RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2.1.

2015

Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya
Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka
kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya
berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

2.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan
dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas
pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka
waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun
2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam
penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan

bidang Cipta Karya, yaitu:
a. Dalam

mewujudkan Indonesia

yang

berdaya

saing

maka pembangunan dan

penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti
industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan
II - 1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan
sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka
Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi
diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam
penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan
sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi
yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah
dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan
berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

dengan

prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan
kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada

perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta
dalam

penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama

untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan
RPJMN, yaitu:


RPJMN

ke

2

(2010-2014):

Daya


saing

perekonomian

ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan
lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha
dalam pengembangan perumahan dan permukiman.


RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi
seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
tanpa permukiman kumuh.



RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga
terwujud kota tanpa permukiman kumuh.


II - 2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2.1.2.

2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 - 2014
RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun

2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan
nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan
mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat
tinggal dan lingkungan yang layak

sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah


memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta
memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air
minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN

juga

menetapkan sasaran

pembangunan infrastruktur

permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:
a) Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014,
dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum
non-perpipaan terlindungi 38 %.
b) Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir
tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan
air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem
pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem

pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan
akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (onsite) yang layak bagi 90 % total penduduk.
c) Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di
daerah perkotaan.
d) Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
perkotaan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang
memadai, melalui:
II - 3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku ai minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air
limbah, dan pengelolaan persampahan,
e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,
f.

Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur,
i.

Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j.

Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

2.1.3.


Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan

ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui
Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor
ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada
kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat
mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang
kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam
MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat
atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan
KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK
yang sama.

II - 4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA


2015

Gambar 2-1 :
Peta Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

2.1.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia
Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu
diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu,
telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan
untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan
penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat.
Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu
pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:
a. Mewujudkan system perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan
mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,
b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia di masa mendatang,
c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat
miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan

regional dengan memperhatikan aspek.

II - 5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam
pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro
Rakyat.

2.1.5. Kawasan Ekonomi Khusus
UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang
memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung
kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi
tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi
zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini
diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga
menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

2.1.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh
Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan
berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program
Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan
Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n
kehidupan

masyarakat

perkotaan.

Sedangkan

dalam

pencapaian MDGs,

Ditjen

Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi
yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

2.2.

Peraturam Perundangan Bidang PU/Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi

peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1
II - 6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.



UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah
Pusat,

Pemerintah

Provinsi,

dan

Pemerintah

Kabupaten/Kota.

Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:
a.

Menyusun

dan

melaksanakan

kebijakan

dan

strategi

pada

tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b.

Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c.

Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d.

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e.

Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f.

Melaksanakan melaksanakan
dan

strategi penyelenggaraan

peraturan

perundang-undangan serta kebijakan

perumahan

dan kawasan permukiman pada

tingkat kabupaten/kota.
g.

Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h.

Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i.

Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.

j.

Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k.
II - 7

Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu:
a.

Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat kabupaten/kota.

b.

Menyusun

dan

menyempurnakan peraturan

perundang-undangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c.

Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d.

Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-

undangan

serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan

kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e.

Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi MBR.

f.

Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada
tingkat kabupaten/kota.

g.

Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.

h.

Menetapkan lokasi

perumahan

dan

permukiman

sebagai perumahan

kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i.

Memfasilitasi

peningkatan

kualitas

terhadap

perumahan

kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan
tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.
UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu
dilakukan upaya pencegahan,

terdiri

dari

pengawasan,

pengendalian,

dan

pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu
II - 8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.


UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan
gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan
teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin
mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan
dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi
persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan
persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:
a.

keseimbangan,

keserasian,

lingkungannya harus

dan

keselarasan

bangunan

gedung dengan

mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan

gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan
pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).
b.

Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.
Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas
bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

c.

Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung



UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk
II - 9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap
orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara dan/atau
badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut
merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih
dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu,
diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu
dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.



UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya
pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. Pengumpulan

dalam

bentuk

pengambilan

dan

pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu,
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
sampah

terpadu

menuju

ke

pengolahan

tempat pemrosesan akhir,

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah
sampah,
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
II - 10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat
pemrosesan

akhir.

Oleh

karena

itu,

Pemerintah daerah harus menutup tempat

pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan
mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.



UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam
pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam
undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan

sebagai

bangunan

gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian
yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan,
pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan
kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban,
pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

2.3.

Amanat International
Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan

perumusan

kesepakatan

bersama

di

bidang

permukiman. Beberapa amanat

internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program
bidang Cipta

Karya

meliputi Agenda

Habitat,

Konferensi

Rio+20,

Millenium

Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

2.3.1. Agenda Habitat
Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II
sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi
tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran
pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam
II - 11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.
Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia,
adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali,
serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi
masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

2.3.2. Konfrensi Rio +20
Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT
Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut
menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat
kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common
dan

penguatan

komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan dengan

memperkuat

penerapan

Rio

vision)

Declaration

1992 dan Johannesburg Plan of

Implementation 2002.
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan
berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan
pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan
Sustainable

Development

Goal’s

(SDG’s)

post-2015 yang mencakup 3 pilar

pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium
Development Goal’s (MDG’s). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam
pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (2005-2025).

