Sumatera Utara

2.8 KERANGKA TEORI
Perkembangan gigi manusia

Pra dental

Desidui

Fase Transisi
Pertama

Bercampur

Fase
Intertransisi

Permanen

Fase Transisi
Kedua

Leeway space

Analisa ruang pada

Faktor yang
mempengaruhi ukuran
mesiodistal gigi

masa gigi bercampur

Radiografi

Genetik

Kombinasi

Jenis Kelamin

Persamaan

Lingkungan

regresi
Ras

(Moyers)

Kaukasoid

Deutro-Melayu

Mongoloid

Negroid

Proto-Melayu

Prediksi nilai rata-rata Leeway space dengan
menggunakan tabel Moyers pada murid Sekolah
Dasar ras Deutro-Melayu di kota Medan

Universitas Sumatera Utara

2.9 KERANGKA KONSEP

Lingkungan





Ras
Umur
Model studi dengan
kriteria inklusi

Besar Leeway space

Ukuran dan bentuk gigi

 Genetik
 Jenis kelamin

 Bahan cetak
 Bahan pengisi cetakan

Keterangan:
Variabel tergantung
Variabel bebas
Variabel moderator
Variabel terkendali
Variabel tak terkendali

Universitas Sumatera Utara