Moralitas Individu, Manajemen Laba, Salah Saji, Pengungkapan, Biaya dan Manfaat, Serta Tanggung Jawab dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan.

(1)

TESIS

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA,

SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN

MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM

ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

\

INGRID SARASWATI BAYUSENA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

TESIS

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA,

SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN

MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM

ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

INGRID SARASWATI BAYUSENA NIM 1291662012

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA,

SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN

MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM

ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

INGRID SARASWATI BAYUSENA NIM 1291662012

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 6 JUNI 2016

Pembimbing I,

Prof.Dr.I Wayan Suartana,SE,MSi., Ak. NIP 19670729 199402 1 001

Pembimbing II,

Dr. I Dewa Nyoman Badera. SE,MSi., Ak. NIP 19580718 198601 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, Ak., CA NIP 19641224 199103 1 002

Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) NIP 19590215 198510 2 001


(5)

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 6 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 2473/UN14.4/HK/2016, Tanggal 31 Mei 2016

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak. Anggota :

1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak. 2. Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi. 3. Dr. Drs. I.D.G. Dharma Suputra, MSi., Ak. 4. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi., Ak.


(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ingrid Saraswati Bayusena

NIM : 1291662012

Program Studi : Magister Akuntansi

Judul Tesis : Moralitas Individu, Manajemen Laba, Salah Saji, Pengungkapan, Biaya dan Manfaat, serta Tanggung Jawab dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah Tesis ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Denpasar, 6 Juni 2016


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, tesis dengan judul “Moralitas Individu, Manajemen Laba, Salah Saji, Pengungkapan, Biaya dan Manfaat, serta Tanggung Jawab dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. I Wayan Suartana, SE, MSi., Ak., pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Ak., pembimbing pedamping yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Akuntansi di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE, MSi., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, MSi., Ak., Ketua Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta kepada Dr. Dewa Gede Wirama, SE, MSBA., Ak., CA. Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi., Dr. Drs. I.D.G. Dharma Suputra, MSi., Ak., beserta Bapak Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi., Ak., yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan, serta seluruh staf pegawai yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Mahasiswa Maksi dan PPAk tahun ajaran 2015/2016 yang telah bersedia memberikan data sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.


(8)

Juga penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta, Bapak I Made Ngurah Bayusena dan Ibu Sagung Jegeg Mayadianti, adik Cyndya Dewi Bayusena dan Agung Surya Angkusprana Bayusena, serta pacar terkasih I Made Agus Artawan yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungan moral serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada rekan-rekan Maksi Angkatan XI, teman-teman tersayang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, dan semua pihak yang telah membantu serta memberikan kritik dan saran dalam penulisan tesis ini semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan kebahagiaan.


(9)

ABSTRAK

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG

JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Penelitian ini dilakukan untuk menilai persepsi mahasiswa Maksi dan PPAk menyangkut etika penyusunan laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai moralitas individu, manajemen laba, pengungkapan, biaya dan manfaat, serta tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 responden yang dipilih berdasarkan pada purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Mann-Whitney U Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai moralitas individu, manajemen laba, salah saji, pengungkapan, biaya dan manfaat, sedangkan untuk tanggung jawab menunjukkan perbedaan persepsi dalam etika penyusunan laporan keuangan.

Kata kunci : Moralitas individu, manajemen laba, salah saji, pengungkapan, biaya dan manfaat, tanggung jawab


(10)

ABSTRACT

INDIVIDUAL MORALITY, EARNINGS MANAGEMENT, MISSTATE, DISCLOSURE, COST AND BENEFIT, AND RESPONSIBILITY ETHICS

COMPILATION OF FINANCIAL STATEMENT

This research was conducted to appraise the perception of students Maksi and PPAk regarding ethics compilation of financial statement. This research used for the distinction of perception of students Maksi and PPAk about individual morality, earnings management, misstate, disclosure, cost and benefit, and responsibility ethics compilation of financial statement.

The data collection methods in this research is using with survey method by questionnaire technique. The number of samples in this research are 94 respondents were selected by on purposive sampling. The analysis technique used is the analysis of the Mann-Whitney U Test.

The results showed that there was no difference between the perception of students Maksi and PPAk about individual morality, earnings management, misstate, disclosure, cost and benefit, while the responsibility to show the difference of perception in the ethics compilation of financial statement.

Keywords : Individual morality, earnings management, misstate, disclosure, cost and benefit, responsibility


(11)

RINGKASAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG

JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan merupakan salah satu media yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya dalam membuat keputusan. Salah satu faktor untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas adalah menyangkut etika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai moralitas individu, manajemen laba, pengungkapan, biaya dan manfaat, serta tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan.

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Program Maksi dan PPAk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Maksi dan PPAk yang masih aktif mengikuti perkuliahan dan terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner. Pemilihan sampel berdasarkan pada purposive sampling dimana sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 96 responden, namun hanya 94 kuesioner yang digunakan. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan instrumen yang digunakan valid dan reliabel. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Mann-whitney U Test.

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Hipotesis satu (H1) menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai moralitas individu dalam etika penyusunan laporan keuangan, hal ini dilihat dari nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-tailed) 0,890 yang lebih besar dari α = 0,05. (2) Hipotesis dua (H2) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai manajemen laba dalam etika penyusunan laporan keuangan, hal ini dilihat dari nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-tailed) 0,056 yang lebih besar dari α = 0,05. (3) Hipotesis tiga (H3) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai salah saji dalam etika penyusunan laporan keuangan hal ini dilihar dari nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-tailed) 0,512 yang lebih besar dari α = 0,05. (4) Hipotesis empat (H4) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai pengungkapan dalam etika penyusunan laporan keuangan, hal ini dilihat dari nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-tailed) 0,084 yang lebih besar dari α = 0,05. (5) Hipotesis lima (H5) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai biaya dan manfaat dalam etika penyusunan laporan keuangan, hal ini dilihat dari nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-tailed) 0,236 yang lebih besar dari α = 0,05. (6) Hipotesis enam (H6) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan, hal ini dilihat dari nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-tailed) 0,024 yang lebih kecil dari α = 0,05.


