EFEKTIVITAS SISTEM PENDAYAGUNAAN SARJANA ILMU KEPERAWATAN DI PROPINSI JAWA BARAT : Kajian khusus pada lulusan program B di Propinsi Jawa Barat tahun 1997-2001 ).

-uo-j

EFEKTIVITAS SISTEM PENDAYAGUNAAN SARJANA
ILMU KEPERAWATAN DI PROPINSI JAWA BARAT

( Kajian khusus pada Iuiusan program B di Propinsi Jawa Barat
tahun 1997-2001 )

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

Dra.Hj. Putriarti
NIM:009658

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2002

MENGETAHUI

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROF. Dr.H.Tb. ABIN SYAMSUDIN MAKMUN. MA

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disyahkan

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. SUPANDI KARTAAMIHARDJA

Pembimbing II,


Prof. Dr. H. DJAM'AN SATORI, MA

ABSTRACT

Nursing Science Program is an FE college of health that newly developed in a

university (since 1994). It was carried out at academy level before (since 1962) as

NursingAcademy.

There are many debates in discussing about professionalism of nursing care and
service connected to the professional competence ofthe nurse. Nursing as an integral part
of health service system is in rapid and fundamental changing for nearly 2 decades It's
stimulated by community needs of a qualified nursing care and service, and the

development of science and technology.

The changing system in health service through Primary Health Care approach is
designed by experts at UNO/WHO. Aqualified health service system which covers entire

citizens requires professional nurses. The entry point for professional nurses is nursing
education development which meets the professional and academic criteria against the

national college system.

Long time ago, nurse education was carried out by Health Department completely
to fulfil the needs of human resources in health based on its own program Nursing is

regarded as apart of medical service and addressed to assist it. Nursing care and service
in the past, based on rigid procedural skill to do their actions as the follow up to medical
actions. It's been taken for along time and it influenced to the planning, organizing and
manpower structure of health institution. In everyday job, there is no autonomous nurse

action because its action is always the task to assist or help doctor. This is why arise

judgement and opinion that nurse is a 'doctor assistant.'

Public and patients' complaints arise; such as vicious nurse, impoliteness
unfriendliness, stealing patients' medicine, and other behavior that against the law'
Whereas each nurse should have and apply morale values in their job as well as their code

of ethics.

The Regulation no.23/1992 about Health explains that implementation of therapy
and / or nursing according to the medical and / or nursing science can only be done by
people who have competence and authority for it.

Recognizing the importance ofnursing manpower in health and therapy efforts
has had serious attention since it's accepted and recognized as professional service and

not as doctor assistant anymore. Actually after having National Workshop for Nursing

1983, and the government has legislated the Regulation no.23/1992 about Health.
Patient satisfaction is not only determined by having modern facilities and

equipments, glorious hospital or public health center building, but also the quality of
nursing care is a determinant factor.

Facing the globalization, particularly AFTA and accelerated liberalism in service

sector, it is necessary to increase and improve the quality of nursing service through

developing the professionalism of nurse in order to be able to compete with other nurses

from abroad,

Nursing Science Program (PSIK) in UNPAD as the FE college which graduates
professional nurse has obligation to develop nursing in many aspects, such as its
scientific, professionalism and organization, and also the educational management Those

all are for increasing the qualified output and outcome.

ABSTRAK

Program Studi Ilmu Keperawatan ( PSIK ) adalah suatu pendidikan tinggi di
bidang kesehatan yang relatif baru dikembangkan pada tingkat universitas pada
tahun 1994, dimana sebelumnya sejak tahun 1962 diselenggarakan di Akademi
Perawatan dengan jenjang diploma tiga ( D3 ).
Sering terjadi perdebatan
tentang masalah yang berkaitan dengan
profesionalisme pelayanan dan asuhan keperawatan dikaitkan dengan
kompetensi professional perawat. Keperawatan sebagai bagian integral dari

system pelayanan kesehatan dalam hampir 2 ( dua ) decade belakangan ini
sedang mengalami perubahan yang cepat dan mendasar. Didorong oleh
kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan asuhan keperawatan yang lebih
bermutu, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan dalam system pelayanan kesehatan melalui pendekatan Primary
Health Care yang digagas oleh para ahli kesehatan di PBB ( WHO ). Sistem
pelayanan kesehatan yang mampu menjangkau seluruh penduduk dan bermutu
sangat memerlukan perawat yang memenuhi kriteria profesional. Titik masuk
bagi professional keperawatan adalah pengembangan pendidikan perawat yang
memenuhi kriteria professional, akademik terkait dengan system pendidikan
tinggi nasional.

Pada masa lalu pendidikan perawat sepenuhnya ditangani oleh Departemen
Kesehatan, dengan orientasi pendidikan kedinasan yaitu untuk memenuhi
kebutuhan tenaga- tenaga kesehatan sesuai dengan program- program
kesehatan yang ada. Keperawatan sepenuhnya dianggap sebagai bagian
pelayanan medik ( kedokteran ) dengan sifat pelayanan dan asuhan
keperawatan ditujuka untuk membantu atau menunjang pelayanan medik.
Pelayanan dan asuhan keperawatan pada masa lalu didasarkan pada


keterampilan prosedural untuk melaksanakan tindakan- tindakan yang
merupakan kelanjutan tindakan medik dan berlangsung dalam kurun waktu yang
lama sehingga sangat berpengaruh pada proses perencanaan, pengorganisasian
dan struktur ketenagaan di lingkungan organisasi kesehatan. Dalam pekerjaan
sehari- hari tidak ada tindakan mandiri perawat karena tindakan keperawatan
lebih bersifat penugasan untuk membantu dokter. Kondisi dan situasi pekerjaan
yang demikian itulah yang membuat kesan terbinanya sikap dan pandangan
bahwa tugas perawat adalah " pembantu dokter".

