T1 802010053 Full text

HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS (PFC&EFC) DENGAN TINGKAT
STRESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

OLEH:
IKA RATNA WULANDARI
802010053

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Coping Stress (PFC
&EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa UKSW.
Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui coping stress PFC atau EFC yang lebih
banyak digunakan oleh subjek penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ada korelasi yang signifikan antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat
Stress pada mahasiswa.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga, baik laki-laki maupun perempuan, yang sedang
mengerjakan skripsi (yang masa studinya lebih dari 4 tahun) Subjek penelitian secara
keseluruhan berjumlah 83 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling .
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Korelasi Person Product Moment
menunjukkan korelasi antara Coping Stres EFC (emotion focus coping) dengan Stres
diperoleh hasil r = 0.892 dengan sig = 0.000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara EFC (emotion focus coping) dengan Stres serta koefisien korelasi antara
Coping Stres PFC (problem focus coping) dengan Stres adalah r = 0.880 dengan sig = 0.000
yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara PFC (problem focus coping)
dengan stres. Hal tersebut membuhktikan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan
positif antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa dapat
diterima.


Kata Kunci : Emotion Focus Coping (EFC), Problem Focus Coping (PFC), Stres.

ii

Abstract
This researh is intend to find out relation between Coping Stress (PFC & EFC) and Stress
level on student at UKSW
Beside that, this research is intend to find out wich coping stress PFC or EFC is usually
used by research subject. The hypothesis is there is significant relation between Coping
Stress (PFC & EFC) and Stress level on student.
The subject of this research is the students of Information Technology Faculty at Satya
Wacana University Salatiga. The subject is male or female student wich still on thesis (
more than 4 years study). The subject is 83 students. Sampling using Purposive sampling
method.
Hypothesis result wich using korelasi person product moment shows relation between
coping stress EFC (Emotion Focus Coping) alasysis is r = 0.892 and sig = 0.000 wich
mean there is significant relation between EFC (Emotion Focus Coping) with stress also
coefficient relation between Coping stress PFC (Problem Focus Coping) and stress is r =
0.880 and sig = 0.000 wich mean there is significant relation between PFC (Problem

Focus Coping) with stress. By that result the hypothesis wich tell there is positive relation
between coping stress with stress level on student is acceptable.
Key Word : Emotion Focus Coping (EFC), Problem Focus Coping (PFC), Stress.

iii

1

Latar Belakang
Di era teknologi dan globalisasi ini seseorang dituntut untuk selalu dapat
meningkatkan kemampuan dan keahliannya secara profesional agar dapat menyesuaikan
diri dalam persaingan dunia global. Salah satunya dalam hal pendidikan, karena pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Seperti yang kita
ketahui bahwa suatu pendidikan yang baik tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia
yang berkualitas.
Disiplin, kreativitas, dan dimilikinya etos kerja yang tinggi (dalam Nadjmun, 1998)
kesuksesan seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia
yang tinggi jika dapat menunjukkan karakteristik tersebut.
Sehubungan dengan manusia yang berkualitas ditinjau dari segi pendidikan maka
mahasiswa mempunyai kewajiban untuk membuat skripsi atau tugas akhir. Penulisan

skripsi merupakan syarat seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
khususnya untuk gelar S -1. Skripsi merupakan laporan riset atau sering disebut sebagai
laporan penelitian. (Derry & Jubilee, 2006). Karya ilmiah ini ditulis sebagai hasil kegiatan
akademik berupa penelitian ilmiah yang dapat berbentuk penelitian experimental, teoritis,
analisis komputasi, penelitian pustaka dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan sebagai latihan
bagi para mahasiswa untuk menuangkan hasil kegiatan penelitian dalam suatu karya tulis
secara sistematis dan metodologis. (Prayoto, 1991)
Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa, dalam mengerjakan skripsi
mahasiswa mengalami beberapa kesulitan seperti menentukan judul skripsi, malas merevisi
skripsi, kesulitan menuangkan ide kedalam tulisan atau kata-kata, mencari bahan atau

2

jurnal, dosen pembimbing yang sulit ditemui, serta waktu yang dimiliki untuk mengerjakan
skripsi. Kesulitan-kesulitan ini memicu timbulnya stress pada mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi tersebut. Hasil wawancara tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Nooreza (2011), yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
stres dalam pengerjaan skripsi adalah pengambilan data yang sulit, pencarian literatur yang
terlalu banyak, pengolahatan data yang memakan banyak waktu, sulit mendapatkan subyek,
dan lain-lain.

