Bronkoskopi dan Ekstraksi Jarum Pentul pada Anak.

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang

Bronkoskopi dan Ekstr aksi
Jarum Pentul pada Anak
Fachzi Fitr i, Jon Pr ijadi
Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokt er an Univer sit as Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang
Abstrak
Sebagian besar aspirasi benda asing ter jadi pada usia kur ang dari 3 tahun karena kecenderungan memasukkan
sesuatu ke mulut , pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap, kur angnya pengaw asan dari or ang tua dan lain-lain. Namun
aspir asi jarum pentul biasanya terjadi pada w anita r emaja muslim yang menggunakan jilbab.
Diagnosis aspir asi benda asing di br onkus ditegakkan berdasar kan anamnesis, pemer iksaan fisik, pemeriksaan
radiologik dan bronkoskopi. Gejala klinis terjadinya aspir asi benda asing di saluran nafas tergantung pada ukur an, lokasi,
jenis, bentuk, sifat ir itasinya terhadap mukosa, lamanya benda asing di salur an nafas, der ajat sumbatan serta ada tidaknya
komplikasi.
Benda asing di traktus tr akeobr onkial har us segera dikeluar kan dalam kondisi optimal dengan tr auma yang
seminimal mungkin untuk mencegah komplikasi. Instr umen yang digunakan untuk tindakan ekstr aksi benda asing dapat
mempengar uhi angka kesakitan dan kematian akibat komplikasi ekstr aksi benda asing di saluran per nafasan.
Dilaporkan satu kasus aspir asi jar um pentul di bronkus utama kanan pada anak per empuan ber umur 11 tahun, yang
berhasil diekstraksi dengan menggunakan bronkoskop kaku tanpa komplikasi.

Kata kunci : Aspir asi, benda asing salur an nafas, jarum pentul , br onkoskopi.
Abstract
Most of the for eign body aspir at ion occur s at the age of less than 3 year s, because of their t endency to put something
into their mouth, the grow th of the molar t eeth ar e not complete yet , minimal at tent ion from par ents and other s. But the pins
aspir at ion usually occur s in young muslim women who wear hijab.
The diagnosis of for eign body aspir at ions in bronchial est ablished by anamnesis, physical examinat ion, r adiologic
examinat ion and bronchoscopy. Clinical symptoms of foreign body aspiration in the respir atory tr act depend on the size,
locat ion, t ype, shape, a t ype of it s ir rit at ion to the r espir at ory t r act mucosa, dur at ion of for eign body in respiratory tr act, t he
degr ee of obst r uction and the presence or absence of complicat ions.
For eign body in t racheobronchial t ract must be removed in opt imal condit ions with minimal tr auma to pr event
complicat ions. Inst rument s which being used for foreign body ext r action can affect morbidity and mort alit y due to
complicat ions of ext ract ion of for eign bodies in t he respiratory tr act .
There was report ed one case of aspiration of pins in the r ight main bronchus in childr en 11-year -old woman, who
successfully ext ract ed by using a r igid br onchoscope without complication.
Keywords: Aspir at ion, r espir at or y t ract for eign bodies, pins, br onchoscopy.
saluran nafas sering kali masih mer upakan suatu masalah
Pendahuluan
kar ena anamnesis tidak khas dan gejala klinis yang khas,
Benda asing salur an napas merupakan masalah
klinis yang memiliki tantangan ter sendir i, meskipun

belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik
pemer iksaan fisik dan pemer iksaan r adiologik yang tidak
anestesi dan instr umentasi. Ekstr aksi benda asing jalan
menunjang. 6
napas bukanlah suatu pr osedur yang mudah. Tindakan ini
Benda asing anor ganik seperti jarum tidak bersifat
memer lukan keter ampilan serta pengalaman dar i dokter
higr oskopis, sehingga r eaksi jar ingan lebih sedikit
yang melakukannya. 1,2
dibandingkan dengan benda asing or ganik, bahkan kadangPer sentase aspir asi benda asing berdasar kan
kadang tidak menimbulkan gejala. Tetapi benda asing tajam
letaknya adalah;
hipofar ing 5%, laring/ tr akea 17%, dan
lebih ditakuti karena berpotensi menimbulkan komplikasi
br onkus sebanyak 78%. Sebagian besar aspir asi benda
yaitu perforasi jalan nafas. 3,7
asing ter jadi pada usia kurang dar i 3 tahun kar ena
Jackson 2 mempelopori
teknik endoskopi dalam
penanganan kasus benda asing di saluran nafas.

kecender ungan memasukkan sesuatu ke mulut ,
Per kembangan alat endoskopi dan cara anestesi dew asa ini
pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap, kurangnya
mempengaruhi keberhasilan pengobatan kasus aspir asi
pengaw asan dar i or ang tua dan lain-lain. Aspirasi jar um
benda asing. 2,5,8
pentul biasanya terjadi pada w anita r emaja muslim yang
Beber apa faktor yang mempengaruhi timbulnya
menggunakan jilbab.3,4,5.
penyulit bronkoskopi pada ekstr aksi benda asing di salur an
Gejala dan tanda yang timbul bervar iasi, ter gantung
nafas, antar a lain adalah faktor keadaan umum pender ita,
pada der ajat sumbatan, lokasi, sifat, bentuk dan ukuran benda
jenis, bentuk, ukuran, lokasi, dan posisi benda asing.6,8,9
asing. Menegakkan diagnosis aspir asi benda asing pada