Keluhan- keluhan yang muncul dari masyarakat dan pasien tentang perawat
yang judes, kurang sopan, tidak ramah, pencurian obat- obatan milik pasien dan
perilaku lainnya yang dianggap melawan hukum. Padahal setiap perawat dituntut
untuk memiliki dan menerapkan nilai- nilai moral dalam praktik seperti yang
tercantum di dalam kode etik profesi.

Dalam Undang- undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

menjelaskan bahwa " pelaksanaan pengobatan dan atau keperawatan

vf'


berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu ".
Sejak keperawatan diterima dan diakui sebagai pelayanan professional dan
bukan lagi sebagai pembantu pelayanan medik melalui Lokakarya Nasional
tentang Keperawatan (1983 ) dan kemudian dikukuhkan dalam Undang- undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan maka pengakuan akan pentingnya
tenaga keperawatan dalam upaya kesehatan pada umumnya dan upaya- upaya

penyembuhan pasien pada khususnya merupakan hal yang mendapatkan
perhatian sungguh- sungguh.
Kepuasan pasien tidak saja ditentukan oleh fasilitas dan peralatan yang
canggih dengan bangunan rumah sakit atau puskesmas yang megah serta
tersedianya dokter ahli, namun mutu asuhan keperawatan juga merupakan
faktor penentu.
Dalam menghadapi era kesejagatan, khususnya kesepakatan pasar bebas di
lingkungan negara- negara ASEAN seperti AFTA yang berkaitan dengan
percepatan liberalisasi sector jasa termasuk jasa pelayanan keperawatan,
mengharuskan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melalui proses

profesionalisasi untuk mampu bersaing dengan perawat- perawat luar negeri.
PSIK UNPAD sebagai program pendidikan tinggi kesehatan meluluskan
seorang professional perawat berkewajiban untuk selalu mengembangkan dalam
segi- segi ke ilmuan, ke profesian , organisasi dan manajemen pendidikan dalam
upaya meningkatkan mutu lulusannya.

Ull

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

ABSTRAK

VI


DAFTAR ISI

viii

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

.xiii

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

BABI.PENDAHULUAN....

1


A. Latar Belakang Masalah

1

B. Masalah Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

7

C. Tujuan penelitian

8

D. Kegunaan Penelitian

9

E. Kerangka Teoretis

10

F. Sistem penelitian

13

G. Asumsi - asumsi penelitian

15

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

17

A. Konsep Program Studi llmu Keperawatan UNPAD

18

B. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

21

C. Konsep Pendayagunaan

33

E. Konsep Mutu Pendidikan

38

Vlll

F. Konsepsi dan peranan administrasi pendidikan

41

G. Konsep Manajemen Pendidikan

42

I . Konsep Produktivitas

43

H. Penelitian terdahulu yang relevan

71

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN

73

A. Metode penelitian

73

B. Populasidan sampel

76

C. Teknik pengumpulan data

78

D. Teknik analisis data

80

E. Pelaksanaan penelitian

81

F. Validitas dan reliabilitas data

82

G. Upaya mencari kesahihan hasil penelitian

85

BAB IV. ANALISA HASIL PENELITIAN

86

A. Pemasaran SKp program B

87

B. Penyerapan SKp program B

109

C. Pemanfaatan/ pendayagunaan SKp program B

127

D. Kinerja SKp program B

140

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

160

BABV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

187

A. Pemasaran SKp program B

188

B. Penyerapan SKp program B

208

C. Pemanfaatan/ pendayagunaan SKp program B

212

D. Kinerja SKp program B

223

\ji\j

E. Faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja

227

BAB VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

240

A. Kesimpulan

240

B. Implikasi

244

C. Rekomendasi

245

D. Profil hasil penelitian

249

DAFTAR PUSTAKA

250

LAMPIRAN- LAMPIRAN

251

vA/

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1

Jawaban responden dari institusi

pengguna tentang

87

koordinasi yang dilakukan oleh PSIK dalam pemasar
an program B ( n : 17 orang )

Tabel 2

Pendapat SKp tentang koordinasi yang dilakukan oleh

90

PSIK dalam pemasaran program B ( n : 19 orang )

Tabel 3

Pendapat SKp dari institusi pengguna tentang jejaring
kerja yang dilakukan oleh PSIK dalam

93

pemasaran

alumni program B ( n : 19 orang )

Tabel 4

Pendapat SKp tentang jejaring kerja yang

dilakukan

97

oleh PSIK dalam pemasaran alumni program B
( n : 19 orang )

Tabel 5

Pendapat responden dari institusi pengguna tentang

101

disseminasi informasi alumni yang dilakukan oleh PSIK

dalam pemasaran alumni program B ( n : 22 orang )
Tabel 6

Pendapat SKp tentang disseminasi informasi

alumni

yang dilakukan oleh PSIK dalam pemasaran

alumni

105

program B ( n : 19 orang )

Tabel 7

Pendapat responden dari PSIK tentang

tenaga SKp

110

( n : 19 orang )

Tabel 8

Pendapat SKp tentang permintaan tenaga SKp melalui
PSIK(n: 19 orang)
xi:

114

Tabel 9

Pendapat SKp tentang permintaan tenaga SKp melalui

119

PSIK(n: 19 orang)
Tabel 10

Pendapat SKp tentang

struktur

pekerjaan SKp

123

( n : 9 orang )
Tabel 11

Pendapat responden RS Pemerintah dan Swasta dalam

128

pemanfaatan/ pendayagunaan alumni di RS Pemerintah

dan Swasta ( n : 8 orang )
Tabel 12

Pendapat SKp tentang kinerja alumni program B di RS

134

Swasta ( n : 15 orang )
Tabel 13

Pendapat SKp tentang kinerjanya

di

RS Pemerintah

140

Pendapat responden tentang kinerja alumni program B

149

( n : 2 orang )
Tabel 14

di RS Swasta ( n : 15 orang )
Tabel 15

Pendapat SKp

tentang

kinerjanya

di RS Swasta

155

tentang faktor- faktor

161

( n : 15 orang )
Tabel 16

Pendapat responden dari PSIK

Yang berpengaruh terhadap kinerja program B
Tabel 17

Pendapat SKp tentang faktor- faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja SKp program B.

Xll

174

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1

Sistem Penelitian

13

Gambar 2

Hubungan antara perubahan dengan manajemen

22

Sumber daya manusia

Gambar 3

Hal- hal yang mempengaruhi sumber daya manusia

23

Gambar 4

Konsep produktivitas pendidikan

44

Gambar 5

Mengukur produktivitas pendidikan

46

Gambar 6

Skema analisa keluaran

48

Gambar 7

Proses produktivitas

50

Gambar 8

Perilaku, struktur dan proses organisasi

62

Gambar 9

Penilaian dan pengukuran produktivitas

63

Gambar 10 Kondisi yang mendorong/ sebab untuk berbuat

65

Gambar 11

66

Hal- hal yang mempengaruhi motivasi

Ga/nbar 12 Manajemen sumber daya manusia

68

Gambar 13 Hubungan faktor individu dan organisasi

69

Gambar 14 Proses pencapaian hasil yang bermutu

70

xm

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1

Kisi- kisi pengumpulan informasi untuk Sarjana

254

llmu Keperawatan ( SKp ) program B
Lampiran 2

Kisi- kisi pengumpulan informasi untuk instansi

255

pengguna

Lampiran 3

Kisi- kisi pengumpulan informasi untuk PSIK

256

Lampiran 4

Kuesioner untuk SKp program B

257

Lampiran 5

Kuesioner untuk pimpinan/atasan instansi peng

258

guna

Lampiran 6

Kuesioner untuk PSIK

259

Lampiran 7

Pedoman wawancara untuk staf pengajar/ dosen

260

PSIK

Lampiran 8

Pedoman wawancara untuk SKp dan PSIK

261

Lampiran 9

Pedoman wawancara untuk pimpinan/ atasan di

262

instansi pengguna
Lampiran 10

Permohonan izin mengadakan studi
penelitian

XIV

lapangan

/ 263

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pembangunan Nasional seperti yang tercantum dalam GBHN tahun
1998, yaitu:

"Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia

seutuhnya yaitu, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,
cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab,produktif, sehatjasmanidan rohani "Depdikbud, 1993:386).

Bila dihubungkan dengan tujuan Sistem Kesehatan Nasonal ( SKN ) adalah
..." Bertujuan untuk tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

Indonesia agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsurkesejahteraan umum dari tujuan nasional" ( Depkes Rl. 1991
:12)

Bila dua tujuan ini dihubungkan, maka jelaslah tujuan akhir adalah
terciptanya suatu bangsa yang sehat jasmani dan rohani, bertitik tolak dari

derajat kesehatan yang baik seseorang akan mampu untuk berpikir dan berbuat
yang positif, kreatif, terampil, produktif dan berkualitas.

Salah satu konsep kebijaksanaan di bidang kesehatan dikenal dengan
Indonesia Sehat tahun 2010 atau

Jawa Barat Sehat tahun 2008 yang

merupakan penjabaran dari konsep yang dicetuskan dan disepakati di Alma Alta
pada tahun 1978 oleh badan WHA (World Health Assembling ).

Untuk mencapai hal itu perlu segera dioperasionalkan " PAKET - 9 " dalam

rangka pemberdayaan kabupaten/ kota yang secara keseluruhan

diharapkan

mendukung kinerja kabupaten/ kota, untuk mencapai propinsi Jawa Barat
sebagai Etalase Pembangunan Kesehatan Nasional 2005.
Paket 9 terdiri atas :

1. Perencanaan Kesehatan Berdasarkan Fakta.

2. Manajemen Kesehatan yang Akuntable.

3. Pelayanan Kesehatan Puskesmas Efektif dan Responsif.
4. Pelayanan Rumah Sakit Proaktif dan Sensitif.

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
6. Pemeliharaan Mutu Pelayanan Kesehatan.

7. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Efektif
8. Sistem Informasi Kesehatan Efektif.

