83 158 1 SM

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN KUBIS (Brassica
oleracea) PADA TANAH YANG TERAKUMULASI LOGAM
BERAT KADMIUM (Cd) DI PERKEBUNAN PANGALENGAN
KABUPATEN BANDUNG
PLANT GROWTH ANALYSIS OF CABBAGE (Brassica
oleracea) ON SOIL HEAVY METAL ACCUMULATED
CADMIUM (Cd) AT PANGALENGAN ESTATE DISTRICT OF
BANDUNG
Gayatri Anggi., Kusdianti1., Rini Solihat.
Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI
ABSTRAK
Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas sayuran adalah dengan adanya
tindakan pengendalian hama dan pemberian pupuk. Adanya pemberian pupuk dan pestisida
dalam sistem pertanian dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi tanaman dan
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan tanaman kubis pada
tanah yang terakumulasi logam kadmium (Cd). Sampel tanaman kubis didapatkan dari lahan
Pertanian Pangalengan Bandung. Parameter yang diamati adalah kadar klorofil, biomassa
dan kadar logam Cd pada pupuk, pestisida, tanah dan tanaman. Hasil penelitian
menunjukkan biomassa tanaman bertambah dari awal penanaman hingga masa panen seiring
dengan adanya penambahan kadar klorofil pada tanaman. Hasil analisis logam Cd yang
terdapat pada tanah (3.65 ppm) dan tanaman (0.217 ppm) menunjukkan hasil yang melebihi

ambang batas. Hal tersebut menunjukkan akumulasi logam berat Cd pada tanaman tidak
memberikan dampak pada pertumbuhan tanaman, tetapi akumulasi logam Cd pada tanaman
melebihi ambang batas.Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kubis dapat mengakumulasi
logam.
Kata kunci : Brassica oleracea, Logam Kadmium, Kadar Klorofil, Biomassa, Lingkungan
ABSTRACT
One effort to increase the productivity of vegetables is the existence of pest control
measures and the provision of fertilizer. The provision of fertilizers and pesticides in farming
systems can cause a range of negative effects for plants and the environment. This research
aims to analyze the growth of cabbage crops in soil accumulated metals cadmium (Cd). The
cabbage plant samples obtained from agricultural land Pangalengan, Bandung. The
parameters observed were the levels of chlorophyll, biomass and the levels of metals Cd in
fertilizers, pesticides, soil and plants. The results showed increased plant biomass from
planting until harvest time along with the addition of the levels of chlorophyll in plants.
Results of the analysis of metal found in the ground Cd (3.65 ppm) and plants (0.217 ppm)
indicates results that exceed the threshold. It shows heavy metal Cd accumulation in plants
do not give an impact on plant growth, but the accumulation of metal Cd on plants above the
threshold level prove that the cabbage plant can accumulate metal.
________________________
1 Penulis Penanggung Jawab


Gayatri Anggi., Kusdianti1., Rini Solihat.
Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah yang Terakumulasi Logam Berat Kadnium
(Cd) di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung

Keywords: Brassica oleracea, Cadmium, Chlorophyll Content, Biomass, Environment

Sayuran dalam kehidupan manusia
sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan
pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran
merupakan salah satu sumber mineral dan
vitamin yang dibutuhkan manusia (Nugrohati
dan Untung, 1986). Salah satu contoh tanaman
jenis sayuran adalah kubis (Brassica
oleracea). Kubis merupakan salah satu
sayuran yang sangat digemari oleh banyak
kalangan masyarakat untuk dikonsumsi.
Kubis, selain memiliki kandungan vitamin,
gizi dan serat yang tinggi, juga memiliki
kandungan antioksidan tinggi yang dapat

mengurangi
resiko
terkena
penyakit.
Disamping hal tersebut, konsumsi sayuran
oleh masyarakat saat ini masih dibawah
kebutuhan gizi yang seharusnya. Konsumsi
sayuran yang masih rendah tersebut
disebabkan antara lain tingkat pengetahuan
rata-rata masyarakat dan produktivitas sayuran
yang
rendah.
Faktor-faktor
pembatas
produktivitas yang penting adalah adanya
serangan berbagai jenis hama tanaman dan
masalah penanganan pasca panen yang dapat
menurunkan kuantitas dan kualitas sayuran
(Nugrohati dan Untung, 1986).
Salah satu usaha agar produktivitas

sayuran dapat ditingkatkan diperlukan
tindakan pengendalian hama dan penanganan
pasca panen yang efektif dan efisien
(Nugrohati dan Untung, 1986). Pestisida
banyak digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tanaman (OPT),
seperti pada tanaman kubis. Pestisida yang
diberikan pada tanaman memiliki kandungan
bahan kimia yang beragam. Pestisida yang
digunakan pada tanaman seringkali dipakai
secara berlebihan, karena penggunaan tersebut
maka tanah yang ditanami tanaman kubis
kemungkinan
besar
akan
mengalami
akumulasi residu dari pestisida tersebut.
Selain pestisida, tanaman juga memakai bahan
organik seperti pupuk kandang atau kompos