1

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil Padang


Epidemiologi
Aspirasi benda asing sering ter jadi pada anakanak yang ber usia 1 sampai 3 tahun. Hal ini terjadi kar ena :
a) Anak-anak umur ter sebut sedang mengekplor asi
lingkungan sekitar nya dengan kecender ungan meletakkan
sesuatu di mulut sambil bermain dan ber lar i
b)
Pertumbuhan gigi molar yang belum lengkap sehingga
proses mengunyah belum sempur na c) Belum dapat
membedakan yang dapat dimakan dengan yang tidak dan
d) Koordinasi menelan dan penutupan glotis yang belum
sempurna .10
Aspirasi benda asing pada dew asa biasanya
berhubungan dengan r etar dasi mental, penggunaan alkohol
dan sedatif, tindakan medik di daerah mulut dan faring,
gangguan kesadaran, trauma maksilofasial, gangguan
neurologis dan dimensia senilis.10
Aspirasi benda asing lebih ser ing ter jadi pada lakilaki dengan per bandingan antar a laki-laki dan perempuan 2
: 1.11 Jenis benda asing yang teraspirasi bervar iasi seperti
kacang, biji-bijian, bagian dar i sayuran dan benda

anor ganik lain seperti jar um, peniti, tutup pena, mainan
anak-anak dll. Perbedaan geografis, var iasi makanan dan
lingkungan mempengaruhi hal ini. 10
Kekerapan aspir asi benda asing bervar iasi dari
berbagai laporan, Iskandar pada laporannya di bagian THT
FKUI/ RS Cipto Mangunkusomo selama 4 tahun dar i Januari
1990 sampai Desember 1993 mendapatkan 70 kasus aspirasi
benda asing di tr aktus trakeobronkial. Lokasi benda asing
terser ing (62,86 %) di bronkus utama kanan. 10,11
Faktor predisposisi
Faktor -faktor yang memper mudah ter jadinya aspir asi
benda asing ke dalam salur an napas, antara lain: 2,7,10
1. Usia yaitu pada anak-anak kur ang dari 3 tahun, mereka
kurangnya pengaw asan or ang tua dan sering
memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut, gigi geligi
yang belum lengkap dan refleks menelan yang belum
sempurna.
2. Jenis kelamin, lebih ser ing pada laki-laki.
3. Lingkungan dan kondisi sosial.
4. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penur unan

kesadaran,
keadaan
umum
bur uk,
penyakit
serebr ovaskular dan kelainan neurologik.
5. Faktor kecer obohan, misalnya : kebiasaan menar uh
benda di mulut, makan dan minum tergesa-gesa.
Anatomi Traktus T rakeo-bronk ial
Untuk
melakukan br onkoskopi, pengetahuan
tentang anatomi dan fisiologi tr akea dan br onkus sangat
diperlukan.

Gambar
1.
Tr akeobr onkial.
Jackson,MD,Sc.D. 2

Dikutip


dar i

chevalier

Tr akea mer upakan tabung tulang r aw an dan otot
yang dilapisi epitel ber lapis thor ak ber silia semu yang meluas
sampai br onkus utama. Banyak sel goblet dan kelenjar
ser omukus yang umumnya ditemukan di dinding posterior
dan dalam submukosa. 11

Tabel 1 : Ukuran normal cabang t rakeobronkial. Dikut ip dari
Jackson 4

Tr akea ter letak di gar is tengah leher , tetapi pada
mediastinum letaknya sedikit deviasi ke kanan tepat diatas
bifur kasi.
Panjang trakea pr ia ± 12 cm dan per empuan ± 10
cm, diameter anter o poster ior ± 13 mm dan diameter
tr ansversal ± 18 mm. Mempunyai muskular is mukosa dan

lebih menonjol ser abut elastis pada lamina propria yang
disebut membrana elastis internal 12.
Lumen trakea ditunjang kir a-kir a 18 cincin dari
kartilago hialin yang tidak lengkap di bagian poster ior nya
yang hanya terdir i dar i otot sehingga kar tilago tr akea
berbentuk C. Selanjutnya tr akea ber cabang dua menjadi
br onkus utama kanan dan kiri yang kemudian menjadi
cabang-cabang kecil. 13
Dinding bronkus makin tipis, tulang raw an menjadi
irr eguler dan menghilang pada bronkus dengan diameter 1
mm dan komponen otot dar i bronkus menjadi lebih menonjol.
13

Dengan mempelajar i lokasi lesi paru pada Rontgen foto
thor ak, seor ang endoskopis sebelumnya harus dapat
mengidentifikasi sasar an endoskopi, ke arah segmen atau
subsegmen paru. 14,15
Pembagian segmen par u antar a lain:
Kanan ter bagi 3 lobus yang berasal dar i br onkus utama kanan,
ter diri : 16


2

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang

Apikal
Posterior
Anterior
Lateral

Lobus Atas

Lobus Medial

Lobus Baw ah

Medial
Super ior (Apikal)
Medial basal

Anterior basal
Later al basal
Poster ior basal

Kir i ter bagi 2 lobus yang ber asal dar i br onkus utama kir i,
ter diri:
Post.apikal
Bagian atas
a. Atas --

anter ior
Superior
Infer ior
Super ior (apikal)
b. Baw ah -------Dasar media anterior
Dasar lateral
Bagian baw ah

Bronkus kanan mempunyai
6 - 8 tulang r aw an

dengan panjang sekitar 2,5 cm dan bronkus kir i mempunyai 9
– 12 tulang raw an dengan panjang 5 cm pada orang dew asa.
Lumen bronkus kanan seperempat kali lebih besar dari
br onkus kir i dan aksis panjangnya deviasi ke later al 25º ,
sedangkan aksis bronkus kir i deviasi 45º ke k iri dar i gar is
tengah. 13,16

