pengaruh tingkat suku bunga kredit
http://epserv.fe.unila.ac.id
ABSTRAK
DETERMINAN PERMINTAAN KREDIT MASYARAKAT PADA BANK
UMUM DI PROPINSI LAMPUNG PERIODE 2001-2005
Oleh
Rosa Ariesa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Tingkat Suku
Bunga Kredit, nilai tukar dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap
permintaan kredit modal kerja di Propinsi Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kurun waktu 2001-2005, nilai tukar
dan tingkat bunga kredit memiliki pengaruh nyata terhadap permintaan kredit
modal kerja, sedangkan variabel Produk Domestik Regional Bruto dihilangkan
karena memiliki hubungan saling pengaruh yang erat terhadap variabel tingkat
bunga kredit modal kerja.
Suku bunga kredit memiliki pengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan
kredit modal kerja. Hal ini berarti semakin besar tingkat bunga kredit, yang
mengindikasikan biaya pengembalian yang semakin mahal, akan mengakibatkan
permintaan kredit masyarakat khususnya pelaku dunia usaha akan menurun,
sebaliknya semakin kecil tingkat bunga kredit, yang berarti biaya pengembalian
yang relatif rendah akan menyebabkan permintaan kredit masyarakat akan
meningkat.
Hal yang sama juga berlaku pada nilai tukar. Nilai tukar berpengaruh nyata dan
negatif terhadap permintaan kredit modal kerja. Nilai tukar yang semakin besar
mengindikasikan melemahnya mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar
negeri, hal ini akan menimbulkan penurunan dalam permintaan kredit masyarakat.
Sebaliknya semakin kecil nilai tukar yang berarti penguatan mata uang dalam
negeri terhadap mata uang luar negeri, akan merangsang peningkatan permintaan
kredit.
Berdasarkan hasil penelitian ini berarti bahwa dalam merumuskan kebijakan guna
meningkatkan permintaan kredit modal kerja maka Bank Indonesia harus
memperhatikan variabel suku bunga kredit sebagai variabel yang memiliki
pengaruh terhadap peningkatan/penurunan permintaan kredit. Oleh sebab itu,
Kebijakan Bank Indonesia pusat untuk menurunkan BI rate yang kemudian akan
diikuti dengan penurunan tingkat bunga pinjaman dan simpanan diberbagai daerah
di tanah air diharapkan akan merangsang masyarakat untuk memanfaatkan jasa
kredit perbankan.
Di sisi lain, menciptakan stabilitas nilai tukar juga merupakan hal penting,
mengingat mayoritas pengusaha memilih stabilitas nilai tukar rupiah sebagai hal
prioritas dalam rangka pengajuan kredit. Nilai tukar yang stabil akan menciptakan
kondisi kepastian dalam berusaha sehingga memudahkan pengusaha dalam
merencanakan kegiatan usaha dan menentukan harga produksi. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter ketat yakni pengendalian jumlah uang beredar merupakan
solusi bagi terciptanya penguatan nilai tukar.
ABSTRAK
DETERMINAN PERMINTAAN KREDIT MASYARAKAT PADA BANK
UMUM DI PROPINSI LAMPUNG PERIODE 2001-2005
Oleh
Rosa Ariesa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Tingkat Suku
Bunga Kredit, nilai tukar dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap
permintaan kredit modal kerja di Propinsi Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kurun waktu 2001-2005, nilai tukar
dan tingkat bunga kredit memiliki pengaruh nyata terhadap permintaan kredit
modal kerja, sedangkan variabel Produk Domestik Regional Bruto dihilangkan
karena memiliki hubungan saling pengaruh yang erat terhadap variabel tingkat
bunga kredit modal kerja.
Suku bunga kredit memiliki pengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan
kredit modal kerja. Hal ini berarti semakin besar tingkat bunga kredit, yang
mengindikasikan biaya pengembalian yang semakin mahal, akan mengakibatkan
permintaan kredit masyarakat khususnya pelaku dunia usaha akan menurun,
sebaliknya semakin kecil tingkat bunga kredit, yang berarti biaya pengembalian
yang relatif rendah akan menyebabkan permintaan kredit masyarakat akan
meningkat.
Hal yang sama juga berlaku pada nilai tukar. Nilai tukar berpengaruh nyata dan
negatif terhadap permintaan kredit modal kerja. Nilai tukar yang semakin besar
mengindikasikan melemahnya mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar
negeri, hal ini akan menimbulkan penurunan dalam permintaan kredit masyarakat.
Sebaliknya semakin kecil nilai tukar yang berarti penguatan mata uang dalam
negeri terhadap mata uang luar negeri, akan merangsang peningkatan permintaan
kredit.
Berdasarkan hasil penelitian ini berarti bahwa dalam merumuskan kebijakan guna
meningkatkan permintaan kredit modal kerja maka Bank Indonesia harus
memperhatikan variabel suku bunga kredit sebagai variabel yang memiliki
pengaruh terhadap peningkatan/penurunan permintaan kredit. Oleh sebab itu,
Kebijakan Bank Indonesia pusat untuk menurunkan BI rate yang kemudian akan
diikuti dengan penurunan tingkat bunga pinjaman dan simpanan diberbagai daerah
di tanah air diharapkan akan merangsang masyarakat untuk memanfaatkan jasa
kredit perbankan.
Di sisi lain, menciptakan stabilitas nilai tukar juga merupakan hal penting,
mengingat mayoritas pengusaha memilih stabilitas nilai tukar rupiah sebagai hal
prioritas dalam rangka pengajuan kredit. Nilai tukar yang stabil akan menciptakan
kondisi kepastian dalam berusaha sehingga memudahkan pengusaha dalam
merencanakan kegiatan usaha dan menentukan harga produksi. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter ketat yakni pengendalian jumlah uang beredar merupakan
solusi bagi terciptanya penguatan nilai tukar.