HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA Hubungan Antara Depresi Dan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

(1)

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh : HERMAYUDI J 500 090 105

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

Hermayudi, Endang W, Rh.Budhi M.

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta/ Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

Abstrak

Latar Belakang: Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia setiap tahun, semakin meningkat pula risiko penyakit yang terjadi pada lanjut usia. Salah satunya adalah gangguan mental seperti depresi. Depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada lanjut usia. Kejadian depresi dapat menyebabkan seseorang menjadi sedih dan susah tidur.

Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

Metode: penelitian ini adalah penelitian korelasi dan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan 37 responden yang memenuhi kriteria inklusi, dengan teknik penelitian menggunakan Total Sampling. Metode pengumpulan data dengan lembar kuisioner dan analisis data dengan uji Korelasi Koefesien Kontingensi.

Hasil: dari analisa data menunjukkan nilai p value < 0,05 yaitu sebesar 0,002 dan r 0,445 yang mempunyai nilai signifikan yang berarti ada hubungan antara depresi dengan insomnia pada lanjut usia.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, hubungan keduanya memiliki kekuatan sedang


(3)

THE RELATIONSHIP BETWEEN DEPRESSION AND INSOMNIA IN THE ELDERLY IN PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

Hermayudi, Endang W, Rh.Budhi M.

Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta/ Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta

Abstract

Background: The increasing number of elderly in Indonesia every year, increasing the risk of disease that occurs in elderly patients. One of them is a mental disorder like depression. Depression is one of the causes of insomnia in elderly patients. Depression cause a person to become upset and insomnia.

Objektive: To know the between depression and the incidence of insomnia for elderly in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

Methods: of this study is the correlation study and use cross sectional approach with 37 respondents who will the inclusion criteria, the research uses Total Sampling technique. Methods of data collection are questionnaires and data analysis with Korelasi Koefesien Kontingensi.

Results: showed the value of p value <0.05 is equal to 0,002 and r 0,445 which has a significant value, which means there is a relationship between depression and insomnia in elderly patients.

Conclusion: there is relationship between depression and insomnia in elderly patients in Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, both have the same medium strength.


(4)

(5)

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lanjut Usia adalah usia 60 tahun ke atas sesuai dengan definisi World Health Organization (WHO) yang terdiri dari:

1. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun 2. Usia tua (old) 75-90 tahun

3. Usia sangat lanjut (very old) diatas 90 tahun (WHO,2009). Di Indonesia pada tahun 1999, proporsi penduduk berusia 60-64 tahun besarnya 2,9%, kelompok berusia 65-69 tahun sebesar 2,3%, kelompok berusia 70-74 tahun 1,4%, dan penduduk berusia 75 tahun lebih besar 1,4%. Umur harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2000 adalah 68,23 tahun, yang diatas 70 tahun adalah Jakarta, Jawa tengah 72 tahun, Sumatera selatan 71 tahun, Sumatera utara 70 tahun (Prayitno, 2002).

Lebih dari 80% penduduk lansia menderita penyakit fisik yang mengganggu fungsi mandirinya. Sejumlah 30% penderita yang menderita penyakit fisik tersebut menderita kondisi komorbid psikiatrik, terutama depresi dan cemas. Sebagian besar lanjut usia yang menderita penyakit fisik dan gangguan mental tersebut menderita gangguan tidur atau insomnia (Prayitno, 2002).

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lansia. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik penduduk Jawa Tengah menyebutkan bahwa jumlah penduduk lansia diatas 65 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2002 sebesar 2.016.003 jiwa, tahun 2004 sebesar 2.118.338 jiwa, dan tahun 2006 mencapai 2.281.200 jiwa. Sedangkan, di Kota Surakarta dengan usia 65 tahun ke atas berjumlah 27.594 jiwa dari total penduduk Kota Surakarta 512.898 jiwa (Biro Pusat Statistik Jawa Tengah, 2006).

Insomnia biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia. Insomnia yang ringan tidak perlu diberi obat, tetapi cukup dengan penjaminan kembali. Insomnia yang berat biasanya merupakan gejala gangguan yang lain atau dapat merupakan faktor penyebab ( misalnya kelemahan badan, tremor, berkurangnya kosentrasi) atau faktor pencetus karena stres yang ditimbulkannya (seperti gejala-gejala skizofrenia) mungkin timbul lagi atau kecemasan. Insomnia pada pagi-pagi sekali (penderita tertidur biasa, tetapi terbangun pukul 02 atau 03 lalu tidak dapat tidur lagi. Biasanya merupakan gejala depresi endogenik. Kesukaran untuk memulai tidur biasanya terdapat pada nerosa (depresi atau cemas). Terdapat juga pasien yang takut tertidur karena takut mimpi buruk (Maramis, 2005).


