NASKAH PUBLIKASI Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Ganguan Sestem Pencernaan Post Operasi Hemoroidektomi Hari Ke-2 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali.

NASKAH PUBLIKASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. Y DENGAN GANGUAN
SESTEM PENCERNAAN POST OPERASI HEMOROIDEKTOMI
HARI KE-2 DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI

Disusun Oleh:
KRISNA SULUH PAMBUDI
J200 090 080

KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Guna melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012




 


 


 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. Y DENGAN GANGUAN SISTEM
PENCERNAAN POST OPERASI HEMOROIDEKTOMI HARI KE-2
DIRUANG FLAMBOYAN
(Krisna Suluh Pambudi, 2012, 37 halaman)
ABSTRAK

Latar Belakang : Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis. Hemoroid dikenal dimasyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien
merupakan penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman dahulu. Namun
masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahakan tidak tahu mengenai gejalagejala yang timbul dari penyakit.
Tujuan : untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan hemoroid

meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Hasil : Pengkajian didapatkan data nyeri pada bagian anus. dalam kasus terdapat tiga
diagnosa yaitu nyeri, resiko infeksi dan kurang pengetahuan. hasil yang didapatkan
pada evaluasi nyeri sudah berkurang skala 8, pasien sudah mengerti tantang
penyakitnya, resiko infeksi tidak di dapatkan tanda tanda peradangan.
Kesimpulan : kerjasama antar tim kesehatan dan pasien/keluarga sangat diperlukan
untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi terapeutik dapat
mendorong pasien lebih kooperatif, teknik relaksasi sangat disukai pasien karena
sangat membantu dalam mengurangi rasa nyeri.

Kata kunci : asuaha keperawatan, hemmoroid, nyeri, kurang pengetahuan, infeksi.


 

NURSING CARE IN KLIEN. Y POST GASTROINTESTINAL WITH
OPERATING SYSTEM DISORDER HEMOROIDEKTOMI DAY-2 ROOM
FLAMBOYAN
(Krisna Suluh Pambudi, 2012.37 Pages)
ABSTRACT


Background: Hemorrhoids is a dilation of the veins in the plexus Hemoroidalis
Hemorrhoids in the community known as hemorrhoids or hemorrhoid disease is a
common disease and has been there since timimmemorial. But there are still many
people who do not understand bahakan not know about the symptoms arising from
disease
Purpose: To know the nursing care in patients with hemorrhoids include assessment,
intervention, implementation and evaluation.
Results: assessment of the data obtained pain in the anus. in case there are three
diagnoses, namely: pain, risk of infection and lack of knowledge. Results in getting
on the evaluation of pain was reduced scale 8, the patient han understood about the di
sease, the risik of infection is not getting the signs of inflammation.
Conclusion: cooperation between the health care team and patient / family is
indispensable for the success of nursing care to patients, therapeutic communication
can encourage a more cooperative patient, the patient relaxation techniques is
preferred because it is very helpful in reducing pain.
Keywords: nursing care, hemmoroid, pain, lack of knowledge, infection


 


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah
anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena
varises pada pleksus venosus di submukosa anal dan parianal (Mitchell, 2006).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena
hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid
interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid eksterna timbul di
sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini sangat
sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita
yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,
tetapi


dapat

menyebabkan

perasaan

yang

sangat

tidak

nyaman

Hemoroid adalah seikat pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanya
sebagian berada di bawah selaput bagian paling rendah dari dubur / pelepasan.
Hemoroid umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan
dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa
menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup (Sjamsuhidayat,2004).

