Kata-kata Kunci: Elevasi muka air, pasang surut, banjir, pintu air. Abstract - Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi Pantai Utara DKI Jakarta dengan Perangkat Lunak SMS 8.1

  Mahfudz, dkk

ISSN 0853-2982

  Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi Pantai Utara DKI Jakarta dengan Perangkat Lunak SMS 8.1 Hernawan Mahfudz

  Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Email: hernawan_m@yahoo.com

  Dhemi Harlan

  Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Email: dhemi@si.itb.ac.id

  Meutia Sistarani

  Program Studi Sarjana Teknik Sumber Daya Air, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132,

  E-mail: moe_tiach@yahoo.com

  Ahmad Mukhlis Firdaus

  Program Studi Magister Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132,

  Email: ahmadmukhlisfirdaus@yahoo.com

  Abstrak Bertambahnya penduduk di wilayah DKI Jakarta tidak sebanding dengan bertambahnya lahan potensial yang masih dapat digunakan. Salah satu cara untuk memperoleh lahan adalah dengan reklamasi pantai di wilayah utara Jakarta. Perangkat lunak Surface-Water Modeling System (SMS) dapat digunakan untuk menganalisa pengaruh hidrolik yang terjadi sebelum dan setelah adanya reklamasi. Pemodelan menggunakan SMS versi 8.1 ini akan meliputi tiga buah skenario; kondisi eksisting, kondisi reklamasi dengan pintu air terbuka, dan kondisi reklamasi dengan pintu air tertutup. Input yang digunakan pada pemodelan adalah data debit rata-rata di hulu sungai dan data pasang surut. Output pemodelan adalah berupa vektor kecepatan dan arah aliran air serta gambaran elevasi muka air. Hasil dari pemodelan ini disimpulkan bahwa pengaruh pasang surut akan semakin

membesar pada bagian muara sungai ketika reklamasi terlaksana dan pintu dalam kondisi terbuka,

Tanggul eksisting yang telah berada pada sungai tidak akan berfungsi apabila dilakukan penambahan pintu air, baik dalam kondisi terbuka maupun tertutup, dan dalam kondisi pintu air tertutup, elevasi muka air sungai akan meningkat di bagian hulu.

  : Elevasi muka air, pasang surut, banjir, pintu air.

  Kata-kata Kunci Abstract The rapidly increasing amount of citizens in DKI Jakarta is unbalanced with the amount of potential usable land. The method to acquire this by doing coast reclamation especially in North Jakarta. The Surface-Water Modeling System (SMS) software can analyze the hydraulic effect that happened before and after the reclama- tion. Using SMS version 8.1, this paper mainly describes three scenarios influencing the reclamation site, which are the existing scenario before reclamation and the scenario after reclamation with opened and closed flood gate. The inputs needed are the average flow rate in the head of the river and the tidal movements’ data. The coming outputs will be the velocity vector, water direction, and an image of the water elevation. The analysis

process concludes that after the reclamation has been accomplished, the influence of the tidal movements

becomes bigger at the river mouth when the flood gate is opened, and the water elevation increases at the upper stream when the flood gate was closed. It also concludes that the existing dam in the river will suffer failure if there were more flood gates whether it is opened or closed.

  Keywords : Water elevation, tidal movements, flood, water gate.

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009

  • -process

  144 Jurnal Teknik Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Sebagai Ibukota Negara, Kota Jakarta layak menjadi lokasi pusat kegiatan di Indonesia. Bertambahnya penduduk yang terjadi di Kota ini menyebabkan berkurangnya lahan yang bisa dimanfaatkan. Keinginan untuk mengembangkan kota ke arah timur terbentur oleh lahan pertanian beririgasi teknis yang tidak boleh diubah fungsinya. Dan pengembangan ke arah selatan amat terbatas, karena kawasan ini merupakan wilayah resapan air. Oleh karena itu, pengembangan wilayah Utara Jakarta merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menambah lahan di Kota ini.

  Upaya mengembangkan wilayah Utara Jakarta ini dapat dilakukan dengan pembangunan reklamasi di pantai utara dengan memperhatikan jenis konstruksi dan metode konstruksi yang dapat meminimalisir dampak yang timbul, baik dampak lingkungan maupun dampak sosial. Selain untuk memperkecil ketertinggalan dengan wilayah-wilayah lainnya di DKI Jakarta, reklamasi juga diharapkan dapat mengatasi kelangkaan lahan di kota metropolitan ini. (Soehoed, 2004) Tulisan ini hanya dibatasi pada analisa perilaku muka air dengan adanya debit di hulu dan pasang surut dalam kondisi reklamasi tanpa pintu dan reklamasi dengan adanya pintu dengan menggunakan model numerik Surface-Water Modeling System (SMS) versi 8.1.

