MAKALAH Observasi Pengolahan Limbah Teh

MAKALAH
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH
PENGOLAHAN LIMBAH PERKEBUNAN TEH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah yang Diampu
oleh Dr. Yatti Sugiarti,. M.P

KELOMPOK 20 :
Dewi Indah Larasati ( 1505581 )
R. M. Irchas Sukabudhi
Muhammad Rif’an

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Industri teh yang dibawa oleh pengusaha belanda pada abad ke-19 dan mencapai 100
tahun seperti saat ini [ CITATION Nin06 \l 1057 ]. Bidang budidaya tanaman teh sudah
mengalami kemajuan yang cukup signifikan, namun dalam teknologi pengolahan teh hitam
terbilang sangat lambat. Perkembangan teknologi dan beberapa pengetahuan mendasar
tentang teknologi pengolahan teh perlahan mengalami peningkatan. Pengolahan daun teh
dimaksudkan agar didapatkan hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti aroma, warna dan rasa yang diinginkan
(Setiamidjaja, 2000).
Proses pengolahan teh hitam perlu memerhatikan kondisi udara, komposisi kimia daun
teh serta melalui proses pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengondisian udara ruang giling,
pengeringan dan sortasi [ CITATION Nin06 \l 1057 ]. PTPN VIII merupakan salah satu
perusahaan yang memproduksi teh dengan 24 perkebunan yang tersebar di 6 kabupaten yaitu
Bogor, Sukabumi, Cianjur, Subang, Bandung dan Bandung Barat.
PTPN CTC Sukawana merupakan salah satu dari 12 perkebunan dari PTPN VII milik
negara yang didirikan berdasarkan PP.No.13 Tahun 1996. Perusahaan yang beroperasi di
Kabupaten Bandung Barat ini memproduksi teh hitam dengan menggunakan mesin CTC.
Main

grade


yang

dihasilkan

mesin

CTC

oleh

pengolahan

perkebunan

teh

Sukawana[ CITATION PTP09 \l 1057 ] meliputi BP1 (Broken pecco 1), PF1 (Pecco fanning
1), PD (Pecco dust), D1 (Dust), FANN (Fanning), PF (Pecco fanning) dan D2 (Dust 2). Pada
tahun 2015 produksi daun teh dengan wujud daun kering sebesar 154.598 ton oleh tiga jenis
perkebunan, perkebunan rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan

Besar Swasta (PBS). Data dari produksi teh terbesar berasal dari Jawa Barat lima tahun
terakhir berkisar 66,67% diatas provinsi lain rata-rata berkontribusi hanya sekitar 10%
[CITATION DIr15 \l 1057 ] .
Kegiatan industri tak terkecuali industri teh merupakan kegiatan penting dalam
meningkatkan perekonomian suatu negara. Hal ini tentu berdampak positif dengan adanya
peluang kerja dan berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Tidak hanya
membawa dampak positif, industri besar akan menghasilkan produk jadi yang dalam
prosesnya terdapat hasil buangan yang kemudian disebut limbah industri. Dari data

[ CITATION DIr15 \l 1057 ] dapat diperkirakan pengolahan teh menghasilkan limbah padat
400kg/hari dan sekiatar 20 ton per bulan. Potensi ini cukup besar untuk dapat digunakan
sebagai sumber bahan organik. Selama ini limbah tersebut belum termanfaatkan, padahal
mengandung unsur-unsur penting seperti N, K, Mg, Ca dan S. Limbah ini akan dapat
dimanfaatkan apabila telah mengalami dekomposisi dengan nilai C/N 10-20 (Murbandono,
1990). Oleh karena itu, untuk mengetahui kondisi lapangan di Industri pengolahan teh
penulis melakukan kunjungan di perkebunan teh daerah Sukawana.
1.2.
1.
2.
3.

4.

Rumusan Masalah
Apa itu limbah perkebunan teh ?
Darimana saja sumber limbah perkebunan teh ?
Bagaimana klasifikasi sumber limbah perkebunan teh ?
Bagaimana mekanisme pengelolaan sumber limbah perkebunan teh ?