Keadaan-keadaan yang timbul diatas dapat secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh dalam pengerjaan skripsi karena saat stres tubuh individu akan mengaktifkan
respon melawan dan menghindar yang akibatnya individu akan mengeluarkan banyak
energi yang dapat menyebabkan keletihan baik secara mental maupun fisik dan biasanya
keadaan ini akan ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sulit berkonsentrasi,
rentang perhatian yang berkurang, kemampuan individu untuk mengingat informasi
menjadi sangat terbatas dan pengambilan keputusan yang terpengaruh (Somerville,2003).
Stress ataupun perasaan tertekan yang timbul pada mahasiswa akibat menunda
mengerjakan tugas, mencari referensi ataupun belajar ketika akan mendekati ujian dapat
diatasi dengan strategi yang dinamakan coping (Atkinson dkk, 2001). Coping yang
dilakukan tiap mahasiswa berbeda-beda. Ada yang menggunakan problem focused coping
(PFC) , dilakukan dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya
stress secara langsung dan ada juga yang menggunakan emotion focused coping (EFC)
lebih mengarah pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya dengan
mengatur respon emosional terhadap stressor agar mahasiswa tersebut merasa lebih baik.

3

Pemilihan strategi coping ini akan dipengaruhi oleh bentuk permasalahan yang
dihadapi dan siapa yang mempunyai permasalahan, karena setiap orang mempunyai tingkat

ketahanan stres yang berbeda-beda.
Menurut Cohen dan Lazarus (dalam Folkman 1984), tujuan melakukan coping adalah
untuk mengurangi hal-hal yang membahayakan dari situasi dan kondisi lingkungan,
meningkatkan kemungkinan untuk pulih, menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian
negatif yang dijumpai dalam kehidupan nyata, mempertahankan keseimbangan emosional,
meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta mempertahankan citra
diri positif. Pada akhirnya harapan individu melakukan coping adalah untuk menghasilkan
sesuatu yang baik dan lebih produktif. Coping tidak dapat dikatakan sesuai atau tidak
sesuai, salah atau benar, baik atau buruk karena suatu strategi mungkin efektif pada situasi
tertentu tetapi tidak pada situasi lain. Demikian pula efektivitas coping ditentukan oleh
bagaimana tuntutan internal dan eksternal terhadap situasi tersebut.
Individu cenderung untuk menggunakan problem focused coping dalam menghadapi
masalah-masalah yang menurut individu tesebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu
cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah
yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984).
Kemungkinan ada hubungannya antara lamanya mahasiswa mengerjakan skripsi
dengan pemilihan coping stress yang mereka gunakan, dapat dilihat pada mahasiswa
Fakultas Pendidikan TI dan Ilmu Komputer (UKSW). Berdasarkan data dari Biro
Administrasi Akademik UKSW pada Mei 2014, mahasiswa Fakultas pendidikan TI dan
Ilmu Komputer yang terdaftar aktif kuliah pada tahun 2013-2014 dengan masa studi lebih

dari lima tahun sebanyak 518 mahasiswa, dan jumlah kelulusan pada tahun 2013 dan 2014

4

hanya berjumlah 3 orang mahasiswa, dari data yang di dapat tersebut sebagian besar
mahasiswa merasa tidak sanggup mengerjakan skripsi yang sedang mereka jalani, mereka
lebih memilih untuk melupakan hal yang berhubungan dengan skripsi dan mencoba untuk
menenagkan pikiran dan hati mereka dengan melakukan hal lain, bahkan ada juga yang
tidak menghiraukan skripsinya lagi.
Penelitian

lain

adalah

penelitian

Munawaroh

(2001)


dalam

penelitiannya

menyimpulkan bahwa strategi EFC sebesar 55,16%, strategi Coping Stress PFC yang
digunakan Coping Stress melalui 41,5% mahasiswa yang menyusun skripsi dan strategi
MALC sebesar 17,76%. Yaitu strategi EFC lebih banyak digunakan sebesar 32,78%.
Penelitian Munawaroh bertentangan dengan penelitian Sinaga (2005)

yang

menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stress akibat kesulitan dalam
penyusunan skripsi sebanyak 84,3% melaukan Coping Stress dengan problem focused
coping (PFC) dengan mempelajari cara yang baru dan 15,7% Coping Stress melalui
emotional focused coping (EFC) bahwa perilaku yang cenderung mengatur emosi berkaitan
dengan situasi kejadian. Yaitu strategi PFC lebih banyak digunakan sebesr 59,03% .
Oleh karena itu, dari fenomena yang telah dijelaskan dan dari wawancara yang telah
dilakukan, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Coping Stress (PFC dan EFC)
dengan Tingkat Stress pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas

Pendidikan TI dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Satya Wacana”.