Patofisiologi
Aspir asi benda asing biasanya ter sangkut di 3
tempat yaitu lar ing, tr akea dan bronkus. Menurut liter atur
benda asing di tr akea jar ang terjadi hanya sekitar 10–20%
dari seluruh benda asing di jalan napas, sedangkan lokasi
yang terser ing adalah pada bronkus (80–90%).15
Saat aspir asi ter jadi benda asing masuk melalui r ima
glotis yang sedang terbuka, sehingga masuk ke dalam trakea
dan bronkus. Pada or ang dew asa benda asing cender ung
ter sangkut pada bronkus utama kanan kar ena lebih segar is
lur us dengan trakea dan posisi karina yang lebih besar.
Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus dengan
tr akea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada
anak, frekuensi lokasi ter sangkut benda asing hampir sama
kejadian antara br onkus utama kir i dan kanan. Lokasi
ter sangkut benda asing juga dipengar uhi posisi saat ter jadi
aspir asi. 16
Setelah benda asing masuk ke dalam bronkus ter jadi
fase asimptomatik selama 24 jam atau lebih, diikuti gejala
pulmonum, hal ter sebut bergantung pada derajat sumbatan
br onkus benda asing. Aspir asi benda asing tanpa obstr uksi
akut, akan menimbulkan reaksi ter gantung jenisnya, or ganik
atau anorganik. Benda asing organik menyebabkan reaksi
inflamasi mukosa yang lebih ber at, dan jar ingan granulasi
dapat timbul dalam beberapa jam. Benda asing or ganik
seperti kacang-kacangan dan biji-bijian bersifat menyer ap air
sehingga dapat mengembang, yang akan menambah
sumbatan, obstr uksi par sial dapat berubah menjadi total.
Benda asing organik yang lebih akan bermigrasi ke ar ah distal

dan menyebabkan inflamasi kronik, sering memer lukan
r eseksi par u untuk menanganinya. 17
Benda asing di bronkus dapat menyebabkan
ter jadinya tiga tipe obstr uksi:17,18
1.Obsruksi katup bebas (by pass valve obstr uct ion).
Benda asing menyebabkan sumbatan, namun udar a
per nafasan masih dapat keluar dan masuk, sehingga
tidak menimbulkan atelektasis atau emfisema par u.
2.Katup penghambat ekspir ator i atau katup satu ar ah
(check valve obst r uction).
3.Obstruksi katup tertutup (stop valve obst r uction).

Gejala k linik
Gejala klinik yang timbul ter gantung pada jenis
benda asing, ukur an, sifat iritasinya terhadap mukosa, lokasi,
lama benda asing berada di dalam saluran nafas, dan ada atau
tidaknya komplikasi. Gejala aspir asi benda asing terbagi
dalam 3 fase yaitu :
1) Fase aw al
Saat benda asing ter aspir asi, batuk hebat secara tiba-tiba,
rasa ter cekik, r asa tersumbat di tenggor ok, wheezing dan
obstruksi nafas, dapat juga diser tai adanya sianosis
terutama per ior al, kematian pada fase ini sangat tinggi
2) Fase asimptomatik
Interval bebas gejala ter jadi kar ena benda asing
tersangkut pada satu tempat, dapat ter jadi dari beberapa
menit sampai ber bulan-bulan setelah fase per tama. Lama
fase ini ter gantung lokasi benda asing, der ajat obstruksi
yang ditimbulkannya dan jenis benda asing yang
teraspirasi ser ta kecenderungan benda asing untuk
berubah posisi
3) Fase komplikasi
Telah ter jadi komplikasi akibat benda asing, dapat berupa
pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis. 3,12
Bronkus utama mer upakan tempat yang paling
ser ing dimasuki benda asing untuk menetap. Pender ita
dengan benda asing di bronkus umumnya datang ke r umah
sakit pada fase asimptomatik. Pada fase ini keadaan umum
penderita masih baik dan foto thor ak belum memperlihatkan
kelainan. Pada fase pulmonum, benda asing di bronkus utama
atau cabang - cabangnya akan menimbulkan gejala batuk,
sesak nafas yang makin lama semakin ber tambah ber at. Pada
auskultasi terdengar ekspirasi memanjang dengan mengi dan
dapat disertai demam.4,5,6,14
Diagnosis
Diagnosis aspir asi benda asing di bronkus
ditegakkan ber dasar kan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemer iksaan radiologi dan pemeriksaan bronkoskopi.
Anamnesis yang cermat mengenai adanya r iw ayat tersedak
atau kemungkinan tersedak sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis karena pender ita yang datang
kebanyakan berada dalam fase asimtomatik. Kadang-kadang
orang tua tidak mengetahui bahw a anaknya ter sedak sesuatu
ke dalam salur an nafasnya. Seor ang anak yang sedang
ber main tiba-tiba batuk, sesak nafas, nafas berbunyi dan
sianosis,maka harus dicur igai kemungkinan tersedak benda
asing. Anamnesis yang kur ang cer mat dapat menimbulkan
kesalahan diagnosis, sehingga tidak jar ang pender ita diber i
pengobatan untuk panyakit lain, misalnya asma atau
peumonia, dalam jangka w aktu lama. Pneumonia yang
ber ulang dapat mer upakan komplikasi akibat benda asing di

3

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil Padang
br onkus untuk w aktu yang lama. Adanya tr ias batuk,mengi
dan sesak nafas pada anak usia 1-3 tahun tanpa riw ayat asma
sebelumnya, per lu dicurigai adanya aspir asi benda asing.5,6
Kapan terjadinya aspirasi perlu ditanyakan karena
er at kaitannya dengan prognosis. Benda asing yang sudah
berada lama di salur an nafas, ser ing telah menimbulkan
radang kronis dan jaringan gr anulasi, sehingga pada
penyembuhan nya dapat membentuk jaringan parut.7,8,9
Pada pemer iksaan fisik dapat ditemukan tandatanda sumbatan jalan nafas dalam ber bagai var iasi sesuai
dengan lokasi benda asing, ukur an, der ajat sumbatan, dan
lamanya w aktu aspir asi. 10