1.3.

Tujuan
1. Untuk mengetahui sumber limbah perkebunan teh ?
2. Untuk mengetahui klasifikasi limbah perkebunan teh ?
3. Bagaimana mekanisme pengelolaan limbah perkebunan teh ?

1.4 Lokasi Observasi
Observasi dilakukan di perusahaan pengolah teh PT. Perkebunan Nusantara VIII CTC
Sukawana

BAB II

ISI
2.1. Klasifikasi Limbah Industri Perkebunan
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam mendukung produksi bersih di
Industri teh adalah pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan dari proses produksi.
Secara umum proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi),
pengeringan dan pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh menghasilkan limbah
yang terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi.
1. Limbah Padat
Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa
dari tiap tahapan proses produksi. Limbah padat industri teh ternyata dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain menjadi bahan baku pembuatan
papan partikel dan pupuk organik. Ampas teh yang akan dijadikan pupuk tanaman,
diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya, ampas teh dari sisa
penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang telah disediakan,
kemudian dan didinginkan selama satu hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk
mempercepat proses penguraian dan dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam
seminggu sekali. Kompos siap digunakan setelah proses fermentasi berlangsung
selama kurang lebih satu bulan.
Hasil penelitian lain yang membanggakan terhadap limbah teh adalah limbah
teh hitam dapat menurunkan produksi gas metan hasil fermentasi ternak sapi perah

atau sapi potong. Limbah teh tersebut digunakan sebagai bahan campuran makanan
ternak. Senyawa tanin di dalam ampas teh hitam mampu menghambat metabolisme
dan menurunkan jumlah protozoa diikuti penurunan produksi gas metan namun tidak
berpengaruh pada kadar protein mikrobia, sehingga dapat meningkatkan produktivitas
peternakan.

Limbah teh padat

2. Limbah Cair
Limbah cair berasal dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama
proses pencucian yang biasanya menggunakan soda api. Selain dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk pupuk organik dan papan partikel, ampas teh juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada limbah cair industri tekstil.
Menurut Retnowati (2005), zat warna dalam limbah cair industri tekstil mengandung
logam berat, seperti zat warna amaran yang mengandung merkuri, arsenat, timah,
serta kadmium dengan konsentrasi satu sampai sepuluh ppm.

Limbah cair teh
Selain itu limbah cair industri tekstil juga mengandung biru metilen dimana dalam
dosis tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, nyeri pada mulut dan dada, sakit

kepala, keringat berlebihan, dan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan ampas teh
dapat digunakan sebagai adsorben larutan amaran dan biru metilen untuk mengganti
karbon aktif yang cenderung memakan biaya lebih besar.
3. Limbah Emisi
Limbah emisi berasal dari heat exchanger yang terdapat di bagian proses
pelayuan dan pengeringan. Sedangkan pada industri minuman teh botol, limbah padat
berupa ampas teh berasal dari sisa proses penyeduhan teh.

2.2. Proses Pengolahan Limbah Industri Perkebunan Teh
2.2.1. Limbah perkebunan teh sebagai pupuk kompos
Pada makalah kali ini, akan membahas mengenai pemanfaatan limbah
perkebunan yang berasal dari ampas teh. Pada pemanfaatannya, ampas the ini
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman yang dikomposkan.

Kompos ini sendiri merupakan hasil penguraian parsial atau tidak lengkap
dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H. Crawford, 2003). Sedangkan proses
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikrobamikroba yang memanfaatkan bahan organik

sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Pada prinsipnya
pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan
organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian
rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien.
Dalam proses pengomposan ampas teh peranan mikroba selulolitik dan
lignolitik sangat penting, karena kedua mikroba tersebut memperoleh energi dan
karbon dari proses perombakan bahan yang mengandung karbon. Pembuatan
kompos ampas teh dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode thermofield
dan vermikompos.
- Metode thermofil
Thermofil yaitu pengolahan dengan menggunakan jamur dan bakteri
thermofil. Proses pengolahan limbah padat ini adalah sebagai berikut:

Ampas teh

Ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang telah
disediakan.