(6)

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia.

TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori

1. Depresi

Depresi merupakan salah satu dari gangguan afek dan emosi. Afek ialah “nada” perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik. Emosi ialah manifestai afek keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik, lagi pula biasanya berlangsung relatif tidak lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). (Maramis, 2005).

Hal mengenai depresi juga tercantum dalam Al Quran Q.S. Al Hud ayat 9-11,’’ Dan jika kami rasakan kepada manusia sutau rahmat (nikmat) dari kami, kemudian rahmat itu kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih. Dan jika kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata “Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku” sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga, kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itu memperoleh ampunan dan pahala yang besar.’’

2. Insomnia

Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengan kualitas dan kuantitas tidur yang kurang. Seorang yang mengalami insomnia seperti kesulitan untuk tidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-minggu atau lebih, merasa lelah saat bangun dan tidak merasa kesegaran, sakit kepala dipagi hari, kesulitan berkosentrasi, psikologi mudah marah dan mudah mengantuk di siang hari dan mata merah. Insomnia dapat disebabkan oleh beragam faktor atau kelainan, karena harus di identifikasi penyebabnya, hal ini adalah kunci pengobatan yang adekuat. Diagnosis banding penyebab insomnia mencakup gangguan neuropsikiatrik (depresi, ansietas, kehilangan, demensia), penyalahgunaan zat, gangguan Ritme sikardian, dan gangguan medis lainnya (Lumbantobing, 2008).


(7)

3. Depresi dan insomnia pada usia lanjut

Depresi adalah masalah yang sering terdapat pada lanjut usia. Karena lansia mengalami penurunan faal tubuh dan mempengaruhi kerja dari neurotransmiter, dan juga struktur neokortikal dorsal mengalami hypometabolik dan struktur limbik ventral mengalami hipermetabolik. Selain itu jalur frontostriatal pada otak memediasi antisipasi yang mengarah ke efek yang positif, dan abnormalitasnya bisa menghasilkan satu ketidaksanggupan untuk mendorong antisipasi yang mana akan mempredisposisikan keadan depresi (Syamsir, 2007).

Depresi terjadi gangguan setiap stadium siklus tidur, pola tidur pasien depresi berbeda dengan pola tidur pasien tidak depresi. Efesien tidurnya buruk, tidur gelombak pendek menurun, latensi REM menurun, serta peningkatan aktivitas REM (Amir, 2007).

Pasien geriatri merupakan pasien usia lanjut berusia lebih dari 60 tahun yang mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan dan gejalanya tidak khas, daya cadangan faali gangguan menurun, dan biasanya disertai gangguan fungsional. Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang sering ditemukan pada pasien geriatri. Secara umum depresi ditandai oleh suasana perasaan yang murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang semangat, lemah, lesu, dan rasa tidak berdaya. Pada pasien usia lanjut tampilan yang paling umum adalah keluhan somatis, hilang selera makan dan gangguan pola tidur (Heriawan, 2007).

4. Hipotesis

Ada hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional (Sugiyono, 2007).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Waktu Penelitian ini dilakukan pada Tanggal 18 Juli sampai dengan 25 Juli 2012.

Sampel dan Teknik Sampling

Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia laki-laki dan perempuan yang berumur > 60 tahun yang dirawat di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Arikunto, 2010). Sampel yang hendak diteliti adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang diambil menggunakan tahnik total sampling dimana peneliti melakukan pendekatan terhadap masalah pengambilan sampel dengan rencana spesifik tertentu dalam dirinya sesuai dengan masalah dan hipotesis


(8)

yang diteliti. Sampel yang diteliti harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.

Kriteria restriksi

Kriteria inklusi adalah Penghuni Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta Laki laki dan Perempuan,Usia lebih dari 60 tahun (lansia menurut WHO). sedangkan kriteria eksklusinya Tidak bersedia menjadi responden Hasil skor LMMPI > 10, Lansia yang sakit (Seperti tuna netra, tuna rungu, sakit kronis), Gangguan jiwa berat (Seperti Demensia).

Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat depresi, sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat insomnia, dan variable perancu dalam penelitian ini adalah pengalaman hidup yang buruk, faktor lingkungan, transmisi sosial.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dari kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (reality tasting ability, masih baik), kepribadian tetap utuh ( tidak mengalami keretakan kepribadian) prilaku dapat terganggu tapi dalam batas-batas normal. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal. Insomnia adalah suatu keadaan seseorang dengan kualitas dan kuantitas tidur yang kurang. Seorang yang mengalami insomnia akan mengalami seperti kesulitan untuk tidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah data diri dan persetujuan responden sebagai sampel penelitian, L-MMPI (Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory), dan Geriatric Depression Scale (GDS), Insomnia rating scale.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian akan diuji dengan uji Korelasi Koefesien Kontingensi. Seluruh hasil data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Tabel 2.1. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan jenis kelamin

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

18 19

100 100


(9)

Dari tabel 2.1 terlihat, bahwa dari segi jenis kelamin responden, persentase laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang sama yaitu 100%, artinya pada penelitian ini tidak membeda-bedakan antara jenis kelamin.

Tabel 2.2. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan jenis kelamin

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Umur <70 tahun 70-80 tahun >80 tahun 13 17 7 35,1 45,9 19,0

Jumlah 37 100

Dari tabel 2.2 terlihat, bahwa dari segi usia responden, persentase tertinggi berada pada umur 70-80 tahun yaitu sebesar 45,9 %, dan yang terkecil pada usia >80 tahun yaitu sebesar 19,0 %. Dari segi gangguan depresi responden sebesar 59,5 % dan yang mengalami insomnia sebesar 54,1 % data ini dapat dilihat pada grafik.1

Tabel 2.3. Karakteristik Subyek Penelitian Depresi

No Depresi Frekuensi Persentase (%)

Depresi Tidak Depresi 23 14 62,2 37,8

Jumlah 37 100

Responden sebagian besar mengalami depresi sebanyak 23 (62,2%). Terjadinya depresi pada lanjut usia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta disebabkan karena lansia tidak memiliki keluarga maupun tempat tinggal. Salah satu yang paling mempengaruhi adalah sebagian besar lansia yang tinggal di panti sudah tidak memiliki keluarga dan yang memiliki keluargapun sudah jarang ditemui lagi.

Tabel 2.4. Karakteristik Subyek Penelitian Insomnia

No Insomnia Frekuensi Persentase (%)

Insomnia Tidak Insomnia 20 17 54,1 45,9

Jumlah 37 100

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran karakteristik responden didapatkan bahwa lansia mengalami insomnia sebanyak 20 (54,1%). Insomnia bisa terjadi pada lanjut usia karena insomnia termasuk salah satu yang sering terjadi pada lanjut usia seiring dengan usia yang semakin tua menyebabkan lanjut usia mengalami perubahan dalam pola tidurnya.


(10)

Tabel 2.5 Cross Tabel Hubungan Depresi Dan Insomnia

Insomnia Total

Ya Tidak

Depresi 17 73,9% 6 27,3% 23 100%

Tidak depresi

3 21,4% 11 78,6% 14 100%

Total 20 54,1% 17 45,9% 37 100%

Dari tabel 2.5, terlihat jelas bahwa responden yang mengalami depresi dan juga mengalami insomnia berjumlah 17 orang, dan responden depresi yang tidak mengalami insomnia berjumlah 6 orang. Sedangkan responden yang tidak mengalami depresi tetapi mengalami insomnia berjumlah 3 orang dan responden yang tidak mengalami depresi dan tidak mengalami insomnia berjumlah 11 orang.

Tabel 2.6 Hasil analisis dengan Uji Korelasi Koefesien Kontingensi Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .455 .002

N of Valid Cases 37

Dengan uji korelasi koefesien kontingensi dapat terlihat adanya hubungan yang bermakna antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.7. Interval Koefesiensi Kontingensi

Interval Koefesiensi Kontingensi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0.80 – 1,000 Sangat Kuat

Dari tabel 2.7. koefesien kontingensi diatas didapat hasil hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia (r) yaitu 0,455 dan interpretasi hubungan korelasi antara kedua variabel memiliki kekuatan sedang.


(11)

Pembahasan

Tahap memasuki usia tua akan dialami oleh semua orang (tak bisa dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis lansia sangat berbeda dari satu lansia dengan lansia lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif ini pada lansia dapat menimbulkan masalah psikologis. Apa yang terjadi dan akan dialami oleh lansia tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa lalu, dia akan memperlihatkan warna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak berhasil dalam memasuki dan menjalani lansia (Harimurti, 2009).

Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagian besar mengalami depresi sebanyak 22 (59,5%). Salah satu yang paling mempengaruhi adalah sebagian besar lansia yang tinggal di panti sudah tidak memiliki keluarga dan yang memiliki keluarga sudah jarang ditemui lagi.

