PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MEJA KOMPUTER YANG ERGONOMIS.

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MEJ A KOMPUTER
YANG ERGONOMIS

SKRIPSI

OLEH :
AGUS MAHARDIKA
0932010012

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
‫ﺑِ ْ ﺴ ِ ﻢ ﱠ ِﷲ ا ﻟ ﱠ ﺮ ْ ﺣ َ ﻤ ِ ﻦ ا ﻟ ﱠ ﺮ ِ ﺣ ﻢ‬
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

berkenan memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :
PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MEJ A KOMPUTER
YANG ERGONOMIS
Penyusunan tugas akhir

ini guna memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur


2.

Bapak Prof. Dr. Ir. Soemargono, SU, selaku Wakil Rektor I UPN “Veteran”
Jawa Timur.

3.

Ibu Ir. Effi Damaijati, MS, selaku Wakil Rektor II UPN “Veteran” Jawa
Timur.

4.

Bapak Drs. Ec. Patrap Wiprapto, MS, selaku Wakil Rektor III UPN
“Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.


6.

Bapak Ir. Mutasim Billah, MS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Teknologi
Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

7.

Bapak Ir. Budi Santoso, MMT, selaku Wakil Dekan II Fakultas Teknologi
Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8.

Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Kepala Jurusan Teknik Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur.

9.


Bapak Drs. Pailan M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan Teknik Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur dan Dosen pembimbing II, yang telah membimbing
sampai terselesaikannya laporan TA ini.

10. Ibu Enny Ariyani, ST. MT, selaku Dosen pembimbing I dan kepala
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonmi yang selalu
membimbing hingga terselesaikannya laporan TA ini.
11. Bapak/Ibu Dosen penguji dan Dosen pengajar Jurusan Teknik Industri yang
telah memberikan ilmu pengetahuan, wawasan, nasihat dan masukan yang
berguna bagi penulis mulai dari kuliah hingga seminar dan Ujian Lisan.
12. Seluruh Staff UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah melayani kebutuhan
mahasiswa dengan baik.
13. Orang tua yang selalu mendukung dan memberi do’a kepada penulis agar
tugas akhir ini bisa selesai.
14. Teman-teman seperjuangan yang telah menemani, membantu dan memberi
dukungan baik secara moral maupun finansial.
15. Dan buat semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyusun laporan TA ini.

Surabaya, 14 Juni 2013


Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MEJ A KOMPUTER
YANG ERGONOMIS
Agus Mahardika
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Jl. Rungkut Madya Surabaya 60294
Email : mahardikaagus08@gmail.com

Abstrak
Seiring dengan perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami
inovasi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Keberhasilan industri dalam
menghadapi persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan
mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan

industri tersebut dalam beradaptasi/merespon perubahan keinginan konsumennya.
Saat ini meja komputer merupakan salah satu alat bantu yang sangat
dibutuhkan oleh banyak orang/pengguna komputer. Namun pada kenyataanya
meja komputer merk AZTEC yang ada saat ini, salah satunya monitor berada di
bawah meja yang menyebabkan terasa sakit pada leher dan punggung apabila
terlalu lama menggunakannya meja komputer. Sedangkan dalam ilmu ergonomi,
posisi kerja yang benar ialah posisi tubuh tetap tegak agar kerangka tubuh dapat
menopang tubuh dengan tepat.
Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan perancangan meja
komputer yang ergonomis sehingga mampu memberikan kemudahan dan
kenyamanan dalam penggunaannya. Untuk itu digunakan metode Antropometri.
Berdasarkan hasil perhitungan penentuan ukuran yaitu panjang adalah 168
cm, lebar 55 cm, tinggi 76 cm, tinggi tempat LCD 24 cm, panjang tempat LCD 39
cm, tebal tempat LCD 9 cm, tinggi tempat CPU 40 cm, lebar tempat CPU 20 cm,
tinggi pembatas kaki 15 cm, panjang pembatas kaki adalah 73 cm, tebal dan lebar
kaki meja 2 cm.

