TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (StudiTafsir Al- Mizan Dan TafsirAl-Asas Fi Al-Tafsir) - Raden Intan Repository
TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (StudiTafsir Al- Mizan Dan TafsirAl-Asas Fi Al-Tafsir) SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Dalam Ilmu Ushuluddin Oleh
Ahmad NadzirulIzzat Bin Ahmad Arizan NPM : 1331030057 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITASISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M
TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (StudiTafsir Al- Mizan Dan TafsirAl-Asas Fi Al-Tafsir) SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Dalam Ilmu Ushuluddin Oleh
Ahmad NadzirulIzzat Bin Ahmad Arizan NPM : 1331030057 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Pembimbing I : Dr. Bukhori Abdul Shomad, MA Pembimbing II : Muslimin, MA
FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITASISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
ABSTRAK
TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-
Mizan Dan Tafsir Al-Asas Fi Al-Tafsir)
Oleh
AHMAD NADZIRUL IZZAT
Taqiyyah merupakan salah satu doktrin suci Syi’ah yang menjadi isu sentral
yang tidak bisa dipisahkan dari sekte Syi’ah itu sendiri, sebab doktrin ini lebih melekat pada sekte tersebut melebihi sekte-sekte yang lain. Ditinjau dari perspektif Syi’ah, taqiyyah diartikan sebagai penyembunyian kepercayaan dan keyakinan pada saat keselamatan diri, keluarga, harta, dan kehormatan agama berada dalam kondisi terancam disebabkan tekanan dari pihak musuh.Doktrin ini memiliki preseden rujukan dalam Islam.Pada zaman Nabi, taqiyyah digunakan ketika menghadapi orang-orang kafir, sehingga al-Qur’an menurunkan ayat berkenaan dengan itu.
Al-Thabathaba’i dan Sa’id Hawwa merupakan tokoh mufassir kontemporer yang ternama, baik dalam kalangan Syi’ah maupun Sunni.Pemikiran al- Thabathaba’i dalam tafsir al-Mizan dan Sa’id Hawwa dalam tafsir al-Asas fi al-
Tafsir tidak lepas dari hasil kiprah mereka dalam konteks ideologi mereka
masing-masing mengenai perihal akidah.Adapun mengenai penafsiran mereka tentang taqiyyah, al-Thabathaba’i tidak terlepas dari status kesyi’ahannya dalam pemikirannya, begitu juga dengan Sa’id Hawwa tidak terlepas dari pemikiran Sunni yang bernotabene akidah ahl Sunnah wal Jama’ah.
Penelitian ini adalah penelitian tentang al-Qur’an dan tafsir, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dan sifatnya adalah deskriptif.Untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian, maka penulis menggunakan pendekatan metode muqaran (komparatif). Dalam proses pengumpulan data, penulis mengumpulkan, membaca, mencatat dan mengutip serta membandingkan hasil dari data-data tersebut. Sumber primer pada penelitian ini adalah al-Qur’an al-Karim, buku tafsir al-Mizan fi tafsir al-
Qur’an dan buku tafsir al-Asas fi al-Tafsir.Adapun sumber sekundernya yaitu
buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan judul ini. Setelah data terkumpul, kemudian penulis melakukan proses analisa. Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan metode kualitatif dan content analysis.
Dengan menggunakan metode tersebut, penulis mendapati bahwa secara umum kedua mufassir ini sama-sama bersetuju bahwa taqiyyah dibenarkan dalam agama apabila kehormatan diri, harta dan agama dalam keadaan bahaya dan darurat dan hanya sebatas lisan bukan disertakan dengan niat.Adapun perbedaan dari kedua tafsir ini penulis temui pada syarat-syarat yang ditetapkan pada seseorang dalam mempraktekkan taqiyyah.Dengan demikian taqiyyah hanya boleh dilakukan dalam kondisi yang benar-benar darurat dan bahaya demi menjaga keselamatan diri, harta dan agama dari kejahatan musuh.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Ahmad Nadzirul Izzat Bin Ahmad Arizan Npm :1331030057 Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “TAQIYYAH DALAM
PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-Mizan Dan Tafsir Al-
Asas Fi Al-Tafsir)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan
karya orang lain, kecuali beberapa bagian yang disebutkan rujukan di dalamnya.Apabila dikemudian hari skripsi saya ditemukan ketidak suaian dengan pernyataan ini, maka seluruhnya menjadi tanggungjawab saya dan saya siap menerima segala sanksi yang diakibatkannya.
Dengan demikian ini dibuat dengan sebenarnya.