yang berfungsi untuk menangani masalah
tanah-tanah kritis, memperbaiki sifat fisik dan
biologi tanah dan menambah unsur hara (Kim,
1991). Pupuk juga dikategorikan sebagai
sumber pencemar karena adanya kandungan
unsur serta senyawa tertentu yang masuk
kedalam suatu sistem dimana unsur maupun
senyawa tersebut tidak diperlukan dalam
jumlah banyak atau dapat membahayakan
komponen dalam lingkungan tersebut dan
dapat meracuni organisme non target, terbawa
sampai ke sumber-sumber air dan meracuni
lingkungan bahkan terbawa pada mata rantai
makanan sehingga dapat meracuni hewan dan
manusia yang mengkonsumsinya (Prabowo,
2008).
Penggunaan pestisida dan pupuk pada
pertanian terbukti dapat menekan jumlah
serangan hama penyakit dan meningkatkan
kesuburan

tanaman.
Namun
dengan
penggunaan pestisida dan pupuk secara
berlebihan pada tanaman dapat menyebabkan
terjadinya deposit bahan kimia yang ada pada
pupuk dan pestisida yang akhirnya menjadi
residu pada tanah dan tanaman yakni logam
berat.Logam berat pada kondisi lingkungan
yang alami tidak menjadi masalah, namun
akibat campur tangan manusia terhadap
lingkungan seperti pemupukan dan pestisida
yang terus menerus, maka logam berat
tersebut terakumulasi dan menjadi ancaman
bagi kelestarian lingkungan terutama tanah
dan tumbuhan itu sendiri(Tarumingkeng,
1992).
Akumulasi logam pada tanaman terjadi
karena penggunaan pupuk dan pestisida yang
berlebihan dan tidak berimbang terutama pada

tanaman kubis yang disebut sebagai tanaman
bioakumulator.
Tanaman
bioakumulator
merupakan kemampuan dari tanaman maupun
organisme untuk menyerap logam-logam berat
seperti Cd dan logam berat lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka pada

Formica Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

penelitian ini dilakukan analisis bagaimanakah
pertumbuhan tanaman kubis pada tanah yang
terakumulasi logam berat kadmium (Cd)
akibat penggunaan pupuk dan pestisida.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman kubis pada
tanah yang terakumulasi residu logam berat
Cd di lokasi perkebunan Pangalengan,
Kabupaten Bandung.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif yang dilakukan pada
lahan
perkebunan
kubis
Pangalengan
Kabupaten Bandung. Analisis pertumbuhan
yang diamati meliputi kadar klorofil dan
biomassa tanaman. Perkebunan kubis yang
diamati memiliki kontur tanah yang miring
sehingga
untuk
pengambilan
sampel
dilakukan pembagian lahan menjadi dua plot
pengamatan yakni plot pengamatan atas dan
bawah. Pada setiap lokasi pengamatan diambil
tiga sampel tanaman kubis yang diambil
secara acak untuk mewakili masing-masing

bagian plot atas (A,B,C) dan bawah (D,E,F).
Tanaman ditimbang untuk pengukuran berat
basah, setelah itu diambil daun ketiga untuk
pengukuran kadar klorofil. Pengukuran kadar
klorofil menggunakan metode Arnon (Dube et
al.,2001).
Pengukuran
berat
kering
tanamandilakukan
dengan
carasampel
tanaman kubis dikeringkan menggunakan
oven dengan suhu 70oC hingga beratnya
konstan. Pengujian logam Cd menggunakan
Spektofotometri Serapan Atom (AAS) di
Laboratorium tanah Universitas Padjajaran
Bandung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.


Kondisi lokasi perkebunan

Perkebunan kubis terdapat di desa
Margaluyu
Kecamatan
Pangalengan
Kabupaten Bandung yang berada di selatan

Kota Bandung, luas perkebunan sekitar 4
hektar dan berdekatan mengitari Situ Cileunca
yang memiliki kontur tanah dan pengairan
yang miring. Berdasarkan wawancara dengan
petani
sekitar,
perkebunan
tersebut
menggunakan berbagai jenis pestisida
(Agrisimba, Wondersim, Promaneb, Victory
mix,