Pendinginan


Ampas teh yang telah dibiarkan di tanah akan di dinginkan selama satu hari.

Penguraian
Penguraian dengan penanaman mikroorganisme pada proses ini diberikan
mikroorganisme untuk menguraikan ampas teh atau zatorganic.

Pembalikan

Setelah melalui proses di atas maka dilanjutkan dengan proses pembalikan dengan waktu
seminggu sekali

Kompos

Setelah pembalikan ampas teh di biarkan membusuk selama 1 bulan dan kemudian akan menjadi kompos.

-

Metode Vermi Kompos
Vermi kompos adalah pengolahan limbah menggunakan bantuan

organisme yaitu cacing. Ada dua jenis cacing yang digunakan dalam proses
tersebut yaitu cacing local dan cacing impor (Prancis). Cacing Prancis
dianggap

paling

rakus

dalam

mengkonsumsi

ampas

teh

sehingga

penggunaannya diharapkan dapat mempercepat proses pengolahan limbah
ampas teh. Proses tersebut adalah :


Ampas teh

Ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang telah
disediakan.

Pendinginan

Ampas teh yang telah dibiarkan di tanah akan di dinginkan selama satu hari.

Penguraian
Penguraian dengan penanaman mikroorganisme pada proses ini diberikan
mikroorganisme untuk menguraikan ampas teh atau zatorganic.

Fertilisasi

Cacing dimasukkan pada bak atau tempat khusus yang berisi ampas teh yang telah
didinginkan. Mereka akan menyelam ke dasar bak dan mengkonsumsi ampas teh
tersebut dari dasar. Cacing-cacing itu akan berekskresi dan kotoran cacing itulah yang
menjadi kompos. Pupuk kompos siap dipanen jika cacing-cacing tersebut telah sampai ke
permukaan bak.
2.2.2. Limbah perkebunan teh sebagai papan partikel
Proses pemanfaatan limbah ampas teh ini umumnya dijadikan sebagai
bahan baku untuk pupuk kompos. Selain itu, ampas teh ternyata bisa dijadikan
sebagai bahan baku alternatif papan partikel. Papan partikel merupakan salah satu
jenis produk komposit yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan
berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat resin sintetis dan dipres pada
keadaan panas menjadi lembaran-lembaran keras dengan ketebalan tertentu.
Selama ini pada umumnya papan partikel diproduksi dari partikel-partikel
kayu, padahal banyak bahan berlignoselulosa lainnya yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku papan partikel, seperti ampas daun teh, daun nanas, ampas
tebu, pelepah nipah,pelepah kelapa sawit, tongkol jagung dan kulit tanduk kopi.
Kandungan senyawa lignoselulosa dalam bahan baku papan partikel
sangat berpengaruh terhadap mutu papan partikel yang dihasilkan, terutama
terhadap sifat mekanik keteguhan lentur dan keteguhan patah papan. Umumnya
kayu yang digunakan untuk papan partikel harus memiliki kandungan
lignoselulosa sebanyak ±71%, sementara kandungan senyawa lignoselulosa
ampas daun teh adalah sebesar 63,17%.
Meskipun demikian, beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa produk
papan partikel berbahan baku ampas daun teh mempunyai mutu yang tidak kalah
dengan papan partikel berbahan baku kayu. Hal tersebut karena ampas teh
mempunyai kandungan polifenol yang cukup, yang dapat bereaksi dengan baik
dengan gugus formaldehida dari bahan perekat, yang menyebabkan partikel
ampas teh mempunyai ikatan yang lebih kuat dengan bahan perekat. Selain itu
senyawa protein yang terkandung dalam ampas teh dapat bereaksi dengan gugus
formaldehida bahan perekat, sehingga semakin menambah daya rekat papan
partikel. Hal ini merupakan kelebihan ampas teh yang tidak dipunyai partikel
kayu.
Disamping itu beberapa penelitian membuktikan bahwa ampas daun teh
dapat berkombinasi dan bersinergi dengan baik dengan bahan partikel kayu lain
saat ampas teh dimanfaatkan sebagai bahan subtitusi pembuatan partikel.
Cara pembuatan papan partikel dari ampas the ini cukup mudah pertama
tama ampas teh yang telah dikeringkan lalu disaring sehingga mendapatkan dua
macam ampas the yang lolos saringan kasar dan ampas the yang lolos saringan
halus. Kemudian ditambahkan bahan kimia perekat urea formaldehid cair sebagai
perekat pembuatan papan partikel ini.