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif, pasien
hemoroid di jawa tenga dari bulan Januari 2004 sampai dengan November 2009
terdapat 1137 pasien. Jumlah pasien terbanyak pada tahun 2007 sebanyak 310


 

pasien dengan jumlah tindakan hemoroidektomi sebanyak 250. Sedangkan jumlah
jumlah pasien paling sedikit pada tahun 2005 sebanyak 91 orang.
Dari total pasien hemoroid sebanyak 1137 orang dari tahun 2004-2009
terdapat 310 pasien pada tahun 2007 dan pasien yang dilakukan tindakan
hemoroidektomi sebanyak 250 orang pada tahun 2007. Berdasarkan penelitian
hemoroid interna diterapi sesuai dengan gradenya, tetapi hemoroid eksterna selalu
dengan operasi (Sjamsuhidayat,2004).
Berdasarkan fakta di atas maka menimbulkan ketertarikan perawat
mengambil judul karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada Sdr. Y dengan
gangguan sistem pencernaan post operasi hemoroidektomi di RSUD Pandanarang
Boyolali.
B. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka beberapa
masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Masyarakat kurang paham betul tentang penyakit hemoroid (ambeien) yang
terjadi dilingkungannya.
2. Masyarakat tidak begitu paham tentang pencegahan penyakit hemoroid.
C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang
penanganan hemoroid.
2. Tujuan Khusus
a.

Menjelaskan konsep hemoroid, klasifikasi, etiologi, dan patofisiologi.

b.

Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.



 

D. Manfaat Laporan Kasus

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pelayanan berarti

bagi institusi pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, dan penulis.
1. Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi institusi dan meningkatkan pelayanan kesehatan untuk
menciptakan kenyamanan dan kepuasan pasien.
2. Institusi Pendidikan
a. Sebagai sumber bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
khususnya yang terkait penerapan pasien hemoroid.
b. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
mengenai pelaksanaan bagi pasien dengan penyakit hemoroid.
3. Penulis

a. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang intensitas hemoroid yang
dialami pasien Sdr. Y.
b. Untuk menambah khasanah keilmuan bagi penulis dan mengkaji
permasalahan.
c. Memeperoleh pengalaman dalam proses penelitian dan menambah
wawasan melalui penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan hemoroid adalah pembesaran
atau pelebaran vena hemoroidalis yang melalui kanal anus atau rektum.
Klasifikasi hemoroid menurut Lumenta (2006) dibagi menjadi 2 yaitu:


 

a. Hemoroid Interna
Hemoroid Interna adalah pleksus hemoroidalis superior (bantalan
pembuluh darah) di dalam jaringan selaput lender di atas anus.

b. Hemoroid Eksterna
Hemoroid Eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroidalis inferior di sebelah bawah anus.
2. Etiologi
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak
berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa
predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut:
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyalit
crohn.
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c. Konsumsi makanan rendaj serat.
d. Obesitas.
e. Hipertensi portal.
3. Manifestasi Klinis
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid
dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :
a. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di
anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada

orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
b. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau
manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.

10 
 

c. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah
di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
d. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan
merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam
bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.
4. Patofisiologi
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan
abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Interna (dilatasi sebelum spinter)
1) Bila membesar baru nyeri
2) Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
b. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1) Nyeri
2) Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau
prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang
bias, mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh
venous return (Muttaqin, 2011).

11 
 

5. Pathway
Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,
kongesti renal
Tekanan intra abdomen
Hemoroid

Prolaps

Kurang Informasi

Hemoroidectomy

Luka post operasi

Kurang pengetahuan
tentang penyakit,
pengobatan dan
perawatannya.

Takut BAB

Feses mengeras

Konstipasi

Gangguan Eliminasi BAB

Kelemahan fisik

Kurang perawatan diri

Inflamasi mikroorganisme

Diskontiunitas jaringan

Resiko Infeksi

Nyeri

Gambar 2.1 Alur asuhan Keperawatan Pasien Hemoroid
( Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

12 
 

TINJAUAN KASUS
A. Biodata
Data yang di peroleh penulis saat pengkajian pada tanggal 10 Mei
2012 jam 15.35 WIB di Bangsal Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali. Pada
kasus ini diperoleh data dengan wawancara kepada pasien dan keluarga.
Didapatkan identitas pasien adalah pasien bernama Sdr. Y, umur 18 tahun, alamat
Susukan 03/03 semarang, agama islam, pekerjaan pelajar, pendidikan SLTA,
jenis kelamin laki-laki, tanggal masuk 09 Mei 2012. Identitas penanggung jawab
adalah Ny. N, Umur 45 tahun, alamat Susukan 03/03 semarang, pekerjaan swasta,
hubungan dengan pasien ibu.

