BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Ibnu Budi Sayoga BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight

  1. Pengertian Overweight merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Kelebihan berat badan terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak (Sugondo, 2007).

  Overweight adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas,

  seseorang dapat dinyatakan overweight apabila orang tersebut memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 25 sampai 29,99. Overweight sendiri dibagi menjadi 2 bagian, yaitu individu dengan IMT 25

  • – 27,49 dan individu dengan IMT 27,50 – 29,99 (WHO, 1996).

  Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan

  lemak pada otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Overweight dikatakan jika IMT ≥ 23. Secara ilmiah overweight terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakkeseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat dijelaskan secara pasti.

  12

  Overweight adalah kelebihan berat badan termasuk didalamnya otot, tulang, lemak dan air (Aqila, 2010).

  Dari uraian diatas maka disimpulkan pengertian overweight adalah

suatu keadaan kelebihan berat badan yang disebabkan oleh penumpukan

lemak yang ditandai dengan IMT 25-29,9.

  2. Tipe overweight berdasarkan umur Menurut Wirakusumah (2000) penggolongan timbulnya kegemukan berdasarkan usia, yaitu: a. Kegemukan pada masa bayi

  Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil dari beberapa penelitian menunjukan bahwa dari jumlah bayi yang mengalami kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga menjadi lebih gemuk pada usia dewasa.

  b. Kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak Kegemukan pada usia kanak-kanak disebakan karena faktor pola makanan yang salah dan kurangnya aktifitas fisik. Kelebihan lemak yang ada ditubuh seseorang timbul pada usia dua tahun sampai usia remaja.

  c. Kegemukan pada masa dewasa Kelompok ini sering ditemukan dari pada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan paling sering timbul pada usia 20-30 tahun pada saat seseorang mantap dalam karirnya. Hal tersebut dikarenakan kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan aktifitas untuk mengeluarkan keringat dari tubuh seperti olahraga.

  Dibawah ini adalah kategori usia berdasarkan Depkes RI (2009):

  a. Masa balita = 0 - 5 tahun, b. Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.

  c. Masa remaja Awal =12 - 1 6 tahun.

  d. Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun.

  e. Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.

  f. Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.

  g. Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun.

  h. Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun. i. Masa Manula = 65 - sampai atas

  Pada usia-usia tertentu merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan dan pekembangan yang cepat dan rentan sehingga terjadi gangguan pada status gizinya yang mengakibatkan overweight.

  3. Penilaian status gizi Menurut World Health Organisation (2006) Indeks Massa Tubuh

  (IMT) adalah indeks yang sederhana yang paling sering digunakan untuk mengklasifikasikan status gizi pada populasi dewasa dan perorangan.

  Yang dijabarkan dengan rumus: Berat Badan (kg)

  IMT =

  2

2 Tinggi Badan (m )

Tabel 2.1 Kriteria Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut WHO

  Klasifikasi

  IMT Underweight < 18,5 Normal

  18.5

  • – 24.9 Overweight

  25.0 – 29.9 Obese kelas I

  30.0

  • – 34.9 Obese kelas II

  35.0

  • – 39,9 Obes kelas III 40.0 ≤

Tabel 2.2 Kriteria Indeks Masa Tubuh (IMT) menurut Depkes 2003

  Kategori Ayah Ibu Underweight < 17 kg/m² < 18 kg/m² Normal 17-23 kg/m² 18-25 kg/m² Overweight 23-27 kg/m² 25-27 kg/m² Obese >27kg/m² >27 kg/m²

  Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Di samping itu IMT juga tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, ascites, dan hepatomegali (Supariyasa, 2002).

  4. Efek yang ditimbulkan Hidayati, Irawan dan Hidayat (2009), anak obesitas berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti berikut ini:

a. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

  Faktor Risiko ini meliputi peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol. Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi.

b. Diabetes Mellitus Tipe-2

  Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD.

  c.

  Obstruktive Sleep Apnea

  Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan.

  d.

  Gangguan Ortopedik Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri panggul atau e. lutut dan terbatasnya gerakan panggul.

  Pseudotumor Serebri

Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial

  pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan iritabilitas.