Kata kunci : Ergonomi, Antropometri, Persentil, Inovasi meja komputer

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MEJ A KOMPUTER
YANG ERGONOMIS
Agus Mahardika
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Jl. Rungkut Madya Surabaya 60294
Email : mahardikaagus08@gmail.com

Abstract

Along with the development of a product will always have innovation in
accordance with the needs of its users. The success of the industry in the face of
competition is determined by the success in designing and developing products
that conform to the wishes of consumers and the industry in adapting
speed/response to changing consumer desires.
Nowadays computer desk is one of the tools that are needed by many
people/users computer. But the fact AZTEC computer desk brands available

today, one of which monitor was under the table which causes pain in the neck
and back when too old to use desk computer. While the science of ergonomics,
work position is correct body position in order to remain upright body frame can
support the body properly.
The purpose of this research is to design an ergonomic computer desk so
as to provide ease and comfort of use. Anthropometric methods used to it.
Anthropometry can be expressed as a study related to the measurement of human
body dimensions.
Based on the calculation determining the size of length is 168 cm, width
55 cm, height 76 cm, height 24 cm LCD, LCD place 39 cm long, 9 cm thick LCD
spot, where the CPU 40 cm high, 20 cm width of the CPU, the high limiting leg
15 cm, length was 73 cm barrier leg, table legs thick and 2 cm wide.

Keywords: Ergonomics, Anthropometrics, Percentile, Innovation computer table

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Dalam zaman kemajuan teknologi yang lebih mempermudahkan kerja

maupun aktifitas manusia telah bermunculan peralatan ciptaan baru yang
mempunyai daya guna lebih dari pada dasar kemampuan sebelumnya. Hal ini
ditunjang pula dengan ketersediaan alat penunjang untuk pembuatan dan semakin
kompleksnya kebutuhan manusia akan sebuah kemudahan.
Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang
lebih praktis dalam penggunaannya, karena hal ini akan sangat meringankan
beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring dengan perkembangan jaman
suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan
penggunanya. Keberhasilan industri dalam menghadapi persaingan ditentukan
oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut dalam beradaptasi /
merespon perubahan keinginan konsumennya.

Meja komputer merupakan salah satu alat bantu yang cukup praktis dalam
penggunaan maupun sebagai wadah bagi komputer itu sendiri. Namun pada
kenyataanya meja komputer merk AZTEC yang ada saat ini, pada saat
menggunakannya, pengguna meja komputer tersebut harus merunduk untuk
melihat monitor karena monitor berada di bawah meja yang menyebabkan terasa
sakit pada leher dan punggung apabila terlalu lama menggunakan meja komputer

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

tersebut disamping itu pula pengguna meja komputer harus menarik laci keyboard
terlebih dahulu sehingga posisi duduk pengguna meja komputer akan lebih jauh
untuk meraih mouse, jika orang yang menggunakan meja tergolong pendek, maka
pengguna cenderung kesusahan dalam meraih mouse. Sedangkan dalam ilmu
ergonomi, posisi kerja yang benar ialah posisi tubuh tetap tegak agar kerangka
tubuh dapat menopang tubuh dengan tepat.
Dari permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk merancang dan mengembangkan produk inovasi meja komputer yang

ergonomis sehingga memiliki kenyamanan dalam penggunaannya.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :
“Bagaimana merancang meja komputer yang ergonomis dari yang sudah
ada saat ini ?”

1.3

Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian hanya membahas desain meja komputer yang bersifat multifungsi,
untuk meja belajar dan meja kerja.
2. Pengukuran antropometri hanya digunakan pada ukuran meja.
3. Data antropometri disesuaikan dengan masyarakat Indonesia yaitu mahasiswa
teknik industri dengan pertimbangan usia antara 21 - 25 tahun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

4. Peneliti tidak membahas nilai biaya dan nilai estetika dari meja komputer.
5. Meja komputer yang digunakan sebagai pembanding adalah merk AZTEC.
6.

Persentil yang digunakan adalah persentil 5% dan 50%.

7. Tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%.
8. Layar LCD yang digunakan adalah merk BENQ.
9. Kursi yang digunakan adalah kursi lipat merk SANKIN.

1.4

Asumsi
Adapun asumsi–asumsi digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan baik.
2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan
penggunanya.
3. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.
4. Jumlah pengguna yang diukur dapat mewakili semua pengguna meja
komputer.
5. Meja komputer yang dirancang dan dibuat ini bisa digunakan untuk
mahasiswa, Penelitian ini dilakukan di lingkungan Teknik Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.

