PEMERIKSAAN KADAR pH, Fe DAN KHLORIDA AIR SUMUR GALI SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH DI DESA GAMPONG LADANG KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT - Repository utu

  

PEMERIKSAAN KADAR pH, Fe DAN KHLORIDA AIR

SUMUR GALI SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH DI DESA

GAMPONG LADANG KECAMATAN SAMATIGA

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

  

OLEH :

REDHA RAHMI

  

08C10104015

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.

  Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga diguanakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain- lain. Penyakit- penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut dapat menimbulkan wabah penyakit dimana- mana (Chandra, 2007).

  Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda pemenuhannya. Manusia membutuhkan air, terutama untuk minum. Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah ruah, namun yang dapat di konsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah yang ada, hanya lima persen saja yang tersedia sebagai air minum sedangkan sisanya adalah air laut. Namun di dunia kecendrungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum. Sehingga ketersediaan air bersih pun semakin berkurang (Kumalasari dan Satoto, 2011).

  Saat ini masalah penyedian air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi halnya pula negara berkembang lainnya, tidak luput dari permasalahan penyedian air bersih bagi masyarakatnya. Salah satu masalah pokok yang dihadapi adalah kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum meratanya pelayanan penyediaan air bersih terutama pada daerah pedesaan dan sumber air bersih yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan pada beberapa tempat di kota-kota besar sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh PDAM tela h tercemari oleh limbah industri dan limbah domestik. Sehingga beban dalam segi pengelolaan air bersihnya semakin meningkat.

  Masalah yang muncul adalah semakin berkurangnya sumber daya air di indonesia karena tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

  Di sisi lain, kualitas air semakin menurun akibat perkembangan industri yang dapat merusak sumber daya air. Kondisi ini tentu saja dapat berpengaruh pada kehidupan makhluk hidup yang tergantung pada sumber daya air (Fakhrurroja, 2010).

  Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bandingkan saja jika manusia tidak minum air hanya selama satu hari saja, tentunya akan sangat berbeda dengan ketika k ita tidak selama beberapa hari. Ketahanan tubuh kita akan lebih menurun apabila tidak minum. Hal itu dikarenakan manusia membutukan air sebagai pelarut dan proses biokimia di dalam tubuhnya. Pada tubuh manusia, air merupakan bagian terbesar, dimana hampir semua reaksi pada tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap harianya untuk menggantikan cairan yang hilang. Untuk itu, kita harus meminum minimal 8 gelas setiap harinya (Kumalasari dan Satoto, 2011). Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau.

  Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan menggangu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia, dan bebas dari mikroorganisme (Soemirat, 2001).

  Berdasarkan laporan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 di Indonesia jumlah penduduk yang tidak memiliki akses air bersih sebesar 44,2%, dan hanya 5,5% penduduk di desa yang mempunyai akses air bersih. Sela njutnya pada tempat-tempat umum cakupan penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% .

  Target pemenuhan Air Minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan sanitasi sebesar 63,5%, sesuai dengan komitmen para Pemimpin Dunia di Johannesburg. Komitmen yang menghasilkan “Millenium Development

  

Goals”(MDGs) menyatakan bahwa pada tahun 2015 separuh penduduk dunia

  yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap air minum (Save Drinking harus telah mendapatkannya, sedangkan pada tahun 2015 seluruh

  Water)

  penduduk dunia harus telah mendapatkan akses terhadap air minum. Hal tersebut dapat dicapai dengan adanya perubahan paradigma dari air bersih menjadi air minum yang lebih memenuhi syarat kualitas air minum, sehingga layak untuk dijadikan sebagai sumber air minum. Air tersebut tentunya harus melalui proses, perlakuan, dan pengolahan yang layak, sehingga aman di konsumsi manusia (Waluyo, 2005).

  Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun kebutuhan air bersih pada daerah perkotaan (Depkes RI, 2008).

