TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERUPA KENDARAAN BERMOTOR YANG DIDAFTARKAN SETELAH ADANYA WANPRESTASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERUPA
KENDARAAN BERMOTOR YANG DIDAFTARKAN SETELAH ADANYA
WANPRESTASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42
TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA
ABSTRAK

Perjanjian pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor
semakin diminati masyarakat. Perjanjian tersebut biasanya diikuti dengan
perjanjian jaminan fidusia untuk memberikan kepastian pelunasan utang.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
mewajibkan dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia. Namun dalam
prakteknya, pendaftaran tersebut baru dilakukan setelah terjadinya
wanprestasi. Permasalahan yang hendak diteliti adalah mengenai akibat
hukum dari jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor yang baru
didaftarkan setelah adanya wanprestasi, serta bagaimana perlindungan
hukum terhadap debitor yang bertikad baik dalam kasus demikian.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini bersifat deskriptif
analitis untuk memberikan data tentang gejala sosial. Metode pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis normatif, dengan
menggunakan data primer sebagai data utama untuk menganalisis data
sekunder yang didapatkan di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendaftaran jaminan fidusia
berupa kendaraan bermotor yang dilakukan setelah adanya wanprestasi
mengakibatkan tidak timbulnya hak dari kreditor untuk melakukan parate
eksekusi terhadap obyek jaminan tersebut, dan bahwa debitor yang
bertikad baik dalam kasus seperti ini hanya mendapatkan perlindungan
hukum yang terbatas yaitu hak mendapatkan sisa harga penjualan setelah
dikurangi hutang pokok, bunga dan biaya lain-lain dari hasil penjualan
obyek jaminan fidusia sesuai Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Kata Kunci : Jaminan Fidusia, Pembiayaan Konsumen, Kendaraan
Bermotor, Pendaftaran

LEGAL REVIEW ON VEHICLE AS FIDUCIARY OBJECT WHICH WERE
REGISTERED AFTER THE BREACH OF CONTRACT BASED ON
INDONESIAN FIDUCIARY ACT 1999 NUMBER 42

ABSTRACT

Consumer financing agreement for vehicles is becoming more
attractive to the community. The agreement is usually followed by a

fiduciary agreement to provide certainty of the repayment of the debt.
Indonesian Fiduciary Act 1999 number 42 states that every fiduciary
agreement is required to be registered. However, in practice, many
consumer financing companies registered the agreement after there is a
breach of contract. The issues examined in this research are the legal
consequences of the vehicle as the fiduciary object which were registered
after the breach of contract, and the legal protection of the debtors with a
good faith in such cases.
The method used in this mini-thesis is a descriptive analysis
method to provide data about social phenomena. The approach method
used is a normative juridical method, using primary data as the main data
to analyze the secondary data obtained through the field research.
The results showed that a fiduciary registration of vehicles which
were done after the breach of contract do not automatically give the
creditors a right to execute the fiduciary object, and that a debtor with a
good faith only got a limited legal protection in accordance with Article 34
Paragraph (1) of Indonesian Fiduciary Act 1999 number 42, in which the
debtor has a right to gain the surplus of the selling price of said executed
fiduciary object.
Keywords : Fiduciary, Consumer Financing, Vehicle, Registration