  5. Penyebab Overweight Menurut Purwanti (2002) bahwa ada beberapa faktor utama yang menyebabkan overweight, yaitu: a) Faktor genetik atau faktor keturunan yang berasal dari orang tua

  Jika kedua orang tuanya menderita kegemukan sekitar 80% anaknya akan menjadi gemuk, bila salah satu yang mengalami kegemukan kejadiannya menjadi 40% dan jika keduanya tidak mengalami kegemukan maka prevalensinya turun menjadi 14%.

  b) Faktor psikologis, emosi Seseorang dapat mempengaruhi perilaku seperti stres, cemas dan takut dapat menimbulkan sikap yang berbeda-beda pada setiap orang dalam mengatasinya misalnya dengan makan makanan kesukaan secara berlebihan, Menurut Dariyo (2004) bahwa keadaan psikologis yang dapat menyebabkan kegemukan adalah ketidakseimbangan keadaan emosional yang menyababkan individu cenderung untuk melarikan diri dengan cara banyak makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.

  c) Pola makan yang berlebihan Seperti makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan pagi dan kebiasaan makan makanan ringan.

  Fast food atau ready-to-eat-food jadi pilihan utama orang tua yang

  sibuk atau konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan karena pengolahannya yang cenderung cepat karena menggunakan tenaga mesin, terlihat bersih karena penjamahnya adalah mesin, restoran yang mudah ditemukan serta karena pelayanannya yang selalu sedia setiap saat, bagaimanapun cara pemesanannya (Worthington & William 2000).

  d) Kurang melakukan aktivitas fisik.

  Aktifias yang kurang akan menyebabkan penumpukan lemak atau kelebihan kalori dalam tubuh yang pada akhirnya seseorang akan mengalami kegemukan.

  e) Penggunaan obat-obatan Seseorang yang dalam keadaan sakit maka bermacam-macam obat dapat diberikan dengan maksud untuk menyembuhkan, beberapa obat dapat merangsang cepat lapar sehingga pasien akan meningkatkan nafsu makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan berat badan (Rimbawan, 2004).

  Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Meiditasari, Suryanto dan Wahyuni (2012) diperoleh bahwa responden yang mempunyai riwayat keluarga obesitas mempunyai berat badan normal sebanyak 26 orang (85.7%), overweight 12 orang (26.1%), dan obesitas 8 orang (17.4).

  Responden yang tidak ada riwayat obesitas pada keluarganya mempunyai berat bada normal sebanyak 46 orang (67.6%), overweight 14 (20.6%), dan obesitas 8 orang (11.8%). Sedangkan responden yang tidak mengetahui riwayat obesitas dalam keluarga yaitu berat badan normal sebanyak 8 orang (66.7%), 2 orang (16.7%) dan obesitas 2 orang (16.7%). Fitranti (2014) menyatakan dalam penelitianya bahwa kecukupan energi, kecukupan lemak, kecukupan protein dan status gizi ibu merupakan faktor risiko kejadian overweight pada anak stunting.

B. Kebiasaan Olahraga

  1, Pengertian

  Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik ( Dorland’s, 2004). Menurut Alwi (2003) bahwa kebiasaan adalah suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dilakukan secara sadar dan dilakukan secara jelas dan dianggap baik dan benar.

  Soeharto (2004) mengungkapkan bahwa dengan berolahraga dapat meningkatkan pembakaran lemak dalam tubuh menjadi air dan karbondioksida.

  Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Kesehatan komunitas, 2002). Khotimah (2009) menjelaskan bahwa olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal.

  Latihan yang benar akan memberikan efek latihan yang positif berupa peningkatan kemampuan fisik, baik berbentuk kekuatan otot, ketahanan otot, ketahanan peredaran darah dan pernafasan, kelenturan, keseimbangan dan sebagainya, yang kesemua membentuk kemampuan fisik/physical fitness. Semakin tinggi kemampuan fisik seseorang akan semakin besar kemampuan kerja /produktivitas dan semakin tinggi derajat kesehatannya. Dalam konteks ini tersirat adanya ketahanan tubuh dapat ditingkatkan melalui latihan fisik (Suharto , 2009).

  Dapat disimpulkan kebiasaan olahraga adalah suatu bentuk aktivitas yang tersusun dan terencana yang bermanfaat menyehatkan jasmani dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang.