  2. Gambaran Umum Lokasi Studi

  Lokasi proyek reklamasi pantai utara DKI Jakarta terletak di sepanjang pantai yang merupakan bagian rencana reklamasi kawasan Kapuk Niaga Indah Pantai Utara Provinsi DKI Jakarta. (Legono dan Rahardjo, 2007)

  Isu utama dalam dampak lingkungan dari pembangunan reklamasi di Pantai Utara adalah meningkatnya banjir di daerah hulu dan muara sungai. Diantara solusi yang diajukan adalah penggunaan pintu air sebagai pembatas antara area reklamasi (termasuk muara sungai di dalamnya) dan laut (Tim LAPI ITB, 2004). Pintu air dimaksudkan untuk menahan pasang surut dengan menggunakan sistem otomatis (Flap Gate), dimana air yang tertahan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Pengoperasian pintu dilengkapi dengan pompa untuk menjamin tinggi muka air. Berdasarkan rencana umum pengembangan wilayah pantai utara Jakarta, perairan yang terletak pada lokasi studi merupakan salah satu dari beberapa kawasan pantai utara Jakarta yang dinilai cukup potensial untuk direklamasi. Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya permasalahan berupa kenaikan elevasi muka air di sekitar muara sungai, dipikirkan adanya alur-alur reklamasi diantara kawasan reklamasi tersebut.

1. Pendahuluan

3. Pemodelan SMS 8.1

  Surface-Water Modeling System

  (SMS) adalah perangkat lunak yang memiliki kemampuan sebagai pemroses awal dan akhir (pre-processor dan post-

  processor ) untuk pemodelan muka air. Proses awal (pre

  ) pemodelan adalah kegiatan melakukan diskritisasi terhadap sebuah fungsi atau persamaan, sedangkan proses akhir (post-process) pemodelan adalah kegiatan menyajikan data hasil pemodelan yang dilakukan. Diagram alir proses pengolahan data dengan perangkat lunak SMS 8.1 dapat dilihat sebagai berikut:

  Gambar 1. Lokasi reklamasi  

  Lokasi    Gambar 2. Flowchart pemodelan SMS

  • − + +
  • ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝

  (2)

  486 .

  1 2 2 1 2 2 2 6 1 2 2 2 2 2 = − − + + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜

  ⎝ ⎛

  ⎟ ⎠ ⎞ ⎜

  ⎝ ⎛

  ⎛

  φ ω ψ ξ ρ V v u v h h gun dx dh dx da gH dy u d E dx u d

  E h dy du hv dx du hu dt du

h

a xy xx

  

 

( ) sin 2 cos

  • − + +
  • ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝

  486 .

  1 2 2 1 2 2 2 6 1 2 2 2 2 2 = − − + + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜

  ⎝ ⎛

  ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜

  ⎝ ⎛

  ⎛

  φ ω ψ ξ ρ V v u v h h gvn dy dh dy da gH dy v d E dx v d

  E h dy dv hv dx dv hu dt dv

h

a yy yx

  

 

( ) sin 2 cos

  1

  (1)

  Model numerik RMA2 menyelesaikan persamaan kekekalan massa dan momentum air yang diintegrasikan terhadap kedalaman (depth-averaged) pada dua dimensi horisontal. Percepatan arah vertikal diabaikan sehingga vektor kecepatan memiliki besar dan arah yang sama sepanjang kolom air. Kecepatan aliran kedalaman rata-rata u yang digunakan oleh RMA2 dinyatakan dalam persamaan berikut: dimana, U : Kecepatan arus kedalaman rata-rata

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  Proses penghitungan pemodelan, yaitu proses diantara

  pre-process dan post-process, adalah kegiatan untuk

  menyelesaikan persamaan matriks untuk mendapatkan solusi pada setiap node. Proses penghitungan ini dilakukan oleh model-model numerik yang merupakan modul-modul dari SMS. Model-model numerik yang di-support meliputi model dari United States Army

  Corps of Engineer-Waterways Experiment Station

  (USACE-WES), antara lain TABS-MD (yang didalamnya berisi GFGEN, RMA2, RMA4, SED2D), ADCIRD, CGWAVE, STWAVE, dan HIVEL2D, model dari U.S. Federal Highway Administration (FHWA), antara lain FESWMS dan WSPRO, dan beberapa model komersil lainnya. Dalam hal ini, modul yang akan digunakan adalah TABS-MD, yang meliputi GFGEN dan RMA2.