Faktor itulah yang menyebabkan lansia memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya, sehingga didapatkan gejala depresi pada lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Hal ini ditandai adanya pemikiran tidak ada yang memperhatikan, merasa kesepian, merasa hidupnya tidak beruntung, dan merasa sedih ditinggal keluarganya. Apabila itu terjadi terus-menerus akan menyebabkan lansia tidak dapat mengendalikan dirinya, dan kejadian depresi ringan-sedang merupakan tahapan awal yang terjadi sebelum memasuki tahapan yang lebih kronis lagi.

Penelitian ini didukung oleh Soejono bahwa depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia. Prevalensinya diperkirakan 10%-15% dari populasi lanjut usia dan diduga sekitar 60% dari pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua Angka kejadian depresi pada lansia usia diatas 65tahun diperkirakan sekitar 10-30% (Soejono, 2000).

Menurut Rafknowledge depresi berkaitan erat dengan insomnia pada sebagian besar insomnia inti permasalahannya adalah emosional. Kegelisahan yang mendalam, kemarahan yang tak terkendali, situasi sosial yang tidak berpihak termasuk diantaranya yang memicu sulitnya tidur. Mudah terbangun mendatangkan depresi individual. Semua ini bisa meningkat seiring bertambahnya usia (Rafknowledge, 2004).

Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik responden yang mengalami insomnia dilihat pada tabel 2.4 sebanyak 20 (54,1%). Insomnia bisa terjadi pada lansia karena insomnia termasuk salah satu yang sering terjadi pada lansia seiring dengan usia yang semakin tua menyebabkan lansia mengalami perubahan dalam pola tidurnya.

Penelitian ini di dukung oleh Rafknowledge , yang mengatakan bahwa gangguan tidur merupakan keluhan utama yang sering dialami lansia, dengan


(12)

perkiraan lebih dari setengah jumlah lansia yang berusia di atas 60 tahun mengalami kesulitan tidur dan terjadi perubahan pola tidur seiring bertambahnya usia seperti perubahan arsitektur tidur, tidur malam lebih mudah terganggu, kondisi mutu dan durasinya juga terganggu, lansia cenderung mempunyai keinginan untuk tidur siang yang lebih besar dibandingkan orang muda (Rafknowledge, 2004).

37 responden baik laki-laki maupun perempuan yang mengalami depresi dan juga mengalami insomnia sebanyak 17 orang atau 73,9%. Hasil ini sesuai seperti yang dilakukan pada Penelitian Widastra , yang dilakukan di salah satu panti di Bali yang menunjukan dari 35 jumlah populasi yang ada, ternyata 15 orang (42,86%), dari semua jumlah populasi termasuk dalam kategori insomnia. Besarnya presentase jumlah lansia yang menderita insomnia tersebut karena pengaruh dari faktor usia yaitu semakin tua usia seseorang semakin rentan terkena insomnia (Widastra ,2009).

Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan hasil yang sama, dimana depresi selalu berhubungan dengan insomnia. Penelitian yang dilakukan oleh Prayitno bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Trisakti menunjukan bahwa pasien depresi selalu mengeluhkan tidurnya kurang pulas dan mudah sekali terbangun, tidur REM lebih cepat datangnya sehingga biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan (Prayitno, 2002).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta memiliki hubungan. Hasil ini sesuai dengan sumber pustaka dimana dijelaskan bahwa lansia dengan keluhan insomnia harus diperkirakan adanya kemungkinan besar diakibatkan karena depresi atau ansietas (Amir, 2007).

Tabel 2.8 Pola tidur pasien depresi

No Pola Tidur Depresi

1 Jumlah tidur Berkurang

2 Kualitas tidur Dangkal – sedang

3 Mimpi Menakutkan

4 Masuk tidur 15-60 menit

5 Sering bangun malam Sering

6 Bangun pagi Dini hari

7 Pagi hari Lesu

8 Latensi tidur Normal/ memanjang

9 Tidur REM Memendek

10 Regularitas Ireguler dan terputus-putus


(13)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara depresi dan insomnia. Tingkat hubungan keduanya memiliki kekuatan sedang.

Saran

Untuk mempertimbangkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa depresi dapat mengakibatkan lansia dipanti Wredha Dharma Bhakti Surakarta menjadi insomnia untuk itu penulis menyarankan

1. Diperlukan pencegahan dini pada lansia yang tidak mengalami depresi ataupun yang depresi ringan, agar tidak terjadi depresi berat sehingga terjadi insomnia.