Bandar Lampung, Oktober2017 Yang menyatakan
Ahmad Nadzirul Izzat NPM. 1331030057
ABSTRAK
TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-
Mizan Dan Tafsir Al-Asas Fi Al-Tafsir)
Oleh
AHMAD NADZIRUL IZZAT
Taqiyyah merupakan salah satu doktrin suci Syi’ah yang menjadi isu sentral
yang tidak bisa dipisahkan dari sekte Syi’ah itu sendiri, sebab doktrin ini lebih melekat pada sekte tersebut melebihi sekte-sekte yang lain. Ditinjau dari perspektif Syi’ah, taqiyyah diartikan sebagai penyembunyian kepercayaan dan keyakinan pada saat keselamatan diri, keluarga, harta, dan kehormatan agama berada dalam kondisi terancam disebabkan tekanan dari pihak musuh.Doktrin ini memiliki preseden rujukan dalam Islam.Pada zaman Nabi, taqiyyah digunakan ketika menghadapi orang-orang kafir, sehingga al-Qur’an menurunkan ayat berkenaan dengan itu.
Al-Thabathaba’i dan Sa’id Hawwa merupakan tokoh mufassir kontemporer yang ternama, baik dalam kalangan Syi’ah maupun Sunni.Pemikiran al- Thabathaba’i dalam tafsir al-Mizan dan Sa’id Hawwa dalam tafsir al-Asas fi al-
Tafsir tidak lepas dari hasil kiprah mereka dalam konteks ideologi mereka
masing-masing mengenai perihal akidah.Adapun mengenai penafsiran mereka tentang taqiyyah, al-Thabathaba’i tidak terlepas dari status kesyi’ahannya dalam pemikirannya, begitu juga dengan Sa’id Hawwa tidak terlepas dari pemikiran Sunni yang bernotabene akidah ahl Sunnah wal Jama’ah.
Penelitian ini adalah penelitian tentang al-Qur’an dan tafsir, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dan sifatnya adalah deskriptif.Untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian, maka penulis menggunakan pendekatan metode muqaran (komparatif). Dalam proses pengumpulan data, penulis mengumpulkan, membaca, mencatat dan mengutip serta membandingkan hasil dari data-data tersebut. Sumber primer pada penelitian ini adalah al-Qur’an al-Karim, buku tafsir al-Mizan fi tafsir al-
Qur’an dan buku tafsir al-Asas fi al-Tafsir.Adapun sumber sekundernya yaitu
buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan judul ini. Setelah data terkumpul, kemudian penulis melakukan proses analisa. Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan metode kualitatif dan content analysis.
Dengan menggunakan metode tersebut, penulis mendapati bahwa secara umum kedua mufassir ini sama-sama bersetuju bahwa taqiyyah dibenarkan dalam agama apabila kehormatan diri, harta dan agama dalam keadaan bahaya dan darurat dan hanya sebatas lisan bukan disertakan dengan niat.Adapun perbedaan dari kedua tafsir ini penulis temui pada syarat-syarat yang ditetapkan pada seseorang dalam mempraktekkan taqiyyah.Dengan demikian taqiyyah hanya boleh dilakukan dalam kondisi yang benar-benar darurat dan bahaya demi menjaga keselamatan diri, harta dan agama dari kejahatan musuh.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Ahmad Nadzirul Izzat Bin Ahmad Arizan Npm :1331030057 Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “TAQIYYAH DALAM
PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-Mizan Dan Tafsir Al-
Asas Fi Al-Tafsir)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan
karya orang lain, kecuali beberapa bagian yang disebutkan rujukan di dalamnya. Apabila dikemudian hari skripsi saya ditemukan ketidak suaian dengan pernyataan ini, maka seluruhnya menjadi tanggungjawab saya dan saya siap menerima segala sanksi yang diakibatkannya.
Dengan demikian ini dibuat dengan sebenarnya.
Bandar Lampung, Oktober 2017 Yang menyatakan
Ahmad Nadzirul Izzat NPM. 1331030057
ABSTRAK
TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-
Mizan Dan Tafsir Al-Asas Fi Al-Tafsir)
Oleh
AHMAD NADZIRUL IZZAT
Taqiyyah merupakan salah satu doktrin suci Syi’ah yang menjadi isu sentral
yang tidak bisa dipisahkan dari sekte Syi’ah itu sendiri, sebab doktrin ini lebih melekat pada sekte tersebut melebihi sekte-sekte yang lain. Ditinjau dari perspektif Syi’ah, taqiyyah diartikan sebagai penyembunyian kepercayaan dan keyakinan pada saat keselamatan diri, keluarga, harta, dan kehormatan agama berada dalam kondisi terancam disebabkan tekanan dari pihak musuh. Doktrin ini memiliki preseden rujukan dalam Islam. Pada zaman Nabi, taqiyyah digunakan ketika menghadapi orang-orang kafir, sehingga al-Qur’an menurunkan ayat berkenaan dengan itu.