1.5

Tujuan
Melakukan perancangan meja komputer yang ergonomis sehingga mampu

memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

1.6

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti.
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam
permasalahan nyata diperusahaan.
2. Bagi Pengguna (penguna meja komputer).
Memberikan kemudahan dan kenyamanan serta mengurangi efek kelelahan
dalam melakukan kegiatan menulis dan penggunaan komputer.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap
perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7

Sistematika Penulisan Laporan
Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat

diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas
mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang
dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan
lingkup sistematika penulisan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ruang

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai ergonomi dan desain perancangan produk.

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan mengenai lokasi penelitian, metode pengupulan data
dan langkah pemecahan masalah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja komputer yang
ergonomis dan multifungsi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Perancangan dan Pengembangan Produk.

2.1.1 Perancangan Produk.
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat
yang tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan
dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.
Perancangan Merupakan kegiatan awal dari usah merealisasikan suatu
produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah
perancangan selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk.
Kedua kegiatan tersebut dilakukan dua orang atau dua kelompok orang dengan
keahlian masing-masing, yaitu perancangan dilakukan oleh tim perancang dan
pembuatan produk oleh tim kelompok pembuatan produk.
1.

Perancangan dan penjelasan tugas
Tugas fase ini adalah menyusun spesifikasi produk yang mempunyai fungsi
khusus dan karakteristik tertentu yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Produk ini dengan fungsi khusus dan karakteristik tertentu tersebut
merupakan olahan hasil survei bagian pemasaran atau atas permintaan
segmen pasar.
2.

Perancangan Konsep Produk
Berdasarkan spesifikasi prosuk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep
produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi
tersebut. Konsep produk biasanya berupa gambar sketsa atau gambar skema
sederhana.

3.

Perancangan bentuk produk (embodiment desaign)
Pada fase perancangan bentuk ini, konsep produk “diberi bentuk”, yaitu
komponen-komponen konsep produk yang dalam gambar skema atau gambar
sketsa masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk
sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut secara bersama
menyusun bentuk produk, sehingga produk dapat melakukan fungsinya.

4.

Perancangan Detail
Pada fase detail, maka susunan komponen produk, bentuk, dimensi,
kehalusan permukaan, material dari setiap komponen produk ditetapkan.
Demikian juga kemungkinan cara pembuatan setiap produk diselesaikan dan
perkiraan biaya sudah dihitung. Hasil fase ini adalah gambar rancangan
lengkap dan spesifikasi produk pembuatan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah

sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup
sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.
2.1.2 Pengembangan Produk.
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

2.2

Ergonomi

2.2.1 Sejarah dan Per kembangan Ergonomi
Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas
yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:
1. C.T. Thackrah, England., 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat
bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah
mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,
meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak
ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera
penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada
lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang
panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).
2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan
metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen
modern.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam
bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan
bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board),
England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem
kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan
rotasi pekerjaan.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago.
Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik
seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat
perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,
efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena
terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang
terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang
telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957.
Perkumpulan

Ergonomi

Internasional

(The

International

Ergonomics

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di
Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa
Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun
1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia
dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
2.2.2 Definisi Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics (bahasa inggrisnya) sebenarnya berasal dari
kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan
demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer
digunakan oleh beberapa Negara Eropa barat. Di Amerika istilah ini biasa disebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dengan human factors engineering atau human engineering. Demikian pula ada
banyak istilah lainnya yang secara praktis mempunyai maksud yang sama seperti
Biomechanis.Bio-technology, Engineering Psychology atau Arbeltswissensschaft
(Jerman). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas
kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan system kerjanya yang berupaperangkat keras (mesin,
peralatan kerja dll) dan atau perangkat lunak (metode kerja, system dan prosedur,
dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang
multidisplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan (kedokteran, biologi) ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan
(sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat
jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap
manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun
makro. Karena yang dipelajari adalahdampak dari teknologi dan produkproduknya,