Pemerik saan Radiologi
Pada setiap pasien ter sangka aspir asi benda asing
harus dibuat foto thor ak untuk mengetahui bentuk dan
ukur an benda asing, lokasi serta komplikasi yang timbul.
Pemer iksaan radiologi yang diper lukan adalah posisi anter oposter ior , lateral dan bila perlu pemeriksaan fluoroskopi. 19
Rontgen foto thor ak yang diambil dalam w aktu 24
jam pertama setelah kejadian aspir asi, biasanya menunjukkan
gambaran normal. 12
Benda asing radioopak dapat diidentifikasi dengan
mudah, tetapi benda asing radiolusen dapat dikenal dari efek
samping yang timbul pada paru seper ti atelektasis, emfisema
dan gambar an infiltr at.12,20
Benda asing kecil yang tidak menimbulkan
sumbatan lumen bronkus pada saat inspirasi maupun
ekspir asi tidak akan menimbulkan atelektasis atau emfisema,
maka sebaiknya dibuat foto thorak antero-poster ior pada
w aktu inspir asi dalam dan ekspirasi. Tampak mediastinum
akan bergeser mendekati paru yang sakit pada w aktu
inspirasi dan menjauh pada saat ekspir asi. Gambar an ini
disebut “swinging mediast inum”. Gambaran radiologi benda
asing yang tidak menimbulkan gejala sumbatan jalan nafas
dapat menunjukkan gambaran pneumoni dan tidak sembuh
w alaupun diber ikan pengobatan antibiotik yang adekuat. 14
Penatalaksanaan
Pr insip penanganan benda asing di salur an nafas
adalah mengeluar kan benda asing tersebut dengan segera
dalam kondisi paling maksimal dan tr auma yang minimal.
Penentuan cara pengambilan benda asing dipengar uhi oleh
beberapa faktor , misalnya : umur penderita, keadaan umum,
lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing
dan lamanya benda asing ber ada di salur an nafas. Sebenarnya
tidak ada kontr aindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi,
selama hal itu mer upakan tindakan untuk menyelamatkan
nyaw a ( life saving). Pada keadaan ter tentu dimana telah
terjadi komplikasi r adang salur an nafas akut tindakan dapat
ditunda sementar a dilakukan pengobatan medikamentosa
untuk mengatasi infeksi. Pada aspir asi benda asing organik
yang dalam w aktu singkat dapat menyebabkan sumbatan
total, maka har us seger a dilakukan bronkoskopi, bahkan bila
perlu tanpa anestesi umum.
Ada 2 macam Br onkoskop 16 :
a. Bronkoskop Kaku ( Rigid bronchoscope)
b. Bronkoskop Ser at Optik ( Flexible bronchoscope)

1.Bronkoskop Kaku ( Rigid bronchoscope)

Gambar 2: Bronkoskop kaku

Bronkoskop kaku berbentuk tabung logam dengan
sumber cahaya dibagian distal. Ukur an diameter ser ta
panjang tabung ber macam-macam disesuaikan dengan
penampang bronkus yang akan diper iksa. Br onkoskop kaku
lebih baik digunakan pada kondisi :
1. Pada anak-anak dimana glotis dan trakea masih sempit.
2. Benda asing ber ada di trakea dan bronkus utama.
3. Sekr et yang kental dan lengket di trakea dan br onkus
utama yang mer upakan benda asing endogen.11
Keuntungan bronkoskop kaku dapat ter lihat jelas ser ta
mempunyai kemampuan untuk mencapai ujung benda asing
yang tajam saat ekstraksi, dengan bantuan cunam dan
teleskop, memudahkan ekstr aksi benda asing secar a akur at
melalui bronkoskop kaku.16
Sebaiknya br onkoskop kaku tidak digunakan pada
kasus dengan aneur isma aor ta, kecenderungan perdarahan,
keadaan fisik yang lemah setelah hemoptisis berat dan
gangguan fungsi jantung par u yang ber at.2,8,16

2.Bronkoskop Serat optik ( Flexible br onchoscope)

Gambar 3: Bronkoskop serat optic
Bronkoskop ser at optik akhir -akhir ini semakin
banyak digunakan. Bentuknya lentur dengan ber bagai ukur an
diameter untuk anak-anak dan dew asa. Ujung distal nya dapat
diger akkan dan dilengkapi dengan lensa yang sangat tajam.
Sumber cahaya dengan intensitas tinggi dihantarkan lew at
kabel ganda ke alat bronkoskop dan diteruskan ke bagian
distal. Di samping lensa terdapat sebuah lubang tempat keluar
masuknya cahaya, dan didepan lensa ter dapat lubang untuk
tempat keluar masuknya alat-alat seper ti cunam, alat
penghisap, dan gas anestesi.2,16,17.
Keuntungan bronkoskop ser at optik antar a lain :
1. Teknik lebih mudah, lebih aman
serta adanya toler ansi yang baik dar i penderita.
2. Dapat menggunakan analgesia
lokal.
3. Benda asing pada bronkus nampak jelas terlihat dan
dapat dimasukan ke cabang br onkus yang tidak dapat
dicapai dengan bronkoskop kaku.
4. Dapat digerakkan untuk ekstr aksi benda asing pada
or ang dew asa dengan lokasi par u per ifer. 17
Tucker dan Inouye17,18 menggunakan br onkoskop ser at
optik untuk mengeluar kan benda asing di tr akea dan br onkus
utama, pada anak berusia di atas 12 tahun, yang tidak
ter dapat gejala sumbatan jalan nafas. Penggunaan
br onkoskop ser at optik ini lebih ditujukan untuk