2.3.3. Milenium Development Goal’s
Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi
Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk

memenuhi tujuan dan sasaran

pembangunan millennium (Millenium Development Goal’s). Konsisten dengan itu,
II - 12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDG’s dalam pembangunan sejak tahap
perencanaan

sampai

pelaksanaannya

sebagaimana

dinyatakan

dalam

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.

Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan
target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses
berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga
tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah
61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada
tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%,
masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga
turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang
signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100
juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh
6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.
Untuk memenuhi target MDG’s di bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari
seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu,
pemerintah

kabupaten/kota

perlu

melakukan

optimalisasi

kegiatan

penyediaan

infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDG’s.

2.3.4. Agenda Pembangunan Pasca 2015
Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk
memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini
diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden
Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris,
dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut
mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global
Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable
Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran
II - 13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

yang diambil dari implementasi MDG’s.
Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca
2015, sebagai berikut:
a.

Mengakhiri kemiskinan;

b.

Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender;

c.

Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup;

d.

Menjamin kehidupan yang sehat;

e.

Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik;

f.

Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi;

g.

Menjamin energi yang berkelanjutan;

h.

Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan
berkeadilan;

i.

Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan;

j.

Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif ;

k.

Memastikan masyarakat yang stabil dan damai;

l.

Menciptakan sebuah

lingkungan

pemungkiman

global

dan

mendorong

pembiayaan jangka panjang.

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta Karya berkepentingan dalam pencapaian
sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi. Adapun target yang
diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah:
a.

Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, dan di
sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi;

b.

Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke
sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di
rumah tangga sebanyak x%;

c.

Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air
minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian sebanyak x%, industri
sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan sebanyak z%;

d.

Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan dan
dari industri sebelum dilepaskan.

II - 14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga
menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar pemangku
kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka,
dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan tentang
bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka kebijakan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan.

II - 15

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

3.1

2015

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
1.

Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

2.

Penataan ruang kawasan strategis nasional,

3.

Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

4.

Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

5.

Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota,

6.

Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi, serta keserasian antar sektor, dan

7.

Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM
kabupaten adalah:

a.

Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk

melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. PKN suatu wilayah
dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar,
kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Kriteria:

III - 1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b.

Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i.

Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau,

iii.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c.

Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya, dan/atau,
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:
i. Pertahanan dan keamanan,
a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional,

III - 2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,
a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional,
c) Memiliki potensi ekspor, didukung jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi,
d) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
e) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau,
g) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

iii. Sosial dan budaya
a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
bangsa,
c) Merupakan asset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau;
f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

III - 3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
b) Memiliki sumber daya alam strategis nasional;
c)Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau;
e) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a)

Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayat

b)

Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan/atau dilestarikan,

c)

Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

d)

Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro,

e)

Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup,

f)

Rawan bencana alam nasional,

g)

Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak
luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1
Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN di Provinsi Aceh
b)
c)

NO
(1)
1

III - 4

PROVINSI
(2)
Nanggroe Aceh
Darussalam

PKN
(3)
Lhokseumawe

PKW
(4)
Sabang, Banda
Aceh, Takengon,
Meulaboh

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO
(1)
1

PUSAT
KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL
(2)
Kota Sabang

STATUS

PROVINSI

(3)
I / A / 2 : Pengembangan
Baru (Tahap I)

(4)
Nanggroe Aceh
Darussalam

Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor
26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO

(1)

(2)

SUDUT
KEPENTINGAN

KOTA / KABUPATEN *)

(3)

(4)

PROVINSI

STATUS
HUKUM

(5)

(6)

1

Kawasan Industri
Lhokseumawe

Ekonomi

Kota
Lhokseumawe

2

Kawasan
Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Sabang

Ekonomi

Kota Sabang

3

Kawasan
Pengembangan
Ekonomi Terpadu
Banda Aceh
Darussalam
Kawasan
Ekosistem Leuser

Ekonomi

Kota Banda
Aceh

Nanggroe
Aceh
Darussalam

Lingkungan
Hidup

13 Kabupaten
(Aceh Barat, Nagan Raya,
Aceh Barat Daya, Aceh
Selatan, Aceh Singkil,
Subulussalam, Aceh
Tenggara, Gayo Lues, Aceh
Tengah, Bener Meriah, Aceh
Utara, Aceh Timur, dan Aceh
Tamiang)

Nanggroe
Aceh
Darussalam

Kawasan
Perbatasan Laut
RI termasuk 2 pulau kecil
terluar (Pulau Rondo dan
Berhala) dengan negara
India / Thailand /
Malaysia

Pertahanan
dan
Keamanan

Kota Sabang

Nanggroe
Aceh
Darussalam
dan Sumatera
Utara

4

5

III - 5

KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL

Nanggroe
Aceh
Darussalam
Nanggroe
Aceh
Darussalam

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
3.2.