Al-Thabathaba’i dan Sa’id Hawwa merupakan tokoh mufassir kontemporer yang ternama, baik dalam kalangan Syi’ah maupun Sunni. Pemikiran al- Thabathaba’i dalam tafsir al-Mizan dan Sa’id Hawwa dalam tafsir al-Asas fi al-
Tafsir tidak lepas dari hasil kiprah mereka dalam konteks ideologi mereka
masing-masing mengenai perihal akidah. Adapun mengenai penafsiran mereka tentang taqiyyah, al-Thabathaba’i tidak terlepas dari status kesyi’ahannya dalam pemikirannya, begitu juga dengan Sa’id Hawwa tidak terlepas dari pemikiran Sunni yang bernotabene akidah ahl Sunnah wal Jama’ah.
Penelitian ini adalah penelitian tentang al-Qur’an dan tafsir, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dan sifatnya adalah deskriptif. Untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian, maka penulis menggunakan pendekatan metode muqaran (komparatif). Dalam proses pengumpulan data, penulis mengumpulkan, membaca, mencatat dan mengutip serta membandingkan hasil dari data-data tersebut. Sumber primer pada penelitian ini adalah al-Qur’an al-Karim, buku tafsir al-Mizan fi tafsir al-
Qur’an dan buku tafsir al-Asas fi al-Tafsir. Adapun sumber sekundernya yaitu
buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan judul ini. Setelah data terkumpul, kemudian penulis melakukan proses analisa. Adapun dalam analisis data, penulis menggunakan metode kualitatif dan content analysis.
Dengan menggunakan metode tersebut, penulis mendapati bahwa secara umum kedua mufassir ini sama-sama bersetuju bahwa taqiyyah dibenarkan dalam agama apabila kehormatan diri, harta dan agama dalam keadaan bahaya dan darurat dan hanya sebatas lisan bukan disertakan dengan niat. Adapun perbedaan dari kedua tafsir ini penulis temui pada syarat-syarat yang ditetapkan pada seseorang dalam mempraktekkan taqiyyah. Dengan demikian taqiyyah hanya boleh dilakukan dalam kondisi yang benar-benar darurat dan bahaya demi menjaga keselamatan diri, harta dan agama dari kejahatan musuh.
KEMENTRIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG FAKULTAS USHULUDDIN
Alamat: Jl. Endro Suratmin Sukarame 1 Tlp. (021) 704030 Fax. 7051 Bandarlampung 35151 PERSETUJUAN
Judul Skripsi :TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN
SUNNI (Studi Tafsir al-Mizan dan Tafsir Al-Asas Fi Al-Tafsir)
Nama Mahasiswa : Ahmad Nadzirul Izzat Bin Ahmad Arizan NPM : 1331030057 Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas : Ushuluddin
MENYETUJUI Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Bukhori Abdul Shomad, MA Muslimin, MA NIP. 197207252003121003 NIP.19780223009121001
Ketua Jurusan Tafsir Hadis
Drs. Ahmad Bastari, MA
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS USHULUDDIN
Alamat: Jl. Endro Suratmin Sukarame 1 Tlp. (021) 704030 Fax. 7051 Bandarlampung 35151
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “TAQIYYAH DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN
SUNNI (Studi Tafsir Al-Mizan Dan Tafsir Al-Asas Fi Al-Tafsir” Disusun oleh:
Ahmad Nadzirul Izzat Bin Ahmad Arizan, NPM. 1331030057, Jurusan Ilmu
Al-Qur’an Dan Tafsir, telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas
Ushuluddin pada hari/tanggal : Selasa / 29 Agustus 2017
TIM DEWAN PENGUJI :
Ketua Sidang : Drs. Ahmad Bastari, MA (..............................) Sekretaris : Siti Badi’ah, S.Ag, M.Ag (..............................) Penguji I : Ahmad Muttaqien, M.Ag (..............................) Penguji II : Muslimin, MA (..............................)
DEKAN,
Dr. H. Arsyad Sobby Kesuma, Lc., M.Ag
NIP. 195808231993031001
MOTTO
Artinya:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang
tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.”
1
(Q.S. An-Nahl: 105)
Artinya:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-
2orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. Ibrahim: 27).