B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 Mei jam 15.35 WIB di bangsal
Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali. Pada pengkajian laporan kasus ini data
diperoleh dengan wawancara kepada pasien dan keluarga, serta melihat catatan
medik.
Keluhan utama didapatkan pasien mengatakan nyeri pada bagian operasi.
Riwayat penyakit sekarang didapatkan data sebagai berikut : pasien datang ke
RSUD

Pandanarang Boyolali pada tanggal 09 Mei 2012 pukul 11.25 WIB

dengan keluhan nyeri pada anus. Sebelum dibawa ke rumah sakit pasien
mengatakan nyeri selama tiga hari. Dan diperiksakan ke puskesmas terdekat,
kemudiaan perwat menyarankan agar dibawa ke rumah sakit.
Pengkajian riwayat kesehataan dahulu yaitu pasien belun pernah
mengalami penyakit seperti ini dan psien belum pernah dirawat di rumah sakit.
Pengkajian kesehatan keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada

13 
 

yang menderita penyakit yang diderita pasien. Dan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit keturunan seperti DM dan hipertensi.

PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan yang Muncul di Kasus
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen injuri fisik (luka post op)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan sekunder
(hemoroidektomi)
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
B. Pengakajian
Pengkajian merupakan tarhadap awal dari proses keperawatan.
1. Pengertian diagnosa keperawatan
Diagnosa pertama, nyeri akut berhubungan dengan adanya agen injuri
fisik (luka post op). Menurut (carpenito,2006). pengalaman sensori serta
emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atu potensial yang digambarkan dalam istilah seperti
kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi dan durasinya kurang dari enam
bulan.
Diagnosa ini sebagai diagnosa prioritas utama karena pada waktu
pengkajian yang sering pasien keluhkan adalah nyeri pada luka bekas operasi.
Masalah ini bila tidak segera ditangani bisa mengganggu aktifitas sehari-hari.
Data yang mendukung adalah profoking, qualitas seperti tersayat-sayat, regio
bagian anus.
Diagnosa kedua, resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
sekunder (hemoroidektomi) Menurut (Capernito, 2006) resiko infeksi

14 
 

merupakan suatu kondisi individu yang mengalami resiko terserang
organisme patogenik.
Data yang ditemukan adanya luka insisi karena pembedahan
apendiktomi dan hasil laboratorium angka leukosit melebihi angka normal.
Diagnosa ketiga, Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi Menurut (Nanda,2007) tentang penyakitnya. Dalam diagnosa ini,
muncul dalam kasus dan ada dalam tinjauan teori. Kurang pengetahuan adalah
suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki satupun informasi terhadap
sesuatu hal yang menjadi masalahnya.
2. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan langkah selanjutnya setelah perumusan diagnosa
keperawatan. Penulis akan membahas tentang kriteria waktu yang penulis
tentukan dan membahas intervensi yang ada dalam kasus tetapi tidak ada
dalam teori atau sebaliknya yang tidak ada dalam kasus tetapi ada dalam teori.
Diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan. Tujuan yang ditentukan pada diagnosa ini nyeri menurun
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil
skala nyeri kurang dari tiga dan wajah tampak rileks. Pada diagnosa ini sudah
sebagian besar intervensi sama dengan teori.
Diagnosa kedua, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi
pembedahan sekunder ( hemoroidektomi) : prosedur invasif. Tujuan yang
ditentukan pada diagnosa ini adalah tanda-tanda infeksi tidak terjadi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil tidak
ada tanda dan gejala infeksi dan jumlah leukosit dalam batas normal. Untuk
menunjukkan tanda-tanda tidak terjadi infeksi dibutuhkan waktu kurang lebih
7 hari atau luka sampai

sembuh. Penulis hanya mengambil tindakan

keperawatan pada diagnosa ketiga selama 3 hari, hal ini merupakan
kekurangan dari penulis.