9. Pengembangan Peran serta Mumi Masyarakat.

Masalah pelayanan kesehatan masih menjadi sorotan tajam setiap kegiatan
kesehatan di institusi baik di rumah sakit ( umum dan swasta ) maupun
puskesmas. Masyarakat kini telah berubah . Kesadaran tentang pelayanan

kesehatan makin meningkat. Demi mendapat pelayanan yang baik dan prima
mereka mau membayar mahal. Kemampuan membayar pelayanan kesehatan

sudah merata baik di daerah pedesaan maupun di perkotaan. Jarak tempuh
yang bervariasi ke pusat- pusat pelayanan kesehatan membuat pemerintah
mengambil kebijaksanaan untuk membuat sentra- sentra pelayanan kesehatan.
Kemajuan dan kemauan masyarakat akan pelayanan kesehatan belum

diimbangi dengan jumlah perawat professional.Jumlah perawat tingkat

pelayanan sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah pasien ( penderita sakit)
yang dirawat. Belum lagi dibebankan dengan tugas- tugas administrasif dan

pelatihan- pelatihan

sehingga pelayanan perawatan yang diberikan belum

sesuai dengan standard.

Keluarga maupun penderita sakit dengan kemampuan yang lebih ingin
menikmati pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas , yang kini dikenal
dengan Pelayanan Prima.

Untuk

kelancaran

konsep

operasional

ini,

pemerintah

membuat

kebijaksanaan berupa adanya Program Studi llmu Keperawatan,

yang

merupakan kelanjutan studi profesionalisme bagi tenaga- tenaga yang akan
berkecimpung di bidang perawatan.

Sejak tahun 1994 Universitas Pajajaran menyelenggarakan pendidikan
sarjana keperawatan pada Studi llmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran
Universitas Pajajaran ( PSIK FK UNPAD ).

Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tenaga keperawatan yang bermutu
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang profesional sesuai dengan
peran, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai profesi.

Sarjana- sarjana keperawatan ini diharapkan bekerja pada institusi

pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas. Walaupun

kenyataannya banyak yang berkecimpung di pendidikan keperawatan sebagai
tenaga adminitrasi . Kenyataan ini menyebabkan Akademi Perawatan

memandang perlu memperoleh masukan yang akurat tentang pendayagunaan

alumninya yang melanjutkan pendidikan keperawatan tanpa masa kerja.

Adapun data- data para alumni program Badalah sebagai berikut
TAHUN LULUS

JUMLAH LULUSAN

1997

20 orang
55 orang
84 orang
88 orang

1998
1999

2000
2001

Jumlah :

30 orana

277 orang

Sedangkan yang berdomisili di Jawa Barat adalah 57 orang dan tersebar

di kota Bandung, kabupaten Bandung, kota Cimahi, kabupaten Cianjur dan

Sumedang. Sesuai dengan lokasi penelitian, penulis hanya mengambil populasi
sebesar 57 orang yang berada di wilayah Jawa Barat saja.
B. MASALAH PENELITIAN

Memperhatikan berbagai masalah mendasar yang berhubungan dengan
pemberdayaan Sarjana Keperawatan, baik secara kuantitas maupun kualitas
temyata masih perlu berbagai peningkatan dan pembinaan secara seksama.
Hal ini terlihat dari jumlah tenaga sarjana keperawatan di rumah sakit - rumah

sakit besar baik pemerintah 119 orang ( 0,82 % ) maupun swasta/ABRI/ BUMN
238 orang (1, 56 % ) di Jawa Barat.

Jumlah rumah sakit di propinsi Jawa Baratpada akhir tahun 2000 adalah :

Rumah sakit vertikal milik Departemen Kesehatan ( RSU kelas B) :1 buah
dan rumah sakit khusus berjumlah 8 buah.

Rumah sakit Pemda kabupaten/ kota ( RSU ) kelas B: 7 buah, kelas C : 20
buah dan kelas D : 3 buah serta Rumah sakit Bersalin : 1 buah.

Rumah sakit Umum ABRI ada 14 buah. Rumah Sakit BUMN berjumlah 8
buah. Sedangkan Rumah Sakit Umum Swasta ada 44 buah, Rumah sakit
Bersalin termasuk Rumah Sakit Ibu dan Anak ada 12 buah.

Rumah Sakit Khusus (Jiwa, Bedah dan Ginjal) berjumlah 6 buah, sehingga
jumlah total rumah sakit di Jawa Barat adalah 126 buah. Dari jumlah 126 rumah
sakit tersebut belum termasuk rumah sakit swasta yang baru memiliki izin
mendirikan. Bila RS swasta yang baru mendapat izin mendirikan dimasukkan

dalam jumlah rumah sakit umum maka jumlah rumah sakit tersebut manjadi 143
rumah sakit. Jumlah puskesmas di Jawa Barat adalah 1116 buah.

Selain itu dari 108 orang Iuiusan yang tersebar di Propinsi Jawa Barat

temyata hanya 25 orang yang bekerja di Rumah Sakit, yang pada umumnya
adalah Rumah Sakit besar, sedangkan 73 orang bekerja di bidang pendidikan
dan 5 orang di tempat lainnya.

Dari data tersebut di atas maka terlihat jelas bahwa sampai saat ini jumlah
sarjana keperawatan yang bekerja di rumah sakit dan institusi pengguna
lainnya belum masih belum dapat dipenuhi.

Demikian pula dengan jumlah institusi pendidikan Diploma III Keperawatan
yang tersebar di Jawa Barat yang dimulai sejak tahun 1962 sampai saat ini
sebagai berikut:

NO

STATUS INSTITUSI

Akademi Perawatan Depkes

LOKASI

Bandung,

JUMLAH

Bogor 6 (enam) buah

Cirebon.Tasikmalaya , Tangerang.
2.

Akademi Perawatan Pemda

Indramayu,

Garut, 6(enam) buah

Sumedang, Cianjur,
Subang, Sukabumi,
Cimahi
Akademi Perawatan ABRI
4.