  2. Jenis olahraga

  a. Aerobik adalah : Olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Misalnya :

  Jogging , senam, renang, bersepeda.

  b. Anaerabik adalah : Olahraga dimana kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh tubuh. Misalnya : Angkat besi, lari sprint 100 M, tenis lapangan, bulu tangkis (Kesehatan Komunitas, 2002).

  Menurut Rahmatika (2008) dalam Wijayanti (2013) bahwa olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan energinya. Atau dengan kata lain olahraga yang tidak terlalu berat namun dalam waktu lebih dari 15 menit. Contoh olahraga yang dianjurkan antara lain berjalan selama 20-30 menit setiap harinya, berenang, bersepeda santai, jogging, senam aerobik, dll.

  American College of Sports Medicine merekomendasikan pada setiap orang untuk berolahraga 150 menit dalam setiap minggunya. Artinya kita hanya perlu melakukannya selama 20 sampai 25 menit setiap hari (Walad, 2013).

  Olahraga yang dianjurkan adalah 3-4x dalam seminggu dan setiap kali olahraga minimal 30 menit. Olahraga secara teratur juga baik untuk jantung dan paru-paru serta membantu menurunkan kadar trigliserida di dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Dengan berolahraga teratur juga dapat meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) di dalam darah. Mencegah terjadinya kenaikan berat badan, diperlukan olahraga dengan intensitas moderat selama 150-250 menit dalam seminggu. Contoh olahraga dengan intensitas moderat contohnya adalah jalan cepat dan berenang (Admins, 2013).

  Yoshie (2013) menyatakan bahwa jika seseorang ingin mendapatkan

  berat badan yang ideal maka dianjurkan seseorang untuk melakukan olahraga minimal 3 kali dalam seminggu.

  Lakukan aktifitas fisik sekurang-kurangnya 30 menit per hari dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh, misalnya :

  a. Turun bus lebih awal menuju tempat kerja yang kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan kira-kira 10 menit berjalan kaki menuju rumah.

  b. Membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam sehari ditambah 10 menit bersepeda.

  Lakukan secara bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat dimulai dengan beberapa menit setiap hari dan ditingkatkan secara bertahap. Aktifitas fisik dianjurkan minimal 30 menit, lebih lama akan lebih baik. Aktifitas fisik dapat dilakukan dimana saja, dengan memperhatikan lingkungan yang aman dan nyaman, bebas polusi, tidak menimbulkan cedera, misalnya : dirumah, sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum seperti sarana olahraga, lapangan, taman, tempat rekreasi, dll. (Kesehatan Komunitas, 2002).

  3. Manfaat olahraga

  a. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan : a) Denyut nadi istirahat menurun.

  b) Isi sekuncup bertambah.

  c) Kapasitas bertambah.

  d) Penumpukan asam laktat berkurang.

  e) Meningkatkan pembuluh darah kolateral.

  f) Meningkatkan HDL Kolesterol.

  g) Mengurangi aterosklerosis.

  b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada: a) Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.

  b) Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang,

  c) menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut. c. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.

  d. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan mempertahankan berat badan ideal.

  e. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti : a) Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik.

  b) Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan mengurangi lemak tubuh.

  c) Kencing manis : menambah sensitifitas insulin.

  d) Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.

  f. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh.

  g. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit h. melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh. i. Penelitian Kavanagh, latihan aerobik 3 kali seminggu selama 12 minggu.

  a) Meningkatkan pembuluh darah kolateral.

  b) Meningkatkan HDL kolesterol.

  c) Mengurangi aterosklerosis (Kesehatan Komunitas, 2002) C.

   Pola Makan

  1. Pengertian

  Pola makan dapat diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai terhadap reaksi pengaruh

  • –pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Sulistyoningsih, 2010).

  Menurut Baliwati (2004) pola makan adalan susunan jenis dan

jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu

tertentu.

  Kebiasaan makan remaja juga terdiri dari snack yang 40% berkalori tinggi. Makanan snack yang sering di konsumsi remaja seperti keripik kentang, kue-kuean, dan minuman ringan (soft drink) yang rendah dalam zat gizi. Dan juga es krim, es krim kocok, hamburger dan pizza yang memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium, dan kalori. Remaja juga bersandar pada restoran fast food yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan tinggi kalori, lemak dan natrium (Moore, 1997).

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian pola makan adalah suatu jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh mahasiswa dalam kesehariannya.

