BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan - Setiani Albania BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Relevansi merupakan sesuatu yang mempunyai kecocokan atau

  berhubungan.Penelitian yang relevan biasanya digunakan untuk mencari persamaan dan perbedaan antara penelitian orang lain dengan penelitian yang kita buat. Atau membandingkanpenelitian satunya dengan yang lainnya.Penelitian atau analisis mengenai psikososial pada anak telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Penelitian psikososial pada anak telah diteliti oleh Farid Azhari dan Fajar Yoga Winarno. Berikut penelitiannya:

1. Fajar Yoga Winarno (2010)

  Fajar winarno adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitiannya berjudul “ Analisis Pola Asuh Ibu terhadap Perilaku Psikososial Sibling Rivalry pada Anak Usia Prasekolah di TK Nusa Dua Indah Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap”. Hasil penelitiannya adalah hasil pengaruh antara pola asuh ibu terhadap perilaku psikososial

  

sibling rivalry pada anak prasekolah. Dan penelitiannya memperlihatkan pengaruh

  pola asuh ibu terhadap psikososial anak sibling rivalry pada anak prasekolah dengan nilai (p = 0,014).Hal ini menjadi perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada sumber data dan objek penelitian.Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa novel yang berjudul Anak Kolong Punya Derita karya Very Barus.Sedangkan penelitian sebelumnya sumber datanya berupa lingkungan anak prasekolah di TK Nusa Indah Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap.Objek penelitian sebelumnya adalah pola asuh ibu terhadap perilaku psikososial sibling rivalry.Sedangkan objek penelitian ini adalah perkembangan psikososial anak pada tokoh utama dalam novel

  

Anak Kolong Punya Derita karya Very Barus. Hasil penelitiannya adalah

  memperlihatkan pengaruh pola asuh ibu terhadap psikososial anak sibling rivalry pada anak prasekolah dengan nilai (p = 0,014).

2. Fajar yoga Winarno (2013)

  Fajar Yoga Winarno adalah mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitiannya berjudul “ Hubungan Faktor Psikososial dan Koping dengan Adaptasi Anak Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Baturraden II

  ”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara psikososial dengan adaptasi anak asma. Dan adanya hubungan yang signifikan antara koping dengan adaptasi anak asma mempunyai nilai (p = 0,002). Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa novel Anak Kolong Punya Derita karya Very Barus.Sedangkan penelitian sebelumnya adalah anak asma di wilayah Puskesmas Baturraden II.Objek penelitian sebelumnya adalah hubunga factor psikososial dan koping adaptasi anak asma di wilayah kerja puskesmas Baturraden II.Sedangkan objek penelitian ini adalah perkembangan psikososial anak pada tokoh utama dalam novel Anak Kolong Punya

  Derita karya Very Barus.

B. Tokoh dalam Karya Sastra

  Dalam karya sastra seperti halnya kehidupan sehari-hari tokoh atau pelaku tertentu yang mengemban peristiwa dalam sebuah cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.Hal ini sesuai pendapat Aminudin (1995: 79) yang menyatakan bahwa tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda.Tokoh cerita menurut Abrahams (dalam Nurgiyantoro 1995: 165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra naratif atau dramatik oleh pembaca ditafsirkan melalui kausalitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan di dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.Menurut Sudjiman (1991: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa.Sementara itu, Sayuti (1996: 43) menegaskan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam tindakan.

  Sudjiman (1991: 17) membedakan tokoh menjadi beberapa jenis menurut kriterianya.Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi empat jenis yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh wirawan dan tokoh bawahan.Lebih lanjut Sudjiman (1991: 61) menerangkan tokoh utama identik dengan protagonis, yaitu tokoh yang memegang peran pimpinan dalam cerita rekaan, yang selalu menjadi tokoh sentral.Menurut Sudjiman dalam Sugihastuti dan Suharso (2005:50), tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita.Jadi tokoh adalah orangnya. Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu. Dengan demikian diperoleh simpulan bahwa untuk menentukan tokoh utama adalah frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita dan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita.

C. Perkembangan Psikososial Anak

1. Pengertian Perkembangan Psikososial Anak

  Menurut Baron dan Byrne (2003: 14-34) mengatakan bahwa psikososial adalah bidang ilmiah yang mencoba memahami karakteristik dan penyebab dari perilaku dan pikiran individu dalam situasi-situasi sosial.Psikososial mengambil pemahaman tentang metode ilmiah. Karena pemahaman tentang perilaku seseorang d engan menggunakan “akal sehat” saja tidak dapat diandalkan.Arena pikiran kita dipengaruhi oleh berbagai kemungkinan bias.Banyak kajian ilmiah yang mencoba memahami karakteristik dan penyebab dari perilaku dan pikiran individu dalam situasi-situasi sosial.Sosial adalah ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus sosial. Stimulus sosial tidak hanya berupa orang-orang yang berinteraksi, melainkan juga dapat berupa benda-benda dan infrastruktur lain yang ada di sekitar manusia. Berusaha memahami penyebab dari perilaku sosial dan pemikiran sosial. Penyebab-penyebab penting dari perilaku sosial dan pemikiran sosial adalah tingkah laku dan karakteristik orang lain, proses kognitif, aspek-aspek lingkungan fisik, budaya, dan faktor biologis serta genetik.