Akademi Perawatan Swasta

dan

Bandung
2 (dua) buah
Cimahi,
Garut,
Bogor,
Cianjur, 25 ( dua puluh
kab. Bandung, Kota lima) buah
Bandung,
Bekasi,
Karawang,
Tasikma-

laya, Indramayu,
Majalengka

Dalam berbagai pertemuan yang membahas masalah pendidikan tenaga
kesehatan, khususnya pendidikan perawat hampir selalu muncul perdebatan
tentang masalah yang berkaitan dengan profesionalisasi pelayanan dan asuhan

keperawatan yang dikaitkan dengan kompetensi profesional perawat.
Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dalam

hampir dua dekade belakangan ini sedang mengalami perubahan cepat dan
mendasar, didorong oleh kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan asuhan

keperawatan yang lebih bermutu serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Titik masuk bagi profesionalisasi keperawatan, adalah pengembangan
pendidikan perawat yang memenuhi kriteria professional, akademik yang terkait

dengan sistem pendidikan nasional serta pemanfaatannya yang sesuai dengan
profesionalisasinya.

Dari data- data yang tersebut di atas jelas terlihat penempatan dan
pemanfaatannya belum secara optimal.

Castetter ( 1996: 192 ) mengemukakan tentang proses penempatan :"
The placement process in its broadest sense is an extention of the recruitment

and selection processes ( in which administrative effort are designed to match
person and position)".

Dengan demikian, penempatan tenaga edukatif merupakan suatu proses dimulai
dari tahap merekrut dan berakhir bila para pekerja telah di organisasi sesuai

dengan posisi dan setelah mereka melakukan adaptasi hingga mempunyai
tugas penuh sebagai staf dalam lembaga.

Berdasarkan

data- data

yang dikemukakan tadi maka peneliti

merumuskan bahwa masalah penelitian adalah sebagai berikut :

" Kegiatan- kegiatan apakah yang dilakukan dalam rangka efektivitas
sistem pendayagunaan sarjana keperawatan ( alumni Program Studi llmu

Keperawatan Program BFakultas Kedokteran Universitas Pajajaran yang
berasal dari D III Keperawatan/AKPER) ".

Rumusan masalah ini dikembangkan sesuai dengan judul tesis yaitu : "

Studi Deskriptif Analisis Efektivitas Sistem Pendayagunaan Sarjana llmu
Keperawatan dengan studi kasus Alumni Program Studi llmu Keperawatan
Program B Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran yang berasal dan D III
Keperawatan / Akper".

Dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan apakah yang dilakukan dalam rangka pemasaranTSusan1
S1 Keperawatan Iuiusan program Boleh pihak PSIK ?

2. Seberapa besarkah penyerapan alumni PSIK yang berasal dari D-lll
Perawatan tanpa pengalaman/masa kerja ?

3. Kegiatan- kegiatan

apakah

yang

dilakukan

dalam

pemanfaatan/

pendayagunaan Iuiusan program Bsesuai dengan profesi keperawatannya?

4. Seberapa tinggi kinerja SKp , termasuk keterampilan dan pengetahuannya
ditinjau dari pihak atasan, bawahan, teman sejawat dan dirinya sendiri
sebagai pekerja ?

5. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi

pendayagunaan Iuiusan

program B tersebut ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum : untuk mengumpulkan informasi tentang efektivitas
pendayagunaan Sarjana llmu Keperawatan program B yang belum memiliki
pengalaman kerja di lapangan

2. Tujuan khusus , mengumpulkan informasi dan menganalisa tentang :
a. Pemasaran alumni program Byang telah dilakukan oleh Program Studi llmu
Keperawatan (PSIK).

b. Penyerapan atau penempatan Iuiusan S1 Keperawatan program B dalam
pengembangan keperawatan.

3. Pemanfaatan Iuiusan S1 Keperawatan program B dalam pengembangan
keperawatan.

8

4. Kinerja Iuiusan program B dalam bidang pelayanan kesehatan institusi .

5. Faktor- faktor yang mempengaruhi pendayagunaan tersebut.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi ilmu administrasi pendidikan : hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang pendayagunaan sarjana ilmu keperawatan (SKp)
2.

Bagi

RS/lnstansi/ Sekolah

: hasil

penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran empirik tentang kondisi objektif kinerja SKp program B di

RS/lnstansi / Sekolah tersebut. Dapat juga dijadikan umpan balik ( feed back )
bagi perencanaan terhadap perbaikan, pengembangan dan peningkatan kinerja
SKp di masa yang akan datang.
3. Bagi Program Studi llmu Keperawatan UNPAD : dapat memberikan umpan
balik tentang :

1.

Pemanfaatan tenaga keperawatan profesional

pelayanan kesehatan langsung ke sasaran

dalam memperbaiki sistim

di institusi dengan memanfaatkan

sarana dan prasarana yang ada.

2. Manajemen keperawatan di institusi sehingga dapat menunjang pelayanan
kesehatan yang prima.

3. Jejaring kerja dengan instansi lain yang dapat menunjang pendidikan,

pelatihan profesional, penempatan dan pemanfaatan alumni secara optimal.

Pada akhir studi ini akan diajukan rekomendasi- rekomendasi sebagai
masukan yang bermanfaat bagi pihak Program Studi llmu Keperawatan dan
Akademi Perawatan.