5

Hipotesis
Ho : - Tidak ada korelasi antara PFC (Problem Focused Coping) dengan Tingkat Stress
Mahasiswa Skripsi
- Tidak ada korelasi antara EFC (Emotion Focused Coping) dengan Tingkat Stress
Mahasiswa Skripsi
Hi : - Ada korelasi antara PFC (Problem Focused Coping) dengan Tingkat Stress
Mahasiswa Skripsi
- Ada korelasi antara EFC (Emotion Focused Coping) dengan Tingkat Stress
Mahasiswa Skripsi
Tinjauan Pustaka
Pengertian Stress
Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat
diakibatkan oleh tuntunan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai
memiliki potensi membahayakan dan tidak terkendali. Sementara itu, McGrath dan
Wedford (1997) menjelaskan stres sebagai kondisi fisik dan psikologis suatu organisme
yang berada di ambang batas kekuatan adaptifya.

Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres memiliki tiga bentuk yaitu :
1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang
menimbulkan stres atau disebut juga stressor
2) Respon, stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang
muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat
secara psikologis, seperti jantung berdebar, gemetar, pusing, takut, dan cemas.

6

3) Proses yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara
aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Hambatan Penyusunan Skripsi dan Aspek Stres Dalam Penyusunan Skripsi
Kemampuan dasar mahasiswa yang kurang, intensitas bimbingan oleh pembimbing
yang kurang, birokrasi penelitian, kebijakan lembaga, keterbatasan fasilitas dapat menjadi
faktor penghambat dalam proses pengerjaan skripsi (Pranata, 2005).
Stres menurut Lazarus (1994) adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan
lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak
keseimbangan kehidupan sesorang. Potter & Perry (2002) mengatakan bahwa stres
disebabkan oleh banyak faktor yang disebut stressor. Stressor merupakan stimulus yang

mengawali atau mencetuskan perubahan dan menunjukan suatu kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan,
perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural.
Terdapat empat aspek stres menurut Hardjana (1994) yaitu :
a) Aspek biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami mahasiswa
seperti sakit kepala, sakit punggung, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan
makan dan gangguan kulit.
b) Aspek intelektual
Kondisi stres dapat mengganggu proses berpikir mahasiswa. Gangguan proses berpikir
cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit membuat
keputusan, produktivitas menurun, kehilangan rasa humor, mutu kerja rendah.

7

c) Aspek emosional
Kondisi stres yang mengganggu kestabilan emosi individu. Mahasiswa yang mengalami
stres akan menunjukan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, gugup, muda tersinggung, gelisah, harga diri rendah, gampang menyerang orang,
merasa sedih dan depresi.
d) Aspek interpersonal
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku mahasiswa sehari-hari sehingga
menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal seperti mendiamkan orang lain,
senang mencari kesalahan orang lain, menutup diri secara berlebihan, dan kehilangan ras
percacaya diri.
Coping Stress
Menurut Giller (Anam, 2005, h.116) bahwa terjadinya efek atau pengaruh dari
pengalaman traumatik merupakan hasil dari kemampuan individu dalam mengatasi atau
mengelola stres. Saat stres dapat ditangani dengan baik dan efektif, maka akan membuat
individu tersebut dapat bertahan dan tidak larut dalam masalah yang dihadapinya sehingga
dapat meminimalkan efek untuk terjadinya gangguan psikologis yang lebih parah.
Sebaliknya, apabila stres yang dialami tidak ditangani dengan baik maka akan memicu
untuk terjadinya gangguan. Metode yang dapat digunakan untuk mengatasi atau mengelola
stres sangat bervariasi, salah satunya adalah coping. Lazarus (Garmezy dan Rutter, 1983,
h.15) menjelaskan bahwa coping adalah suatu usaha individu yang berorientasi pada
tindakan untuk mengendalikan, menguasai, menerima, mengurangi

dan memperkecil

kemungkinan pengaruh lingkungan terhadap tuntutan internal dan konflik-konflik yang
telah melampaui kemampuan individu tersebut.

8

Menurut Erikson (Newman, 1981, h.18), coping adalah usaha aktif individu untuk
mengatasi stres dan menciptakan cara baru dalam menghadapi situasi baru dalam setiap
tahap perkembangan. Coping juga merupakan usaha individu untuk mengurangi stres atau
tekanan perasaan yang terjadi karena hal-hal atau masalah-masalah yang tidak terpecahkan
(Shin dkk, 1984, h.864). Lazarus dan Folkman (Smet, 1994, h. 143) menggambarkan
coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada
antara tuntutan-tuntutan, baik itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal
dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang korban gunakan dalam menghadapi
situasi yang penuh stres.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa copingadalah usaha individu untuk
mengelola tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari dalam individu maupun dari
lingkungan) dengan cara mengendalikan, menguasai, menerima, memperkecil atau
mengembangkan emosi dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.