  Tujuan dari GFGEN adalah untuk membuat file geometri dan file mesh elemen hingga sebagai input program sistem dan pemodelan SMS. Program ini menyajikan pemeriksaan mesh secara rutin dan penyusunan kembali mesh. RMA2 digunakan untuk menghitung elevasi permukaan air dan kecepatan komponen aliran arah horisontal dalam dua dimensi. RMA2 menyelesaikan solusi elemen hingga bentuk Reynolds dari persamaan Navier-Stokes untuk aliran turbulen. Pengaruh kekasaran dikalkulasikan menggunakan koefisien Manning atau Chezy, dan koefisien kekentalan eddy dipergunakan untuk memperhitungkan karakteristik turbulen. Baik masalah aliran langgeng maupun tidak langgeng (dinamik) dapat diselesaikan.

  Secara umum RMA2 dapat memodelkan muka air dan distribusi kecepatan pada daerah sekeliling sebuah pulau, pola aliran badan sungai, aliran di bawah jembatan, pertemuan dua sungai atau lebih, dan berbagai pemodelan umum elevasi muka air dan pola aliran pada sungai, reservoir, dan muara.

  (dalam arah x) h : Kedalaman perairan elemental u(z) : Kecepatan aliran sebagai fungsi arah vertikal z : Koordinat vertikal

  = h dz z u h U ) (

  Bentuk persamaan pengatur RMA2 yang telah diselesaikan adalah: Arah x: Arah y: dimana, h : Kedalaman vertikal u, v : Kecepatan aliran dalam arah x, y x, y, t : Koordinat kartesius dan waktu ρ

  : Koefisien kekentalan eddy Indeks xx : arah normal terhadap x Indeks yy : arah normal terhadap y Untuk xy dan yx : arah geser g : Percepatan gravitasi a : Elevasi dasar perairan n : Koefisien kekasaran Manning 1,486 : Konversi SI ke satuan Inggris ξ

  : Koefisien geser angin empiris Va : Kecepatan angin ψ

  : Arah angin ω

  : Kecepatan rotasi bumi Ф

  : Posisi lintang geografis (U.S. Army Corps of Engineer, 1984) Persamaan momentum air yang digunakan di sini hanya menghitung elevasi muka air akibat pasang surut. Elevasi muka air akibat pengaruh gelombang sama sekali tidak diperhitungkan.

  Persamaan-persamaan di atas dapat diselesaikan dengan metode elemen hingga menggunakan metoda Galerkin (weight residual). Elemen yang digunakan adalah elemen satu dimensi maupun dua dimensi segi tiga (triangles) dan segi empat (quadrilateral). Fungsi bentuk (shape function) adalah kuadratik untuk kecepatan dan linier untuk kedalaman. Teknik integrasi menggunakan integrasi Gaussian. (Enviromental Modeling Research Laboratory, 2003) Output pertama dari hasil simulasi adalah berupa tinggi muka air dari Mean Sea Level (MSL) berupa grafik data pasut, yang nantinya dikalibrasi terhadap data lapangan yang diperoleh dari survei lapangan. Output kedua adalah arah dan besar arus yang membentuk pola pergerakan arus di lokasi yang dimodelkan.

    ∫

  (3)

  146 Jurnal Teknik Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

   air  sungai  dan  laut

  5. Memasukkan Kondisi Batas (Boundary Condition)

  4. Menentukan kontrol model

  3. Memasukkan data batimetri

  2. Membuat mesh dan domain pemodelan

  1. Mempersiapkan peta batimetri

  besar pengaruh pasang surut yang terjadi di sungai- sungai yang bermuara di areal reklamasi pada kondisi eksisting (sebelum adanya reklamasi). Hasil pemodelan Modul RMA2 dari perangkat lunak SMS ini adalah berupa pola kecepatan dan elevasi muka air pada daerah yang dimodelkan. Proses simulasi RMA2 dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

    Gambar 4. Perbedaan potongan pasang surut sebelum dan sesudah reklamasi

  Pertemuan  air sungai  dan  laut sebelum  reklamasi

   setelah  reklamasi  

    Pertemuan

  4. Hipotesa

  M1’ M1

  Mild

Gambar 3. Hipotesa potongan memanjang muka air eksisting (kondisi steady)

