DETEKSI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU MENGGUNAKAN SENSOR GAS DENGAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ).
DETEKSI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU
MENGGUNAKAN SENSOR GAS
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
LEARNING VECTOR QUANTIZATION
(LVQ)
LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM KOMPUTER
FRISTHIO NORPI
0910453074
JURUSAN SISTEM KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
ABSTRAK
DETEKSI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU
MENGGUNAKAN SENSOR GAS
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)
Oleh
Fristhio Norpi
0910453074
Tahu adalah salah satu makanan pokok yang banyak dijual di pasar dengan harga
terjangkau, namun tahu tersebut banyak mengandung zat kimia berbahaya, salah satunya
adalah formalin. Formalin digunakan untuk mengawetkan tahu yang pada dasarnya
merupakan jenis makanan yang tidak dapat bertahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeteksi gas yang berasal dari tahu apakah tahu mengandung formalin atau tidak. Gas
Formaldehyde merupakan
gas yang akan dijadikan penelitian. Sistem
yang dirancang
menggunakan sensor gas MQ-138 yang berfungsi untuk mendeteksi gas Formaldehyde yang
terkandung pada tahu. Untuk pembuatan pola data gas, sistem ini menggunakan metode Fast
Fourier Transform (FFT). Pembuatan pola data nantinya dapat dijadikan identifikasi dengan
menggunakan metode Jaringan syaraf tiruan Learning Vector Quantization (LVQ). Setelah
dilakukan pengujian, hasil yang diperoleh untuk masing-masing sampel tahu berbeda-beda,
untuk tahu yang tidak mengandung formalin dideteksi dengan tingkat keberhasilan 100%, tahu
mengandung formalin 2ml 75%, tahu mengandung formalin 4ml 100%, tahu mengandung
formalin 6ml 75%, tahu mengandung formalin 8ml 100%, dan tahu mengandung formalin
10ml 100%. Sedangkan untuk sampel acak yang didapat dari 9 pedagang berbeda, diperoleh
hasil 9 sampel tahu yang tercampur formalin dan 0 sampel tahu tidak mengandung formalin
dengan kadar formalin yang berbeda.
Kata Kunci : Fast Fourier Transform, Formaldehyde, Formalin, Learning Vector
Quantization, MQ-138, Sensor Gas.
ABSTRACT
FORMALIN AMOUNT DETECTION IN TOFU
USING GAS SENSOR WITH
LEARNINGVECTOR QUANTIZATION METHOD (LVQ)
By
Fristhio Norpi
0910453074
Tofu is one of main food course that sold in market with reachable prize, but the tofu
contain a lot of chemical materials, one of the example is formaldehyde. Formaldehyde is used
to preserve tofu that basically is one of food source that cannot last long. The purpose of this
research is to detect gas that come from tofu if the tofu is contain formaldehyde or not.
Formaldehyde gas is one of research object. The system designed using MQ-138 gas sensor
that functioned to detect formaldehyde gas that contains in tofu. To make the gas data pattern,
this system designed using Fast Fourier Transform (FFT) Method. The data pattern making is
using Learning Vector Quantization artificial neural network method. After testing process,
the result is different for each tofu sample. For tofu that not contain detected formaldehyde has
100% success rate, tofu that contains 2 ml formaldehyde has 75% success rate, tofu that
contains 4 ml formaldehyde has 100% success rate, tofu that contains 6 ml formaldehyde has
75% success rate, tofu that contains 8 ml formaldehyde has 100% success rate, and tofu that
contains 10 ml formaldehyde has 100% success rate. But for random tofu sample from 9
different seller has 9 tofu sample that contains formaldehyde and 0 tofu sample that not
contains formaldehyde with different formaldehyde amount.
Keywords : Fast Fourier Transform, Formaldehyde, Learning Vector Quantization, MQ-138,
Gas Sensor.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan adalah kebutuhan pokok yang diperlukan oleh tubuh manusia, jika
makanan tidak memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi akan memberi efek negatif
pada tubuh. Oleh karena itu perlu seleksi terhadap makanan sebelum dikonsumsi agar
terhindar dari makanan yang membahayakan kesehatan. Pada saat ini tidak sedikit
makanan berbahaya bagi tubuh yang beredar di tengah masyarakat, salah satu faktor
semakin menyebarnya makanan ini adalah ketidaktahuan masyarakat tentang makanan
yang mengandung bahan berbahaya tesebut. Banyak sekali bahan kimia dan campuran
zat-zat lain yang digunakan dalam produksi makanan sehingga lebih efektif dan
efisien, tanpa mempedulikan efek samping yang akan diterima oleh konsumen.