Jenis-Jenis Coping Stress
Lazarus dan Folkman (1984) mengungkapkan terdapat dua jenis coping stres yaitu:
1.

Problem-Solving Focused Coping

Dimana individu secara aktif mencari

penyelesaian dari masalah untuk

menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres sebagai berikut:
a) Planful Problem Solving, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan
menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati,
bertahap dan analitis.

9

b) Confrontative coping, individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan
kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.
c) Seeking Social Support, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap
menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan analitis. Pada mekanisme ini individu tidak
menggunakan unsur emosional dalam menghadapi masalah melainkan melakukan analisa.
2. Emotion-Focused Coping
Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi
yang penuh tekanan sebagai berikut:
a) Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang
dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial
pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
b) Positive Reinterpretation,respon dari suatu individu dengan cara merubah dan
mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari
sebuah masalah (hikmah).
c) Acceptance,berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah,
karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan
masalahnya.
d) Denial

(avoidance),pengingkaran,

suatu

cara

individu

dengan

berusaha

menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah yang ada pada dirinya.
Individu menggunakan kedua strategi tersebut untuk mengatasi berbagai masalah
yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari.

10

Faktor yang menentukan coping mana yang paling banyak atau sering digunakan
sangat tergantung pada individu itu sendiri dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi
atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan PFC dalam
menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang
berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan, sebaliknya ia akan cenderung menggunakan
EFC ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang
berhubungan dengan

penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Cara individu

menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang
meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial
dan dukungan sosial dan materi (Lazarus & Folkman, 1984).
Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Coping Stress
1. Kesehatan Fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam
usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar
2. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis
yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang

mengerahkan individu pada

penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi
coping tipe : PFC
3. Keterampilan Memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk
mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut
sehubungan dengan hasil yang ingindicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana
dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

11

4. Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan
informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga
lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya
5. Materi . Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau
layanan yang biasanya dapat dibeli.
Menurut Lazarrus dan Folkman (1984) Strategi coping menunjuk pada berbagai
upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau
minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain
strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan
menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan
cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut
untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan
sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).
Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan
sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat stres dari suatu
kondisi atau masalah yang dialaminya.
Perbedaan Penggunaan Coping Stress (PFC) dan (EFC) dalam Penyusunan Skripsi
Menyelesaikan skripsi atau karya ilmiah merupakan suatu keharusan bagi seorang
mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Perguruan Tinggi. Sebagian besar
mahasiswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan skripsi, seperti menentukan judul
skripsi, malas merevisi skripsi, kesulitan menuangkan ide kedalam tulisan atau kata-kata,
mencari bahan atau jurnal, dosen pembimbing yang sulit ditemui, serta waktu yang dimiliki

12

untuk mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan ini memicu timbulnya stress pada
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi tersebut. Karena stress dapat mempengaruhi
kondisi fisik maupun psikologis seseorang. Akibat dari respon melawan dan menghindar
yang diakibatkan stres, stres yang timbul tersebut seringkali menyebabkan individu
melakukan penundaan (Burka dan Yuen, dalamFibrianti 2009). Penundaan yang dilakukan
mahasiswa dalam mengerjakan skripsi termasuk ke dalam prokrastinasi akademik. Stress
yang dapat menimbulkan penundaan atau prokrastinasi tersebut dapat di atasi dengan
Coping Stress.Coping yang dilakukan tiap mahasiswa berbeda-beda. Ada yang
menggunakan problem focused coping (PFC) , dilakukan dengan cara menghadapi masalah
yang menjad penyebab timbulnya stress secara langsung dan ada juga yang menggunakan
emotion focused coping (EFC) lebih mengarah pada usaha untuk mempertahankan
keseimbangan afeksinya dengan mengatur respon emosional terhadap stressor agar
mahasiswa tersebut merasa lebih baik

13

METODE PENELITIAN
Partisipan
Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana. Partisipan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Teknologi Informasi yang yang masa
studinya lebih dari 5 tahun dan sudah mengerjakan skripsi lebih dari dua semester. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 518 mahsiswa yang aktif menurut data yang didapat dari
Biro Administrasi. Dan dalam penelitian ini yang akan diambiil sebagai subjek ialah
perwakilan dari angkatan mahasiswa 2006, 2007, 2008, 2009 Fakultas Teknologi
Inforrmasi Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil perhitungan jumlah sampel
berdasarkan jumlah populasi dengan menggunakan rumus Slovin adalah sebanyak 83
mahasiswa. Dengan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, memilih
sampel dari mahasiswa yang diharapkan mempunyai informasi yang akurat.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pengambilan data, dilakukan survei awal
untuk memperoleh informasi tentang data mahasiswa Fakultas Teknologi Informai yang
sedang mengerjakan skripsi. Data diperoleh dari Biro Administrasi Universitas Kristen
Satya Wacana pada tanggal 22 Mei 2014. Pengumpulan data dengan menyebarkan angket
dilakukan pada tanggal 28 November 2014 – 5 Januari 2015, peneliti membagikan angket
atau kuesioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria.