4

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil Padang
1)

2)
3)
4)
5)

Tr akea dan bronkus yang ber diameter lebih besar , paling
sedikit 2 mm lebih besar dari penampang bronkoskop
serat optik.
Batuk kr onis dan r iw ayat hemoptoe.
Biopsi dan kelainan di paru.
Penghisapan sekr et par u, ter utama yang terletak di
segmen bronkus.
Pada pender ita dengan tr auma tulang r ahang, tulang
tengkorak, tulang leher , lar ing,tr akea dan tr auma dada.

teknik intubasi bronkoskop tergantung pada keterampilan
ahli br onkoskopi, anatomi dan keadaan klinis pasien yaitu:16
a)Teknik intubasi tanpa laringoskop (teknik klasik),
b)Teknik intubasi br onkoskop dengan lar ingoskop
c)Teknik intubasi br onkoskop dengan pipa endotrakeal
d)Teknik bronkoskopi kombinasi.
Cara yang dipilih har us didiskusikan dengan ahli anastesi,
ter masuk r isiko anestesi. Pada kasus ini menggunakan teknik
ke-2.

Tidak ada kontr aindikasi absolut dalam penggunaan
br onkoskop serat optik. Kontr aindikasi r elatif ter utama
tergantung pada keadaan umum penderita, misalnya : faal
jantung dan par u yang sangat bur uk, keadaan penderita yang
lemah dan adanya panas tinggi. Br onkoskop ser at optik
mer upakan alat yang tertutup, pender ita hanya dapat
bernafas melalui r ongga disekeliling alat, sehingga pada
pelaksanaannya bronkoskop ser at opt ik har us digunakan
dalam w aktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
penggunaan bronkoskop kaku. 16,17,19
Meskipun br onkoskop serat optik semakin banyak
digunakan, namun bronkoskop kaku tetap tidak ditinggalkan,
karena masing-masing alat memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga keduanya saling melengkapi dalam
bidang endoskopi. 18,20

Persiapan ek straksi benda asing
Sebelumnya di usahakan memperoleh duplikat benda
asing ter sebut, kemudian dicoba dan dipelajar i lebih dulu cara
menjepit dan menar ik benda asing dengan cunam yang sesuai
sebelum melakukan tindakan bronkoskopi. Bronkoskop
dipilih sesuai dengan diameter lumen dengan ber pedoman
pada usia pender ita akan dapat meningkatkan keberhasilan.
16,20

Persiapan ekstr aksi benda asing har us dilakukan sebaikbaiknya. Peralatan yang har us lengkap, forsep dengan
berbagai ukuran harus ter sedia, ukur an dan bentuk benda
asing har us diketahui dengan membuat duplikat dan
mencobanya dengan forsep yang sesuai. 2,12,16
Sesaat menjelang dilakukan bronkoskopi dibuat foto
thor ak untuk menilai kembali letak benda asing. Komunikasi
antara operator dengan dokter anestesi untuk menentukan
rencana tindakan juga sangat penting.21,22
Pemberian ster oid dan antibiotika pre operatif dapat
mengurangi komplikasi seper ti edema jalan nafas dan
infeksi.2,7,19
Ukuran br onkoskop sesuai usia. Dikutip dar i Boies.
Usia
Bronkoskop
Pr ematur
3,0 mm x 20 cm
Bayi baru lahir
3,5 mm x 25 cm
3-6 bulan
3,5 mm x 30 cm
1 tahun
4,0 mm x 30 cm
2 tahun
4,0 mm x 30 cm
4 tahun
5,0 mm x 35 cm
5 -7 tahun
5,0 mm x 35 cm
8- 12 tahun
5,0 mm x 35 cm
8- 12 tahun
6,0 mm x 40 cm

Teknik Bronkoskopi
Bronkoskopi dengan menggunakan bronkoskop
kaku dilakukan dalam anestesi umum. Ada beber apa variasi

5

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil Padang
mengeluarkan laringoskop. Ujung bronkoskop har us ber jalan
di antara kedua pita suar a dengan memutar br onkoskop 900
sear ah jarum jam. Setelah memasuki tr akea bronkoskop
diputar kembali 900 , sehingga ujung bronkoskop kembali
mengar ah ke anter ior. Kemudian sungkup ( ambu bag)
anastesi dipasang pada lubang ventilasi di samping
br onkoskop untuk oksigenisasi dan sekret dihisap. Tr akea
dilihat dengan optik Hopkins, jika memilliki kamera dapat
dipasang, sehingga gambar an endoskopi dapat dilihat dengan
monitor. Bronskoskop diteruskan ke distal dengan ger akan
membelok ( t wist ing motion)
dan bronkoskop dipegang
dengan jari tangan seper ti memegang tongkat bilyar d. Untuk
memasuki br onkus kanan kepala pasien diputar sedikit ke
kir i, bronkoskop diteruskan dengan gerakan membelok
( t wisting mot ion ) melalui kar ina. Untuk memasuki br onkus
kir i kepala pasien diputar ke ar ah bahu kanan. Mengeluar kan
br onkoskop selalu dilakukan dengan melihat lumen dengan
hati-hati ( gentle) dan gerakan membelok ( t wisting mot ion ),
br onkoskop berhenti beber apa millimeter diatas karina
menunggu pernafasan spontan, kemudian ekstubasi dengan
sekali ger akan ( one single movement ). Sekr et tenggor ok
dihisap secara hati-hati dengan bantuan laringoskop,
mandibula diangkat untuk membantu per nafasan spontan,
sekr et di hidung dihisap dan menunggu pasien batuk. 16,23
Jika menggunakan teleskop, ujung distal teleskop
harus ber ada di dalam lumen bronkoskop, lebih kurang 1,5
cm dar i ujung distal br onkoskop. Bila sekr et menghambat
pandangan harus dihisap, ujung distal teleskop diber i zat anti
embun (ant i fog). Bila br onkoskop tidak dapat masuk dengan
mulus, jangan menggunakan tenaga, lebih baik mengganti
br onkoskop dengan ukur an yang lebih kecil. Penyangga gigi
( bite block) dapat diletakkan antar a gigi dan bronkoskop,
sehingga tangan oper ator dapat lebih bebas.16
Pada beber apa kasus namun sangat jar ang, benda
asing tidak dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi, dalam hal
ini dilakukan tor akotomi. Pada kasus lain menghar uskan
br onkotomi dan r eseksi par enkim par u yang terdapat benda
asing.7,16,18
Faktor penyulit pada petalaksanaan benda asing di
br onkus antara lain faktor penderita, lamanya benda asing
ter aspirasi, lokasi benda asing, kelengkapan alat, kemampuan
tenaga medis dan par amedis dan anestesi.19

