Berharap pada Lapas.

Pikiran Rakyat
() Se~sa
456
20

4t Rabu
7
22

21

() Mar () Apr

() Mel

() Kamis
8
23

9


10
24

OJun

() Sabtu

() Jumat
11
25

OJul

12
26

27

0 Ags OSep


a

() Minggu
28

OOkt

14

29

15

ONov

30

16

31


ODes

Berharap pad a Lapas
Oleh YESMIL ANWAR

G

ERALDLeiawand

(Prisons, 1972),menyebutkan sejumlah penyakit penjara (the ill of prison)
sebagai (1)kekurangan dana, (2)
penghuni yang padat, (3) keterampilan petugas dan gaji yang
buruk, (4) kekurangan tenaga
profesional, (5) prosedur pembebasan (bersyarat) yang serampangan (haphazard), (6) makanan yangjelek dan tidak memadai, (7) kes~mpatan memberikan pekeIjaan yang konstruktif dan waktu rekreasi yang minim, (8) kurang memberikan
kegiatan-kegiatan yang bersifat
mendidik, (9) hukuman yang lama tanpa peninjauan pengadilan, (10) homo seksualitas, kecanduan obat, dan kejahatankejahatan di antara penghuni,
(n) hukuman yang keras dan
kejam terhadap pelanggaran
aturan, (12) diskriminasi.

Tampak bahwa masalah di
lembaga pemasyarakatan Oapas) begitu luas ditnensinya.
Komponen-komponen penentu
mekanisme, terselenggaranya
program pembinaan di lapas,
dari mulai petugas lapas dan
peraturan yang mendukungnya,
sarana prasarana, dan dana, serta sikap warga binaan sendiri sangat menentukan keberhasilan
pembinaan.
Dalam kaitannya dengan kemewahan yang dinikmati warga
binaan Ayin yang ditemukan dalam sidak Satgas Anti Mafia Hukum ke Rutan Pondok Bambu
beberapa waktu yang lalu, ataupun kekurangan-kekurangan di
lapas di berbagai wilayah di Indonesia, ada baiknya kita menyimak proses sistem pembinaan warga binaan di Indonesia,
agar dapat dipahami secara menyeluruh bagaimana sebenarnya
yang teIjadi dalam metabolisme
pembinaan warga Binaan di lapas, seperti terpapar di bawah
ini:
Jika diperhatikan dengan seksarna, proses pembinaan warga
binaan sangat bergantung pada
kemampuan dari petugas dan

setiap unsur yang ada dalam
proses pembinaan, sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang NO.12Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Hal itu dapat
terliliat dengan jelas dari sistem
pembinaan di Indonesia. Gambaran tersebut masili perlu dievaluasi dengan seksama de-

_ ngantetapterbukabagiupaya
peningkatan kualitas pembinaan sehingga
--- berbagai masalah
-

--

dapat ditekan dengan seminimal mungkin. Perlu diketahui
bahwa pembinaan warga binaan
dimulai dengan kondisi manusia yang ''bermasalah'' dalam
masyarakat. Bagaimana pun
mewahnya mereka di dalam lapas tidak rnungkin menggantikan "nikmatnya" hidup di luar
lapas. Seperti yang dikatakan

Rahardi Ramelan, mantan warga binaan, dalam bukunya "Lapas, Desa tertinggal". Jadi yang
perlu diupayakan adalah meminimalkan masalah yang akan
timbul tersebut dengan strategi
pembinaan yangjitu dan penuh
inovasi. Penyebabnya bukan hanya terletak di dalam proses
pembinaan dalam lapas tetapi
bisa juga berakar dari luar lapas,
yaitu dalam masyarakat itu sendiri merupakan sebuah tempat
persemaian kejahatan, ujar Cesare Beccaria tokoh besar kriminologi.
Perlu diperhatikan keberada-

an komponen-komponen penentu terselenggaranya mekanisme terselenggaranya program pembinaan di lapas, dari
mulai petugas lapas beserta peraturan perundang-undangan
yang mendukungnya, sarana,
prasarana, dana, danjugaperilaku dari warga binaan itu sendiri sangat menentukan keberhasilan pembinaan. Namun, jangan dilupakan keberadaan dan
peran komponen penting lainnya yang merupakan "konsurnen" dari "produk" lapas, yaitu
masyarakat. Dari sudut sosiokriminologis, masyarakat Indonesia masih beranggapan "sekali
lancung keujian seumur hidup
orang tidak percaya". Hal itu
merupakan stigma/cap paling

menghambat keberhasilan proses tahap resosialisasi mantan
warga binaan lapas ke dalam
masyarakat. Yang sesungguhnya
merupakan bagian dari program
proses pembinaan warga binaan
ill luar lapas.
Oleh karena itu, bagaimanapun canggilinya pembinaan di
dalam lapas jika masyarakat tetap menolak kehadiran mantan
warga binaan, pembinaan yang
memakan begitu banyak tenaga
dan biaya akan sia-sia belaka.
Kenyataannya masyarakat masili alergi terhadap bekas warga
binaan dari lapas. Padahal sesungguhnyajika dirunut kebelakang, siapakah mereka sebenarnya? Seperti gugatan dan tangisan dari salah seorang warga binaan wanita di muka wartawan
di Lapas Pondok Bambu, mereka adalah warga masyarakat itu
sendiri. Hasil dari proses sosial
yang berlangsung da1am masya-

Kliping Humas Unpad 2010

rakat.