(12)

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai moralitas individu menunjukkan bahwa setiap mahasiswa mempunyai persepsi moral dan penilaian yang sama, dimana level penalaran moral seseorang berbanding lurus dengan perkembangan intelektualnya. Tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai manajemen disebabkan manajemen laba melalui manipulasi keputusan operasi lebih dapat diterima daripada manipulasi akuntansi. Adanya standar akuntansi menjadikan adanya pemahaman yang sama dalam penyusunan laporan keuangan Tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai salah saji disebabkan laporan keuangan harus terhindar dari salah saji yang disengaja maupun tidak disengaja agar tidak menimbulkan kesalahan bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan baik itu yang bersifat krusial maupun tidak. Tidak terdapat perbedaan mengenai pengungkapan disebabkan pengungkapan semua informasi akuntansi yang diperlukan harus diungkapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai keadaan perusahaan sehingga informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dalam rangka pengambilan keputusan. Tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai biaya dan manfaat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat materialitas yang diungkapkan maka biaya yang diperlukan serta manfaat yang didapat juga besar. Terdapat perbedaan persepsi mengenai tanggung jawab disebabkan adanya perbedaan persepsi dipengaruhi oleh perbedaan pandangan antara mahasiswa Maksi dan PPAk terhadap etika penyusunan laporan keuangan. Mahasiswa Maksi yang lebih merepresentasikan pendidikan keilmuan sedangkan mahasiswa PPAk lebih pada praktiknya sebagai program profesi.

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk penelitian serupa dengan menambah variabel-variabel baru dan sebagai saran penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode analisis lain seperti pengujian menggunakan penelitian eksperimen. Dimana bagi perguruan tinggi dapat memberikan pentingnya materi pembelajaran yang lebih tepat untuk diterapkan secara alami dan dikomparasikan dengan situasi saat ini guna menanggapi perilaku moralitas individu, manajemen laba, salah saji, pengungkapan, biaya dan manfaat, serta tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan pada profesi yang akan digelutinya.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian... 11

1.4Manfaat Penelitian... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1Landasan Teori ... 13

2.1.1Teori Etika ... 13

2.1.2Persepsi ... 14

2.1.3Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi ... 15

2.1.4Persepsi Etis terhadap Manipulasi Keputusan Operasional dan Manipulasi Akuntansi ... 17

2.1.5Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 19

2.1.6Moralitas ... 20

2.1.7Manajemen Laba ... 21

2.1.8Salah Saji ... 21

2.1.9Pengungkapan ... 22

2.1.10Biaya dan Manfaat ... 23

2.1.11Tanggung Jawab ... 23

2.2Penelitian Terdahulu ... 24

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 27

3.1Kerangka Berpikir ... 27

3.2Konsep Penelitian ... 29


(14)

3.3.1 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Moralitas Individu dalam Etika Penyusunan Laporan

Keuangan ... 30

3.3.2 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Manajemen Laba dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 31

3.3.3 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Salah Saji dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 32

3.3.4 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Pengungkapan dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 33

3.3.5 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Biaya dan Manfaat dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 34

3.3.6 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Tanggung Jawab dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

4.1Rancangan Penelitian ... 36

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian... 37

4.3Data Penelitian ... 37

4.3.1 Populasi ... 37

4.3.2 Sampel ... 37

4.4Variabel Penelitian ... 38

4.4.1 Definisi Operasional Variabel ... 38

4.5Metode Pengumpulan Data ... 43

4.6Prosedur Pengumpulan Data ... 44

4.7Teknik Analisis Data ... 45

4.7.1 Pengujian Instrumen ... 45

4.7.2 Uji Hipotesis ... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

5.1Gambaran Umum Responden ... 48

5.2Uji Instrumen Penelitian... 50

5.3Hasil Analisis Data ... 52

5.3.1 Hasil Uji Mann-Whitney Moralitas Individu ... 52

5.3.2 Hasil Uji Mann-Whitney Manajemen Laba ... 53

5.3.3 Hasil Uji Mann-Whitney Salah Saji ... 54

5.3.4 Hasil Uji Mann-Whitney Pengungkapan ... 55

5.3.5 Hasil Uji Mann-Whitney Biaya dan Manfaat ... 57


(15)

5.4Pembahasan ... 59

5.4.1 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Moralitas Individu dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 59

5.4.2 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Manajemen Laba dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 60

5.4.3 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Salah Saji dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 60

5.4.4 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Pengungkapan dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 61

5.4.5 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Biaya dan Manfaat dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 62

5.4.6 Persepsi antara Mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai Tanggung Jawab dalam Etika Penyusunan Laporan Keuangan ... 63

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1Simpulan... 65

6.2Saran ... 66

DAFTAR RUJUKAN... 68


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Penentuan Sampel Penelitian... 38

Tabel 4.2 Skor Pernyataan Moralitas Individu ... 39

Tabel 4.3 Skor Pernyataan Salah Saji ... 41

Tabel 4.4 Skor Pernyataan Pengungkapan ... 41

Tabel 4.5 Skor Pernyataan Biaya dan Manfaat ... 42

Tabel 4.6 Skor Pernyataan Tanggung Jawab ... 43

Tabel 5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 48

Tabel 5.2 Profil Responden ... 49

Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

Tabel 5.4 Hasil Uji Mann-Whitney Moralitas Individu ... 52

Tabel 5.5 Hasil Uji Mann-Whitney Manajemen Laba ... 53

Tabel 5.6 Hasil Uji Mann-Whitney Salah Saji ... 55

Tabel 5.7 Hasil Uji Mann-Whitney Pengungkapan ... 56

Tabel 5.8 Hasil Uji Mann-Whitney Biaya dan Manfaat ... 57


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 3.2 Konsep Penelitian... 29


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 74

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 76

Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Kuesioner... 80

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas ... 84

Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas ... 87

Lampiran 6 Hasil Uji Mann-Whitney ... 92


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan salah satu media yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut adalah para investor dan para pemilik dari perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan kepada para pembaca laporan keuangan, sedangkan bagi pemilik perusahaan merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya dalam membuat keputusan. Penyusunan laporan keuangan tidak terlepas dari perilaku manajer perusahaan yaitu sehubungan dengan pemilihan kebijakan akuntansi.

Manajer merupakan subjek utama dalam pelaku akuntansi. Manajer bertugas untuk memutuskan setiap kebijakan yang diambil oleh perusahaan dalam rangka penyelamatan perusahaan dari suatu masalah yang sedang maupun yang akan dihadapi. Perhatian besar manajer sering kali memberi instruksi para pembuat laporan keuangan sehingga tidak memperhatikan prosedur etika dalam penyusunan laporan keuangan, yang menyebabkan apabila seseorang manajer tidak berhati-hati maka tidak menutup kemungkinan berperilaku tidak etis.


(20)

2

Gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan memunculkan motivasi yang mendorong mereka untuk memanajemen atau mengatur data keuangan sehingga memperoleh keuntungan pribadi berupa reward. Berdasarkan kepentingan manajer dalam proses penyusunan pelaporan keuangan suatu perusahaan, dimana manajer mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan. Manajer sebagai agen diberikan amanah atau wewenang oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham yang merupakan principal. Hal inilah yang digunakan oleh agen sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.