Pada dasarnya makanan tidak dapat disimpan lama, terutama yang
mengandung kadar air tinggi. Penyimpanan yang relatif singkat ini tentunya
merugikan produsen atau penjual makanan. Penggunaan pengawet merupakan salah
satu solusi dari permasalahan ini. Pengawet dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang merugikan, menghindari oksidasi dan sekaligus menjaga nutrisi
makanan, sehingga dapat membuat makanan jadi awet dan tahan lama[1]. Berbagai
macam bahan pengawet dijual di pasaran, mulai dari pengawet alami sampai sintesis
atau buatan. Contoh dari pengawet alami adalah garam, keranegan, buah picung,
gambir dan biji kepayang. Sedangkan pengawet buatan adalah asam asetat, benzoat,
sulfit dan garam nitrit[2]. Namun beberapa bahan pengawet berbahaya juga dipasarkan
dan digunakan dalam produksi makanan, dimana penggunaan bahan pengawet ini
sangat membahayakan bagi kesehatan. Salah satu bahan pengawet tersebut adalah
larutan formalin. Masyarakat pada umumnya mengetahui formalin sebagai zat yang
dipakai dalam proses pengawetan jenazah. Formalin memiliki kemampuan yang
sangat baik ketika mengawetkan, namun formalin dilarang digunakan pada makanan.
Banyak pelaku seperti produsen atau pedagang yang menyalahgunakan larutan
formalin yang digunakan untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Murahnya
harga formalin dari pengawet lainnya membuat produsen atau pedagang makanan
menggunakannya sebagai bahan tambahan makanan.
Formalin merupakan nama dagang dari campuran formaldehyde (CH2O) ,
Methanol dan Air. Formalin yang beredar dipasaran mempunyai kadar Formaldehyde
bervariasi, antara 37% - 40%[3]. Dalam udara bebas formaldehyde berada dalam wujud
gas, tetapi formaldehyde bisa larut dalam air dalam kadar larutan 37%. Dalam air
formaldehyde mengalami polimerisasi. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen methanol untuk membatasi polimerisasinya. Konsumsi terhadap formalin baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang mengakibatkan berbagai penyakit. Jika
terhirup, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan jika terpapar pada
kulit akan menyebabkan reaksi sensitisasi serta pengerasan kulit. formaldehyde juga
dikelompokkan sebagai zat yang bersifat karsinogenik atau penyebab kanker pada
manusia[1].
Melihat bahaya dari formalin tersebut, konsumen seharusnya lebih selektif
dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi. Untuk mengetahui keberadaan
bahan formalin dalam makanan, dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium
atau dengan cara melihat ciri fisik dari makanan tersebut. Contohnya pada tahu,
formalin akan bergabung dengan protein dan jaringan sehingga membuat tahu menjadi
kenyal dan tidak mudah hancur[4]. Ciri-ciri lainnya adalah pada aroma tahu, aroma
tahu akan seperti bau obat, bau ini disebabkan oleh gas formaldehyde yang menguap
dari tahu tersebut[4]. Semua ciri fisik tersebut dapat dilihat dan dirasakan secara
langsung tanpa menggunakan alat-alat pada tes laboratorium. Namun keakuratannya,
tentu tidak seakurat pada tes laboratorium.
Bau gas pada makanan yang mengandung formalin ini dapat diketahui dengan
menggunakan peralatan instrumentasi yang komponennya menggunakan sensor gas
yang sensitif terhadap gas tersebut. Salah satu sensor yang dapat digunakan adalah
Gas Sensor MQ-138 yang sensitif terhadap formaldehyde (CH2O). Data output dari
sensor tersebut dapat diolah untuk mendapatkan pola data unsur gas formaldehyde
dengan menggunakan metode Fast Fourier Transform (FFT). Pola data yang didapat,
dijadikan sebagai bahan masukan pada Jaringan Syaraf Tiruan (JST), yang merupakan
bagian proses untuk pengambilan keputusan. Salah satu metode yang dapat melakukan
proses training pola data dalam (JST) adalah metode Learning Vector Quantization
(LVQ). LVQ sendiri murapakan salah satu metode dalam JST untuk melakukan
pembelajaran pada lapisan kompetitif yang terawasi.