  2. Pola makan tidak sehat

  Menurut Prasetyono (2009) pola makan tidak sehat pada seseorang antara lain :

a. Makan terlalu banyak.

  Mengkonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuh berarti menambah kalori tambahan yang disimpan dalam tubuh sebagai lemak.

  Hal ini mengakibatkan kelebihan berat badan. b. Terlalu banyak makan gula.

  Kebiasaan makan banyak ialah kecenderungan makan makanan yang banyak mengandung kadar gula. Memuaskan selera makan dengan makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi akan menyebabkan seseorang kehilangan selera makan makanan yang mengandung gizi, vitamin dan zat mineral yang diperlukan.

  c. Mengkonsumsi makanan olahan terlalu banyak.

  Seseorang dapat tergantung pada jenis makanan olahan ini dan mengabaikan makanan segar akan tetapi seseorang akan kekurangan unsur makanan yang penting, baik bagi dirinya maupun bagi bayi yang dikandung.

  d. Mengabaikan sarapan pagi.

  Seseorang biasanya sering mengabaikan sarapan pagi karena kesibukan mengerjakan pekerjaan rumah. Kebiasaan mengabaikan sarapan pagi akan mengakibatkan seseorang akan merasa sangat lapar sebelum waktu makan siang dan memenuhinya dengan makanan cemilan. Sarapan pagi

sangat penting karena merupakan makanan pertama sepanjang hari.

Energi yang tersimpan sebagai sumber cadangan pada malam hari telah dikosongkan untuk kehidupan alat-alat tubuh. Pada pagi harinya diperlukan energi tambahan untuk aktifitas tubuh hingga menjelang tengah hari.

  3. Dampak pola makan yang tidak sehat

  Almatsier (2005) mengungkapkan bahwa konsumsi makanan

berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Gangguan gizi disebabkan oleh

  

faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan

seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang salah satunya disebabkan

oleh karena pola makan yang tidak sehat. Gangguan gizi tidak seimbang

antara lain : a. Gizi kurang.

  b. Gizi buruk.

  c. Gizi lebih.

  d. Anemia gizi besi.

  e. Kekurangan vitamin A.

  f. Gangguan akibat kekurangan iodium (Erna, 2004).

  4. Penanggulangan pola makan tidak sehat

  

Cara menyiasati pola makan tidak sehat dengan mengkonsumsi makanan

yang mengandung 4 sehat 5 sempurna. Kehamilan menyebabkan perubahan

tubuh yang mengakibatkan timbulnya beberapa gangguan makan. Keadaan

ini seringkali mempengaruhi asupan gizi ibu hamil atau kehilangan nafsu

makan. Untuk menyiasati agar nafsu makan tetap terjaga, yaitu dengan cara :

a. Memperbanyak ragam dan variasi makanan.

  b. Sajikan makanan yang menarik.

  c. Tingkatkan kelezatan rasa makanan.

  d. Segera makan begitu makanan disajikan (Kasdu, 2004).

  5. Kebutuhan kalori yang dibutuhkan

  Menurut Almatsier (2005), jumlah dan jenis makanan yang

dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi yang berimbang.

  Pengaturan diet, perlu mengetahui kebutuhan kalori sehari. Selain membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet juga menyarankan variasi makanan sesuai dengan daftar bahan makanan penukar. Porsi makanan hendaknya tersebar sepanjang hari, yaitu makan pagi, makan

  A

  siang, dan makan malam serta kudapan di antara waktu makan. ngka kecukupan gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing, untuk mengukur Akg bagi orang dewasa secara tepat, kebutuhan kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai beriku:

  A

Tabel 2.1 ngka Kecukupan Gizi (AKG) Remaja (Kkal/hari)

  Jenis kelamin Angka kecukupan gizi (Kkal/hari) Ringan Sedang Berat Laki-laki 1,56 X BMR 1,76 X BMR 2,10 x BMR Perempuan 1,55 X BMR 1,70 X BMR 2,00 x BMR

  (Sumber: Almaster, 2005) Menurut Almatsier (2005), kebutuhan kalori harian seseorang merupakan konsumsi kalori atau energi yang berasal dari makanan yang nantinya digunakan untuk memenuhi pengeluaran kalori per harinya. Kebutuhan energi atau kalori setiap harinya untuk metabolisme basal (Basal Metabolic Rate/BMR), metabolisme tambahan terkait dengan aktivitas yang dilakukan per harinya dan juga bisa untuk metabolisme khusus dari efek suatu makanan atau pengaruh dinamik khusus (Spesific Dynamic Action ).