Gambar 4. Teknik Br onkoskopi tanpa Lar ingoskop.26
Posisi kepala pender ita tidur ter lentang dengan
posisi kedua lengan terletak datar sepanjang sisi badan.
Kepala dan mata ditutup dengan kain. Seorang asisten
memegang kepala yang duduk di sebelah kir i. Kepala diganjal
dengan bantal setinggi ±15 cm dan leher pender ita
diekstensikan. Teknik ini menggunakan lar ingoskop lur us
untuk dapat melihat epiglotis, Setelah tampak epiglotis, dasar
lidah diangkat dengan spatula laringoskop, sehingga epiglotis
sedikit terangkat. Bronkoskop dipegang dengan tangan kanan
dan ujung bronkoskop dimasukan sedikit di baw ah epiglotis.
Pada saat ini pandangan dipindahkan pada bronkoskop,
br onkoskop dimasukan ke laring bersamaan dengan

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin ter jadi pada aspirasi
benda asing di tr akeobr onkial berhubungan dengan benda
asing sendiri dan tindakan br onkoskopi. Komplikasi akibat
benda asing yang paling sering ber upa infeksi par u dan
kelainan lain seperti edema, tr acheitis, br onkitis atau
timbulnya jar ingan granulasi, dan atelektasis.21
Komplikasi yang ber hubungan dengan tindakan
br onkoskopi (intr a oper atif) paling ser ing ar itmia jantung,
br onkospasme, edema lar ing, trauma pada gigi, bibir , gusi dan
lar ing.20,21
Laporan kasus
Seor ang anak perempuan ber umur 11 tahun datang
ke IGD RSUP Dr .M. Djamil Padang pada tanggal 24 Juli 2009
jam 00.25 w ib, diantar oleh keluarganya dengan keluhan
utama tersedak jar um pentul. Dar i anamnesis didapatkan
bahw a pender ita ter sedak jar um pentul pada tanggal 23 Juli
2009 jam 18.00 WIB. Aw alnya pasien dengan sengaja

6

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Univer sitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil Padang
mengigit jar um pentul saat menjahit pakaian. Tiba-tiba pasien
batuk kemudian ter sedak jar um pentul. Pasien
tidak
mer asakan nyeri menelan, sulit menelan tidak ada, tidak
mer asakan sesak. Pasien juga tidak ada keluar darah dari
mulut dan tidak mer asakan nyer i pada dada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pasien sedang, tidak tampak tanda obstruksi jalan nafas, tidak
sianosis, tidak str idor atau wheezing, frekuensi nafas
20x/ menit, suhu 36,4ºC tidak ter dapat palpatory st ud maupun
audible sound auskultasi paru kiri, suar a nafas tidak melemah.
Pada pemer iksaan telinga, hidung, tenggorok
tidak
ditemukan kelainan.
Pada rontgen foto thorak PA dan lateral yang
dilakukan pada tanggal 24 Juli 2009 menunjukkan bayangan
radioopak berupa jar um pentul di bronkus kiri setinggi
vertebra thor acal III-IV.
Later al

Postero Anterior

Benda Asing

Dar i
pemeriksaan
labor ator ium
didapatkan
hemoglobin 12,9 gr%, leukosit 7.100 / mm 3 , hematokr it 31%,
tr ombosit 270.000/ mm 3, PT:12,4 detik, APTT:35,6 detik.
Kesan dar i hasil pemeriksaan labor ator ium dar ah batas
normal. Ditegakkan diagnosa benda asing di per cabangan
karina dengan bronkus kiri.
Direncanakan
untuk
dilakukan
bronkoskopi
menggunakan br onkoskop kaku dengan anestesia umum.
Dilakukan persiapan tindakan, konsultasi ke bagian Ilmu
Kesehatan Anak untuk toleransi tindakan dan konsultasi ke
bagian Anestesi. Diber ikan Deksametason iv 3x5 mg dan
Ceftr iaxon (iv) 2x500mg sesuai anjur an bagian Ilmu
Kesehatan Anak (IKA). Rontgen foto thor ak diulang 1 jam
sebelum tindakan br onkoskopi. Kesan benda asing di bronkus
kir i, tidak ter jadi per ubahan posisi dar i rontgen foto
sebelumnya.
Bronkoskopi dilakukan pada tanggal 24 Juli 2009
jam 8.00 WIB. Lapor an oper asi adalah sebagai berikut. Setelah
pender ita ter baring dalam narkose dimasukkan bronkoskop
kaku ID 6 mm panjang 30 cm. Bronkoskop dimasukan dengan
bantuan lar ingoskop lur us, tr akea ditelusuri dan di arahkan
ke bronkus kiri. Ter lihat benda asing ber upa jarum pentul di
br onkus utama kir i dengan posisi arah yang tajam menghadap
proksimal dan bulatan (tumpul) menghadap ke distal. Lalu
dicoba dilakukan ekstr aksi benda asing dengan menggunakan
forcep alligator . Benda asing berhasil dikeluar kan berupa
jar um pentul dengan panjang 3,5 cm. Selanjutnya bronkoskop
kembali dimasukkan untuk mengevaluasi tr akea dan bronkus,