2. Pengasuh panti melakukan pendekatan dan memberi penanganan terpadu kepada lansia yang mengalami depresi dan insomnia.

3. Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan tentang bahayanya depresi dan insomnia.

4. Diharapkan lansia mengikuti setiap kegiatan keagamaan, olahraga,dan lain sebagainya agar lansia lebih memaknai hidup agar tidak larut dalam pikiran yang menimbulkan efek dari depresi yang berakibat insomnia karena dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. 5. \perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang diduga dapat

mempengaruhi terjadinya depresi. DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Al’karim. Semarang

American Academy of Sleep Medicine. 2008. Insomnia. Westchester. Ppc 1-3, Diakses 22 Maret 2012

American Academy of Sleep Medicine. 2008. Insomnia Significangtly Affects The School Performance of College Students. Diakses 26 maret 2012. Amir, N. 2007. Ganggan Tidur Pada Lanjut Usia, Diagnosis Dan

Penatalaksanaannya, Bagian Psikiatri RS. dr. Cipto Mangukusumo. FKUI. Jakarta ht t p:/ / w w w .kalbe.co.id/ files/ cdk/ files/ 157_09 Diakses 22 Maret 2012.

Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Baihaqi, MIF., Sunardi. A.R. 2007. psikiatri konsep dasar dan gangguan-gangguan. Bandung :PT Refika aditama.PP 113

Bappenas, 2011. http://bappenas.go.id. “Angka Harapan Hidup”. Diakses 22 Maret 2012.


(14)

Biro Pusat Statistik. http://jateng.bps.go.id. “Penduduk Jateng Menurut Kabupaten/Kota Dan Kelompok Usia Tahun 2006”.diakses 22 Maret 2012.

Carcio, G. Ferara, Genaro, L. 2006. Sleep Loss,Learning Capacity and Academic Performance. Sleep Medicine.pp:323-337. http://teensneedsleep.files. wordpress.com/2011/03/sleep-loss-learning-capacity-and-academic-performance1.pdf. Diakses 26 Mei 2012

Harimurti, K. 2009. Proses Menua Dan Implikasi Kliniknya. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I (ed. 5), Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Hawari, Dadang. 2011. Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik. Jakarta: FKUI.

Heriawan, C. 2007. Faktor Resiko Depresi Pada Pasien Geriatri. “Cermin Dunia Kedokteran”. No 156, Diakses 17 mei 2012

Iskandar,Y. 1985. Insomnia Anxietas Dan Depresi. Dalam : Psikiatri Biologi, Vol II. Jakarta: Yayasan Dharma Graha. PP : 37-41.

Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur, USU digital Library, pp: 1-4.

http://gudangarsipadibahmadi.files.wordpress.com/gangguan-tidur.pdf. Diakses 26 Mei 2012.

Kaplan, 2010. Sinopsis Psikiatrik Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lumbantobing,S.M. 2008. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Marchira, C.R. 2004. Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Insomnia pada Lansia di Poli Geriatri RS Dr. SardjitoYogyakarta. Yogyakarta: FK UGM Yogyakarta.

. 2007 Insomnia Pada Lansia Dan Penatalaksanaanya Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa /SMF Jiwa FK UGM/ RS Dr. SardjitoYogyakarta.

Marto, H. Hadi. 2009. GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta FKUI.

Maryam, R. dkk. 2008. Mengenal usia lanjut. Jakarta: Salemba medika. Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi Edisi 2. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Muslichah, M. 2010 Episode depresi berat dengan insomnia http://www.fkumyecase.net/wikiindex.php?page=Episode+Depresi+B erat+dengan+Insomnia/ Diakses 01 Oktober 2012.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.


(15)

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Prayitno.pdf Diakses 26 Mei 2012 .

Puri, B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Hal: 268. Jakarta : EGC.

Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia

Soejono, 2000. Depresi Pada Lansia. FK USU Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/5/Chapter%20I. pdf Diakses 01 Oktober 2012.

Sugiyono, 2007. Stastika Untuk penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.

Sumirta, I Nengah. 2008. Hubungan antara aktivitas fisik dengandepresi pada lansia di pelayanan lanjut usia “Wana Seraya” Denpasar. http://.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6208160166_1693-4903/ Diakses 01 Oktober 2012

Surya, M. 2009. Kuesioner Geriatric.Depression Scale Departemen Psikiatri RS H. Adam Malik Medan : FK USU Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17632/1/Appendix.pdf Diakses 2 Juli 2012.