Cymbush,
Growmore,
Fastron,
Prevathon, Recor) dan pupuk (ZA / Zwavel
Ammoniumdan
Phonska).
Bahan-bahan
tersebut
digunakan
pada
awal
penanaman,pada minggu ke-3 setelah tanam
dan selanjutnya bergantung pada curah hujan
di lokasi perkebunan dan hama tanaman yang
ada. Penggunaan pestisida dilakukan dengan
cara dicampurkan dalam satu tangki. Menurut
Djojosumarto (2000), pencampuran pestisida
dilakukan apabila sasaran penyakit dan hama
pada tanaman yang dituju berbeda dan
bertujuan pula untuk memutuskan organisme
pengganggu tanaman yang sudah resisten
sehingga sangat sulit untuk dimusnahkan.
Pada
penelitian
ini
dilakukan
pengamatan faktor abiotik lingkungan yang
diukur pada minggu pertama awal penanaman
hingga akhir masa panen. Pengukuran
dilakukan
untuk
mengetahui
kondisi
lingkungan pada lokasi perkebunan dan
mengetahui
faktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ratarata hasil pengukuran faktor abiotik pada
lokasi perkebunan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Data Abiotik pada Lokasi
Sampling Tanaman Kubis

Gayatri Anggi., Kusdianti1., Rini Solihat.
Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah yang Terakumulasi Logam Berat Kadnium
(Cd) di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung

B.
Analisis Kandungan
Pertumbuhan Tanaman Kubis.

Logam

Jumlah Kandungan Logam

Berdasarkan Tabel 1, terdapat
perbedaan antara hasil pengukuran plot
atas dan plot bawah diantaranya adalah
kecepatan angin, intensitas cahaya, pH
tanah, kelembaban udara dan materi
organik tanah (MOT). Hal tersebut
disebabkan karena berbagai faktor
diantaranya adalah adanya kanopi pada
plot atas sehingga menyebabkan
kecepatan angin, kelembaban udara
dan intensitas cahaya yang berbeda.
pH tanah dan MOT yang berbeda
disebabkan karena kondisi lahan yang
miring sehingga menyebabkan adanya
pencucian kandungan unsur dalam
tanah yang mengakibatkan banyaknya
kandungan unsur hara dan materi
organik terbawa oleh air hujan yang
meresap dalam tanah hingga terbawa
ke lokasi yang lebih rendah, sehingga
lokasi sampling bawah memiliki
kandungan materi organik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan lokasi
sampling atas sama halnya seperti pada
pengukuran pH tanah.

dihasilkan kandungan logam berat Cd
sebesar 4,23 ppm dan pestisida sebesar
0.018 ppm. Menurut Setyorini et al.
(2003), ambang batas untuk pupuk
adalah 0,11 ppm, hal tersebut
membuktikan bahwa pupuk yang
digunakan pada penanaman kubis
mengandung logam Cd melebihi
ambang batas, namun untuk pestisida
belum ditemukan ambang batas yang
ditetapkan.
Pada tanah kebun kubis juga
dilakukan pengujian kadar logam Cd
yang diambil pada saat awal
penanaman
(Minggu
ke-1),
pertengahan masa tanam (Minggu ke6) dan pada saat panen (Minggu ke-11)
(Gambar 1).
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1

6
(ppm)

dan

Pada penelitian ini dilakukan
analisis pengujian kandungan logam
Cd yang terdapat pada tanaman, tanah
juga pupuk dan pestisida yang
digunakan
pada
penanamannya.
Berdasarkan pengujian AAS tersebut,
ditemukan kandungan logam pada
semua sampel yang diuji. Pada
pengujian pupuk yang digunakan
untuk awal penanaman oleh petani

Minggu ke-

Gambar 1. Kandungan Logam Cd pada Tanah
Berdasarkan Gambar 1, untuk
pengambilan sampel tanah pada
minggu ke-1 hasil kandungan logam
pada tanah sebesar 3.65 ppm
sedangkan pada minggu ke-6 sekitar

11

Formica Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

3.58 ppm, hasil kandungan logam pada
tanah mengalami sedikit penurunan
sekitar 0,07 ppm. Pengujian sampel
tanah terakhir (minggu ke-9) dilakukan
pada tanah saat panen yang memiliki
hasil sangat berbeda dengan hasil
pengujian pada sampel awal dan
tengah. Hasil pengujian untuk tanah
saat panen pada lokasi sampling
memiliki rata-rata kandungan Cd 0,15
ppm. Penurunan kandungan logam
pada saat panen diduga akibat adanya
penyerapan logam dalam tanah ke
tanaman yang disebabkan karena
tanaman memiliki upaya penyerapan
air dan bahan mineral dari tanah oleh
akar untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya agar dapat tumbuh. Selain itu
diduga adanya pencucian yang
disebabkan curah hujan yang cukup
tinggi pada lokasi perkebunan kubis
yang cenderung memiliki ketinggian
yang berbeda dan menyebabkan air
turun ke tempat yang lebih rendah,
sehingga logam yang terdapat didalam
pupuk dan pestisida ikut terbawa oleh
air.Selain
dilakukan
pengujian
terhadap tanah, dilakukan pula
pengujian pada tanaman kubis untuk
mengetahui apakah terdapat akumulasi
logam di dalam tanaman. Hasil
akumulasi kandungan logam Cd pada
tanaman dapat dilihat pada Tabel 2.

pertama di kedua lokasi pengamatan
memiliki rata-rata kandungan logam