mukosa bronkus tampak hiper emis, tidak terdapat laserasi,
tidak edema dan tidak ada per darahan.
Pasien dir aw at di bangsal THT, diber i ter api Amoksisilin
clavulanat sir up 3x500 mg, Parasetamol sir up 3x500 mg,
pemberian Deksametason iv dilanjutkan 3x5 mg. Pasien
diobservasi selama 24 jam pasca tindakan, tidak ada keluhan
sesak nafas, batuk, demam, tidak ter dapat kr epitasi maupun
tanda-tanda pneumothor ak. Pasca tindakan pada tanggal 26
Juli 2009 dilakukan pemeriksaan r ontgen foto tor aks PA dan
later al untuk evaluasi. Dar i rontgen foto thor ak tidak tampak
benda asing dan tidak tampak gambar an emfisema maupun
atelektasis paru. Tidak terdapat krepitasi maupun tandatanda pneumothor ak. Pasien dipulangkan setelah 4 har i pasca
tindakan diser tai pember ian antibiotika per or al.

Diskusi
Telah dilapor kan suatu kasus Aspir asi benda asing jarum
pentul di bronkus kiri pada seorang anak per empuan umur 11
tahun. Pada kasus ini sesuai dengan laporan bahw a perempuan
usia pertengahan berumur 8-35 tahun yang ser ing meletakkan
jar um pentul diantara bibirnya sebelum memasang jilbabnya.
Dari hasil penelitian penyebab aspir asi benda asing terbanyak
akibat ter sedak dan batuk (82% dan 80%) 23.
Pasien saat itu tidak mer asakan sesak, nyer i menelan ser ta
tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Pada kasus ini,
pasien datang ke IGD RSUP Dr .M.Djamil Padang masuk dalam
fase asimptomatik, yaitu fase dimana pasien masih dalam
keadaan umum yang baik. 2,6
Benda asing harus dibedakan berasal dar i or ganik atau
anor ganik. Pada kasus ini pasien ber umur 11 tahun, ter jadi
aspir asi benda asing anorganik di bronkus utama kir i. Sesuai
dengan hasil penelitian dar i 35 orang seluruhnya per empuan,
lokasi ter sering adalah bronkus utama kanan (32%), bronkus
utama kir i (23%) serta tr akea (17%).22
Beber apa penelitian pada pasien anak-anak ber usia kurang
dari 3 tahun, yang tidak dapat menjelaskan kejadian aw alnya
dan or ang tua yang tidak tahu kejadiannya biasanya datang
telah terjadi komplikasi dan di diagnosis sebagai penyakit asma,
infeksi salur an per nafasan atas, dan pneumonia. Pada kasus ini
faktor kecer obohan mer upakan faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya aspir asi benda asing (jarum pentul).4,16
Benda asing jarum pentul mudah di diagnosis dengan
menggunakan r ontgen foto thor ak kar ena benda asing ber asal
dari logam sehingga gambaran radiologi ber upa gambar an
radioopaq. Pada pemer iksaan rontgen foto thor ak, benda asing
tampak di bronkus kir i. Ini berbeda dengan laporan pada or ang
dew asa yang cenderung ber ada pada bronkus utama kanan,
karena sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus
dengan trakea antar a kir i dan kanan hampir sama. Sehingga
pada anak, frekuensi lokasi ter sangkut benda asing hampir sama
kejadiannya antar a bronkus utama kanan dan kir i. Lokasi
ter sangkutnya benda asing juga dipengaruhi posisi saat
ter jadinya aspir asi. 8,13
Rontgen foto thor ak ulang 1 jam sebelum tindakan
bertujuan untuk mengetahui perubahan letak benda asing.
Benda asing (jarum pentul) masih mungkin untuk ber pindah
letak kar ena ukurannya kecil ser ta permukaan yang licin. 14
Ketika telah tampak benda asing jar um pentul dengan
rontgen foto thor ak harus seger a dikeluar kan dengan
br onkoskopi kaku maupun fleksibel. Pada penggunaan
br onkoskop kaku, ujung r uncing jarum pentul harus diambil dan
diletakkan ke dalam bronkoskop karena ujung r uncing jarum