15 
 

Diagnosa ketiga, Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakitnya. Tujuan yang ditentukan pada diagnosa ini
adalah pasien bisa mengetahui tentang penyakitnya setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil pasien tidak cemas lagi,
pasien tahu tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyakitnya, pasien
dapat memenuhi ADL secara mandiri. Dalam diagnosa ini sebagian besar
intervensi sudah sama dengan teori. Tetapi lebih efektif

untuk diagnosa

gangguan pemenuhan ADL : nyeri adalah mengurangi rasa nyeri. Intervensi
untuk mengurangi rasa nyeri sudah ada pada diagnosa pertama, maka tidak
dirumuskan lagi intervensi mengurangi rasa nyeri untuk diagnosa kedua.
3. Implementasi Keperawatan
Implementsi merupakan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan
rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.Dalam rencana
tindakan penulis belum dapat melaksanakan rencana tindakan sepenuhnya.
Diagnosa pertama, nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan. Pada diagnosa ini terdapat empat rencana tindakan,
penulis melaksanakan semua rencana tindakan yang meliputi observasi reaksi
non verbal, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam, melaksanakan terapi obat analgetik sesuai advis
dokter. Dalam melaksanakan rencana tindakan, penulis belum menemukan
hambatan. Perawat bangsal membimbing penulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan,

pasien kooperatif saat diberikan pertanyaan saat

pengkajian nyeri dan diajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
Diagnosa kedua, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de
entree : prosedur invasif. Pada diagnosa ini terdapat lima rencana tindakan
yang meliputi mengkaji luka dan tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor),
monitor angka leukosit, menggunakan tindakan steril selama membersihkan
luka, membersihkan luka sesuai program dokter, dan melaksanakan injeksi
anti biotik sesuai advis dokter. Pada rencana tindakan ini penulis menumukan

16 
 

sedikit hambatan, penulis hanya bisa melaksanakan empat rencana tindakan
keperawatan. Sedangkan rencana tindakan yang tidak dapat dilaksanakan
adalah monitor angka leukosit, karena pemeriksaan laboratorium di RSUD
Pandanarang tidak dilakukan setiap hari. Pemeriksaan hanya dilakukan saat
diperlukan.
Salah satu intervensi perawat adalah memberikan antibiotik menurut
program yang diberikan oleh dokter. di gunakan di rumah sakit RSUD
Pandanarang, karena

resiko terjadinya infeksi bisa disebabkan beberapa

faktor di mana saja.
Diagnosa ketiga, Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakitnya : nyeri. Dalam diagnosa ini terdapat tiga
rencana

tindakan

yang

meliputi

menjelaskan

tentang

penyakitnya,

menciptakan lingkungan yang nyaman, dan menjelaskan tidur yang adekuat.
Pada rencana tindakan ini, penulis tidak menemukan hambatan. Pasien
bersedia mengikuti apa yang telah disampaikan penulis. Keluarga bersedia
bergantian dalam menjenguk pasien
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan. Masalah pada diagnosa ini teratasi sebagian. Pasien
mengatakan nyeri sudah berkurang, skala 2, ekspresi wajah rileks. Kriteria
hasil yang penulis tentukan nyeri menurun, skala nyeri kurang dari tiga dan
kriteria hasil tercapai. Untuk kriteria hasil dengan nyeri sampai hilang, perlu
di butuhkan waktu yang lebih lama. Sehingga intervensi dilanjutkan, ajarkan
tehnik nafas dalam, kolaborasi pemberian analgetik.
Diagnosa kedua adalah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de
entree : prosedur invasif. Masalah pada diagnosa ini teratasi sebagian. Untuk
tidak terjadi infeksi luka harus benar- benar sembuh sehingga intervensi

17 
 

dilanjutkan dengan ganti balutan dengan prinsip steril dan pemberian
antibiotik sesuai program dokter.
Diagnosa ketiga adalah Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi tentang penyakitnya. Masalah pada diagnosa ini teratasi
sebagian. Pasien mengatakan sudah berani untuk melakukan pemenuhan
kebutuhannya secara mandiri. Kriteria hasil yang penulis tentukan ADL
pasien sudah tidak total care, dapat melakukan toileting, personal hygien dan
aktivitas secara mandiri. Hal ini di karenakan masalah nyeri pada pasien
sudah berkurang. Intervensi dilanjutkan dengan mengkaji jumlah jam tidur
pasien.