(Ven Te Chow, 1959)

  Hilir Hulu

Profil  M1

  3. Skenario III, kondisi setelah reklamasi dengan pintu air dalam keadaan tertutup Pemodelan skenario I dilakukan sesuai dengan data- data yang didapatkan pada kondisi sebelum adanya pulau-pulau hasil reklamasi. Dengan menggunakan input debit pada bagian hulu tiap sungai, akan dilakukan pemodelan untuk mengetahui seberapa

  2. Skenario II, kondisi setelah reklamasi

  1. Skenario I, kondisi eksisting sebelum adanya reklamasi

  Ada tiga jenis skenario pemodelan yang akan dijalankan sebagai berikut:

  5. Pemodelan dan Analisa Data

  Bila bagian hilir direklamasi, maka area pengaruh aliran akan bertambah karena jarak pertemuan antara aliran dari sungai dengan laut akan menjadi semakin jauh. Hal ini menyebabkan kemiringan elevasi muka air sungai akan melandai sehingga pengaruh pasang surut akan lebih terlihat di bagian hilir. Perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 4. Profil M1 adalah profil muka air sebelum reklamasi sedangkan M1` adalah profil muka air setelah rekla- masi. Elevasi muka air pada kondisi pintu terbuka akan meningkat bila dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya pintu dan pulau reklamasi karena terjadi penyempitan aliran air bebas akibat adanya struktur reklamasi tersebut. Apabila pintu ditutup, akan terjadi kenaikan elevasi muka air pada bagian hulu. Elevasi muka air ini kemudian akan berfluktuasi mengikuti kontur dasar sungai yang ada.

  Lokasi studi yang berbatasan langsung dengan laut dipengaruhi pasang surut yang cukup besar, khususnya pada bagian hilir / muara sungai. Pertemuan antara aliran sungai dan laut dapat dilihat pada Gambar 3 khususnya pada bagian M1.

  Setelah memasukkan data kondisi batas dan tahap-tahap persiapan lainnya, program RMA2 siap dijalankan. Output elevasi muka air pada daerah pemodelan ditampilkan pada saat akan surut dalam kondisi purnama (spring) dari data pasang surut yang digunakan dalam pemodelan. Kondisi purnama yang digunakan dalam analisa ini dimaksudkan untuk melihat elevasi maksimum dari pengaruh pasang surut terhadap kenaikan muka air di sungai. Kecepatan arus rata-rata dari hasil pemodelan skenario I pada saat menuju surut di spring tide adalah 1,2 m/s. Dari hasil pemodelan diketahui bahwa pada saat neap, tinggi tunggang pasang di muara Sungai Angke kurang lebih sebesar 0,75 meter sedangkan di hulu sungai

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  berkurang menjadi 0,5 meter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Angke, ±5 km dari muara, masih terpengaruh pasang surut tetapi sudah mulai berkurang.

  Tinggi tunggang pasang saat neap di muara Sungai Cengkareng kurang lebih sebesar 0,75 meter sedangkan di hulu sudah mendekati 0 meter.

  Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Cengkareng, ±5 km dari muara, juga sudah tidak terpengaruh pasang surut. Hal ini dapat terjadi karena Sungai Cengkareng memiliki lebar penampang dan debit yang cukup besar. Tinggi tunggang pasang saat neap di muara dan di hulu Sungai Kamal sebesar 0,75 meter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Kamal, ±5 km dari muara, pengaruh pasang surut masih cukup besar. Hal ini dapat terjadi karena kondisi batimetri Sungai Kamal yang dangkal dan debit yang tidak terlalu besar.

  Tinggi tunggang pasang saat neap di muara Sungai Dadap sebesar 0,5 meter sedangkan di hulu sebesar 0,4 meter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Dadap, ±5 km dari muara, pengaruh pasang surut masih ada namun sudah berkurang.

  Perbandingan pengaruh pasang surut tiap hulu sungai dapat dilihat secara lebih jelas pada gambar berikut. Di sini dapat dilihat bahwa pengaruh pasang surut terlihat paling kecil berada pada Sungai Cengkareng bagian hulu, dan pengaruh pasang surut masih terlihat cukup besar pada bagian hulu Sungai Kamal.

  Diantara keempat sungai yang berada pada lokasi studi, elevasi muka air sungai tertinggi pada saat pasang dimiliki oleh Sungai Angke. Sedangkan pada saat surut dimiliki oleh Sungai Cengkareng. Profil muka air saat pasang dan surut dari tiap sungai dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10.