Cesare Beccaria mengatakan,
"setiap masyarakat memiliki
p,enjahatnya sendiri" bahwa masyarakat bertanggungjawab atas
. teIjadinya kejahatan yang dI1mat
oleh anggota masyarltkat itu
sendiri. Untuk itu dibutuhkan
partisipasi aktif serta empati
mendalam bahwa apabila masyarakat menolak mantan warga
binaan akibatnya akan menjadi
bumerang bagi masyarakat itu
sendiri. Karena mereka akan Iebili mengganggu disebabkan rasa "deIidam sosial" yang perlu
pelampiasan.
Barangkali tak berlebilian hal
tersebut menjadi salah satu penyebab mantan warga binaan
tersebut akan berusaha masuk
ke dalam masyarakat dengan
cara yang bertentangan dengan
norma-norma yang ada dan bekeIja secara terpaksa. Sebab, tidak ada pililian lain yang sesuai
dengan skill yang din1i1ikinyadi
sektor-sertor yang rentan terhadap kejahatan, misa1nya menjadi debt collector, keamanan toko, calo/makelar dan lain-lain.

Hal lain yang menyebabkan
warga binaan masuk kembali ke
dalam "khasanah" kejahatan,
misa1nya disebabkan ketika mereka mencari pekeIjaan selalu
ditolak karena cap ''bekas narapidana". Maka mereka akan
berusahamasuk kembali ke dalam masyarakat dengan cara
yang melanggar hukum dengan
bekeIja di sektor-sektor yang
rentan, terseret untuk menjadi
kriminal kembali. Penyebab lam
adalah bila mereka keluar dari
lapas dengan proses "pelepasan
bersyarat" yang tidak sempurna.

PROSES. PEMBINAAN WARGA BINAAN
r 'NSTANS'
i.

..


Sejak napi masuk
sampai 113masa

Telah menjalani 113
hingga 1/2 masa
pidana

1. Data din napi

Program
pembinaan:

3. Registrasi
4. pengenalan napi
terhadap Lapas

pidana
1. Disetujui

INTEGRASI

Telah menjalani 213
hingga direaliasi
dengan pelepasan
bersyarat
1. Disetujui

Dewan

Pembina

Pemasyarakatan

Pemasyarakatan

2. Bentukr1.va:

a. Asimilasi ke
dalam:kunjunga
n sosial, haJi.-hart
besar & keluaIga
b. Asimilasi ke
luar:beke~a di
luar pada siang
hart,
penempatan
pada lapas
terbuka.
menjalani ibadah
di luar lapas

3. Pendidikan dasar

- --.:II

Dewan

Pembina

1. Mental spiritual
2. Pembinaan fisik
dan kesehatan

TAHAP IV

TAHAP III

Telah menjalani 1/2
hingga 213masa

Catatan : Pembebasan remisi akan
mempercepat proses menuju
asimilasi dan il1tegrasi

~

'.

....
.

;

ASIMILASI

4. Rekreasi (olah
raga ikesehatan)
5. Pembinaan tata
lertib

--'

.

TAHAP II

PEMBINAAN
DALAM LAPAS

2. ldentifikasi

. ..

-~",:."'::.:';.:':';':';':.;.>:':';~,_:',,.__;.>:.;_:.:_;_c_;_:_:_:_:.:_;_:_;_;_;_;_:__.:._.:_,.:_',,:,,_,_,_:.:.:.;_:.,_'.,.,.:.._".,_:...,.,_.,_':

ADMINIS11'IASI
ORIENTASI

pidana

.

1. Polri
2. KejaksaanAgung
3. PengadilanNegeri

TAHAP I

n

..

PENEGAK HUKUM

..

:
;

..

n

'

2. Bentuknya:
a. Pelepasan
bersyarat

(pasaJ

151KUHP)
b.

MASYARAKAT
1. Tldak melanggar

hukumlagi
2. Bisabenntegrasi
dan
beipartisipasi
aktif
3: Hidupbahagia

Di samping itu, perlu dipertimbangkan keberadaan kondisi
masyarakat yang akan menerima "sang anak hilang" tersebut,
barangkali wajar juga jika masyarakat pada masa yang penuh
ketidakpastian
itu bertindak
ekstrahati-hati terhadap mantan
warga binaan. Di sinilah sebenamya tantangan pemerintah
untuk membuka cakrawala masyarakat dengan penyuluhan
dan mungkinjuga bersama-sama lembaga swadaya masyarakat (LSM) berinisiaf mengubah
pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap mantan war&a binaan. Dana besar yang akan dikucurkan pemerintah
untuk
membangun puluhan lapas tidak akan ada manfaatnya, jika
paradigma berpikir terhadap keberadaan warga binaan di dalam lapas masih tetap sebagai
bui bagi para penjahat. Harus
ada upaya sungguh-sungguh
untuk mengubah cap lapas adalah sekolah penjahat, surga
pengguna
narkoba,
tempat
pembuangan sampah masyarakat, atau hotel berbintang lima
bagi koruptor berduit. Dengan
demikian, dapatlah didekatkan
jarak antara harapan dan kenyataan, tujuan dari pembinaan di
lapas.***

.

--

_--.

-

--

--

-

-

---

penulis, dosen mata kuliah
kriminologiUnpaddan Unpas.

~-

I