E. Kerangka Teoretis

Penelitian ini dimulai dari asumsi bahwa Iuiusan S1 Keperawatan"
tenaga potensial yang diharapkan dapat memperbaiki citra pelayanan kesehatan
di institusi yang kurang baik menuju pelayanan kesehatan yang prima.
Berdasarkan hasil Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat di

Cibulan tanggal 2- 5 April 1989,maka pengertian Keperawatan Kesehatan
Masyarakat adalah :

"Suatu bidang

dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara

keperawatan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratifdan rehabilitatif secara
menyeiuruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat sebagai suatu kesatuan yanag utuh melalui proses keperawatan,
untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga
mandiri dalam upaya kesehatannya".
HL

Blum

mengemukakan

(

1989

"derajat

)

dalam

Sinopsis

kesehatan

individu,

Dasar-

dasar

keluarga,

Keperawatan

kelompok

dan

masyarakat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan,
herediter dan sosial ekonomi serta politik".

Selanjutnya Frederick Herzberg bersama dengan Bernard Mausmer dan
Barbara Snyderman mengadakan penelitian tentang waktu, pekerjaan dan
hubungannya dengan perasaan, menyimpulkan bahwa pemuas terdiri dari

prestasi,

penghargaan dan

menyebutkan

kemajuan.

Di sisi

lain

orang cenderung

ke tidak puasan karena hal- hal yang berhubungan dengan

10

kebijaksanaan, administrasi, supervisi, gaji , rasa aman dan hubungan dengan
teman sekerja.

Pekerjaan yang sesuai dengan

profesi juga mempengaruhi factor

kepuasan dalam bekerja. Penempatan yang didasari " the rigt man on the right
place "berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan.

Penempatan berdasarkan Castetter, dimulai dari tahap menentukan tujuan
sampai dengan tahap kontrol, digambarkan sebagai berikut:

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Pengorgani-

Menyusun dan

Tahap 4

Menentukan

sasian

menentukan

Follow up dan
pengaturan

tujuan

Proses

urutan

penempatan

penempatan

penempatan

penempatan

JL
Kontrol

terhadap
proses

penempatan
Gambar 1

Proses penempatan pegawai (Casteter: 1996: 192 )

Berdasarkan bagan di atas, tahap- tahap dari proses penempatan tersebut
meliputi aspek- aspek administrasi, yakni perencanaan, pengorganisasian,
memimpin dan pengawasan.

Peranan dan praktek manajemen dalam proses penempatan ( placement) ini
tidak dapat diabaikan guna tercapainya efektifitas kerja dan hasil kerja. Karena

11

itu dalam penempatan personil adalah untuk memudahkan pimpinan dalam
pemanfaatan atau pemberian tugas.
Pendayagunaan (utilizing).

Pendayagunaan ( utilizing ) adalah penggunaan setiap sumber daya sesuai
dengan potensinya yakni agar lebih berdaya dan berhasil guna dalam
melaksanakan volume kerja yang ada, bagi kepentingan organisasi untuk

mencapai tujuannya. Dalam hubungan dengan penggunaan sumber daya
manusia,

maka

penempatan tenaga dalam organisasi

kerja adalah

menggunakan personi sesuai dengan potensinya untuk berkarya berdasarkan
bidang kerja yang diberikan dan dipercaya kepadanya.

Di bidang pendidikan, pemanfaatan tenaga edukatif berarti menggunakan
tenaga tersebut dalam bentuk pemberian tugas sesuai dengan kemampuan dan

atau potensinya. Pemberian tugas berarti menetapkan jenis- jenis tugas yang

akan diberikan untuk dilaksanakan. Dalam pemberian tugas diperlukan sikap
yang bijaksana dan objektif dari pimpinan karena tenaga edukatif adalah sumber

daya dan factor kunci yang turut menentukan keberhasilan lembaga pendidikan.

12

Sistem penelitian

Visi,misi dan strategi
Program Studi Ilmu
Keperawatan

Pemasaran

SKp PROGRAM B
Program Studi Ilmu
Keperawatan
(Input- Proses Output)

SKp

PENGGUNA

(RS/lnstansi/
Sekolah)

Penyerapan

-Peningkatan penge
huan,keterampilan,
wawasan dan pe naalaman.

Hub.sosial dgn
Umpan bali c

atasan, mitra
dan bawahan

Pendayagunaan/
pemanfaatan

Service utility(kegu
naan pelayanan)

Produktivitas

Standar kinerja SKp

13

Kinerja SKp
program B

Kerangka berpikir merupakan cara berpikir peneliti dalam memahami

realitas objek yang akan diteliti. Aspek realitas objek yang diteliti sangat
ditentukan oleh konsep dasar pemikiran peneliti dan inilah yang akan menjadi
pijakan bagi peneliti untuk menjelaskan aspek- aspek efektivitas sistem

pendayagunaan Sarjana llmu Keperawatan Iuiusan program B. program Badala
program pendidikan khusus bagi alumni dari Akademi Keperawatan ( D III

Keperawatan ) yang melanjutkan kuliah tanpa memiliki masa kerja di lapangan (
masa kerja 0 tahun ).

Ada tiga jenis tujuan belajar yang hams diperhatikan, yaitu pengetahuan
kognitif, hasil yang berdasarkan keahlian dan hasil yang berpengaruh.

Pengetahuan kognitif menyangkut perubahan penting dalam visi, misi, strategi
dan nilai serta norma dalam organisasi. Hasil yang berpengaruh menyangkut
perubahan perilaku, motivasi, norma, nilai, sehingga dapat mempengaruhi hasil
belajar.

Visi dan misi sangat mempengaruhi penentuan kebutuhan mahasiswa.