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, (Surabaya: CV Penerbit Fajar
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : Almarhum Ayahandaku Ahmad Arizan yang tercinta
Ibundaku Normah yang tersayang Segenap sanak saudara, famili, serta kaum kerabatku
Sahabat-sahabat seperjuangan di jurusan IAT angkatan 2013 Sahabat-sahabat KKN kelompok 128 yang disayangi
Sahabat-sahabatku dari Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI)
Sahabat-sahabat dari UKM BAPINDA (Bidang Pembinaan Dakwah) Dan kepada seluruh yang mengenali diri ini
RIWAYAT HIDUP
Ahmad Nadzirul Izzat atau lebih dikenali Izzat, dilahirkan di Kampung Dong, Kabupaten Raub, Provinsi Pahang, Negara Malaysia, pada tanggal 12 Maret 1994, adalah anak kedua dari empat saudara dari pasangan Bapak Ahmad Arizan bin Omar dan Ibu Normah Binti Suhaimi.
Riwayat pendidikan yang pernah penulis tempuh diawali dari Taska kanak- kanak (TK Abim), kemudian penulis melanjutkan kejenjang pendidikan (SD) di Sekolah Kebangsaan Cenderawasih, Kuantan, Pahang dan telah lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan kejenjang pendidikan (SMP dan SMA) di Sekolah Menengah Agama Al-Ihsan, Kuantan, Pahang dan telah lulus pada tahun 2011.
Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan (D3) di Sekolah Tinggi dengan mengambil Sijil Tinggi Agama Malaysia (STAM) di Kuliyyah Al-Lughah Waddin, Pekan Pahang dan telah lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi S1 di UIN (Universitas Islam Negeri) Raden Intan Lampung dan telah diterima Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat merampungkan Skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW karena dengan perantaranya kita mendapat nikmat yang terbesar diantara nikmat besar lainnya yakni nikmat Islam dan Iman.
Kewajiban sebagai seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan adalah menuntut ilmu, agar dapat dimanfaatkan dan diamalkan dalam segala aspek kehidupan. Teriring rasa syukur atas nikmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan judul : TAQIYYAH DALAM
PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-Mizan Dan Tafsir Al-
Asas Fi al-Tafsir)Penulisan skripsi ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) di fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung. Adapun terlaksananya penyusunan skripsi ini merupakan berkat adanya bimbingan dari dosen yang sudah ditetapkan, dan juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan
2. Bapak Dr. Arsyad Sobby Kesuma, Lc, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.
3. Bapak Dr. Bukhori Abdul Shomad, MA selaku pembimbing I, dan bapak Muslimin, MA selaku pembimbing II, dengan semangatnya begitu suggestif serta bijaksana telah mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Walaupun masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan yang tiada lain disebabkan karena keterbatasan penulis.
4. Bapak Drs. Ahmad Bastari, MA, selaku ketua Jurusan Tafsir Hadits dan bapak Muslimin, MA, selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadits.
5. Bapak Ahmad Bastari, MA, selaku pembimbing akademik penulis yang selalu memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menimba ilmu di UIN Raden Intan Lampung.
6. Seluruh civitas akademik Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung.
7. Seluruh dosen, asisten dosen dan pegawai Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung yang telah mengamalkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Kedua orang tuaku dan segenap anggota keluargaku tercinta yang tiada pernah berhenti curahan kasih sayang serta iringan doanya sentiasa mengawal dan mengiringi setiap hembusan nafas penulis dalam meraih kesuksesan.
9. Teman-teman di Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir serta teman-teman di Fakultas Ushuluddin yang selalu mendoakan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku dari Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI), yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
11. Sahabat-sahabatku dari UKM BAPINDA (Bidang Pembinaan Dakwah), yang selalu membimbing dan memotivasi penulis pada jalan dakwah.
12. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, karena itu keterbatasan referensi dan ilmu peneliti miliki.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga amal dan jasa, bantuan dan petunjuk serta dorongan yang telah diberikan dengan mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian kepustakaan yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi diri peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin ya rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bandar Lampung, Oktober 2017 Ahmad Nadzirul Izzat
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................i PERNYATAAN ASLI ...............................................................................iiiABSTRAK...................................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................v HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................vi MOTTO ......................................................................................................vii PERSEMBAHAN ......................................................................................viii RIWAYAT HIDUP ....................................................................................ix KATA PENGANTAR.................................................................................xDAFTAR ISI ..............................................................................................xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................xvBAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul..................................................................... 1 B. Alasan Memilih Judul ............................................................ 3 C. Latar Belakang Masalah......................................................... 4 D. Rumusan Masalah ................................................................. 10 E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .......................................... 10 F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 11 G. Metode Penelitian ................................................................. 13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAQIYYAH, SYI’AH DAN
SUNNI A. Sekilas Mengenai Taqiyyah ..............................................181. Pengertian Taqiyyah .........................................................18
2. Sejarah Timbulnya dan Perkembangan Taqiyyah ..............21
B. Syi’ah dan Sunni ...............................................................25
1. Pengertian Syiah ...............................................................25
2. Sejarah Timbulnya dan Perkembangan Syi’ah ..................26
3. Pengertian Sunni ...............................................................30
4. Sejarah Timbulnya dan Perkembangan Sunni ...................31
C. Pandangan Ulama Sunni Dan Syi’ah Tentang Taqiyyah ....36
BAB III TAQIYYAH MENURUT TAFSIR AL-MIZAN DAN TAFSIR AL-
ASAS FI AL-TAFSIR A. Biografi Dan Karakteristik Tafsir Al-Mizan ......................441. Riwayat Hidup, Sosial dan Akademik Al-Thabathaba’i ....44
2. Karya-Karya Al-Thabathaba’i ...........................................47 3. Latar Belakang dan Sistematika Penulisan Tafsir Al-Mizan.