  Sumur gali merupakan salah satu sarana penyediaan air bersih yang perlu mendapat perhatian, karena mudah sekali mendapatkan pencemaran dan pengotoran yang berasal dari luar terutama jika Kontruksi sumur gali tersebut tidak memenuhi syarat. hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air secara fisik, kimia dan mikrobiologi, sehingga memerlukan perbaikan kontruksi maupun lokasi.

  Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Aceh Barat melalui dua sistem yaitu sistem non perpipaan baik berupa sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampung air hujan dan bangunan perlindungan mata air. Dan sistem perpipaan yang terdapat di Kota Meulaboh. Persentase sistem penyediaan air di kota meulaboh yaitu: 63 % sumur, 8% mata air, 8% perpipaan, 4% sungai dan 18% lain- lain. Sumber air untuk penduduk di Kecamatan Samatiga dibedakan untuk pemenuhan kebutuhan bagi air minum dan kebutuhan MCK (mandi, cuci dan kakus). Kondisi eksisting sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh dari beberapa cara umumnya, untuk air minum : umumnya penduduk mempunyai sumur dan sebagian melalui PDAM perpipaan. Untuk MCK sebagian besar penduduk mendapatkan sumber air dari sumur. Persentase sistem penyediaan air di Kecamatan Samatiga yaitu: 94 % sumur, 6% perpipaaan, 0% sungai, 0% mata air dan 0% lain- lain (Outline Plan & DED Kab.Aceh Barat, 2006).

  Kecamatan Samatiga pada tahun 2010-2012 memiliki keseluruhan jumlah penduduk sebanyak 15.338 jiwa. Merupakan daerah yang sebagian/rata-rata mengunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dan yang menggunakan sumur gali berjumlah 2.631sumur.

  Desa Gampong Ladang terletak di daerah dataran rendah daerah pesisir pantai barat Provinsi Aceh dengan luas wilayah adalah 150 ha, yang terdiri dari 15 ha daerah pemukiman, 35 ha ladang campuran, 30 ha lahan pertanian, 15 ha rawa rumbia, dan 55 ha untuk lahan lahan lain. Dan pada dasarnya keseluruhan penduduk menggunakan air sumur gali. Dari hasil survei langsung oleh penulis telah diketahui warna air sumur gali tersebut berwarna kuning dan di sekitar sumur menempel sisa kotoran kuning baik dinding sumur maupun pada perpipan, dan terjadi korosif pada benda benda tertentu. Kondisi sumur gali berbau dan berasa asin, sehingga sangat besar kemungkinan kandungan Fe dan Khlorida tinggi. Desa Gampong Ladang juga belum memiliki alternatif sumber penyediaan air bersih yang lain, Sehingga penulis tertarik untuk meneliti Pemeriksaan pH, Fe dan Khlorida air sumur gali di desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.2 Rumusan Masalah

  Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah kadar pH, Fe dan Khlorida air sumur gali di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui kandungan pH, Fe dan Khlorida air sumur gali di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui kadar asam dan basa air sumur gali di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  2. Untuk mengetahui kadar Fe air sumur gali di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

  3. Untuk mengetahui kadar khlorida air sumur gali di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

  1. Sebagai salah satu literatur ilmiah yang dapat digunakan dalam penelitian- penelitian yang akan dikembangkan kedepan terkait dengan air sumur gali.

  2. Memberikan masukan bagi pengguna air sumur di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya dampak negatif dari penggunaan air sumur yang belum terjamin kualitas kimianya.

  3. Sebagai referensi penelitian berikutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

  1. Sebagai masukan dan usulan bagi Pemerintah Kota Meulaboh dalam pengelolaan kualitas air sumur gali, sehingga menjamin masyarakat dapat hidup dengan sejahtera.