  Perkembangan psikososial anak menurut Desmita (2009: 179) yaitu suatu perkembangan dimana anak-anak mengalami sejumlah perubahan yang cepat dan bersiap dan menyiapkan diri untuk memasuki masa dewasa. Pada masa ini mereka mulai mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan manusia lain, serta mulai mempelajari berbagai keterampilan praktis. Dunia psikososial anak semakin kompleks dan berbeda dengan masa awal anak.Relasi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peranan penting.Sekolah dan relasi dengan para guru menjadi aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur.Pemahaman anak terhadap diri semakin berkembang, dan perubahan-perubahan dalamgender dan perkembangan moral menandai perkembangan anak selama masa akhir anak-anak ini.Berikut beberapa aspek mengenai perkembangan psikososialanak menurut Desmita (2009 : 179) yaituperkembangan pemahaman diri, perkembangan hubungan dengan teman sebaya, perkembangan hubungan dengan keluarga, dan perkembangan hubungan di sekolah.

2. Aspek-Aspek Perkembangan Psikososial Anak

a. Perkembangan Pemahaman Diri

  Sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak, mereka secara aktif dan mengembangkan dan memperbaharui pemahaman tentang diri.Yaitu suatu struktur yang membantu anak mengorganisasi dan memahami tentang siapa dirinya, yang didasarkan atas pandangan orang lain, pengalaman sendiri, dan atas dasar penggolongan budaya, seperti gender, ras dan sebagainya.Menurut Seifert dan Hofnung (dalam Desmita2009: 180) pemahaman diri sering juga disebut konsep diri.

  Bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya konsep diri didefinisikan dalam tiga bentuk, pertama, body

  , kesadaran tentang tubuhnya yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya

  image

  sendiri, kedua, ideal selfyaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang mengenai dirinya, ketiga,social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.

b. Perkembangan Hubungan dengan Keluarga

  Kemerosotan hubungan keluarga yang dimulai pada akhir masa bayi terus berlanjut pada masa pertengahan dan masa akhir anak-anak.Sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang semakin matang.Maka pada masa pertengahan dan akhir, anak secara berangsur-angsur lebih banyak mempelajari motivasi dari orangtuanya, serta memahami aturan-aturan keluarga, sehingga mereka jadi lebih mampu untuk mengendalikan tingkah lakunya. Perubahan ini memiliki dampak besar terhadap kualitas hubungan antara anak-anak usia sekolah dan orangtua mereka. Dalam hal ini orangtua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan pada tahun-tahun awal kehidupan mereka. (Desmita: 184).

  Perubahan-perubahan ini berperan dalam pembentukan stereotip pengasuhan dari orangtua sepanjang masa akhir anak-anak.Dalam hal ini orangtua memandang pengasuhnya hanya meliputi mengurus masalah makanan atau penerapan beberapa aturan saja.Misalnya saja aktivitas orangtua dan anak yang masih sering dilakukan secara bersama-sama seperti berbelanja atau menonton televisi bersama- sama.Stereotip pengasuhan ini juga tidak mempertimbangkan hubungan emosional yang mendasari aktivitas-aktivitas tersebut.Pada periode ini, orangtua dan anak-anak telah memiliki sekumpulan pengalaman masa lalu bersama, dan pengalaman ini membuat hubungan keluarga menjadi bertambah unik dan penuh arti.

  c. Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya

  Seperti halnya pada masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang menyita banyak waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak.Anak masa usia pertengahan yakni 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20%, sedangkan anak masa usia akhir yakni 7 hingga 11 tahun, meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak pada periode akhir ini terjadi dalam grup atau kelompok, hingga periode ini sering disebut usia kelompok. Pada masa ini anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga.Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat diterima sebagai anggota kelompok. (Desmita: 184)

  d. Perkembangan Hubungan di Sekolah

  Di samping keluarga dan teman sebaya, sekolah juga memiliki pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan selama masa pertengahan dan akhir anak- anak.Anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil.Mereka harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka.Interaksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah memberikan peluang yang besar bagi anak-anak.Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak. (Desmita: 187).

B. PsikologiSastra

  Psikologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa (Moeliono, 2007 : 1109). Dengan demikian psikologi mengandung makna ilmu pengetahuan tentang jiwa.Kata "sastra" berasal dari kata serapan dalam Bahasa Sansekerta yang artinya pedoman atau ajaran. Sastra secara etimologi merupakan bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari); kesusastraan; kitab ilmu pengetahuan; tulisan; huruf (Moeliono, 2007 :1230). Psikologi sastra merupakan sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra (Endraswara, 2008 : 16).

  Psikologi dan sastra mempunyai hubungan yang sangat erat karena psikologi menjadi salah satu kajian dalam menelaah karya sastra. Psikologi sastra adalah subjek yang menghasilkan karya (Ratna, 2004 : 341). Secara sederhana psikologi sastra dapat diartikan sebagai gabungan disiplin psikologi dan sastra.Psikologi sastra adalah ilmu yang mempelajari sastra dari sisi psikologi (Endraswara, 2008: 70).Sama halnya dengan Noor (2004: 92), bahwa psikologi sastra merupakan salah satu cabang ilmu sastra yang digunakan untuk mengkaji atau mendekati suatu karya sastra dari sudut pandang psikologi.

  Menurut Wellek dan Werren (1995: 90), psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian.Pertama, adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua, adalah studi proses kreatif. Ketiga, studi tipe dan hukum- hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.Yang keempat, mempelajari dampak karya sastra pada pembaca. Menurut Sangidu ( dalam Semi, 2004: 30), psikologi sastra sebagai suatu karya yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner yang di dalamnya atau mungkin juga oleh tokoh-tokoh faktual.