........................................................................................49
4. Metode Tafsir Al-Mizan ...................................................52
B. Biografi Dan Karakteristik Tafsir Al-Asas Fi al-Tafsir ...... 55
1. Riwayat Hidup, Sosial dan Akademik Sa’id Hawwa..........55
2. Karya-Karya Sa’id Hawwa ...............................................58
3. Latar Belakang dan Sistematika Penulisan Tafsir Al-Asas
Fi al-Tafsir ..................................................................... 60
4. Metode Penulisan Tafsir Al-Asas Fi al-Tafsir .................... 63
C. Taqiyyah Dalam Tafsir Al-Mizan Dan Tafsir Al-Asas ......66
1. Penafsiran Tentang Taqiyyah Menurut Al-Thabathaba’i ....66
2. Penafsiran Tentang Taqiyyah Menurut Sa’id Hawwa 71
BAB IV ANALISA KOMPARATIF TENTANG TAQIYYAH MENURUT PANDANGAN SYI’AH DAN SUNNI DALAM TAFSIR AL- MIZAN DAN TAFSIR AL-ASAS FI AL-TAFSIR Taqiyyah Dalam Perspektif Syi’ah Dan A. Sunni Menurut Al-Thabathaba’i dan Sa’id Hawwa ...............74
1. Pandangan Al-Thabathaba’i ..............................................74
2. Pandangan Sa’id Hawwa ..................................................78
B. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Al-Thabathaba’i dan Sa’id Hawwa tentang Taqiyyah .........................................84
1. Persamaan ........................................................................84
2. Perbedaan .........................................................................84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................87 B. Saran-Saran ......................................................................90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN TRANSLITERASI
I. Konsonan ا = a ز = z ق = q
ب = b س = s ك = k ت = t ش = sy ل = l ث = ts ص = sh م = m ج = j ض = dh ن = n ح = h ط = th و = w خ = kh ظ = zh ه = h د = d ع = ' ء = ‘ ذ = dz غ = gh ي = y ر = r ف = f ة = h
II. Vokal Pendek
1. َ = a 2. ِ = i 3. ُ = u
III. Vokal Panjang
1. ﺎَﯾ / ﻰﻨَﺑ = a َلﺎَﻗ = qala 2. ْﻰِﺋ = i َﻞْﯿِﻗ = qila 3. ْﻮُـ = u ُلْﻮُﻘَﯾ = yaqulu
IV. Keterangan Tambahan
1. Kata sandang لا (alif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya ( ﺔﯾﺰﺠﻟا ) al-jizyah, (رﺎﺛﻻا) al-athar dan (ﺔﻣﺬﻟا) al-dhimmah. Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.
2. Tashdid atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al- muwattha’.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Quran, al-Hadits dan lainnya.
V. Singkatan
SWT Subhanahu Q.S Al- Ra. Radhiya wa ta’ala Qur’an allahu Surat anhu
SAW Shalla H Hijriah w Wafat Allahu ‘alaihi wa sallam
As Alaihi al- M Masehi h Halaman Salam
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Judul merupakan gambaran pokok persoalan yang akan menjadi pembahasan
dalam suatu karya ilmiah, serta akan memberikan arah yang konkrit terhadap apa yang akan diteliti. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsirannya, penulis akan menegaskan beberapa kata dan istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini. Adapun judul skripsi ini adalah: “TAQIYYAH DALAM
PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (Studi Tafsir Al-Mizan Dan Al-Asas Fi
Al-Tafsir)”.Untuk lebih jelas dalam memahami makna judul tersebut, maka penulis akan menegaskan beberapa kata dan istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini.