  2. Sebagai masukan dan usulan bagi warga Kecamatan Samatiga dalam pengelolaan kualitas air sumur gali.

  3. Sebagai masukan bagi masyarakat desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

  Air dirumuskan secara kimia dengan H

  2 O, yang artinya bahwa senyawa air tersusun dari unsur hidrogen dan oksigen dengan perbandingan komposisinya.

  Dimana menurut perumusan proust dalam hukum perbandingan tetapnya, dalam kandungan air terdapat 1 hidrogen dan 8 untuk oksigen. Air merupakan senyawa yang sangat istimewa karena dapat bersifat sebagai asam dan dapat pula bersifat sebagai basa, tentunya jika bertemu dengan senyawa tertentu, yang dikenal dengan sifat amfripotik. Air juga merupakan senyawa yang banyak dijadikan sebagai pelarut pada kehidupan sehari- hari maupun industri kimia, meskipun tidak sedikit juga senyawa-senyawa yang tidak dapat larut dalam air (Kumalasari dan Satoto, 2011).

  Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperlua n sehari-hari yang akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologi, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes no.416/ Menkes/ Per/1X/1990).

  Air memiliki manfaat: (K umalasari dan Satoto, 2011) Mengatur suhu tubuh, Melancarkan peredaran darah, Membuang racun dan sisa makanan, Melembabkan, melembutkan dan elastisitas kulit, Melancarkan pencernaan, Untuk pernapasan, Melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot, Pemulihan penyakit.

2.2 Sumber Air Bersih

  a. Air hujan Air hujan berasal dari air permukaan bumi yang diuapkan oleh sinar matahari. Air permukaan tersebut berupa air sungai , air danau dan air laut. Sinar matahari menguapkan air permukaaan tanpa membawa kotoran yang terdapat dalam air. Setelah proses penguapan, air mengalami proses kondensasi, dimana air yang menguap tersebut berubah menjadi air. Sehingga terbentuklah awan. Lama kelamaan, awan tersebut menjadi jenuh dan turunlah titik air hujan.

  b. Air permukaan Air permukaan adalah air hujan yang turun di permukaan bumi dan berkumpul di suatu tempat yang relatif rendah seperi sungai, danau, dan laut. Air permukaan yang biasa dimanfaatkan adalah air sungai dimana lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Untuk itu, kebersihan air sungai sangat penting dijaga. Jumlah air permukaan dipengaruhi oleh kondisi geografis, musim dan aktivitas manusia.

  c. Air tanah Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah dibagi menjadi dua, air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang di ikat oleh akar pohon. Air ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air tanah ini bisa di dapatkan dengan cara membuat sumur.

  d. Air mata air Air mata air adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah yang melalui proses filtrasi dan adsorpsi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Air mata air yang berasal dari pegunungan vulkanik karena miniral- mineral yang tergantung di dalamnya dapat mengadsorpsi kandungan logam dalam air dan bakteri. Selain itu, kandungan mineralnya baik untuk kesehatan tubuh, dan mengandung kadar O

  2

  tinggi. O leh karena itu, air dari mata air terasa lebih segar dikonsumsi dari pada air yang berasal dari sumber lainnya (Kumalasari dan Satoto, 2011).

2.3 Persyaratan Kualitas Air

  Parameter K ualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.

2.3.1 Persyaratan Fisik Air

  Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: Permenkes No 416/ Menkes/ Per/1X/1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan sehari hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku (Air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Air yang

  1. Jernih atau Tidak Keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air minum ditetapkan oleh Permenkes no 492/ Menkes/ Per/IV/2010, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 2010).

  2. Tidak Berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

  3. Rasanya Tawar Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam- garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

  4. Tidak Berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

  5. Temperaturnya Normal Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

  6. Tidak mengandung zat padatan Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. Zat padat selalu terdapat dalam air dan kalau jumlahnya terlalu banyak tidak baik sebagai air minum, banyaknya zat padat yang diisyaratkan untuk air minum adalah kurang dari 500 mg/l. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan kualias air minum dalam hal total solids ini yaitu bahwa air akan memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual.

2.3.2 Persyaratan Kimia

  Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.

  1. pH (derajat Keasaman) Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman a ir pada umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik adalah air yang bersifat netral (pH=7). Khusus untuk air hujan, pH minimumnya adalah 5,5.