2.2.3

Limbah cair perkebunan teh sebagai alternative absorben
Ampas teh mengandung protein kasar27.42% (persen dalam berat
kering),lemak3.26%, kobalt 1.14%, fosfor 0.25%, dan seratkasar 20.39%.
Tingginya kadar serat dalam ampas teh ini dimanfaatkansebagai pakan ternak..
Ampas teh juga dapat digunakan sebagai kompos. Adanya penambahan
ampas teh ini menyebabkan terbangunnya struktur tanah,sehingga mengurangi
erosi. Pengaruh positiflainnya terhadap tanaman, yaitu membantutanaman
mengambil zat -zat hara yang dibutuhkan, menekan penyakit, danmengurangi
hilangnya nutrisi yang terdapatdalam air yang akan diserap tanaman tersebut.
Menurut Mahvi (2005) menggunakan ampas teh sebagai adsorben untuk
logam berat timah,kadmium, dan nikel. Efektivitas ampas tehuntuk ketiga logam
ini, baik dalam bentuktunggal maupun campuran, bervariasi dari77.2% hingga
mencapai 100%.Umumnya adsorben dari bahan alam diaktivasi terlebih dahulu
untukmeningkatkan kinerjanya. Dalam pembuatan karbon aktif, kandungan

ampas teh yang diperhitungkan yaitu ligonesulosa. Kandungan lignoselulosan
pada ampas teh cukup tinggi yaitu sebesar 50,65% dengan pembagian jumlah
lignin sebesar 8,41%, selulosa sebesar 33,54% dan hemiselulosa sebesar 8,70%.
Hasil tersebut diperoleh dari ampas teh yang difermentasikan dengan Aspergillus
niger

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam mendukung produksi bersih di
Industri teh adalah pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan dari proses produksi.
Secara umum proses produksi teh meliputi pelayuan, penggilingan, oksidasi
(fermentasi), pengeringan dan pengemasan. Di dalam setiap proses produksi teh
menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat, limbah cair dan emisi.
Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa
dari tiap tahapan proses produksi. Limbah cair berasal dari sisa-sisa pencucian alatalat yang digunakan selama proses pencucian yang biasanya menggunakan soda api.
Selain dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pupuk organik dan papan partikel,
ampas teh juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif adsorben pada limbah
cair industri tekstil. Limbah emisi berasal dari heat exchanger yang terdapat di
bagian proses pelayuan dan pengeringan. Sedangkan pada industri minuman teh
botol, limbah padat berupa ampas teh berasal dari sisa proses penyeduhan teh.
3.2. Saran
PT. Perkebunan Nusantara VIII diharapkan mampu mengolah limbah the baik
limbah padat maupun limbah cair yang dihasilkan dari hasil perkebunan. Walaupun
limbah teh tidak berbahaya namun alangkah lebih baiknya PT. Perkebunan Nusantara
ini dapat mengolah limbahnya sendiri sehingga dapat menambah kebermanfaatan
dari hasil olahan limbah the itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Crawford. J.H. 2003. Composting of Agricultural Waste. in Biotechnology Applications and
Research, Paul N., Cheremisinoff and R. P.Ouellette (ed). p. 68-77