Fischer dan Rosenzweig (1995) menyebutkan bahwa banyak manajer atau pengambil keputusan menganggap tindakannya wajar dan etis selama tidak bertentangan dengan prinsip akuntansi demi mendapatkan reward perusahaan. Sementara bagi akuntan atau pembuat laporan keuangan dalam hal ini menganggap tindakan yang dilakukan oleh manajer tidak wajar dan etis karena dianggap menyembunyikan keadaan yang sebenarnya kepada pihak yang berkepentingan. Pada kenyataannya terdapat persepsi individu yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan dan hal ini menimbulkan dilema etis. Dilema etis adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat (Arens et al. 2006). Adanya dilema etis ini membuat seorang menghadapi situasi konflik untuk memilih berbagai pilihan yang paling etis.

Beberapa penelitian di bidang etika menggunakan teori perkembangan moral untuk mengobservasi dasar individu melakukan suatu tindakan. Mengetahui


(21)

3

level penalaran moral seseorang akan menjadi dasar untuk mengetahui kecenderungan individu melakukan suatu tindakan tertentu, terutama yang berkaitan dengan dilema etika, berdasarkan level penalaran moralnya. Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level penalaran moralnya. Liyanarachi (2009) dalam Puspasari (2012) menunjukkan bahwa level penalaran moral individu akan mempengaruhi perilaku etis mereka.

Disisi lain, karakter moral berkenaan dengan personaliti, seperti kekuatan ego, keteguhan ego, kegigihan, kekerasan hati, pemikiran dan kekuatan akan pendirian serta keberanian yang berguna untuk melakukan tindakan yang benar (Rest, 2000). Seorang individu yang memiliki kemampuan dalam menentukan apa yang secara moral baik atau buruk dan benar atau salah, mungkin bisa gagal atau salah dalam berkelakuan secara moral sebagai hasil dari kegagalan dalam mengidentifikasi persoalan-persoalan moral (Walker, 2002). Para manajer perusahaan cenderung mengabaikan persoalan moral bilamana menemukan masalah yang bersifat teknis, artinya para manajer cenderung berperilaku tidak bermoral apabila dihadapkan dengan suatu persoalan akuntansi, terlebih lagi dalam etika penyusunan laporan keuangan.

Kasus-kasus pelanggaran terhadap etika dalam dunia bisnis seperti halnya manajemen laba. Scott (2003) mendefinisikan manajemen laba adalah suatu pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari manajer perusahaan ini belum tentu sejalan dengan kebutuhan dari pengguna laporan keuangan. Berbagai penelitian telah dilakukan


(22)

4

menyangkut tujuan dari manajer perusahaan, misalnya penelitian oleh Healy dan Wahlen (1999) yang menyatakan bahwa tujuan dilakukannya manajemen laba adalah untuk menyembunyikan kondisi perusahaan yang sesungguhnya dari pemegang saham atau untuk mempengaruhi perjanjian atau kontrak yang dibuat berdasarkan informasi laporan keuangan.

Intervensi yang dilakukan melalui manipulasi terhadap angka-angka akuntansi yang dilaporkan memunculkan berbagai skandal akuntansi. Terbongkarnya kasus Enron dengan KAP Arthur Andersen pada tahun 2001, mengungkapkan bahwa Enron adalah satu dari tujuh perusahaan besar di Amerika yang memiliki permasalahan mengenai krisis etis profesi dalam bidang akuntansi (Mclean, 2001). Tahun 2001 Enron mengalami kerugian yang menyebabkan kebangkrutan dimana disebabkan oleh beberapa faktor yang menyangkut skandal etis dalam bisnis tersebut dengan melakukan manipulasi angka-angka pada pengungkapan laporan keuangan. Arthur Andersen sebagai auditor independen yang memberikan jasa audit atas laporan keuangan perusahaan Enron, telah melakukan pelanggaran atas kode etik profesional akuntan dengan merekayasa laporan keuangan Enron dan lebih parahnya Arthur Andersen menghancurkan dokumen-dokumen penting terkait dengan bukti audit Enron.

Contoh lain, di Indonesia sendiri kasus oleh KAP Eddi Pianto & Rekan terhadap PT. Telkom (Ludigdo, 2006). Awal mulanya dari penolakan KAP Haryanto Sahari & Rekan untuk memberikan laporan audit sebelumnya sebagai acuan audit. KAP Eddi Pianto & Rekan mengalami kesulitan untuk mendapatkan penjelasan atas audit sebelumnya, sehingga terjadi keterlambatan pelaporan


(23)

5

keuangan menyebabkan pemberian sanksi terhadap KAP Eddi Pianto & Rekan. Beberapa kasus manajemen laba tersebut memberikan kesadaran tentang pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan bermoral. Manajemen laba dipandang sebagai suatu tindakan yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena dengan adanya manajemen laba informasi yang diberikan tidak sepenuhnya mencerminkan keadaan perusahaan sesungguhnya. Pada sisi yang lain, manajemen laba dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan merupakan tindakan rasional untuk memanfaatkan fleksibilitas dalam ketentuan untuk pelaporan keuangan.

Pelaku akuntansi adalah pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan. Memahami persepsi pelaku akuntansi terhadap manajemen laba dan etika diharapkan dapat memberi gambaran mengenai perilaku mereka dalam penyusunan laporan keuangan. Kasus-kasus pelanggaran terhadap etika dalam dunia bisnis yang banyak terjadi seharusnya mengarahkan kebutuhan lebih banyak penelitian yang meneliti mengenai pembuatan keputusan etis. Penelitian pengembangan etika akuntan profesional seharusnya dimulai dengan penelitian mahasiswa akuntansi di bangku kuliah, dimana mereka ditanamkan perilaku moral dan nilai-nilai etika profesional akuntan (Jeffrey, 1993). Ponemon dan Glazer (1990) menyatakan sosialisasi etika profesi akuntan pada kenyataanya berawal dari masa kuliah, dimana mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan dituntut untuk bisa menghasilkan perilaku baik dalam etika penyusunan laporan keuangan.


(24)

6

Berbagai penelitian telah dilakukan di luar negeri mengenai perilaku (behavior) perbedaan perilaku mahasiswa akuntansi dan persepsi mereka mengenai etika profesi akuntan. Jeffrey (1993) menggunakan Defining Issues Test (DIT) dalam mengukur pendidikan moral mahasiswa. Jeffrey menyimpulkan bahwa mahasiswa senior memiliki rata-rata DIT yang lebih tinggi (memiliki moral yang lebih baik) dibandingkan mahasiswa junior. Clikeman dan Henning (2000) melakukan penelitian mengenai sosialisasi kode etik profesi menyangkut manajemen laba pada mahasiswa akuntansi di salah satu universitas di Amerika dan menyimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi lebih tidak menyetujui manajemen laba pada tahun-tahun akhir kuliah mereka dibandingkan tahun-tahun awal.