  2. Kesadahan Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan adanya ion- ion (kation) logam

  2+ + + 2+

  valensi misalna ca , mg , fe dan mn . Kesadahan total adalah kesadahan yang

  

2+ 2+

  disebabkan oleh adanya ion ion ca dan mg secara bersama sama. Air sadah menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada air biasa. Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, k hlorida dan N itrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.

  3. Fe (Besi) Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal.

  4. Aluminium Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri

  Kesehatan No 82/2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.

  5. Zat organik Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur ha ra makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora da n fauna yang hidup di perairan .

  6. Sulfat Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci/ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.

  7. Nitrat dan N itrit Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman.

  Nitrat dapat terjadi baik dari NO

  2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang

  digunakan dan dari oksidasi NO

  2 oleh bakteri dari kelompok N itrobacter. Jumlah

  Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi N itrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.

  8. Khlorida Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Khlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan

  • berinteraksi dengan ion Na dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. Kadar khlor yang melebihi 250 mg/l dapat menyebabkan rasa asin dan korosif pada logam.

  9. Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.

  10. COD (Chemical Oxygen Demand) COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air (N urdijanto, 2000: 15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.

  11. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan-bahan buangan didalam air (N urdijanto, 2000: 15). N ilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l Adanya penyebab penyakit didalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit- penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

  2.3.3 Persyaratan Mikrobiologi

  Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:

  1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli;

  Salmonella typhi , Vibrio cholera dan lain- lain. K uman-kuman ini mudah tersebar melalui air.

  2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton coliform, Cladocera dan lain- lain.

  2.3.4. Persyaratan Radiologis

  Air minum mungkin mengandung substansi radioaktif (radionuklida) yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Resiko ini lebih kecil jika dibandingkan dengan resiko yang timbul dari mikroorganisme atau bahan kimia yang mungkin terdapat dalam air minum kecuali dalam keadaa n ekstrim (WHO, 2004).

  

Radionuklida yang umum ditemukan di air minum adalah Radon-222 dan

  , keduanya banyak ditemukan di air tanah. Uranium dan radionuklida

  Radium lainnya yang berpotensi menjadi kontaminan di air tanah maupun air permukaan.

  Penentuan standar baku air minum aspek radiologi yaitu dengan menentukan besaran radiasi sinar alfa dan beta. Berdasarkan Permenkes RI tahun 1990 batas maksimum aktivitas sinar alfa yang diperbolehkan yaitu sebesar 0.1 Bq/liter sedangkan batas maksimum aktivitas sinar beta yang diperbolehkan yaitu sebesar 1 Bq/liter.

2.4. Pencemaran Air

  Definisi Pencemaran Air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997. Dalam PP RI No.82 tahun 2001 menyebutkan :

  “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhkluk hidup, zat, energi dan atau kompoen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi la gi sesuai dengan peruntukannya”. Sumber Pencemaran Air yaitu: (Kumalasari dan Satoto, 2011)

  1. Limbah Pertanian Dalam bidang pertaniaan, banyak digunakan zat kimia untuk memelihara dan menyuburkan pertaniaan. Misalnya, penggunaan senyawa organoklor yang yang difungsikan sebagai insesektisida (pembasmi serangga hama), penggunaan

  

fungisida (pembasmi cendawan), dan penggunaan herbisida (pembasmi rumput-

  rumputan). Contoh organoklor untuk insektisida adalah DDT (C

  14 H

  9 CL 5 ) dan endrin (C

13 H

  5 OCL 6 ). Penggunaan insektisida yang berlebihan apabila terlarut

  dalam air kolam, parit irigasi, dan air sungai akan mengakibatkan ikan, katak, dan bakteri yang hidup di air akan mati. Hal itu berdampak dengan terputusnya siklus rantai kehidupan ekosistem di daerah tersebut.