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pengkajian dilakukan pada hari kamis tanggal 10 Mei pukul 15.00 WIB di
ruang Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali. Diagnosa keperawatan yang
ditegakkan ada 3, yaitu: nyeri akut berhubungan dengan adanya agen injuri fisik
(luka post op). Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan sekunder
(hemoroidektomi). Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Sedangkan yang tidak ditegakkan yaitu gangguan eliminasi BAB berhubungan
dengan pembatasan masuknya oral dan imobilisasi sekunder terhadap post operasi
dan ganggua aktifitas tidur.

Adanya kerjasama yang baik dengan pasien dan

keluarga pasien serta tersedianya fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, sebagian besar perencanaan sudah sesuai dengan teori
Carpenito (2007) dan Carpenito (2007).
Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Sdr. Y dengan Gangguan
Sistem Pencernaan: post operasi hemoroidektomi di Ruang Flamboyan RSUD
Pandanarang Boyolali, terdapat juga perencanaan yang belum berhasil dicapai

18 
 

karena keterbatasan waktu dan ketelitian penulis dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Kerjasama tim dalam pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif
pada pasien cukup baik dibuktikan dilaksanakannya pendelegasian yang
dilakukan oleh penulis.

B. Saran
a. Dalam hal kerjasama tim
Penulis mengharapkan untuk dipertahankannya dan ditingkatkannya
asuhan keperawatan, agar asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
benar-benar asuhan keperawatan komprehensif.
b. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal
mungkin dan meningkatakan mutu pelayanan rumah sakit.
c. Bagi pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.
d. Bagi Perawat
Diharapkan seorang perawat agar dapat lebih professional dengan
pengatahuan dan keterampilan yang di miliki sehingga dapat mendeteksi dini.
Bagi Pasien kasus-kasus yang patologi khususnya dalam kasus post operasi
hemoroidektomi.

19 
 

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia
Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.
Kurnia, Hendrawan. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran. Yogyakarta : Best
Publisher, 2009.
Lumenta, Nico A., Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya : Manajemen
Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia, 2006.
Mitchell, Kumar,Abbas,Fausto. buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih Bahasa
Andry Harsono. Editor Inggrid Tania, et al. Edisi 7. Jakarta: EGC, 2008.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.
NANDA, 2007 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima Medika.
Nugroho, Taufan. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika, 2011.
Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.
Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,
Ed.2.jakarta. EGC, 2004.

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post Operasi Appendiktomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.

0 0 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN POST OPERASI APPENDIKTOMI HARI Ke-1 Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Post Operasi Appendiktomi Hari Ke-1 Di Ruang Dahlia RSUD Banyudono.

0 1 16

SUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST APPENDIKTOMI HARI KE-4 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI.

0 0 5

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Sdr. B DENGAN CEDERA KEPALA BERAT (CKB) DAN FRAKTUR TIBIA 1/3 DEXTRA POST OPERASI HARI KE 6 DI BANGSAL FLAMBOYAN RUMAH SAKIT PANDAN ARANG BOYOLALI.

0 0 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: POST OP HERNIOTOMI HARI KE-2 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI.

0 0 6

LAPORAN KOMPREHENSIF Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Post Ileustomy Hari Ke-3 di Bangsal Flamboyan RSUD Pandan Arang Boyolali.

0 0 8

KONSEP DASAR Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Post Ileustomy Hari Ke-3 di Bangsal Flamboyan RSUD Pandan Arang Boyolali.

0 0 11

NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Pre Dan Post Hernioraphy Lateralis (Dekstra) Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Pandanarang Boyolali.

0 0 15

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. Y DENGAN Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Ganguan Sestem Pencernaan Post Operasi Hemoroidektomi Hari Ke-2 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali.

0 0 17

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Ganguan Sestem Pencernaan Post Operasi Hemoroidektomi Hari Ke-2 di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali.

0 2 4