  Secara sederhana nilai BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut:

Tabel 2.2 Untuk Menaksir Nilai BMR

  Umur BMR (Kkal/hari) Wanita Laki-laki 0-3 61,0 BB + 51 60,9 BB + 54 3-10 25,5 BB + 499 22,7 BB + 495 10-18 12,2 BB + 746 17,5 BB + 651 18-30 14,7 BB + 496 15,3 BB + 679 30-60 8,7 BB + 829 11,6 BB + 879 > 60 10,5 BB + 596 13,5 BB + 487

  (Sumber: Almaster, 2005) Kalori adalah satuan unit yang digunakan untuk mengukur nilai energi yang diperoleh tubuh ketika mengkonsumsi makanan/minuman.

  Kandungan Kalori di dalam makanan dapat ditentukan oleh kandungan- kandungan gizi seperti lemak, karbohidrat, dan protein yang terkandung di dalam makanan itu sendiri. Lemak menghasilkan kalori paling banyak, yaitu 9 kalori/gram. Sedangkan karbohidrat dan protein mengandung 4 kalori setiap gramnya. Makanan yang mengandung banyak lemak adalah makanan yang mengandung tinggi kalori. Sebaliknya, yang memiliki kalori rendah adalah buah-buahan dan sayur-sayuran karena mengandung banyak serat dan kadar airnya tinggi (Samyunwan, 2012). Berikut adalah tabel kebutuhan kalori untuk berbagai kelompok umur. Tabel ini dapat membantu mengetahui kebutuhan kalori berdasarkan usia, jenis kelamin dan aktifitas yang dilakukan.

Tabel 2.3 Kebutuhan Kalori Sesuai Usia

  Jenis Usia Aktifitas yang dilakukan kelamin (Tahun) Menetap Cukup aktif Aktif Anak wanita 2-3 1.000 Kkal 1.000-1.400 Kkal 1.000-1.400 Kkal 4-8 1.200 Kkal 1.400-1.600 Kkal 1.400-1.800 Kkal

  9-13 1.600 Kkal 1.600-2.000 Kkal 1.800-2.200 Kkal 14-18 1.800 Kkal 2.000 Kkal 2.000 Kkal 19-30 2.000 Kkal 2.000-2.200 Kkal 2.400 Kkal 31-50 1.800 Kkal 2.000 Kkal 2.400 Kkal

  50+ 1.600 Kkal 1.800 Kkal 2.200 Kkal

Pria 4-8 1.400 Kkal 1.400-1.600 Kkal 2.000-2.000 Kkal

9-13 1.800 Kkal 1.800-2.200 Kkal 2.000-2.600 Kkal 14-18 2.200 Kkal 2.400-2.800 Kkal 2.800-3.200 Kkal

  19-30 2.400 Kkal 2.600-2.800 Kkal 3.000 Kkal 31-50 2.200 Kkal 2.400-2.600 Kkal 2.800-3.000 Kkal 50+ 2.000 Kkal 2.200-2.400 Kkal 2.400-2.800 Kkal

  (Sumber: Samyunwan, 2012) Adanya rentang kalori menunjukkan kebutuhan kalori yang berbeda berdasarkan usia dari tiap kelompok. Remaja & anak-anak membutuhkan kalori yang lebih banyak seiring dengan bertambahnya usia. Akan tetapi pada orang dewasa, akan membutuhkan kalori yang lebih sedikit seiring dengan bertambahnya usia. Keterangan aktifitas yang dilakukan:

  1. Aktifitas menetap: Suatu gaya hidup dimana aktifitas yang dilakukan hanya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari.

  2. Cukup aktif: Suatu gaya hidup yang termasuk didalamnya melakukan aktifitas fisik yang setara dengan berjalan kaki sebanyak 2,5-5 km sehari.

  3. Aktif: Suatu gaya hidup yang termasuk didalamnya melakukan aktifitas fisik yang setara dengan berjalan kaki > 5 km sehari Menurut Arisman (2004), penentuan jumlah kalori yang

  Darmono dibutuhkan dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT).