7

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang
pentul dapat membahayakan mukosa bronkus atau dinding
br onkus. 16,22
Alasan mengapa digunakan bronkoskop kaku pada anak
karena bronkoskop kaku dapat di lakukan hisapan ( suct ion )
jalan nafas yang lebih efisien untuk kasus-kasus per darahan
masif dan tidak menghabiskan w aktu. 21,22
Dikutip dar i Nael Al-Sar r af 22 , fluoroskopi telah berhasil
dilakukan sebagai tambahan diagnosis pada kasus jar um pentul
dengan lokasi yang lebih distal. Beberapa penelitian yang
berasal dar i 35 pasien, selur uhnya perempuan ber kisar r atarata berusia 8-35 tahun. 22
Jenis benda asing anorganik pada kasus ini dapat
menyebabkan perfor asi jalan nafas. Tor akotomi dan bronkotomi
dibutuhkan bila ter jadi kegagalan ekstr aksi br onkoskopi dan
lokasi benda asing di daer ah distal. Kasus benda asing yang
pernah di laporkan, antar a lain jarum, peniti, tutup pena, mainan
anak-anak. 16,22
Kesulitan saat ekstraksi pada pasien ini disebabkan edema
pada mukosa br onkus karena ber ulang kali keluar masuknya
br onkoskop kaku sehingga tr auma lebih ser ing terjadi. Ber at
ringannya komplikasi dipengaruhi oleh peradangan yang
sudah ada sebelumnya, ukur an bronkoskop yang digunakan
dan tr auma yang terjadi. Menur ut Lukomsky 16 komplikasi
tindakan br onkoskopi terbagi 2: a)Komplikasi minor berupa
perlukaan mukosa faring, lar ingitis akut, hipoksia, perdar ahan
sedang dan demam. b)Komplikasi mayor berupa tension
pneumothorak, perdar ahan hebat, hipoksia berat sampai
kegagalan jantung. Pada pasien ini setelah dilakukan r ontgen
foto thor ak pasca oper asi tidak ditemukan adanya komplikasi,
baik yang tampak pada gambaran r adiologi, maupun dar i gejala
klinis Dilakukan r ontgen foto thor ak ulang pasca oper asi juga
untuk menilai lapisan sub mukosa yang longgar pada daer ah
subglotis memberi reaksi ter hadap tr auma kecil. 16

Daftar Pustaka :
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.
9.

P M Stell and B J Bickfor d, Anatomy of the lar ynx and
tr acheobronchial t ree. In: Scott-Brown’s Disease of the
Ear, Nose, and Thr oat 1984, ed. 4 th, page 406-431.
Chevalier
Jackson
,MD.,SCD.,LL.D.
Br onchoesophagology.in:Bronchoesophagology.Phyladelp
hia and London 1958, page 5–34.
Rose M.Mohr ,M.D, For eign Body Tr acheobronchial t ree.
Paparella shumr ick. In: Otolaryngology head and neck
volume III 1998 , ed. 4th . page 2399-2424.
Leighton G.Siegel,M.D , Penyakit jalan nafas bagian bawah
dan mediast inum:pert imbangan Endoskopi. In: Adam
boies higher buku ajar penyakit THT 1997 , edisi 6, page:
454-472.
Ravindhr a G.Elluru,Endoscopy of the pharynx and
esophagus, in: Cummings otolar yngology Head & neck
surger y1998, ed. 4 th page 1825-1834.
Gibson SE. Aerodigestive Tr act For eign Body. In : Catton
RT et al. Pr actical Pediatr ic Otolaryngology. Philadelphia:
lippincott - Raven,1999:561-73
David E. Eibling, Management of int ract able aspir at ion . In:
Byron J.Bailey & Jonas T.Johnson, Head & Neck Surger y
otolaryngology 1998 ed. 4 th . page 733-743.
Munter DW. Foreign Bodies Tr achea.
Diakses dari :
www .emedicine.com , last updated august 26, 2009
War shaw sky ME. For eign Body Aspir at ion . Diakses dari :
www .emedicine.com , last updated August 20, 2004

10. Chandra D, Samiadi D. Benda Asing pada Bronkus.
Kumpulan Makalah seminar Pertemuan Ilmiah Tahunan
PERHATI. Batu Malang, 1996 :515-201
11. Iskandar N. Ingest ed and inhaled for eign bodies .In Dr .
Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia. Med J
ORLI, 1994; 25: 311-8.
12. Junizaf MH. Benda Asing di Salur an Napas. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT-Kepala Leher, edisi kelima.
Jakar ta : Balai Pener bit FKUI,2003: 246-55.
13. James B, Jr . Bronchoesofagology.In : Ballenger JJ, eds.
Disease of the Nose, Throat, Ear head and neck. 13 th ed.
Philadelphia: Lea&Febiger , 1985 : 1331-67.
14. Kaur K, Sonkhya N, Bapna AS. For eign bodies in the
t r cheobronchial : a prospective study of fifty cases. Indian
J of Otolar yngology, Head and Neck Surger y 2002; 54 (I):
30-4.
15. Friedman EM. Caustic ingest ion and foreign bodies in the
aer odigest ive t ract . In : Bailey BJ, eds. Head and Neck
Sur gery-Otolaryngology, 3r d ed vol 1. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins 2004, 200: 1157-66.
16. Mangape D, Asbudi. Bronkoskopi kaku . Dalam: Lokakar ya
Endoskopi, Ujungpandang. Desember 1987.
17. Cosal ID, Imr an Ali. Penggunaan bronkoskopi ser at optik
dalam diagnosis dan pengobatan kelainan t rakeobronkial.
Dalam : Lokakarya Endoskopi, Ujungpandang. Desember
1987.
18. Manukbua Anton, Andilolo M. Bronkoskopi kaku ver sus
bronkoskopi serat opt ik . Dalam : Lokakar ya Endoskopi,
Ujungpandang. Desember 1987.
19. Tjandrasusilo Handoko. Bronkoskop ser at optik . Dalam :
Lokakarya Endoskopi, Ujungpandang. Desember 1987.
20. Tandr a AH, Ramli M . Anest esia dan analgesia pada
t indakan endoskopi per or al. Dalam : Lokakar ya
Endoskopi, Ujung pandang. Desember 1987.
21. Wachid Mochamad, Sisantoro. At elekt asis Menet ap Akibat
Benda Asing Br onkus. Smf Ilmu Kesehatan Penyakit THT
FK UNAIR . Sur abaya : Media perhati. Vol 7; juni 2001.
22. Nael Al-Sar r af, Headscraf pin tr acheobronchial aspir at ion.
In:Inter active Car divascular and Thoracic Sur gery (2009)
187-190
23. AK Ayed, Foreign body aspir at ion in childr en; diagnostic
and t reatment . In: Pediatric Sur gery Int. 2009 Vol.19
page:485-489.

8