Penelitian mengenai hal yang sama dilakukan di Inggris oleh Marriott (2003). Mereka menyimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi memiliki sikap positif menyangkut profesi akuntan pada tahun-tahun awal kuliah dan menurun secara signifikan pada tahun-tahun akhir masa perkuliahan. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma, aturan, dan hukum yang ditetapkan. Tidak hanya kemampuan dan keahlian khusus (skill) yang dibutuhkan dalam bidang profesi, melainkan perilaku etis pun dibutuhkan.

Teori etika menyediakan kerangka yang memungkinkan kita memastikan benar tidaknya keputusan moral kita (Bertens, 2000). Larkin (2000) menjelaskan bahwa tiap profesi termasuk akuntan dan auditor harus mempunyai kemampuan dalam mengidentifikasi perilaku etis. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa individu yang akan terjun ke dunia profesi akuntan atau mahasiswa


(25)

7

akuntansi hendaknya dibekali pengenalan permasalahan yang berkaitan dengan etika sebagai pengembangan kurikulum. Setiap mahasiswa mempunyai persepsi moral, penilaian, dan perilaku yang berbeda-beda, meskipun mereka telah diberikan pendidikan etika dengan porsi yang sama (Smith, 2009). Forsyth (1980) menyatakan bahwa masing-masing individu memiliki ideologi etis yang mereka gunakan untuk menilai dan menalar permasalahan yang berkenaan dengan isu-isu moral yang mereka hadapi. Bernardi (1994) dan Ponemon (1993) dalam Moroney (2008) menemukan bahwa semakin tinggi level moral individu akan semakin sensitif terhadap isu-isu etika.

Persepsi yang berbeda-beda terhadap persoalan-persoalan etika dapat terjadi karena perbedaan profesi (Rahmawati dan Sulardi 2003, Elias 2002, Cole dan Smith 1996, Fischer dan Rosenzweig 1995), jenis kelamin (Rueger dan King 1992, Sikula dan Costa 1994, Tsalikis dan Ortis 1990, Betz dan Shepard 1989), karakteristik personal (Arlow, 1991), keyakinan (Pomeranz, 2004), serta budaya (Spain, dkk. 2002). Etika penyusunan laporan keuangan merupakan serangkaian prinsip dasar yang digunakan untuk memulai penyusunan laporan keuangan. Suatu laporan keuangan memiliki ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi penggunanya. Karakteristik etika penyusunan laporan keuangan dikelompokkan kedalam empat katagori yaitu: salah saji, pengungkapan, biaya dan manfaat, serta tanggung jawab. Pemahaman etika dalam penyusunan laporan keuangan sangat diperlukan oleh manajer dan akuntan dalam mengambil suatu keputusan, dimana pemahaman didapat dari proses pembelajaran pendidikan formal.


(26)

8

Salah saji adalah kecenderungan melakukan kesalahan dalam penyajian dan penyusunan laporan keuangan, dimana kesalahan pencatatan akuntansi dapat menyebabkan salah saji material pada pelaporan keuangan. Faktor pengungkapan adalah kecenderungan dalam mengungkapkan informasi laporan keuangan. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian ekonomi yang sebenarnya. Faktor biaya dan manfaat adalah persepsi tentang beban perusahaan di dalam melakukan pengungkapan. Manfaat yang diperoleh dengan pengungkapan informasi yang sebenarnya yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya dalam membuat keputusan. Faktor terakhir yaitu tanggung jawab adalah persepsi tentang tanggung jawab manajemen untuk menyajikan laporan keuangan yang memberikan sumber informatif bagi penggunanya. Prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengukur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada para investor dan para pemilik dari perusahaan itu sendiri.

Salah satu faktor untuk menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas adalah menyangkut etika dan sikap positif dari pendidikan akuntansi di Indonesia. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah pendidikan lanjutan pada pendidikan tinggi untuk mendapatkan gelar profesi akuntan, yang harus dijalani setelah selesai menempuh pendidikan program sarjana atau strata satu (S1) Ilmu Ekonomi pada Jurusan Akuntansi. PPAk bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dan memberikan kompetensi keprofesiannya. PPAk adalah pendidikan yang harus diikuti oleh semua jurusan


(27)

9

pendidikan akuntansi yang ingin memperoleh gelar akuntan. PPAk ini harus dijalani selama dua semester atau 12 bulan.

Program Magister Akuntansi (Maksi) adalah pendidikan lanjutan pada pendidikan tinggi untuk mendapatkan gelar Magister Sains (M.Si) yang harus dijalani setelah selesai menempuh pendidikan program sarjana atau strata satu (S1) maupun PPAk. Program Maksi bertujuan menghasilkan magister akuntansi yang memiliki keahlian atau kompetensi di bidang akuntansi. Program Maksi umumnya dibutuhkan waktu selama 1,5 - 2 tahun. Perbedaan mendasar Maksi dan PPAk adalah Maksi yang lebih merepresentasikan pendidikan keilmuan sedangkan PPAk lebih pada praktiknya sebagai program profesi, dimana dalam hal ini manajer sebagai pembuat keputusan lebih ditujukan pada lulusan Maksi sedangkan akuntan sebagai pembuat laporan keuangan pada lulusan PPAk.

Motivasi dari penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan persepsi moralitas individu, manajemen laba, salah saji, pengungkapan, biaya dan manfaat, serta tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan terhadap mahasiswa S2 Akuntansi (Maksi) dan Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Dua kelompok sampel ini dipilih dengan alasan untuk melihat apakah mahasiswa yang memilih jenis program pendidikan berbeda (dalam hal ini Maksi dan PPAk), akan memiliki persepsi yang sama atau berbeda terkait etika penyusunan laporan keuangan ketika dihadapkan dalam situasi yang memiliki isu moral di dalam bidang akuntansi.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti dan Fitriani (2005) yang menguji persepsi mahasiswa


(28)

10

akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan. Perbedaan penelitian ini terdapat pada beberapa hal. Perbedaan pertama terkait dimensi waktu, tempat, dan objek yang berbeda, (confirmatory research) dengan penelitian terdahulu. Perbedaan dimensi waktu yang dimaksud adalah penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015, dimensi tempat yang dimaksud adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, sedangkan perbedaan dimensi objek yang dimaksud adalah mahasiswa Maksi dan PPAk di FEB Universitas Udayana. Alasan dipilihnya sampel mahasiswa Maksi dan PPAk sebagai responden dalam penelitian ini karena mahasiswa Maksi lulusannya nantinya sebagai manajer dalam hal pengambilan keputusan sedangkan mahasiswa PPAk lulusannya sebagai akuntan dalam hal pembuat laporan keuangan. Faktor lain yang menjadi pertimbangan dipilihnya mahasiswa Maksi dan PPAk adalah hanya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana saja yang memiliki Program Pendidikan Profesi Akuntansi dibandingkan Fakultas negeri dan swasta lainnya yang ada di Bali. Perbedaan kedua pada penelitian ini adalah adanya penambahan variabel moralitas individu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah disusun sebagai berikut.

1) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai moralitas individu dalam etika penyusunan laporan keuangan?


(29)

11

2) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai manajemen laba dalam etika penyusunan laporan keuangan? 3) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk

mengenai salah saji dalam etika penyusunan laporan keuangan?

4) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai pengungkapan dalam etika penyusunan laporan keuangan? 5) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk

mengenai biaya dan manfaat dalam etika penyusunan laporan keuangan? 6) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk

mengenai tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkaan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mendapatkan bukti emperis perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai moralitas individu dalam etika penyusunan laporan keuangan.

2) Untuk mendapatkan bukti emperis perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai manajemen laba dalam etika penyusunan laporan keuangan.

3) Untuk mendapatkan bukti emperis perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai salah saji dalam etika penyusunan laporan keuangan.


(30)

12

4) Untuk mendapatkan bukti emperis perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai pengungkapan dalam etika penyusunan laporan keuangan.

5) Untuk mendapatkan bukti emperis perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai biaya dan manfaat dalam etika penyusunan laporan keuangan.

6) Untuk mendapatkan bukti emperis perbedaan persepsi antara mahasiswa Maksi dan PPAk mengenai tanggung jawab dalam etika penyusunan laporan keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan dukungan terhadap konsep maupun bukti empiris mengenai penerapan teori etika, terutama untuk menilai persepsi mahasiswa Maksi dan PPAk dalam etika penyusunan laporan keuangan.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukkan kepada seluruh pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, khususnya pada penelitian empiris selanjutnya mengenai persepsi etika dalam penyusunan laporan keuangan.


(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Etika

Etika dalam bahasa latin adalah ethica, yang berarti falsafah moral. Asal usul kata, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti adat istiadat/ kebiasaan yang baik. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila serta agama. Keraf (1998) menyatakan bahwa etika secara harfiah berasal dari kata Yunani, ethos (jamaknya ta etha), yaitu adat kebiasaan yang baik. Istilah etika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998) memiliki tiga arti, yang salah satunya adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Bartens (2000), merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian: 1) Etika digunakan dalam pengertian nilai-nilai dan norma-norma moral yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

2) Etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral atau kode etik.

3) Etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang suatu hal yang baik dan buruk.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat aturan/ norma/ pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang


(32)

14

harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan oleh sekelompok/ golongan manusia/ masyarakat/ profesi.

2.1.2. Persepsi

Pengertian persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungannya meliputi objek, orang, dan simbol atau tanda yang melibatkan proses kongnitif (pengenalan). Proses kongnitif adalah proses dimana individu memberikan arti melalui penafsirannya terhadap rangsangan (stimulus) yang muncul dari objek, orang dan simbol tertentu. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan, pengorganisasi, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka masing-masing objek akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama

Robbins (2006) mendefenisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka. Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Adanya objek yang dipersepsikan (fisik).

2) Adanya alat indera/ reseptor untuk menerima stimulus (fisiologis).

3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis).

Persepsi seorang terhadap suatu obyek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam mupun dari luar


(33)

15

dirinya. Setiap orang akan mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap obyek yang sama. Dari definisi di atas maka pengertian persepsi dalam penelitian ini merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Penelitian ini akan melihat persepsi mahasiswa Maksi dan PPAk sehingga akan terlihat persamaan dan perbedaannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut.

2.1.3. Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi

Memasukkan aspek etika langsung pada mata kuliah akuntansi keuangan akan sangat membantu mahasiswa untuk mempertajam moral perception dan moral judgement dari topik-topik yang dibahas. Banyak contoh kasus etika yang disajikan dalam text book dapat digunakan sebagai bahan diskusi, di samping itu juga dibahas kasus dalam konteks Indonesia.

Loebs (1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi, bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. Konsekuensi jika etika digabungkan dalam mata kuliah akuntansi maka dosen dituntut untuk menguasai materi akuntansi dan sekaligus materi etika.

Berdasarkan hasil survei Haas (2005) yang dilakukan untuk mengetahui pemberian muatan etika pada mata kuliah Pengantar Akuntansi Keuangan pada Universitas negeri dan swasta di New York, yang meliputi 44 program studi akuntansi mengungkapkan bahwa: (1) rata-rata waktu yang digunakan untuk


(34)

16

membahas isu etika adalah 3,7 jam per semester untuk 3 jam perkuliahan per minggu, (2) jumlah program studi yang sudah memasukkan muatan etika dalam perkuliahan pengantar akuntansi sebanyak 66%, (3) beberapa responden memasukkan isu etika pada mata kuliah intermediate accounting, auditing, tax, cost accounting, dan advance accounting.

Masalah teknik pengajaran dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu: (1) diberikan tutorial dengan sistem satu arah, (2) kasus dan diskusi, dan (3) simulasi/ role playing. Cara pertama pada umumnya dirasa kurang efektif, teknik yang dianggap efektif adalah dengan diskusi dan simulasi. Untuk membahas kasus dengan teknik diskusi diperlukan persiapan yang matang, dan pemilihan kasus yang relevan. Hiltebeitel dan Jones (1992) melakukan penelitian dengan eksperimen tentang penilaian instruksi etis dalam pendidikan akuntansi. Penelitian ini dilaksanakan selama dua semester pada tahun ajaran 1989-1990, dengan menggunakan instrumen berupa 14 daftar prinsip-prinsip perilaku etis yang dikembangkan oleh Lewis (1988). Hasil analisis dari pre-test dan post-test yang dilakukan menunjukkan bahwa pengambilan keputusan etis dipengaruhi oleh pengintegrasian etika dalam mata kuliah yang diajarkan.