makapengetahuan

yang

khusus

dipelajari

berkaitan

engan

Biomekanika, Anthropometri teknik, Teknologi produksi, Lingkungan fisik
(temperature, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi ialah untuk mendapatkan suatu
pengetahuanyang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan system manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu system
dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan system
pula.
Human engineering

atau sering pula disebut ergonomi didefinisikan

sebagai perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin
(ataupun produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai
sistemmanusia-mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah
proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang
lebih canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin
tersebut. Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain system manusia-mesin yang
terpadu sehingga efektifitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal.
Berkaitan dengn perancangan stasiun kerja dalam industry, ada beberapa
aspek pendekatan ergonomis yang harus dipertimbangkan, antara lain :
a. Sikap dan posisi kerja
b. Kondisi Lingkungan Kerja.
c. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.
(Agung Kristanto, dkk, 2011)

2.3

Anthropometri

2.3.1 Definisi Anthropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan

ergonomis dalam

proses perancangan (desain)

produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut.

Dalam

kaitan

ini

maka

perancangan

produk

harus

mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % 95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan
dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran
tubuh manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F.
Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki
akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).
2. Jenis kelamin (sex)
dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
3. Suku bangsa (etnic)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
tubuh suku bangsa negara Timur.
4. Keacakan / Random
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6. Pakaian
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi
pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya.
7. Faktor Kehamilan
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

8. Tubuh Cacat
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.
9. Posisi tubuh (posture)
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus diselesaikan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995) .
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
gambar 2.1.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Gambar 2.1. Antropometri untuk Perancangan Produk
Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Gambar 2.2. Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk
Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Keterangan Gambar 2.1 di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Tabel 2.1. Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat
Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)
(mm)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25

26

Dimensi Tubuh
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku
Tinggi Genggaman Tangan
(Knuckle) pada Posisi
relaks kebawah
Tinggi Badan Posisi Duduk
Tinggi Mata Posisi Duduk
Tinggi Bahu Posisi Duduk
Tinggi Siku Posisi Duduk
Tebal Paha
Jarak dari Pantat ke Lutut
Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal)
Lebar Bahu (bideltoid)
Lebar Panggul
Tebal dada
Tebal Perut (abdominal)
Jarak dari Sikut ke Ujung
Jari
Lebar Kepala
Panjang Tangan
Lebar Tangan
Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
posisi tangan ke depan
(horizontal)

Pria

Wanita
X
195%

5%

X

95%

S.D

105%

1.585

1.680

1.775

58

1.455

1.555

1.655

60

1.470
1.300
950

1.555
1.380
1.015

1.640
1.460
1.080

52
50
39

1.330
1.180
870

1.425
1.265
935

1.520
1.350
1.000

57
51
41

685

750

815

40

650

715

780

41

845
720
555
190
110
505

900
780
605
240
135
550

955
840
655
290
100
595

34
35
31
31
14
26

780
660
165
165
105
470

840
720
230
230
130
520

900
780
295
295
155
570

37
35
38
38
14
30

405

450

495

26

385

435

485

29

450

495

540

26

410

455

500

27

365

405

445

25

325

375

425

29

380
300
155
150

425
335
195
210

470
370
235
270

26
22
25
36

335
295
160
150

385
330
215
215

435
365
270
280

29
21
34
39

410

445

480

22

360

400

400

24

150
165
70

160
190
80

170
195
90

7
9
5

135
150
60

150
165
70

165
180
80

8
9
5

1.480

1.635

1.790

95

1.350

1.480

1.610

80

1.835

1.970

2.105

83

1.685

1.825

1.965

86

1.110

1.205

1.300

58

855

940

1.025

51

640

705

770

38

580

635

690

32

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

S.D

22

Tabel 2.2. Antrophometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi
Masyarakat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat
Indonesia (mm)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25

26

Dimensi Tubuh
Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak
Tinggi Mata
Tinggi Bahu
Tinggi Siku
Tinggi Genggaman Tangan
(Knuckle) pada Posisi
relaks kebawah
Tinggi Badan Posisi Duduk
Tinggi Mata Posisi Duduk
Tinggi Bahu Posisi Duduk
Tinggi Siku Posisi Duduk
Tebal Paha
Jarak dari Pantat ke Lutut
Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat
Tinggi Lutut
Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal)
Lebar Bahu (bideltoid)
Lebar Panggul
Tebal dada
Tebal Perut (abdominal)
Jarak dari Sikut ke Ujung
Jari
Lebar Kepala
Panjang Tangan
Lebar Tangan
Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Tinggi Pegangan Tangan
(grip) pada Posisi tangan
Vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
posisi tangan ke depan
(horizontal)