Suryo, S. 2003. Depresi sebagai Faktor Resiko Insomnia pada Lansia di RS dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: FK UGM Yogyakarta.

Syamsir, B.S. Gangguan Depresif Pada Usia Lanjut, Departeman psikiatri RS. H. Malik. Medan : FK UNSU Medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18790/1/mkn-jun2007-40%20(13).pdf Diakses 26 Mei 2012.

Tomb, D.A, 2004, Gangguan Mood. Buku Saku Psikiatri. Ed. 6. Hal: 47-65 Jakarta : EGC.

WHO. 2009. Mental Helath: Depression http: www.who.intimedial;healt immagement depression depresionph.en Diakses 30 Maret 2012. Widastra, I Made. 2005. Terapi relaksasi progresif sangat efektif mengatasi

keluhan insomnia pada lanjut usia. http://pisjd. pdii.lipi. go.id admin jurnal 21098489. pdf/ Diakses 26 Mei 2012.

William C, 2010 Webster’s New World Kamus Kedokteran Ed. 3. Hal: 488 Jakarta: Indeks.


(1)

Tabel 2.5 Cross Tabel Hubungan Depresi Dan Insomnia

Insomnia Total

Ya Tidak

Depresi 17 73,9% 6 27,3% 23 100%

Tidak depresi

3 21,4% 11 78,6% 14 100%

Total 20 54,1% 17 45,9% 37 100%

Dari tabel 2.5, terlihat jelas bahwa responden yang mengalami depresi dan juga mengalami insomnia berjumlah 17 orang, dan responden depresi yang tidak mengalami insomnia berjumlah 6 orang. Sedangkan responden yang tidak mengalami depresi tetapi mengalami insomnia berjumlah 3 orang dan responden yang tidak mengalami depresi dan tidak mengalami insomnia berjumlah 11 orang.

Tabel 2.6 Hasil analisis dengan Uji Korelasi Koefesien Kontingensi Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient .455 .002

N of Valid Cases 37

Dengan uji korelasi koefesien kontingensi dapat terlihat adanya hubungan yang bermakna antara depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.7. Interval Koefesiensi Kontingensi

Interval Koefesiensi Kontingensi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0.80 – 1,000 Sangat Kuat

Dari tabel 2.7. koefesien kontingensi diatas didapat hasil hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia (r) yaitu 0,455 dan interpretasi hubungan korelasi antara kedua variabel memiliki kekuatan sedang.


(2)

Pembahasan

Tahap memasuki usia tua akan dialami oleh semua orang (tak bisa dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis lansia sangat berbeda dari satu lansia dengan lansia lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif ini pada lansia dapat menimbulkan masalah psikologis. Apa yang terjadi dan akan dialami oleh lansia tidak dapat dilepaskan dari pembentukan pengalaman masa lalu, dia akan memperlihatkan warna kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak berhasil dalam memasuki dan menjalani lansia (Harimurti, 2009).

Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebagian besar mengalami depresi sebanyak 22 (59,5%). Salah satu yang paling mempengaruhi adalah sebagian besar lansia yang tinggal di panti sudah tidak memiliki keluarga dan yang memiliki keluarga sudah jarang ditemui lagi.

Faktor itulah yang menyebabkan lansia memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya, sehingga didapatkan gejala depresi pada lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta. Hal ini ditandai adanya pemikiran tidak ada yang memperhatikan, merasa kesepian, merasa hidupnya tidak beruntung, dan merasa sedih ditinggal keluarganya. Apabila itu terjadi terus-menerus akan menyebabkan lansia tidak dapat mengendalikan dirinya, dan kejadian depresi ringan-sedang merupakan tahapan awal yang terjadi sebelum memasuki tahapan yang lebih kronis lagi.

Penelitian ini didukung oleh Soejono bahwa depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia. Prevalensinya diperkirakan 10%-15% dari populasi lanjut usia dan diduga sekitar 60% dari pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua Angka kejadian depresi pada lansia usia diatas 65tahun diperkirakan sekitar 10-30% (Soejono, 2000).

Menurut Rafknowledge depresi berkaitan erat dengan insomnia pada sebagian besar insomnia inti permasalahannya adalah emosional. Kegelisahan yang mendalam, kemarahan yang tak terkendali, situasi sosial yang tidak berpihak termasuk diantaranya yang memicu sulitnya tidur. Mudah terbangun mendatangkan depresi individual. Semua ini bisa meningkat seiring bertambahnya usia (Rafknowledge, 2004).

Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik responden yang mengalami insomnia dilihat pada tabel 2.4 sebanyak 20 (54,1%). Insomnia bisa terjadi pada lansia karena insomnia termasuk salah satu yang sering terjadi pada lansia seiring dengan usia yang semakin tua menyebabkan lansia mengalami perubahan dalam pola tidurnya.

Penelitian ini di dukung oleh Rafknowledge , yang mengatakan bahwa gangguan tidur merupakan keluhan utama yang sering dialami lansia, dengan


(3)

perkiraan lebih dari setengah jumlah lansia yang berusia di atas 60 tahun mengalami kesulitan tidur dan terjadi perubahan pola tidur seiring bertambahnya usia seperti perubahan arsitektur tidur, tidur malam lebih mudah terganggu, kondisi mutu dan durasinya juga terganggu, lansia cenderung mempunyai keinginan untuk tidur siang yang lebih besar dibandingkan orang muda (Rafknowledge, 2004).

37 responden baik laki-laki maupun perempuan yang mengalami depresi dan juga mengalami insomnia sebanyak 17 orang atau 73,9%. Hasil ini sesuai seperti yang dilakukan pada Penelitian Widastra , yang dilakukan di salah satu panti di Bali yang menunjukan dari 35 jumlah populasi yang ada, ternyata 15 orang (42,86%), dari semua jumlah populasi termasuk dalam kategori insomnia. Besarnya presentase jumlah lansia yang menderita insomnia tersebut karena pengaruh dari faktor usia yaitu semakin tua usia seseorang semakin rentan terkena insomnia (Widastra ,2009).

Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan hasil yang sama, dimana depresi selalu berhubungan dengan insomnia. Penelitian yang dilakukan oleh Prayitno bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Trisakti menunjukan bahwa pasien depresi selalu mengeluhkan tidurnya kurang pulas dan mudah sekali terbangun, tidur REM lebih cepat datangnya sehingga biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan (Prayitno, 2002).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa depresi dan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta memiliki hubungan. Hasil ini sesuai dengan sumber pustaka dimana dijelaskan bahwa lansia dengan keluhan insomnia harus diperkirakan adanya kemungkinan besar diakibatkan karena depresi atau ansietas (Amir, 2007).

Tabel 2.8 Pola tidur pasien depresi

No Pola Tidur Depresi

1 Jumlah tidur Berkurang

2 Kualitas tidur Dangkal – sedang

3 Mimpi Menakutkan

4 Masuk tidur 15-60 menit

5 Sering bangun malam Sering

6 Bangun pagi Dini hari

7 Pagi hari Lesu

8 Latensi tidur Normal/ memanjang

9 Tidur REM Memendek

10 Regularitas Ireguler dan terputus-putus


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara depresi dan insomnia. Tingkat hubungan keduanya memiliki kekuatan sedang.

Saran

Untuk mempertimbangkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa depresi dapat mengakibatkan lansia dipanti Wredha Dharma Bhakti Surakarta menjadi insomnia untuk itu penulis menyarankan

1. Diperlukan pencegahan dini pada lansia yang tidak mengalami depresi ataupun yang depresi ringan, agar tidak terjadi depresi berat sehingga terjadi insomnia.

2. Pengasuh panti melakukan pendekatan dan memberi penanganan terpadu kepada lansia yang mengalami depresi dan insomnia.

3. Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan tentang bahayanya depresi dan insomnia.

4. Diharapkan lansia mengikuti setiap kegiatan keagamaan, olahraga,dan lain sebagainya agar lansia lebih memaknai hidup agar tidak larut dalam pikiran yang menimbulkan efek dari depresi yang berakibat insomnia karena dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. 5. \perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang diduga dapat

mempengaruhi terjadinya depresi. DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Al’karim. Semarang

American Academy of Sleep Medicine. 2008. Insomnia. Westchester. Ppc 1-3, Diakses 22 Maret 2012

American Academy of Sleep Medicine. 2008. Insomnia Significangtly Affects The School Performance of College Students. Diakses 26 maret 2012. Amir, N. 2007. Ganggan Tidur Pada Lanjut Usia, Diagnosis Dan

Penatalaksanaannya, Bagian Psikiatri RS. dr. Cipto Mangukusumo. FKUI. Jakarta ht t p:/ / w w w .kalbe.co.id/ files/ cdk/ files/ 157_09 Diakses 22 Maret 2012.

Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Baihaqi, MIF., Sunardi. A.R. 2007. psikiatri konsep dasar dan gangguan-gangguan. Bandung :PT Refika aditama.PP 113

Bappenas, 2011. http://bappenas.go.id. “Angka Harapan Hidup”. Diakses 22 Maret 2012.