Berdasarkan hasil survei Warth (2000) yang dikutip oleh Hass (2005) mengungkapkan bahwa sebagian besar KAP mengandalkan para akademisi untuk memberikan bekal materi perilaku etika yang diharapkan dapat diterapkan dalam profesi. Clikeman dan Henning (2000) melakukan penelitian tentang sosialisasi etika pada program studi akuntansi dan bisnis. Riset dilakukan dengan mengukur respon mahasiswa tentang praktik manajemen laba. Fokus utamanya adalah untuk


(35)

17

mengetahui kecenderungan mahasiswa apakah lebih mengutamakan pelaporan keuangan untuk kepentingan manajemen (intern) atau kepentingan pemakai eksternal. Hasilnya menunjukkan bahwa pada mahasiswa baru (junior), baik akuntansi dan bisnis cenderung mengutamakan pelaporan keuangan untuk kepentingan manajemen. Namun kemudian setelah mahasiwa yang dijadikan sampel tersebut telah menjadi senior ternyata terjadi perubahan, yaitu: (1) untuk mahasiswa akuntansi cenderung untuk mengutamakan kepentingan pemakai eksternal, dan (2) untuk mahasiswa bisnis ternyata semakin kuat untuk mengutamakan kepentingan manajemen. Mahasiswa akuntansi senior menjadi lebih mempertimbangkan kepentingan pihak eksternal adalah merupakan cerminan bahwa selama perkuliahan telah terjadi proses sosialisasi etika.

2.1.4. Persepsi Etis terhadap Manipulasi Keputusan Operasional dan Manipulasi Akuntansi

Merchant (1990) memilah tindakan manajemen laba sebagai operating decisions manipulation (manipulasi keputusan operasi) dan accounting manipulation (manipulasi akuntansi). Manipulasi keputusan operasi berkaitan dengan keputusan-keputusan operasi yang mempengaruhi arus kas dan laba perusahaan pada suatu periode tertentu, seperti menggeser pengeluaran yang sudah dianggarkan tahun ini ke tahun berikutnya agar laba tahun ini menjadi lebih besar sementara manipulasi akuntansi berkaitan dengan memanfaatkan


(36)

18

fleksibilitas dalam pemilihan metode-metode akuntansi untuk mengubah angka laba seperti perubahan metode penyusutan dan perubahan besarnya cadangan.

Parfet (2001) mengklasifikasikan manipulasi keputusan operasi sebagai praktik yang wajar karena dilakukan untuk menstabilkan atau memperoleh hasil yang positif melalui perencanaan operasional sebagai bagian dari well-managed business sedangkan manipulasi akuntansi dianggap ilegal karena intervensi terhadap penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk menyembunyikan kinerja operasional sesungguhnya dengan menciptakan catatan akuntansi artificial atau melonggarkan estimasi-estimasi melebihi batas-batas yang rasional. Bruns dan Merchant (1990) serta Fischer dan Rosenzweig (1995) menemukan bahwa tindakan manipulasi keputusan operasional secara etika lebih dapat diterima dibanding dengan tindakan manipulasi akuntansi. Penelitian Fischer dan Rosenzweig merupakan replikasi dari penelitian Bruns dan Merchant dengan obyek yang berbeda. Obyek penelitian Bruns dan Merchant adalah manajer atau pengambil keputusan sementara obyek Fischer dan Rosenzweig adalah akuntan. Manipulasi keputusan operasional secara etika lebih dapat diterima oleh responden, Fischer dan Rosenzweig berpendapat hal tersebut disebabkan oleh cara pandang manusia pada umumnya terhadap etika dimana etika dipandang sebagai peraturan (rule). Maka pelanggaran terhadap peraturan akuntansi yang dinyatakan secara eksplisit dipandang lebih tidak etis dibanding manipulasi keputusan operasi dimana dalam penelitian mereka manipulasi tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai peraturan.


(37)

19

2.1.5. Etika Penyusunan Laporan Keuangan

Etika menyusun laporan keuangan merupakan serangkaian prinsip dasar yang digunakan untuk memulai menyusun laporan keuangan. Prinsip dasar yang digunakan untuk memulai menyusun laporan keuangan adalah semua konsep, ketentuan, prosedur, metode dan teknik baik secara teoritis maupun praktis yang dituangkan dalam Prinsip Dasar Akuntansi yang berlaku umum, yang di dalamnya terdapat Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK (2009) menyatakan laporan keuangan dikatakan sesuai dengan prinsip akuntansi apabila suatu laporan keuangan memiliki ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Hal ini dituangkan dalam karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu salah saji (misstate), pengungkapan (disclosure), biaya dan manfaat (cost and benefit), dan tanggung jawab (responsibility).

Pemahaman etika dalam penyusunan laporan keuangan sangat diperlukan oleh akuntan, dimana suatu program pelatihan etika yang komprehensif meninggikan kepedulian dan tanggung jawab akuntan. Pembaca laporan keuangan harus memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan di Indonesia prinsip akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Unsur etika penyajian laporan keuangan yang layak terdiri dari empat kategori yaitu misstate, disclosure, cost and benefit, dan responsibility. Hardianti (2010) serta Yulianti dan Fitriani (2005) juga menyebutkan bahwa terdapat empat kategori dalam etika penyusunan laporan keuangan yaitu sikap terhadap misstate, disclosure, cost and benefit, dan responsibility.


(38)

20

2.1.6. Moralitas

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing memiliki arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) memiliki arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Kohlberg (1971) menyatakan bahwa moral kognitif adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan etis. Pengukuran terhadap perkembangan moral kognitif seseorang tidak hanya dapat diamati dari perilakunya saja, namun juga harus melihat kesadaran moral seseorang dalam membuat suatu keputusan. Jones (1991) juga menyatakan bahwa pemahaman seseorang terhadap moral dalam mengambil suatu keputusan etis bergantung pada dirinya sendiri (pengalaman, orientasi etika dan komitmen profesional) dan situasi (nilai etika organisasi).

Trevino (1986) menyatakan bahwa faktor organisasional berpengaruh terhadap perilaku etis seseorang. Seseorang memiliki alasan untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap benar berdasarkan komitmen dan melihat hal tersebut sebagai dasar mengevaluasi suatu aturan (Velasques, 2005).


(39)

21

2.1.7. Manajemen Laba

Informasi laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang dianggap paling penting, karena informasi tesebut secara umum dipandang sebagai representasi kinerja manajemen pada periode tertentu. Praktik manajemen laba mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki kinerja manajemen, tindakan ini mendapat keleluasaan dengan memilih kebijakan akuntansi tertentu dari seperangkat kebijakan akuntansi yang diperkenankan (Scott, 1997). Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan keuangan.

Motivasi untuk melakukan manajemen laba biasanya timbul akibat pressure baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Pressure dari dalam perusahaan biasanya berhubungan dengan perfoma keuangan yang tidak mencapai target yang telah ditentukan. Motivasi ini semakin kencang bila performa keuangan berhubungan dengan reward berupa insentif keuangan, seperti bonus atau untuk mendapatkan kompensasi yang maksimal. Sedangkan motivasi dari luar, biasanya justru datang dari pihak top manajemen yang ingin menunjukkan bahwa berkat kepemimpinan mereka performa keuangan perusahaan telah menjadi lebih baik.