Pria

Wanita
X
195%

5%

X

95%

S.D

105%

1.532

1.632

1.732

61

1.464

1.563

1.662

60

1.425
1.247
932

1.520
1.338
1.003

1.615
1.429
1.074

58
55
43

1.350
1.184
886

1.446
1.272
957

1.542
1.361
1.028

58
54
43

655

718

782

39

646

708

771

38

809
694
523
181
117
500

864
749
572
231
140
545

919
804
621
282
163
590

33
33
330
31
14
272

775
666
501
175
115
488

834
721
550
229
140
527

893
776
599
283
165
586

36
33
30
33
15
30

405

450

495

27

488

537

586

30

448

496

544

29

428

472

516

27

361

403

445

26

337

382

428

28

382
291
174
174

424
331
212
228

466
371
250
282

26
24
23
33

342
298
178
175

385
345
228
231

428
392
278
287

26
29
30
34

405

439

473

21

374

409

287

34

140
161
71

450
176
79

160
190
87

6
9
5

135
153
64

146
168
71

157
183
78

7
9
4

1.520

1.663

1.806

87

1.400

1.523

1.646

75

1.795

1.923

2.051

78

1.712

1.841

1.969

79

1.065

1.169

1.273

63

945

1.030

1.115

52

649

708

767

37

610

661

712

31

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

S.D

23

Tabel 2.3. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)
No.

Dimensi Tubuh

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Panjang Tangan
Panjang Telapak Tangan
Panjang Ibu Jari
Panjang Jari Telunjuk
Panjang Jari Tengah
Panjang Jari Manis
Panjang Jari Kelingking
Lebar Ibu Jari (LPJ)
Tebal Ibu Jari (IPJ)
Lebar Jari Telunjuk
Tebal Jari Telunjuk
Lebar Telapak Tangan
(metacarpal)
Lebar Telapak Tangan
(sampai ibu jari)
Lebar Telapak Tangan
(minimum)
Tebal Telapak Tangan
(metacarpal)
Tebal Telapak Tangan
(sampai ibu jari)
Diameter Genggaman
(maksimum)
Lebar Maksimum (ibu
jari ke jari kelingking)
Lebar Fungsional
Maksimum (ibu jari ke
jari lain)
Segiempat minimum
yang dapat dilewati
telapak tangan

12
13
14
15
16
17
18
19

20

5%
163
92
45
62
70
62
48
19
19
18
16

Pria
X
95%
176 189
100 108
48
51
67
72
77
84
67
72
51
54
21
23
21
23
20
22
18
20

74

81

88

4

68

73

78

3

88

98

108

6

82

89

96

4

68

75

82

4

64

59

74

3

28

31

34

2

25

27

29

1

41

48

47

2

41

44

47

2

45

48

51

2

43

46

49

1

177

192

206

9

169

184

199

9

122

132

142

6

113

123

134

6

57

62

67

3

51

56

61

3

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Wanita
S.D 105% X 195% S.D
8
155 168 181
8
5
87
94
101
4
2
42
45
48
2
3
60
65
70
3
4
69
74
79
3
3
59
64
69
3
2
45
48
51
2
1
16
18
20
1
1
15
17
19
1
1
15
17
19
1
1
13
15
17
1

24

2.3.3 Aplikasi Distribusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data
Anthropometri
Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batasbatasnya (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).