Dengan penentuan kebutuhan pendidikan yang tepat maka akan dapat
menentukan tujuan dan sasaran yang tepat pula. Untuk mendapatkan hasil yang
optimal maka pendidikan berorientasi kepada peningkatan pengetahuan,
motivasi , keterampilan, kemampuan , pengalaman, wawasan dan perilaku/
sikap mahasiswa.

Metoda yang tepat, kurikulum, proses dan bentuk pengajaran, fasilitas

belajar, sarana dan prasarana merupakan unsure yang sangat berperan dalam
upaya mencapai keberhasilan pendidikan.

14

Pelaksanaan pendidikan baik dalam kelas maupun praktek di tempat
pelayanan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap hasil yang

didapat dan membawa dampak yang besar terhadap keberhasilan kinerja
nantinya.

Dengan demikian pihak konsumen dan masyarakat akan

mendapatkan kepuasan.

Paradigma penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bagaimana
penempatan seserorang yang tepat pada posisinya sangat besar pengaruhnya
untuk meningkatkan kinerja sumber daya manusia.

Rumah sakit/ Instansi/ sekolah atau lembaga pendidikan mengharapkan

Iuiusan program B ini walaupun belum mempunyai pengalaman bekerja di
lapangan tetapi dengan modal ilmu pengetahuan yang dimiliki dapat memenuhi
harapan- harapan yang sesuai dengan tuntutan standar yang diinginkan.

Disamping hal yang tersebut diatas, perlu peningkatan hubungan social yaitu
kerjasama dengan atasan, mitra kerja ( rekan sejawat ), bawahan dan
masyarakat.

F. Asumsi-asumsi Penelitian

Sesuai dengan masalah dan pertanyaan penelitian, peneliti membuat
asumsi- asumsi penelitian sebagai berikut:

1. Pemasaran alumni program B dipengaruhi oleh disseminasi informasi dari

pihak PSIK dalam rangka memperkenalkan alumni program B kepada instansi
pengguna dan jejaring kerja antara PSIK dengan pihak pengguna

15

2. Penyerapan dan penempatan alumni program B di institusi pendidikan dan
administrasi tetapi masih banyak yang merasa belum sesuai dengan harapan

individu SKp
3. Pemanfaatan/ pendayagunaan alumni program B belum optimal karena
kompetensi keterampilan yang dirasakan

masih kurang karena tanpa melalui

masa kerja terlebih dahulu

4. Kinerja alumni program B perlu peningkatan karena pekerjaan masih
didominasi oleh SKp kelas karyawan.
5. Banyak faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja alumni program B

diantaranya adalah

dukungan sarana/prasarana selama pendidikan dan

pekerjaan sangat mempengaruhi kinerja SKp. Sarana/ prasarana mencukupi

dan sesuai dengn standar yang telah ditetapkan maka seorang professional
perawat dapat melaksanakan tugas dengan sebaik- baiknya.

Pembimbing praktek keperawatan sangat menentukan hasil praktek selama
mahasiswa maupun pada awal bekerja.

Hubungan atasan, mitra kerja dan bawahan mempengaruhi motivasi dan
hasil pekerjaan SKp

16

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam pendekatan penelitian kualitatif dan ditunjang
kuantitatif. Penggunaan penelitian dengan metode ini disesuaikan dengan tujuan
penelitian yaitu untuk menilai efektivitas sistem pendayagunaan Sarjana
Keperawatan yang dilaksanakan oleh

Program Studi llmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran Bandung.

Adapun penelitian kuantitatif akan membuktikan hipotesis- hipotesis ( hyp
otesis testing ). Dalam penelitian kuantitatif diupayakan agar analisis ini
menggunakan pengukuran frekuensi simbol atau atribut, atau menggunakan

bilangan ( numeric ) agar mengandung makna yang lebih tepat dari pada
menggunakan kata- kata : lebih, kurang, lebih kurang, bertambah, berkurang,
dan lain- lain. Sedangkan dalam metode kualitatif, ada atau tidak adanya suatu

atribut dalam analisis isi lebih penting daripada frekuensi atau bilangan yang
diberikan kepada atribut tersebut (Hadi dan Haryono, 1998 :14).
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis,

yang

bertujuan mendeskripsikan dan menganalisa data yang diperoleh sehingga

diharapkan dapat menemukan keefektifkan sistem pendayagunaan SKp
sehingga diperoleh peningkatan kinerja SKp dalam menjalankan tugastugasnya.

Ada beberapa alasan mengenai dilakukannya penelitian kualitatif menumt

Hadi dan Haryono ( 1998 :56-57 ), yaitu (1)

menanggulangi banyaknya

informasi yang hilang, seperti yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga

73

intisari konsep yang ada di dalam data dapat diungkapkan, (2) menanggulangi
kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran

hipotesis akibat adanya hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan

berpikir deduktif seperti dalam penelitiain kuantitatif,(3) menanggulangi
kecenderungan pembatasan variable, yang diungkapkan sesuai dengan
masalah hipotesis yang disusun sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif

padahal permasalahan dan variable dalam masalah social sangat kompleks,(4)
menanggulangi adanya indeks- indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif

yang menggunakan pengukuran enumerasi ( perhitungan ) empiris, padahal inti
sebenarnya berada pada konsep- konsep yang timbul dari data.