2.1.8. Salah Saji

Laporan keuangan suatu perusahaan harus terhindar dari salah saji yang disengaja agar tidak menimbulkan kesalahan bagi pihak manajemen dalam


(40)

22

pengambilan keputusan baik itu yang bersifat krusial maupun tidak. Manajer dilarang melakukan salah saji secara sengaja dengan berbagai alasan, karena laporan keuangan tersebut tidak akan mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kejujuran seorang akuntan sangat dibutuhkan dalam menyusun laporan keuangan. Kejujuran dianggap sebagai netralitas dalam penyusunan laporan keuangan. Indikator dalam salah saji tersebut adalah laporan keuangan harus terhindar dari salah saji yang disengaja maupun tidak disengaja.

2.1.9. Pengungkapan

Laporan keuangan merupakan komponen sentral dari pelaporan keuangan dan memegang peran penting dalam mengkomunikasikan efek dari berbagai transaksi serta kejadian-kejadian ekonomi lain bagi para pengambil keputusan. Untuk itu laporan keuangan harus dapat menyediakan informasi mengenai perusahaan dan operasinya kepada pihak yang berkepentingan sebagai basis dalam pengambilan keputusan yang disajikan secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang tercakup. Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan, dan secara teknis pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh pernyataan keuangan. Variasi tersebut antara lain meliputi informasi mengenai laba atau rugi terhadap investasi untuk mengidentifikasikan hubungan-hubungan informasi tersebut, maka diperlukan analisis data yang diungkapkan dalam perhitungan laporan laba rugi, posisi arus kas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tersebut sebagai


(41)

23

komponen laporan keuangan. Pengungkapan meliputi (1) penyediaan informasi yang cukup akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, (2) mempublikasikan segala sesuatu informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan.

2.1.10.Biaya dan Manfaat

Terkait dengan biaya dan manfaat, perusahaan harus mengungkapkan laporan keuangan walaupun beban yang digunakan dalam pengungkapan laporan keuangan tersebut besar, karena semakin tinggi tingkat materialitas yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan, manfaat yang di dapatkan atas pengungkapan tersebut juga akan semakin besar bagi stakeholder. Biaya dan manfaat ini meliputi pengungkapan atas laporan keuangan yang bersifat signifikan dan pengungkapan laporan keuangan secara detail walaupun biaya yang dikeluarkan perusahaan relatif besar. Menurut SAK (2009) tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.

2.1.11 Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh manajer. Hal ini dapat dilihat dari sikap profesionalisme manajer dalam menyusun laporan keuangan. Tanggung jawab mengharuskan pihak manajemen bertanggung jawab atas apa yang dilaporkan dalam laporan keuangan artinya pihak manajemen


(42)

24

harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan sebenarnya sehingga laporan keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi penggunanya. Indikator tanggung jawab adalah profesionalisme akuntan dalam menyusun laporan keuangan, dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan kenyataan.

2.2. Penelitian Terdahulu

Puspasari (2012) menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan. Moralitas individu dan pengendalian internal dihipotesiskan saling berinteraksi dalam mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Untuk menguji hal tersebut dilakukan eksperimen yang melibatkan 57 mahasiswa pascasarjana Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal.

Yulianti dan Fitriani (2005) meneliti perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam etika penyusunan laporan keuangan. Teknik analisis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Sampel terdiri atas 139 mahasiswa jurusan akuntansi program S1 reguler serta mahasiswa dengan jurusan non akuntansi sebanyak 124 orang. Pengujian dilakukan atas perbedaan dengan program studi akuntansi lain, jumlah sampel yang digunakan adalah 156 mahasiswa program diploma akuntansi, 110 mahasiswa program ekstensi akuntansi dan 62 mahasiswa


(43)

25

program Profesi Akuntansi. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi tingkat akhir lebih menolak manajemen laba dibandingkan mahasiswa baru (tingkat satu). Mahasiswa akuntansi secara keseluruhan juga lebih menolak manajeman laba dibandingkan mahasiswa jurusan non akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akuntansi secara spesifik mengajarkan mengenai sikap terhadap manajemen laba.

Inggarwati dan Kaudin (2010) meneliti tentang persepsi etis pelaku akuntansi terhadap praktik manajemen laba berdasarkan profesi akuntansi dan gender. Sampel berjumlah 156 orang yang terdiri dari praktisi akuntansi serta para akademisi yang diambil dari perguruan tinggi di Jawa Tengah. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian adalah covenience sampling. Teknik analisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasilnya akademisi memandang manajemen laba lebih etis dibanding praktisi. Praktisi akuntansi lebih bisa menerima manajemen laba melalui manipulasi keputusan operasi daripada melalui manipulasi akuntansi. Dari sisi gender, tidak ditemukan perbedaan yang nyata antara persepsi etis pelaku akuntansi perempuan dan laki-laki. Hasil yang sama juga ditemukan pada pembedaan gender pada kelompok mahasiswa dan kelompok yang sudah bekerja.

Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan dampaknya terhadap persepsi etika mahasiswa diteliti oleh Utami dan Indriawati (2006). Sampel penelitian eksperimen ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah akuntansi keuangan menengah di Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 29 kelompok eksperimen dan 31


(44)

26

kelompok kontrol. Teknik analisis yang digunakan yaitu Two Way Anova. Hasilnya adalah muatan etika tidak berpengaruh terhadap persepsi etika, Interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika, dan pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum dapat meningkatkan sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika.

Yulaika (2011) meneliti persepsi etis pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi terhadap praktik manajemen laba dengan teknik analisis Mann-Whitney. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah survei. Sampel penelitian adalah pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi terhadap manajemen laba. Mahasiswa akuntansi memiliki kecenderungan tidak dapat menerima praktik manajemen laba dari segi etika dibandingkan pelaku bisnis.

Penelitian mengenai sosialisasi kode etik profesi menyangkut manajemen laba pada mahasiswa akuntansi di salah satu Universitas di Amerika dilakukan oleh Clikeman dan Henning (2000). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi lebih tidak menyetujui manajemen laba pada tahun-tahun akhir kuliah mereka dibandingkan tahun-tahun awal. Ringkasan hasil penelitian sebelumnya disajikan pada Lampiran 1.


(1)

2.1.7. Manajemen Laba

Informasi laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang dianggap paling penting, karena informasi tesebut secara umum dipandang sebagai representasi kinerja manajemen pada periode tertentu. Praktik manajemen laba mungkin dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki kinerja manajemen, tindakan ini mendapat keleluasaan dengan memilih kebijakan akuntansi tertentu dari seperangkat kebijakan akuntansi yang diperkenankan (Scott, 1997). Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan keuangan.