2015

Arahan Strategi Nasional

3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau

lingkungan,

termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
a.

Pertahanan dan keamanan;

b.

Pertumbuhan ekonomi;

c.

Sosial dan budaya;

d.

Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;

e.

Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan pada bab
sebelumnya.

3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional,

Pusat

Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah

kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan
negara. PenetapanPKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada
pasal 15, yaitu sebagai berikut:
a.

Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga;

b.

Pusat perkotaan

yang

berfungsi

sebagai

pintu

gerbang internasional yang

menghubungkan dengan negara tetangga;
c.

Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya;

d.

Pusat perkotaan yang

merupakan

pusat

pertumbuhan

ekonomi yang dapat

mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Adapun daftar lengkap Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

III - 6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

3.2.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu
sebagai berikut:
a.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

b.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;

c.

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan
perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar
lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan
arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk
periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam
rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan
melengkapi dokumen perencanaan.
Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang
diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat
atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan
KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan
ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang
sama.

III - 7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:
a.

Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan;

b.

Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI;

c.

Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra- sentra produksi di
masing-masing KPI;

d.

Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak
ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI).

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
Masterplan

Percepatan

dan

Perluasan

tentang

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025

dipaparkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan
Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
NO

KORIDOR

(1)

(2
)

KPI

1

Koridor Ekonomi
(KE) Sumatera

(3)
Sei Mangkei, Tapanuli Selatan, Dairi
Dumai Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim – Pendopo Palembang
Prabumulih
Bangka Barat, Babel, Batam
Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon

2

Koridor Ekonomi (KE) Jawa

Banten
DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta
Cilacap Surabaya Gresik Lamongan
Pasuruan

3

Koridor Ekonomi (KE) Bali –
Nusa Tenggara

Badung, Buleleng, Lombok Tengah, Kupang Sumbawa Barat, Aegela
Nusa Penida

4

Koridor Ekonomi
(KE) Kalimantan

5

Koridor Ekonomi
(KE) Sulawesi

6

Koridor Ekonomi
(KE) Papua – Kep.
Maluku

III - 8

Kutai Kertanegara
Kutai Timur Rapak dan Ganal Kotabaru
Ketapang
Kotawaringin Barat
Kapuas Pontianak Bontang Tanah Bumbu
Sanggau
Penajam Paser Utara
Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa
Parepare
Kendari Kolaka Konawe Utara Morowali
Parigi Moutang
Banggai
Bitung
Merauke (Mifee) Timika Halmahera
Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

2015

3.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik,
industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan
KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah
kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu,
Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan
berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi
KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah
ada.
Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
a.

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung;

b.

Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota
yang bersangkutan;

c.

Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah
potensi sumber daya unggulan;

d.

Mempunyai batas yang jelas.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus untuk Provinsi Aceh tidak ada.

III - 9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
Tabel 3.5.

2015

Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK di
Kabupaten Pidie Jaya
KSN

KSN

(1)

3.3

SUDUT
KEPENTINGAN

(2)

STATUS
HUKUM
RTRW
KSN

PKN

(3)

(4)

PKSN KPI MP3EI

(5)

(6)

KEK

(7)

Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau
Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari

RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau penyusunan RPI2-JM
Kabupaten/Kota adalah :
a.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan
pengembangan kawasan linglung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola
ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah
mana yang dapat dikembangan dan yang harus dikendalikan.

c.

Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
a.

Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi;

b.

Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan;

c.

Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;

d.

Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali;

III - 10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
3.4

2015

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan daerah

Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW provinsi untuk
penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a)

Arahan pengembangan pola ruang;

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase
b.

Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang
Cipta Karya.

Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki Perda adalah sebagai berikut:
a.

Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali;

b.

Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten;

c.

Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu;

d.

Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;

e.

Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;

f.

Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo;

g.

Perda No. 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat;

h.

Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah;

i.

Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur;

j.

Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung;

k.

Perda No. 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Nusa

Tenggara Barat;
l.

Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur;

III - 11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA
m.

2015

Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan;

n.

Perda No.13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Barat.

3.5

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun
arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM
Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a.

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:
yang didasari sudut kepentingan:
i. Pertahanan Keamanan
ii. Ekonomi
iii.Lingkungan Hidup
iv.Sosial Budaya
v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b.

Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan
prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase RTH, Rusunawa,
maupun Agropolitan.

c.

Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus
diperhatikan

mencakup

ketentuan

umum

peraturan

zonasi

untuk

kawasan

lindung,kawasan budidaya,system perkotaan, dan jaringan prasarana.
d.

Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang
khususnya untuk bidang Cipta Karya.

III - 12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN PIDIE JAYA

3.6.

2015

Prioritas Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya
mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan
infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis
secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5
(lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:
Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk

i.

dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta
kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan
Perda Bangunan Gedung.
Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk

ii.

dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta
kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.
iii.

Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan
bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan
daerah kritis atau miskin.