Selanjutnya Lexy J. Maleong ( 2000 : 30-33 ) mengemukakan karakteristik
penelitian kualitatif, sebagai berikut:

1.Adanya paradigma penelitian, suatu usaha untuk mengejar suatu kebenaran
yang dilakukan oleh peneliti atau para praktisi melalui model- model tertentu.

Menumt Bogdan dan Biklen (1982 :32 ) adalah kumpulan longgar dari sejumlah
asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara
berpikir dan penelitian

2.Adanya suatu teori, yang dapat mengemukakan empat pokok, yaitu pengertian
teori dan fungsi teori, bentuk formulasi suatu teori, teori substantif dan teori
formal dan unsur- unsur suatu teori.

Snelbecker ( 1974:31 ) mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi
yang terintegrasi secara sintaksis ( yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang

dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan data dasar yang

74

dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahan untuk meramalkan dan mejelaskan
fenomena yang diamati.

Definisi Marx dan Goodson ( 1976:235 ) yang menyatakan bahwa teori

adalah aturan menjelaskan proposisi

yang berkaitan dengan beberapa

fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubunganhubungan yang dapat diamati di antara kejadian- kejadian ( yang diukur ),(2)
mekanisme atau stmktur yang diduga mendasari hubungan- hubungan
demikian, dan (3) hubungan- hubungan yang disimpulkan serta mekanisme

dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi
hubungan empiris apapun secara langsung.
3.Teori Substantif dan Teori Formal

- Teori Substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperiuan
substantif atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan. Contoh :
perawatan pasien, pendidikan professional atau organisasi penelitian.

- Teori formal adalah teori untuk keperiuan formal atau yang disusun
secara konseptual dalam bidang ikuiri suatu ilmu pengetahuan, missal :
sosiologi. (Glaserdan Strauss, 1980:32).

4.Unsur- unsur teori, yang dibentuk melalui analisis perbandingan meliputi (a)

kategori konseptual dan kawasan konseptual dan (b) hipotesis atau hubungan
genalisasi di antara kategori dan kawasannya serta integrasi.

Berdasarkan karakteristik penelitian kualitatif di atas, maka peneliti
berhubungan langsung dengan sumber data dan melakukan pengamatan sambil

berpartipasi langsung dengan metode tersebut untuk mendapatkan data yang
lebih rind, banyak dan mendalam.

75

Penelitian kualitatif juga bersifat menonjolkan proses bukan hasil yang
dicapai dalam penelitian. Penelitian ini berkenaan dengan pertanyaan apa,
mengapa dan bagaimana. Pertanyaan tersebut mengungkapkan suatu proses
bukan hasil dari suatu kegiatan.

Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu

interaksi kerja dan perilaku karyawan dari situasi tertentu menumt pengamatan
peneliti.

Menumt Nasution ( 1996 : 8- 9 ) menyebut penelitian kualitatif dengan
penelitian naturalistic kualitative, yang juga menyebutkan bahwa ada 14 kriteria,

antara sebagai berikut : (1) data langsung diambil dari setting alami, (2)
penentuan sample secara purposive, (3) peneliti sebagai instrumen pokok, (4)

lebih menekankan pada proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif
analitik,(5) analisa data secara induktif, (6) mengutamakan makna dibalik data.
A. Populasi dan Sampel

Penelitian yang dilakukan akan pasti memerlukan data dan informasi dari

pihak yang terkait dengan masalah yang perlu diunkapkan melalui suatu teknik

dan alat pengumpul data yang tepat. Populasi atau sample mempakan sumber
data yang dapat memberikan informasi terhadap suatu penelitian.

Pada umumnya populasi mempakan responden atau orang yang sedang
diteliti atau sekelompok orang yang sedang melakukan aktifitas dalam suatu

kondisi. Selain itu populasi atau sample dapat juga berupa bukan manusia
seperti waktu dan lingkungan tertentu sehingga peneliti seringkali tidak

berhadapan dengan populasi, akan tetapi dipilih sampel dengan teknik sampling.

76

Menumt Nasution ( 1982:64 ) teknik sampling dapat dibagi dua, yaitu
probability dan non probability sampling. Probality sampling adalah random
sampling proportionate, stratified random sampling, disproportionate stratified

random samping dan area samping. Sedangkan yang termasuk dengan non
probability sampling adalah sampling yang sistematis, sampling quota, samping
accidental, purposive samping, sampling jenuh dan snowball sampling.

Penelitian dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling, yaitu
meminta kepada responden dan menunjukkan orang lain yang dapagt
memberikan informasi. Dalam purposive sampling anggota sampel yang dipilih
secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya dan ini diharapkan bergulir
kepada responden lainnya yang sejenis dengan tujuan penelitian ( snowball
sampling). Tujuan penggunaan purposive sampling adalah untuk mendapatkan

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian ( Lincoln &Guba, 1985 : 202 ).
Subjek penelitian diambil dari alumni program B ( Sarjana Keperawatan
yang berasal dari Akademi Keperawatan tanpa masa kerja ) yang tinggal di
Jawa Barat. Subjek penelitian adalah alumni yang dianggap representatif untuk
mewakili temannya yang lain, para atasan/ pimpinan, pihak bawahan dan mitra
kerjanya.

Penelitian berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan

kinerja yang dihasilkan. Jumlah populasi alumni program B yang berada di

lingkungan propinsi Jawa Barat adalah 57 orang. Dengan prinsip purposive
sampling dan snowball sampling, penulis memilih responden sebagai sampel
yang diperkirakan akan mewakili populasi tersebut. Kemudian penulis juga

77

&2T&*
o