Adapun istilah yang perlu penulis jelaskan antara lain sebagai berikut:
Taqiyyah adalah dari segi bahasa adalah bentuk isim dari asal kata “’ittaqa”,
3
“yattaqi”, “itqa’”, yang berarti meminta perlindungan atau berjaga-jaga. Sedang menurut istilah, taqiyyah berarti meninggalkan sesuatu yang wajib demi
4 memelihara diri atau menghindar diri dari ancaman atau gangguan.
5 Adapun perspektif adalah suatu sudut pandang atau pandangan. Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang.
Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu 3 Abd. Rauf dan Abdul Halim Salleh, Kamus Bahasa Melayu-Bahasa Arab, Bahasa Arab- Bahasa Melayu, (Selangor: Oxford Fajar, 2011), Edisi ke-2, h. 9. 4 M. QuraishShihab, Sunnah-Syi’ah BergandinganTangan! Mungkinkah? Kajian Atas Konsep Ajaran Dan Pemikiran, (Tangerang: Lentera Hati, 2014), Edisi Revisi, h. 199. 5
perkara.Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak
6
cucunya sepeninggal beliau. Sedangkan Sunni yang dimaksudkan di sini adalah
Ahlussunnah Wal Jama’ah, yang terdiri dari kata-kata Ahlussunnah yang berarti:
“Penganut Sunnah Nabi SAW”, dan al-Jama’ah berarti: “I’tiqad para sahabat
7 Nabi”. Sementara menurut bahasa, kata al-Jama’ah berasal dari kata al-
8 Ijtima’(berkumpul atau bersatu). Jadi yang dimaksud dengan Ahlussunnah Wal
Jama’ah adalah sekelompok umat Islam yang berpegang teguh pada Sunnah Nabi
SAW dan sahabat-sahabat beliau dan merupakan kaum mayoritas.Tafsir al-Mizan Fi Tafsir al-Qur’an adalah sebuah hasil tafsir karya Allamah Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i. Tafsir ini tergolong dalam tafsir yang modern dan memiliki model pendekatan yang baru, yaitu menafsirkan ayat dengan ayat al-Quran lainnya. Apabila diperhatikan secara mendalam Thaba’thaba’i ini lebih cenderung dalam menafsirkan al-Quran secara ilmiah, juga bisa dikategori sebagai tafsir yang multi-disiplin, yakni segala bidang keilmuan hampir kesemuanya dijelaskan dalam tafsir ini. Adapun Al-Asas Fi Al-Tafsir, merupakan suatu produk tafsir yang dikarang oleh Syaikh Sa’id Hawwa.
Penamaan kitab ini dengan al-Asas fi al-Tafsir adalah untuk dijadikan sebuah landasan yang dibangun di atasnya sebuah pemahaman, yakni pemahaman yang 6 Abdur Razak dan Rosihan Anwar ,Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke- 2, h. 89. 7 Abdul Aziz, Konsepsi Ahlussunnah Dalam Bidang Akidah dan Syari’ah, (Semarang: CV. Bahagia, 1995), h. 7. 8
9
cermat terhadap kitab Allah. Sa’id Hawwa dalam tafsirnya banyak mengambil pendapat-pendapat dari para mufassir baik itu mufassir-mufassir klasik maupun mufassir-mufassir kontemporer. Antaranya dari mufassir klasik seperti Ibnu Katsir dan an-Nasafi. Adapun dari mufassir kontemporer beliau banyak
10 mengambil pendapat dari tafsir al-Alusi dan Sayyid Quthb.
Maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah penulis ingin membuat penelitian terhadap penafsiran taqiyyah dalam al-Quran menurut pandangan tokoh Syi’ah dan Sunni, yakni Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i dalam kitab tafsirnya Al-Mizan Fi Tafsir Al-Quran dan Sa’id Hawwa dalam kitabnya Al-Asas
Fi Al-Tafsir.
Alasan Memilih Judul B.
Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Taqiyyah merupakan pembahasan yang perlu untuk diteliti dan dikaji dalam rangka memberikan pemahaman yang utuh kepada masyarakat umum muslim melalui pandangan 2 tokoh tafsir yang berbeda aliran, yakni aliran Syi’ah dan Sunni.
2. Masih sedikit penulisan ilmiah yang menyangkut dengan perbedaan aliran antara Syi’ah dan Sunni, khususnya yang berkaitan dengan masalah
taqiyyah yang menjadi ajaran bagi kaum Syi’ah.
3. Judul ini ada relevansinya dengan disiplin ilmu yang dipelajari penulis, yaitu Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Selain itu judul ini dapat 9 dikembangkan dan direalisasikan dengan mengambil sisi positif dari uraian judul tersebut.