Berdasarkan dari latarbelakang di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Deteksi Kandungan Formalin pada Tahu
Menggunakan Sensor Gas dengan Metode Pembelajaran Learning Vector
Quantization (LVQ)”. Hasil deteksi sensor tersebut diolah dan diinputkan ke jaringan
syaraf tiruan untuk menghasilkan pola yang diinginkan. Sehingga diharapkan dapat
mengetahui apakah tahu tersebut mengandung formalin atau tidak, dengan mendeteksi
aroma/bau pada tahu.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah sensor gas MQ-138 yang digunakan mampu merespon bau
formaldehyde (CH20) yang tercampur pada tahu yang berformalin?
2. Apakah metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ)
mampu melakukan identifikasi terhadap bau gas formaldehyde (CH20)
berdasarkan pola data yang didapat dari metode Fast Fourier Transform
(FFT).
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini membuat sebuah sistem pendeteksi tahu
yang mengandung formalin, yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras.
Menggunakan sensor gas yang telah didapatkan pola datanya dengan metode Fast
Fourier Transform (FFT), yang kemudian akan ditraining dengan jaringan syaraf
tiruan menggunakan metode Learning Vector Quantization (LVQ).
`1.4
Batasan Masalah
Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :
1. Sensor yang digunakan adalah sensor gas yang sensitif terhadap gas
formaldehyde (CH2O).
2. Metode Fast Fourier Transform (FFT) yang digunakan hanya untuk
pembentukan pola data gas formaldehyde (CH2O) yang merupakan bau yang
terdapat pada tahu berformalin.
3. Metode jaringan syaraf tiruan yang dipakai adalah metode Learning Vector
Quantization (LVQ).
4. Perlakuan khusus pada pengambilan sampel tahu tergantung pada waktu
perendaman tahu dengan formalin, kadar campuran formalin dan bagaimana
cara pendeteksiannya.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan memuat tentang latar belakang, perumusan masalah,batasan
masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Landasan teori dasar perancangan suatu sistem teori penunjang perancangan
sistem. Pada bab ini dijelaskan tentang komponen utama dan penunjang.
BAB III Metode Penelitian
Berisi tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, yaitu dengan tahap pengumpulan data dan referensi, tahap desain,
dan pembuatan dimana dalam tahap ini merupakan tahap merencanakan,
mendesain dan merealisasikan sistem yang dibuat.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Bab ini memuat tentang hasil pengujian dari perangkat yang dibuat beserta
pembahasannya.
BAB V Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari pembuatan tugas
ini.
akhir
MENGGUNAKAN SENSOR GAS
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
LEARNING VECTOR QUANTIZATION
(LVQ)
LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM KOMPUTER
FRISTHIO NORPI
0910453074
JURUSAN SISTEM KOMPUTER
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
ABSTRAK
DETEKSI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU
MENGGUNAKAN SENSOR GAS
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)
Oleh
Fristhio Norpi
0910453074
Tahu adalah salah satu makanan pokok yang banyak dijual di pasar dengan harga
terjangkau, namun tahu tersebut banyak mengandung zat kimia berbahaya, salah satunya
adalah formalin. Formalin digunakan untuk mengawetkan tahu yang pada dasarnya
merupakan jenis makanan yang tidak dapat bertahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeteksi gas yang berasal dari tahu apakah tahu mengandung formalin atau tidak. Gas
Formaldehyde merupakan
gas yang akan dijadikan penelitian. Sistem
yang dirancang
menggunakan sensor gas MQ-138 yang berfungsi untuk mendeteksi gas Formaldehyde yang
terkandung pada tahu. Untuk pembuatan pola data gas, sistem ini menggunakan metode Fast
Fourier Transform (FFT). Pembuatan pola data nantinya dapat dijadikan identifikasi dengan
menggunakan metode Jaringan syaraf tiruan Learning Vector Quantization (LVQ). Setelah
dilakukan pengujian, hasil yang diperoleh untuk masing-masing sampel tahu berbeda-beda,
untuk tahu yang tidak mengandung formalin dideteksi dengan tingkat keberhasilan 100%, tahu
mengandung formalin 2ml 75%, tahu mengandung formalin 4ml 100%, tahu mengandung
formalin 6ml 75%, tahu mengandung formalin 8ml 100%, dan tahu mengandung formalin
10ml 100%. Sedangkan untuk sampel acak yang didapat dari 9 pedagang berbeda, diperoleh
hasil 9 sampel tahu yang tercampur formalin dan 0 sampel tahu tidak mengandung formalin
dengan kadar formalin yang berbeda.
Kata Kunci : Fast Fourier Transform, Formaldehyde, Formalin, Learning Vector
Quantization, MQ-138, Sensor Gas.