  

(2007) jumlah kalori yang diperlukan dalam sehari pada seseorang yang

bekerja adalah : 1) Kurus (< 90%) kebutuhan kalori: BB X 40 – 50 kalori sehari. 2) Normal (90-100%) kebutuhan kalori : BB X 30 kalori sehari.

3) Gemuk (>100%) kebutuhan kalori : berat badan (kg) dikalikan 20 kalori

Menurut Tortora dan Derrickson (2011), untuk rekomendasi

distribusi kalori dalam upaya pemenuhan diet seimbang terkait dengan

kebutuhan kalori per hari: a. 50-60% karbohidrat.

  b. < 15% gula sederhana.

  c. <30% lemak (dalam bentuk trigliserida/TGA).

  d. < 10% asam lemak jenuh.

  e. 12-15% protein.

  6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

  Santoso (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan adalah :

  a. Kesenangan Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang

terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.

  Budaya b. Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi sebagai contoh budaya pantang makanan. c. Agama Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai contoh agama islam mengharamkan daging babi.

  d. Taraf sosial ekonomi Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.

  e. Lingkungan alam Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi seperti kondisi tanah dan iklim setempat.

D. Genetik

  Faktor ini merupakan faktor utama yang dimiliki oleh seorang manusia dalam awal pertumbuhannya. Faktor ini sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhannya dari bayi sampai dewasa. Biasanya faktor genetik ini susah untuk diubah, karena sudah terbentuk dan melekat pada si manusia sejak mereka lahir. Dan sekalipun bisa diubah itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengubahnya (Depkes, 2005).

  Faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetik merupakan factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).

  Genetik disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genes (bahasa Latin), artinya suku bangsa atau asal usul. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana

  

sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang

mungkin timbul di dalamnya (Wildan, 1983). Gen adalah butiran kecil yang

terdapat di dalam sel-sel kelamin manusia yang dipindahkan dari orang tua atau

nenek moyang kepada keturunannya dan merupakan sifat yang diwariskan

(Abdul, 1999).

  Pengertian genetik berasal dari bahasa Latin genos yang berarti suku

bangsa atau asal usul. Dengan demikian genetik berarti ilmu yang mempelajari

bagaimana sifat keturunan (hereditas) yang di wariskan kepada anak cucu, serta

variasi yang mungkin timbul di dalamnya (Armansyah, 2013)

  Asiah (2009) menyatakan dalam penelitianya bahwa pengaturan berat badan dan respon seorang individu terhadap diet bervariasi dan ditentukan oleh faktor genetik. Suku bangsa atau ras tertentu memiliki kecenderungan terjadinya obesitas dibandingkan dengan suku bangsa atau ras lainnya.

  Penderita obesitas pada suku bangsa tertentu menunjukkan adanya polimorfisme dari gen uncoupling protein. Gen uncoupling protein telah berhasil diidentifikasi memiliki peran dalam hal metabolisme energi dan proses terjadinya obesitas. Sehingga dapat disimpulkan genetik adalah suatu sifat keturunan yang diwariskan atau diturunkan dari orang tua terhadap anaknya yang mana susah untuk diubah.

E. Kerangka Teori

  Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

  Faktor genetik Aktifitas fisik remaja

  IMT orang tua Jumlah waktu tidur - Kebiasaan olahraga - dalam 1 minggu Kegiatan didalam dan - diluar rumah

  Penggunaan obat-obatan Jenis obat - Overweight Lama penggunaan -

  Pola makan Jumlah makanan yang - berlebihan Frekuensi makan fast - food dan soft drink Frekuensi makanan - yang mengandung lemak dan kolesterol

  Psikologis remaja

  • Tipe kepribadian remaja
  • Tingkat stres remaja

  Keterangan:

  • ------- : Tidak diteliti : Variabel yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

  Sumber : Purwanti (2002) dan Rimbawan (2004)

F. Kerangka Konsep

  Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini:

  Genetik Pola makan Overweight Kebiasaan olahraga

Gambar 2.2 Kerangka Konsep G.

   Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Ada hubungan pola makan dengan kejadian overweight pada mahasiswa keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  b. Ada hubungan genetik dengan kejadian overweight pada mahasiswa keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto c. Ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian overweight pada mahasiswa keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.