4. Secara akademis,menurut sepengetahuan penulis judul yang diajukan belum ada yang membahas tentang taqiyyah menurut perspektif Syi’ah dan Sunni di lingkungan UIN Raden Intan Lampung khususnya di Prodi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir.
C. Latar Belakang Masalah
Agama terdiri dari serangkaian perintah Tuhan tentang perbuatan dan akhlak, yang dibawa oleh para nabi dan rasul, untuk menjadi pegangan bagi umat manusia. Mengimani hal ini dan melaksanakan ajaran-ajaran tersebut akan membawa kepada ketenangan dan keberuntungan hidup manusia di dunia dan di akhirat.
Islam adalah agama wahyu yang terakhir yang diturunkan dan karena itu ia merupakan yang paling lengkap dan sempurna. Dengan datangnya agama ini yang dibawa oleh utusan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW secara otomatisnya semua agama sebelumnya dihapuskan, sebab dengan datangnya suatu aliran yang
11
lengkap maka tidaklah diperlukan lagi aturan yang tidak lengkap. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW berfungsi sebagai hudan (petunjuk), furqan (pembeda), sehingga menjadi tolok ukur dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan, ditambah keinginan untuk memahami apa yang terdapat didalamnya
12
telah melahirkan beberapa metode untuk memahami al-Qur’an. Bermunculanlah karya-karya tafsir yang beraneka ragam yang kesemuanya berkeinginan untuk 11 M. Husain Thabathaba’I, Inilah Islam Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara memahami apa yang terdapat didalam al-Qur’an agar dapat membimbing dan menjawab permasalahan-permasalahan umat manusia dimuka bumi ini.
Luasnya keanekaragaman karya-karya tafsir tidak dapat dipungkiri karena telah menjadi fakta bahwa penafsir pada umumnya mempunyai cara berfikir yang berbeda-beda, sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan orientasi mereka dalam menafsirkan al-Qur’an. Sejarah membuktikan, perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak hanya dalam masalah-masalah penafsiran tapi juga pada sisi-sisi lain dari ilmu keIslaman. Dalam bidang fiqih, ada mazhab-mazhab fiqih yang berkembang semisal mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali. Dalam bidang aqidah, banyak masalah-masalah kontroversial yang diperdebatkan diantara kelompok-kelompok seperti Murji’ah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah dan yang lainnya.Begitu juga dalam bidang politik seperti golongan Syi’ah, Khawarij dan Sunni.
Sebagai contoh, perbedaan pendapat di antara kelompok-kelompok berkisar pada masalah prinsip dasar keyakinan bagi sesebuah kelompok. Salah satunya adalah taqiyyah. Taqiyyah dari segi bahasa berarti takut, menurut istilah berarti menjauhi atau mewaspadai segala sesuatu yang dapat merugikan atau membahayakan dirinya. Tujuannya adalah untuk menjaga diri, kehormatan dan harta. Hal itu dilakukan dalam kondisi-kondisi terpaksa ketika seorang mukmin tidak dapat menyatakan sikapnya yang benar secara terang-terangan karena takut akan mendatangkan bahaya dan bencana dari kekuatan yang zalim. Perkataan itu dalam aqidah Syi’ah adalah bahwa seorang Syi’ah menunjukkan kepada orang
13
lain hal yang berkaitan dengan hal yang dirahasiakan. Bagi mereka, taqiyyah adalah termasuk dari rukun agama, Dengan taqiyyah seorang hamba akan mendapat pahala dan ihsan dari Allah.
Penelitian ini mencoba mengangkat permasalahan yang menyangkut mengenai masalah aqidah, yaitu tentang taqiyyah, yang selalu diperdebatkan oleh mazhab-mazhab dalam Islam, terutamanya dari dua kelompok besar yaitu Sunni dan Syi’ah. Penelitian diarahkan pada penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan taqiyyah dalam perspektif Syi’ah dan Sunni dengan mengambil mufassir-mufassir seperti, dari kalangan Syi’ah yaitu tafsir karya Muhammad Husain al- Thabathaba’i yang berjudul al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, sedangkan dari kalangan Sunni dipergunakan tafsir karya Sa’id Hawwa yang berjudul Al-Asas Fi al-Tafsir.