ABSTRACT
FORMALIN AMOUNT DETECTION IN TOFU
USING GAS SENSOR WITH
LEARNINGVECTOR QUANTIZATION METHOD (LVQ)
By
Fristhio Norpi
0910453074
Tofu is one of main food course that sold in market with reachable prize, but the tofu
contain a lot of chemical materials, one of the example is formaldehyde. Formaldehyde is used
to preserve tofu that basically is one of food source that cannot last long. The purpose of this
research is to detect gas that come from tofu if the tofu is contain formaldehyde or not.
Formaldehyde gas is one of research object. The system designed using MQ-138 gas sensor
that functioned to detect formaldehyde gas that contains in tofu. To make the gas data pattern,
this system designed using Fast Fourier Transform (FFT) Method. The data pattern making is
using Learning Vector Quantization artificial neural network method. After testing process,
the result is different for each tofu sample. For tofu that not contain detected formaldehyde has
100% success rate, tofu that contains 2 ml formaldehyde has 75% success rate, tofu that
contains 4 ml formaldehyde has 100% success rate, tofu that contains 6 ml formaldehyde has
75% success rate, tofu that contains 8 ml formaldehyde has 100% success rate, and tofu that
contains 10 ml formaldehyde has 100% success rate. But for random tofu sample from 9
different seller has 9 tofu sample that contains formaldehyde and 0 tofu sample that not
contains formaldehyde with different formaldehyde amount.
Keywords : Fast Fourier Transform, Formaldehyde, Learning Vector Quantization, MQ-138,
Gas Sensor.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan adalah kebutuhan pokok yang diperlukan oleh tubuh manusia, jika
makanan tidak memenuhi standar keamanan, mutu dan gizi akan memberi efek negatif
pada tubuh. Oleh karena itu perlu seleksi terhadap makanan sebelum dikonsumsi agar
terhindar dari makanan yang membahayakan kesehatan. Pada saat ini tidak sedikit
makanan berbahaya bagi tubuh yang beredar di tengah masyarakat, salah satu faktor
semakin menyebarnya makanan ini adalah ketidaktahuan masyarakat tentang makanan
yang mengandung bahan berbahaya tesebut. Banyak sekali bahan kimia dan campuran
zat-zat lain yang digunakan dalam produksi makanan sehingga lebih efektif dan
efisien, tanpa mempedulikan efek samping yang akan diterima oleh konsumen.
Pada dasarnya makanan tidak dapat disimpan lama, terutama yang
mengandung kadar air tinggi. Penyimpanan yang relatif singkat ini tentunya
merugikan produsen atau penjual makanan. Penggunaan pengawet merupakan salah
satu solusi dari permasalahan ini. Pengawet dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang merugikan, menghindari oksidasi dan sekaligus menjaga nutrisi
makanan, sehingga dapat membuat makanan jadi awet dan tahan lama[1]. Berbagai
macam bahan pengawet dijual di pasaran, mulai dari pengawet alami sampai sintesis
atau buatan. Contoh dari pengawet alami adalah garam, keranegan, buah picung,
gambir dan biji kepayang. Sedangkan pengawet buatan adalah asam asetat, benzoat,
sulfit dan garam nitrit[2]. Namun beberapa bahan pengawet berbahaya juga dipasarkan
dan digunakan dalam produksi makanan, dimana penggunaan bahan pengawet ini
sangat membahayakan bagi kesehatan. Salah satu bahan pengawet tersebut adalah
larutan formalin. Masyarakat pada umumnya mengetahui formalin sebagai zat yang
dipakai dalam proses pengawetan jenazah. Formalin memiliki kemampuan yang
sangat baik ketika mengawetkan, namun formalin dilarang digunakan pada makanan.
Banyak pelaku seperti produsen atau pedagang yang menyalahgunakan larutan
formalin yang digunakan untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Murahnya
harga formalin dari pengawet lainnya membuat produsen atau pedagang makanan
menggunakannya sebagai bahan tambahan makanan.
Formalin merupakan nama dagang dari campuran formaldehyde (CH2O) ,
Methanol dan Air. Formalin yang beredar dipasaran mempunyai kadar Formaldehyde
bervariasi, antara 37% - 40%[3]. Dalam udara bebas formaldehyde berada dalam wujud
gas, tetapi formaldehyde bisa larut dalam air dalam kadar larutan 37%. Dalam air
formaldehyde mengalami polimerisasi. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen methanol untuk membatasi polimerisasinya. Konsumsi terhadap formalin baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang mengakibatkan berbagai penyakit. Jika
terhirup, dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan jika terpapar pada
kulit akan menyebabkan reaksi sensitisasi serta pengerasan kulit. formaldehyde juga
dikelompokkan sebagai zat yang bersifat karsinogenik atau penyebab kanker pada
manusia[1].