(5)

Biro Pusat Statistik. http://jateng.bps.go.id. “Penduduk Jateng Menurut Kabupaten/Kota Dan Kelompok Usia Tahun 2006”.diakses 22 Maret 2012.

Carcio, G. Ferara, Genaro, L. 2006. Sleep Loss,Learning Capacity and Academic Performance. Sleep Medicine.pp:323-337. http://teensneedsleep.files. wordpress.com/2011/03/sleep-loss-learning-capacity-and-academic-performance1.pdf. Diakses 26 Mei 2012

Harimurti, K. 2009. Proses Menua Dan Implikasi Kliniknya. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I (ed. 5), Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Hawari, Dadang. 2011. Integrasi Agama dalam Pelayanan Medik. Jakarta: FKUI.

Heriawan, C. 2007. Faktor Resiko Depresi Pada Pasien Geriatri. “Cermin Dunia Kedokteran”. No 156, Diakses 17 mei 2012

Iskandar,Y. 1985. Insomnia Anxietas Dan Depresi. Dalam : Psikiatri Biologi, Vol II. Jakarta: Yayasan Dharma Graha. PP : 37-41.

Japardi, I. 2002. Gangguan Tidur, USU digital Library, pp: 1-4.

http://gudangarsipadibahmadi.files.wordpress.com/gangguan-tidur.pdf. Diakses 26 Mei 2012.

Kaplan, 2010. Sinopsis Psikiatrik Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lumbantobing,S.M. 2008. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Marchira, C.R. 2004. Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Insomnia pada Lansia di Poli Geriatri RS Dr. SardjitoYogyakarta. Yogyakarta: FK UGM Yogyakarta.

. 2007 Insomnia Pada Lansia Dan Penatalaksanaanya Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa /SMF Jiwa FK UGM/ RS Dr. SardjitoYogyakarta.

Marto, H. Hadi. 2009. GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta FKUI.

Maryam, R. dkk. 2008. Mengenal usia lanjut. Jakarta: Salemba medika. Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi Edisi 2. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Muslichah, M. 2010 Episode depresi berat dengan insomnia http://www.fkumyecase.net/wikiindex.php?page=Episode+Depresi+B erat+dengan+Insomnia/ Diakses 01 Oktober 2012.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.


(6)

http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Prayitno.pdf Diakses 26 Mei 2012 .

Puri, B.K. 2011. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Hal: 268. Jakarta : EGC.

Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia

Soejono, 2000. Depresi Pada Lansia. FK USU Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/5/Chapter%20I. pdf Diakses 01 Oktober 2012.

Sugiyono, 2007. Stastika Untuk penelitian. Bandung: CV Alfa Beta.

Sumirta, I Nengah. 2008. Hubungan antara aktivitas fisik dengandepresi pada lansia di pelayanan lanjut usia “Wana Seraya” Denpasar. http://.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6208160166_1693-4903/ Diakses 01 Oktober 2012

Surya, M. 2009. Kuesioner Geriatric.Depression Scale Departemen Psikiatri RS H. Adam Malik Medan : FK USU Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17632/1/Appendix.pdf Diakses 2 Juli 2012.

Suryo, S. 2003. Depresi sebagai Faktor Resiko Insomnia pada Lansia di RS dr Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: FK UGM Yogyakarta.

Syamsir, B.S. Gangguan Depresif Pada Usia Lanjut, Departeman psikiatri RS. H. Malik. Medan : FK UNSU Medan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18790/1/mkn-jun2007-40%20(13).pdf Diakses 26 Mei 2012.

Tomb, D.A, 2004, Gangguan Mood. Buku Saku Psikiatri. Ed. 6. Hal: 47-65 Jakarta : EGC.

WHO. 2009. Mental Helath: Depression http: www.who.intimedial;healt immagement depression depresionph.en Diakses 30 Maret 2012. Widastra, I Made. 2005. Terapi relaksasi progresif sangat efektif mengatasi

keluhan insomnia pada lanjut usia. http://pisjd. pdii.lipi. go.id admin jurnal 21098489. pdf/ Diakses 26 Mei 2012.

William C, 2010 Webster’s New World Kamus Kedokteran Ed. 3. Hal: 488 Jakarta: Indeks.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

0 3 6

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

2 8 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT RELIGIUSITAS DAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA.

0 0 10

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA.

2 4 9

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA.

0 0 8

GAMBARAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA GAMBARAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA.

1 1 15

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA Hubungan Antara Depresi Dan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 3 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Depresi Dan Insomnia Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 2 4