  2. Limbah Industri Limbah industri jika tidak diolah terlebih dahulu dapat merusak lingkungan.

  Berikut beberapa limbah industri yang cukup berbahaya bagi manusia. Pencemaran merkuri dan senyawa nya digunkan di dalam industri, pembuatan gas CL

  2 dan soda api dan larutan NaCL. Gas klor banyak digunakan untuk zat

  pemutih pada industri kertas, kain pencuci hama, dan sebagainya. Senyawa

  HgCL

  2 digunakan sebagai katalis di dalam proses industri polimer poli vinnil

clorida (PVC). Limbah industri tersebut dibuang kelaut dan aliran sungai, tanpa

  melalui pengolahan secara aman terlebih dahulu, sehingga Hg serta senyawa Hg terbawa aliran sungai dan tenggelam didasar laut atau sungai, dimana berat jenis Hg dan senyawanya lebih besar daripada berat jenis air laut dan air sungai.

  Minyak sebagai pencemar air, Sebagian minyak pencemar berasal dari cara kerja kapal. Kapal atau tanker yang minyaknya sudah dipompa keluar saat berlabuh menjadikan dalam keadaan tidak stabil dan tidak seimbang. Untuk mencapai kestabilan kembali mengangkut minyak yang berada di dalam tanker langsung di pompa ke lepas pantai. Akibat peristiwa tersebut, minyak yang berat jenisnya kecil daripada berat jenis air laut akan mengapung dan menutupi permukaan air laut. Keadaan demikian tidak menguntungkan bagi kehidupan di dalam laut, karena lapisan tipis minyak akan mengurangi daya serap gas oksigen serta karbon dioksida dari udara, bahkan menghalangi sinar matahari yang akan masuk kedalam air laut. Hal tersebut sangat mengganggu proses fotosisntesis tumbuhan laut. Berkurangya oksigen yang terlarut akan mengganggu kehidupan ikan dan binatang laut lainnya.

  3. Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga yang banyak mencemari lingkungan adalah sampah jenis plastik dan detergen. Limbah sampah plastik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme seperti halnya sampah organik. Apabila berkumpul di selokan dapat menyumbat saluran air, dimana ketika musim hujan datang, sampah pada selokan akan menjadi penyumbat aliran air, sehinggga mengakibatkan genangan air dan menjadi banjir. Air yang menggenang akan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk dan kuman-kuman penyebab penyakit.

  2.5 Sumber Air Bersih dan Aman

  Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dar i sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air bersih dan aman tersebut antara lain (Chandra, 2007) :

  1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

  2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

  3. Tidak berasa dan tidak berbau

  4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga

  5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departement Kesehatan RI.

  Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan- bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.

  2.6 Sumur Gali

  Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Namun, sebelum memilih jenis pengeboran sumur di rumah ada baiknya di ketahui dahulu jenis sumur air. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam memilih proses pembuatan sumur.

  Secara teknis, sumur dapat dibagi dua jenis, yaitu sumur dangkal dan sumur dalam. Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan air hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kelemahan utamanya adalah mudah terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci dan kakus. Tingkat kedalaman sumur dangkal biasanya berkisar 5- 15 meter dari permukaan tanah.

  Sumber air sumur dalam berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan sumber airnya tidak terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi. Menurut Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan tanah (Fakhrurroja, 2010).

  Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi manjadi 2 jenis:

  a. Sumur dangkal (shallow well) Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali di perhatikan.

  b. Sumur dalam (deep well) Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi manjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 2.1 Perbedaan Sumur Dangkal dan Sumur Dalam.

  NO Pembeda Sumur Dangkal Sumur Dalam

  1 Sumber Air Air Permukaan Air Tanah

  2 Kualitas Air Kurang Baik Baik

  3 Kualitas Terkontaminasi Tidak Terkontaminasi Bakteriologi

  4 Persedian Kering di Musim Tetap ada Sepanjang Kemarau Tahun

2.7 Sumur Sanitasi

  Sumur sanitsi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor (Chandra, 2007).