Melihat bahaya dari formalin tersebut, konsumen seharusnya lebih selektif
dalam memilih bahan makanan yang akan dikonsumsi. Untuk mengetahui keberadaan
bahan formalin dalam makanan, dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium
atau dengan cara melihat ciri fisik dari makanan tersebut. Contohnya pada tahu,
formalin akan bergabung dengan protein dan jaringan sehingga membuat tahu menjadi
kenyal dan tidak mudah hancur[4]. Ciri-ciri lainnya adalah pada aroma tahu, aroma
tahu akan seperti bau obat, bau ini disebabkan oleh gas formaldehyde yang menguap
dari tahu tersebut[4]. Semua ciri fisik tersebut dapat dilihat dan dirasakan secara
langsung tanpa menggunakan alat-alat pada tes laboratorium. Namun keakuratannya,
tentu tidak seakurat pada tes laboratorium.
Bau gas pada makanan yang mengandung formalin ini dapat diketahui dengan
menggunakan peralatan instrumentasi yang komponennya menggunakan sensor gas
yang sensitif terhadap gas tersebut. Salah satu sensor yang dapat digunakan adalah
Gas Sensor MQ-138 yang sensitif terhadap formaldehyde (CH2O). Data output dari
sensor tersebut dapat diolah untuk mendapatkan pola data unsur gas formaldehyde
dengan menggunakan metode Fast Fourier Transform (FFT). Pola data yang didapat,
dijadikan sebagai bahan masukan pada Jaringan Syaraf Tiruan (JST), yang merupakan
bagian proses untuk pengambilan keputusan. Salah satu metode yang dapat melakukan
proses training pola data dalam (JST) adalah metode Learning Vector Quantization
(LVQ). LVQ sendiri murapakan salah satu metode dalam JST untuk melakukan
pembelajaran pada lapisan kompetitif yang terawasi.
Berdasarkan dari latarbelakang di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Deteksi Kandungan Formalin pada Tahu
Menggunakan Sensor Gas dengan Metode Pembelajaran Learning Vector
Quantization (LVQ)”. Hasil deteksi sensor tersebut diolah dan diinputkan ke jaringan
syaraf tiruan untuk menghasilkan pola yang diinginkan. Sehingga diharapkan dapat
mengetahui apakah tahu tersebut mengandung formalin atau tidak, dengan mendeteksi
aroma/bau pada tahu.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Apakah sensor gas MQ-138 yang digunakan mampu merespon bau
formaldehyde (CH20) yang tercampur pada tahu yang berformalin?
2. Apakah metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ)
mampu melakukan identifikasi terhadap bau gas formaldehyde (CH20)
berdasarkan pola data yang didapat dari metode Fast Fourier Transform
(FFT).
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini membuat sebuah sistem pendeteksi tahu
yang mengandung formalin, yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras.
Menggunakan sensor gas yang telah didapatkan pola datanya dengan metode Fast
Fourier Transform (FFT), yang kemudian akan ditraining dengan jaringan syaraf
tiruan menggunakan metode Learning Vector Quantization (LVQ).
`1.4
Batasan Masalah
Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :
1. Sensor yang digunakan adalah sensor gas yang sensitif terhadap gas
formaldehyde (CH2O).
2. Metode Fast Fourier Transform (FFT) yang digunakan hanya untuk
pembentukan pola data gas formaldehyde (CH2O) yang merupakan bau yang
terdapat pada tahu berformalin.
3. Metode jaringan syaraf tiruan yang dipakai adalah metode Learning Vector
Quantization (LVQ).
4. Perlakuan khusus pada pengambilan sampel tahu tergantung pada waktu
perendaman tahu dengan formalin, kadar campuran formalin dan bagaimana
cara pendeteksiannya.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan memuat tentang latar belakang, perumusan masalah,batasan
masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Landasan teori dasar perancangan suatu sistem teori penunjang perancangan
sistem. Pada bab ini dijelaskan tentang komponen utama dan penunjang.
BAB III Metode Penelitian
Berisi tentang tahap-tahap yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, yaitu dengan tahap pengumpulan data dan referensi, tahap desain,
dan pembuatan dimana dalam tahap ini merupakan tahap merencanakan,
mendesain dan merealisasikan sistem yang dibuat.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Bab ini memuat tentang hasil pengujian dari perangkat yang dibuat beserta
pembahasannya.
BAB V Penutup
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari pembuatan tugas
ini.
akhir