Motivasi untuk melakukan manajemen laba biasanya timbul akibat

pressure baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Pressure dari dalam

perusahaan biasanya berhubungan dengan perfoma keuangan yang tidak mencapai target yang telah ditentukan. Motivasi ini semakin kencang bila performa keuangan berhubungan dengan reward berupa insentif keuangan, seperti bonus atau untuk mendapatkan kompensasi yang maksimal. Sedangkan motivasi dari luar, biasanya justru datang dari pihak top manajemen yang ingin menunjukkan bahwa berkat kepemimpinan mereka performa keuangan perusahaan telah menjadi lebih baik.

2.1.8. Salah Saji

Laporan keuangan suatu perusahaan harus terhindar dari salah saji yang disengaja agar tidak menimbulkan kesalahan bagi pihak manajemen dalam


(2)

pengambilan keputusan baik itu yang bersifat krusial maupun tidak. Manajer dilarang melakukan salah saji secara sengaja dengan berbagai alasan, karena laporan keuangan tersebut tidak akan mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kejujuran seorang akuntan sangat dibutuhkan dalam menyusun laporan keuangan. Kejujuran dianggap sebagai netralitas dalam penyusunan laporan keuangan. Indikator dalam salah saji tersebut adalah laporan keuangan harus terhindar dari salah saji yang disengaja maupun tidak disengaja.

2.1.9. Pengungkapan

Laporan keuangan merupakan komponen sentral dari pelaporan keuangan dan memegang peran penting dalam mengkomunikasikan efek dari berbagai transaksi serta kejadian-kejadian ekonomi lain bagi para pengambil keputusan. Untuk itu laporan keuangan harus dapat menyediakan informasi mengenai perusahaan dan operasinya kepada pihak yang berkepentingan sebagai basis dalam pengambilan keputusan yang disajikan secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang tercakup. Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan, dan secara teknis pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh pernyataan keuangan. Variasi tersebut antara lain meliputi informasi mengenai laba atau rugi terhadap investasi untuk mengidentifikasikan hubungan-hubungan informasi tersebut, maka diperlukan analisis data yang diungkapkan dalam perhitungan laporan laba rugi, posisi arus kas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tersebut sebagai


(3)

komponen laporan keuangan. Pengungkapan meliputi (1) penyediaan informasi yang cukup akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, (2) mempublikasikan segala sesuatu informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan.

2.1.10.Biaya dan Manfaat

Terkait dengan biaya dan manfaat, perusahaan harus mengungkapkan laporan keuangan walaupun beban yang digunakan dalam pengungkapan laporan keuangan tersebut besar, karena semakin tinggi tingkat materialitas yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan, manfaat yang di dapatkan atas pengungkapan tersebut juga akan semakin besar bagi stakeholder. Biaya dan manfaatini meliputi pengungkapan atas laporan keuangan yang bersifat signifikan dan pengungkapan laporan keuangan secara detail walaupun biaya yang dikeluarkan perusahaan relatif besar. Menurut SAK (2009) tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.

2.1.11 Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh manajer. Hal ini dapat dilihat dari sikap profesionalisme manajer dalam menyusun laporan keuangan. Tanggung jawabmengharuskan pihak manajemen bertanggung jawab atas apa yang dilaporkan dalam laporan keuangan artinya pihak manajemen


(4)

harus membuat laporan itu sesuai dengan kenyataan sebenarnya sehingga laporan keuangan itu memberikan informasi yang dapat dipercaya bagi penggunanya. Indikator tanggung jawab adalah profesionalisme akuntan dalam menyusun laporan keuangan, dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan kenyataan.

2.2. Penelitian Terdahulu

Puspasari (2012) menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan. Moralitas individu dan pengendalian internal dihipotesiskan saling berinteraksi dalam mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi. Untuk menguji hal tersebut dilakukan eksperimen yang melibatkan 57 mahasiswa pascasarjana Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal.

Yulianti dan Fitriani (2005) meneliti perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dalam etika penyusunan laporan keuangan. Teknik analisis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Sampel terdiri atas 139 mahasiswa jurusan akuntansi program S1 reguler serta mahasiswa dengan jurusan non akuntansi sebanyak 124 orang. Pengujian dilakukan atas perbedaan dengan program studi akuntansi lain, jumlah sampel yang digunakan adalah 156 mahasiswa program diploma akuntansi, 110 mahasiswa program ekstensi akuntansi dan 62 mahasiswa


(5)

program Profesi Akuntansi. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi tingkat akhir lebih menolak manajemen laba dibandingkan mahasiswa baru (tingkat satu). Mahasiswa akuntansi secara keseluruhan juga lebih menolak manajeman laba dibandingkan mahasiswa jurusan non akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akuntansi secara spesifik mengajarkan mengenai sikap terhadap manajemen laba.

Inggarwati dan Kaudin (2010) meneliti tentang persepsi etis pelaku akuntansi terhadap praktik manajemen laba berdasarkan profesi akuntansi dan gender. Sampel berjumlah 156 orang yang terdiri dari praktisi akuntansi serta para akademisi yang diambil dari perguruan tinggi di Jawa Tengah. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian adalah covenience sampling. Teknik analisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasilnya akademisi memandang manajemen laba lebih etis dibanding praktisi. Praktisi akuntansi lebih bisa menerima manajemen laba melalui manipulasi keputusan operasi daripada melalui manipulasi akuntansi. Dari sisi gender, tidak ditemukan perbedaan yang nyata antara persepsi etis pelaku akuntansi perempuan dan laki-laki. Hasil yang sama juga ditemukan pada pembedaan gender pada kelompok mahasiswa dan kelompok yang sudah bekerja.

Muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan dampaknya terhadap persepsi etika mahasiswa diteliti oleh Utami dan Indriawati (2006). Sampel penelitian eksperimen ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah akuntansi keuangan menengah di Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 29 kelompok eksperimen dan 31


(6)

kelompok kontrol. Teknik analisis yang digunakan yaitu Two Way Anova. Hasilnya adalah muatan etika tidak berpengaruh terhadap persepsi etika, Interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap persepsi etika, dan pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum dapat meningkatkan sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika.

Yulaika (2011) meneliti persepsi etis pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi terhadap praktik manajemen laba dengan teknik analisis Mann-Whitney. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah survei. Sampel penelitian adalah pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi terhadap manajemen laba. Mahasiswa akuntansi memiliki kecenderungan tidak dapat menerima praktik manajemen laba dari segi etika dibandingkan pelaku bisnis.

Penelitian mengenai sosialisasi kode etik profesi menyangkut manajemen laba pada mahasiswa akuntansi di salah satu Universitas di Amerika dilakukan oleh Clikeman dan Henning (2000). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi lebih tidak menyetujui manajemen laba pada tahun-tahun akhir kuliah mereka dibandingkan tahun-tahun awal. Ringkasan hasil penelitian sebelumnya disajikan pada Lampiran 1.