  Untuk membuat sumur sanitasi persyaratan berikut ini harus dipenuhi:

  1. Lokasi Langkah pertama adalah menentukan tempat yang tepat untuk membangun sumur. Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemar seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.

  2. Dinding sumur.

  Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang di semen. Pelapisan dinding tersebut paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.

  3. Dinding parapet Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.

  4. Lantai kaki lima Lantai kaki lima terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter ke seluruh jurusan melingkari sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke arah tempat pembuangan air (drainase).

  5. Drainase Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.

  6. Tutup sumur Sumur sebaiknya ditutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum.

  Tutup semacam itu dapat mencegah kontaminasi langsung pada sumur.

  10.Pompa tangan/listrik Sumur harus dilengkapi dengan pompa tangan/listrik. Pemakaian timba dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi.

  11.Tanggung jawab pemakai Sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena kontaminasi dapat terjadi setiap saat.

  12.Kualitas Kualitas air perlu dijaga terus melalui pelaksanaa n pemeriksaan fisik, kimia, maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur terutama pada saat terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya.

  2.8 pH (Derajat Keasaman)

  Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH (singkatan dari yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menujukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis : pH = - log [H] +

  Air murni (H

2 O) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H dan ion H dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air murni = 7.

  Semakin tinggi konsentrasi ion H , akan semakin rendah konsentrasi ion H dan

  

pH < 7, air semacam ini bersifat asam. Hal sebaliknya terjadi jika konsentrasi ion

  • OH yang tinggi dan pH > 7, maka air bersifat alkalis (basa).

  Pengukuran pH umumnya dilakukan dengan kertas pH atau pH water

  

tester . Alat lain yang dapat digunakan adala h aquamate test atau pH meter

(Ghufran dan Andi, 2007). pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar

  asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.

  Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu

  menghasilkan air. Ion H dan OH selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan H

2 O berdasarkan reaksi:

  H2O H + OH Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH derajat keasaman yang dinyatakan dengan persamaan:

  • pH = - log [H ]
    • 7

  Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10 g/l. Nilai

  o -14

  disosiasi (K w) pada suhu 25 C sebesar 10 seperti yang ditunjukkan pada persamaan:

  [H ] + [OH ] = Kw Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut :

  pH = 7 menunjukkan keadaan netral pH < 7 menunjukkan keadaan asam pH >7 menunjukkan keadaan basa (Alkalis)

  Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk air minum sebesar 6,5

  • – 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya.

  Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya menggunakan elektroda gelas spesial. Alat-alat yang digunakan pada umumnya distandarisasi dengan larutan buffer, dimana nilai pH nya diketahui dan lebih baik digunakan larutan buffer dengan pH 1 – 2 unit yang mendekati nilai pH contoh air.

  Mackereth et al. (1989) dalam Effendi, 2003 berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Novotny dan O lem, 1994 dalam Effendi 2003).

2.9 Fe (Besi)

  Besi (Fe) adalah unsur dalam susunan berkala yang mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26 dengan berat atom 55,845, terletak pada periode 4 dan

  6

  2

  termasuk golongan logam. Memiliki konfigurasi elektron (Ar) 3d 4s . Besi hampir ditemukan hampir di semua tempat di bumi hampir semua lapisan geologis dan semua badan air. Besi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Pada umumnya besi yang terdapat di dalam air bersifat:

  2+ 3+ a. Terlarut sebagai fe (ferro) atau fe (ferri).

  b. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar seperti

  2

  3

  fe O , feO, (feO H)

  2 , fe(OH) 3 , dan sebagainya.

  c. Tergabung dengan zat organik atau zat padat inorganik seperti tanah liat.

  Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi lebih besar dari 1 mg/l tetapi dalam air tanah dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi besi yang tinggi dapat menodai kain dan perkakas dapur (Alaert dan Santika, 1984: 118).

  Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS

  2 ), hematite (Fe

  2 O 3 ), magnetite (Fe

  3 O 4 ), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO 2 ), dan ochre [Fe(OH) 3 ]

  (Cole, 1988 dan Moore, 1991). Senyawa besi pada umumnya sukar larut dan senyawa siderite (FeCO

  3 ) yang bersifat mudah larut dalam air (Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).

  Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut, dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksi ferri menjadi ferro, terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989; Mackereth et al., 1989 dalam Effendi, 2003). Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukkan dalam persamaan :

  • 2+ 3+

  Fe Fe + e Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe yang lebih besar dari 1 mg/l, tetapi dalam air tanah, kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang tidak

  2+

  mengandung oksigen, seperti air tanah, besi berada sebagai Fe yang cukup padat

  2+

  terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe

  3+

  teroksidasi menjadi Fe yang sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di bawah beberapa µg/l), bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH) atau salah

  3

  satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Dalam air

  2+ 3+ 3+

  sungai, besi berada sebagai Fe , Fe terlarut, dan Fe dalam bentuk senyawa organis berupa koloidal. Besi merupakan sumber makanan utama bagi bakteri besi (crentothrix, leptothrix, dan gallionella) yang dapat menimbulkan bau, bentuknya kotor, dan memiliki rasa yang aneh.

  Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan dapat menimbulkan warna merah, menimbulkan karat pada peralatan logam, serta dapat memudarkan bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Besi banyak digunakan dalam kegiatan pertambangan, industri kimia, bahan celupan, tekstil, penyulingan, minyak, dan sebagainya (Eckenfelder, 1989 dalam Effendi, 2003). Pada air minum, Fe dapat menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.

  Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan haemoglobin. Banyaknya

  

Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat

  mengekskresikan Fe. O leh karena itu, manusia yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, dalam dosis besar dapat merusak dinding usus dan dapat menyebabkan kematian. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.

  Metode fenantroline dapat digunakan untuk mengukur kandungan besi di dalam air, kecuali terdapat fosfat atau logam berat yang mengganggu. Metode ini dilakukan berdasarkan kemampuan 1,10-phenantroline untuk membentuk ion

  

2+

  kompleks setelah berikatan dengan Fe . Warna yang dihasilkan sesuai dengan hukum Beer dan dapat diukur secara visual menggunakan spektrofotometer.

2.10 Khlorida

  Sekitar 3/4 dari klorin (Cl

  2 ) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk

  • larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl ). Ion klorida
dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion halogen lainnya. K lorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl

  2 ). Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam

  bentuk padatan ditemukan pada batuan mineral sodalite [Na

  8 (AlSiO 4 ) 6 ].

  Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Sebagian besar klorida bersifat mudah larut.

  Khlorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari air laut.

  Khlorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. K lorida tidak memiliki efek fisiologis yang merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. K lorida dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.

  Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai desinfektan adalah sebagai berikut (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003) : Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk (powder), Harga relatif murah, Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi, Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan, Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut.

  Proses penambahan klor dikenal dengan klorinasi. K lorin yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor ya ng berupa molekul klor (Cl

  2 ) atau kalsium

  hipoklorit [Ca(OCl)

  2 ]. Penambahan klor secara kurang tepat akan menimbulkan

  bau dan rasa pada air. Pada kadar klor kurang dari 1.000 mg/liter, semua k hlor

  • berada dalam bentuk ion klorida (Cl ) dan hipoklorit (HOCl), atau terdisos
  • menjadi H dan OCl .

  Selain bereaksi dengan air, klorin juga bereaksi dengan senyawa nitrogen membentuk mono-amines, di-amines, tri-amines, N-kloramines, N-kloramides, dan senyawa nitrogen berklor lainnya. Monokloramines (NH

  2 Cl) adalah bentuk

  senyawa klor dan nitrogen yang utama di perairan. Senyawa ini bersifat stabil dan biasanya ditemukan beberapa hari setelah penambahan klorin. K lor yang berikatan dengan senyawa kimia lain dikenal sebagai klorin terikat, sedangkan klorin bebas adalah ion klorida dan ion hipoklorit yang tidak berikatan dengan senyawa lainnya.