Pengikut Syi’ah mempraktekkan taqiyyah lebih jauh dibandingkan dengan pengikut lain, antara sebabnya dilatar belakangi oleh kezaliman dan penindasan yang mereka alami. Selama beberapa abad penguasa Umayyah dan’Abbasiyah menjadi musuh bagi pengikut Syi’ah yang minoritas dalam menghadapi ancaman
14
politik yang permanen. Ketika mereka berbeda dari kelompok-kelompok yang bertentangan dengannya dalam bagian penting, yakni: Akidah, ushuluddin, dan hukum-hukum fikih, perbedaan itu secara alami menimbulkan pengawasan dari pihak berkuasa. Untuk merealisasikan tujuan-tujuannya, mereka menggunakan taqiyyah dan memelihara kesepakatan antara mereka secara lahiriah dengan kelompok-kelompok lain. 13 M. Kamil al-Hasyimi, Hakikat Akidah Syi’ah, terj H.M Rasjidi, (Jakarta:Bulan Bintang, 1989), h. 135. 14
Dalam menjalankan taqiyyah, mereka (Syi’ah) menggunakan keyakinannya tentang kebolehan taqiyyah dengan memahami ayat secara batin firman Allah:
Artinya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir
menjadi wali
15 dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Q.S. Ali
Imran: 28) Dan mereka juga menggunakan dalil lain sebagai keyakinan mereka terhadap kebolehan taqiyyah, berdasarkan firman Allah SWT:
Artinya: “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia
mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (Q.S. An-Nahl: 106)
Dari dua ayat di atas tersebut mempunyai redaksi makna yang mirip, yaitu membolehkan seseorang untuk melakukan praktek taqiyyah ketika mereka dalam keadaan terpaksa atau darurat, dan ayat ini diturunkan khusus bagi orang yang 15 sudah tidak tahan dengan siksaan oleh sang penguasa yang zalim serta penguasa yang memaksa mereka mengikuti ajarannya. Jika terpaksa mengucapkan kekufuran, maka ia boleh mengucapkannya tanpa diyakini dan diamalkan. Dan ini pun dibatasi sampai seminimal mungkin. Ada hal-hal yang tidak boleh berlaku taqiyyah sama sekali, meskipun membawa kematiannya, seperti membunuh,
16
berbuat zina dan lain-lainnya. Adapun taqiyyah menurut pandangan Sunni mempunyai alasan tersendiri. Golongan Sunni sendiri mengakui tentang keharusan untuk bertaqiyyah apabila di dalam kondisi darurat, yakni untuk menjaga keselamatan diri, sepertimana yang dalam firman Allah SWT. dalam surat (QS. An-Nahl: 106), yang artinya: “kecuali orang yang dipaksa, sedang
kalbunya merasa tenteram dalam keimanan”, Maksud dari ayat ini menurut Imam
Ibnu Katsir adalah bermaksud pengecualian, yakni orang yang kafir secara lisan dan tuturannya sejalan dengan kaum Musyrikin karena dipaksa, dipukuli, dan disakiti, sedangkan kalbunya menolak apa yang dikatakan mulutnya, dan
17 kalbunya tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Adapun menurut Sa’id Hawwa yang mengambil pandangan Imam al-Alusi mengatakan jika umat Islam berada di negara bukan Islam, maka diperbolehkan untuk bertaqiyyah dengan dua syarat. Adapun syarat pertama adalah diperbolehkan bagi mereka yang tidak mempunyai kekuatan atau bagi yang tidak mampu seperti orang tua, orang perempuan dan anak-anak yang lemah untuk bertaqiyyah atau dengan arti kata lain mengucapkan kata kufur dengan alasan 16 Sahilun A. Nasir, Firqoh Syi’ah Sejarah, Ajaran dan Perkembangannya, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1982), h.66. 17 untuk melindungi diri, keluarga dan harta mereka dari pemerintahan yang zhalim. Adapun syarat yang kedua bagi mereka yang mampu untuk mempertahankan keimanan mereka diharuskan bagi mereka untuk berhijrah dari pemerintahan yang zalim demi untuk menjaga iman mereka dari mempersekutukan Allah. Maka pandangan para ulama bahwa syarat yang kedua ini adalah yang paling baik berdasarkan firman Allah dalam surat Ali Imran yang bermaksud: “Dan
janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan…” (QS.
18 Ali Imran: 195).
Kendati dalam pandangan Sunni diperbolehkan untuk bertaqiyyah ketika dalam kondisi darurat dan dalam keadaan keterpaksaan, namun para ulama Sunni telah menggariskan dua hal berkenaan dengan orang yang bertaqiyyah. Pertama, dia boleh melakukan perbuatan yang mendekati tujuan si pemaksa demi menjaga nyawanya. Kedua, dia boleh menolak paksaan tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh Bilal r.a yang menolak untuk mengucapkan perkataan kufur dan memilih untuk disiksa oleh kaum Musyrikin. Jalan yang paling terbaik adalah yang kedua, yakni memilih untuk menjaga imannya, namun jika tidak kuat apabila disiksa dan dipaksa, boleh memilih jalan yang pertama, hal ini yang
19 disepakati oleh para ulama.