Gambar 2.3. Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95% Dari Populasi
Sumber: SritomoWignjosoebroto, 2003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data
anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diduga dan diperkirakan
seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui
grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya
berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk
lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sediki
saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan
hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata)
dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2004).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Tabel 2.4. Macam Persentil Dan Cara Perhitungan
Dalam Distribusi Normal
Percentile

Perhitungan

1-st

X − 2,235σx

2,5-th

X − 1,96σx

5-th

X − 1,645σx

10-th

X − 1,28σx

50-th

X

90-th

X + 1,28σx

95-th

X + 1,645σx

97,5-th

X + 1,96σx

99-th

X + 2,235σx

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 1995

Keterangan Tabel 2.4. di atas, yaitu:
x = mean data

σ = standar deviasi dari data x
Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data
anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan
dimensi dari perancangan fasilitas kerja.
Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan
dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini
berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang
diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan
pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo
Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95
menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.1. sebelumnya.
P5

= x - 1,645 σ x

P50 = x
P95 = x + 1,645 σ x

2.4

Meja Komputer
Meja komputer merupakan salah satu alat bantu yang cukup praktis dalam

penggunaan maupun sebagai wadah bagi komputer itu sendiri. Namun pada
kenyataanya meja komputer merk AZTEC yang ada saat ini, pada saat
menggunakannya, pengguna meja komputer tersebut harus merunduk untuk
melihat monitor karena monitor berada di bawah meja yang menyebabkan terasa
sakit pada leher dan punggung apabila terlalu lama menggunakan meja komputer
tersebut.

2.5

Pengujian Data

2.5.1 Uji Keseragaman Data
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan
cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang
dari rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh
dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama dalam uji
keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil
pengamatan, dengan persamaan berikut :
x =

∑x

i

n

Dimana:
x = Rata-rata data hasil pengamatan.

x = Data hasil pengukuran.
Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar berikut:
=

∑(

)

Dimana:

σ = Standar deviasi dari populasi.
n = Banyaknya jumlah pengamatan.
x = Data hasil pengukuran.
Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim
berikut :
BKA = X + k σ
BKB = X - k σ
Dimana:
X = Rata-rata data hasil pengamatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

σ = Standar deviasi dari populasi.
k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.
Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.
2.5.2 Uji Kecukupan Data
Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila
N’ ≤ N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan
pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang
sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji
kecukupan data adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.
Sedangkan tingkat keyakinan atau kepercayaan menunjukan besarnya
keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi
syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 5% dan
tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata
hasil pengukuranya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan
kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata lain
berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu yang
diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

2. Pengujian Kecukupan Data.

Dimana:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan.
x = Data hasil pengukuran.
s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal).
k = Harga indeks tingkat kepercayaan.
Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’≤
N maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data
kembali, tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan
pengambilan data lagi.

2.6

Penelitian Terdahulu
Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :

1. ”The Development of Ergonomics Method : Pendekatan Ergonomi Menjawab
Probelamatika Industri” oleh : Sritomo Wignjosoebroto, Institut Teknologi
Sepuluh November. Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa evaluasi
ergonomis dalam hal ini merupakan salah satu langkah pengujian agar sebuah
rancangan produk pada saat dioperasikan tidak saja mampu memberikan
fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan tetapi juga mampu memberikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan pada saat dioperasikan.
Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas akan mampu pula
meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.
2. “Perancangan meja dan kursi kuliah yang ergonomis di fakultas teknik UPN
VETERAN Jakarta” oleh :Nurfajriah Lilik Zulaihah, Unversitas Pembangunan
Nasional Jakarta. Pada penelitian tersebut diketahui hasil produk Meja
Komputer dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta
praktis untuk digunakan.
3. ”Perancangan Alat Permainan Untuk Pasien Pasca Stroke” oleh : Zaenal
Fanani Rosyada Dkk, Universitas Diponegoro, 2010. Pada penelitian tersebut
diketahui untuk menghasilkan alat yang merupakan pengembangan dari pin
boarda yang digunakan untuk menfasilitasi proses terapi untuk penderita pasca
stroke, dengan penambahan aspek tambahan sehingga pengguna merasa
nyaman dalam menggunakan alat tersbut.
4. “Perancangan Meja dan Kursi Anak Manggunakan Metode Quality Function
Deployment (QFD) Dengan Pendekatan Athropometri dan Bentuk Fisik
Anak” oleh : Denny Nurkertamnda, dkk, Universitas Diponegoro, 2006. Pada
penelitian tersebut dihasilkan rancangan menja dan kursi anak usia 4-6 tahun
yang sesu dengan data Athropometri anak dan bentuk fisik anak pada usia
tersbut sihingga kenyamann pada anak disaat belajar dan bermain
5.