14

Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan skala Coping Stress PFC dan skala
Coping Stress EFC yang dikembangkan oleh Folkman dan Lazarus (1984) yang telah
diadaptasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 17 item yang terbagi ke dalam 3 dimensi
Problem Focused Coping dan 15 item yang terbagi ke dalam 4 dimensi Emotion Focused
Coping. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan jawaban yang
tersedia, yaitu: "Sangat Tidak Setuju", "Tidak Setuju","Setuju" dan "Sangat Setuju".
Sedangkan skala untuk variabel Stress yang dikembangkan oleh Hardjana (1994)
yang telah diadaptasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 29 aitem total yang terbagi ke
dalam 4 dimensi Stress. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan
jawaban yang tersedia, yaitu: "Sangat Tidak Setuju", "Tidak Setuju","Setuju" dan "Sangat
Setuju".
Uji coba alat menghasilkan 17 item PFC, 15 item EFC dan 29 item yang bertahan dengan
standar daya diskriminasi item dinilai berdasar item-total correlation pada program SPSS
v.21sebesar > 0,3. Dengan tingkat kepercayaan PFC sebesar 0,977, EFC sebesar 0,982 dan
Stress sebesar 0,799.
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas
Uji Normalitas menggunakan Kolmogrovov-Smirnov pada program SPSS v.21. Data
dikatakan normalbila memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05).

15

Tabel 1.
Hasil uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
EFC
PFC
N
83
83
Normal
Mean
37.0602
42.9639
Parametersa,b
Std. Deviation
5.72830
8.79224
Most Extreme
Absolute
.090
.090
Differences
Positive
.053
.090
Negative
-.090
-.083
Test Statistic
.090
.090
Asymp. Sig. (2-tailed)
.091c
.095c

Stres
83
72.4699
12.29846
.055
.051
-.055
.055
.200c,d

Hasil uji normalitas pada tabel menunjukan bahwa variabel coping stress efc
memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,90 dengan probabilitas p) atau
signifikansi sebesar 0,91, sedangkan untuk variabel coping stress pfc memiliki koefisien
Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,90 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar
0,95. Dan variabel stress memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,055
dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,2. Dengan demikian variabel memiliki
distribusi yang normal yaitu p > 0,05.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel beba berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya, uji
linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS v.21 for windows yang dapat dilihat pada
tabel berikut.

16

Tabel 2.
Hasil uji linearitas efc dengan stress
ANOVA Table

EFC *
STRES

Between
Groups

(Combined)
Linearity
Deviation
from
Linearity
Within Groups
Total

Sum of
Squares
2537.181
2174.642

df
37
1

Mean
Square
F
Sig.
68.572 15.585 .680
2174.642 494.237 .000

362.539

36

10.071

198.000
2735.181

45
82

4.400

2.289

.073

Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai
Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel emotion focused coping dan stress
diperoleh nilai F beda sebesar 2.289 dengan signifikansi p = 0,73 (p > 0.05) yang
menunjukan hubungan antara variabell emotion focused coping dengan stress adalah linier.
Tabel 3.
Hasil uji linearitas pfc dan stress
ANOVA Table

PFC *
STRES

Between
Groups

(Combined)
Linearity
Deviation
from
Linearity
Within Groups
Total

Sum of
Squares
6007.102
5200.683

df
37
1

Mean
Square
162.354
5200.683

F
Sig.
10.275 .057
329.126 .019

806.419

36

22.401

1.418 .133

711.067
6718.169

45
82

15.801

Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai
Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel problem focused coping dan stress

17

diperoleh nilai F beda sebesar 1.418 dengan signifikansi p = 0,133 (p > 0.05) yang
menunjukan hubungan antara variabel problem focused coping dengan stress adalah linier.
Analisis Deskriptif
EFC (Emotion Focus Coping)
Tabel 4.
Kriteria Skor EFC
No
1.
2.
3.
4.

Interval
15 ≤ x≤ 26,25
26,25≤ x