  Hilir Hulu Pintu

   Air 2.5  – 3.5 meter Mild

  Gambar 5. Hipotesa pintu tertutup

  Skenario II menggunakan input arus rata-rata pada sungai-sungai yang termasuk dalam domain pemodelan. Input arus rata-rata ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pasang surut yang terjadi di sungai-sungai yang bermuara di areal reklamasi pada saat setelah adanya reklamasi.

  Kecepatan arus rata-rata dari hasil pemodelan pada saat menuju surut di spring tide adalah 2,57 m/s. Tinggi tunggang pasang saat neap di muara Sungai Angke sebesar 0,75 meter sedangkan di hulu sungai sudah berkurang menjadi 0,5 meter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Angke, ±5 km dari muara, terpengaruh pasang surut tetapi sudah mulai berkurang, dimana kondisi ini sama dengan kondisi skenario I. Tinggi tunggang pasang saat neap di muara Sungai Cengkareng sebesar 0,75 meter sedangkan di hulu sungai sudah berkurang menjadi 0 meter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Cengkareng, ±5 km dari muara, sudah tidak terpengaruh pasang surut, dimana kondisi ini sama dengan kondisi skenario I. Tinggi tunggang pasang saat neap di muara Sungai Kamal sebesar 0,75 meter sedangkan di hulu sungai. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Kamal, ±5 km dari muara, pengaruh pasang surut masih cukup besar, dimana kondisi ini sama dengan kondisi skenario I.

  Tinggi tunggang pasang saat neap di muara Sungai Dadap sebesar 0,5 meter sedangkan di hulu sungai sudah berkurang menjadi 0,4 meter. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pada lokasi hulu Sungai Dadap, ±5 km dari muara, pengaruh pasang surut sudah mulai berkurang, dimana kondisi ini sama dengan kondisi skenario I.

  Perbandingan pengaruh pasang surut tiap hulu sungai dapat dilihat pada gambar berikut. Seperti halnya pada skenario pertama, di skenario kedua ini juga dapat dilihat bahwa pengaruh pasang surut terlihat paling kecil berada pada Sungai Cengkareng bagian hulu, dan pengaruh pasang surut masih terlihat cukup besar pada bagian hulu Sungai Kamal.

  Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Gambar 6. Vektor kecepatan dan arah aliran saat menuju surut di spring tide Time Series Angke Hulu Angke Tengah Angke Muara Gambar 7. Perubahan elevasi muka air pada lokasi titik-titik pengamatan Sungai Angke Jurnal Teknik Sipil

  148

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  0.5

  Sungai Angke Sungai Cengkareng Sungai Kamal Sungai Dadap

  5 Jarak (km) El ev a si ( m )

  2.5

  2.5

  2

  1.5

  1

  Profil Muka Air Saat Surut

  

Gambar 8. Perbandingan pengaruh pasang surut skenario I

Time Series

Cengkareng Hulu Angke Hulu Dadap Hulu Kamal Hulu

  

Profil Muka Air Saat Pasang

Gambar 10. Profil muka air surut eksisting

Profil Muka Air Saat Surut

  Sungai A ngk e Sungai Cengkareng Sungai K am al Sungai Dadap

  5 Jarak (km ) E leva s i ( m )

  2.5

  3

  1 1. 5 2 2. 5

  0. 5

  

Gambar 9. Profil muka air pasang eksisting

Pr ofil Muk a Air Sa at P asa ng

  

Profil Muka Air Saat Surut

  150 Jurnal Teknik Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Diantara keempat sungai yang berada pada lokasi studi, elevasi muka sungai tertinggi pada saat pasang terjadi pada Sungai Angke. Sedangkan pada saat surut terjadi pada Sungai Cengkareng.

  Hasil pemodelan elevasi muka air pada saat sebelum dan sesudah adanya pulau-pulau hasil reklamasi ditunjukkan pada Gambar 14 hingga 17. Pada Gambar 17 dapat dilihat bahwa kondisi pengaruh pasang surut setelah reklamasi di Sungai Dadap juga sama dengan kondisi di Sungai Angke dimana kemiringan dari garis pengaruh pasang surut menjadi lebih landai. Sehingga mengakibatkan pengaruh pasang surut akan tertarik ke arah muara sungai. Bila dilihat dari perbandingan angka hasil pemodelan tiap skenario pada waktu-waktu tertentu, dapat diketahui bahwa dengan adanya pulau hasil reklamasi pada wilayah studi menyebabkan naiknya elevasi muka air. Kenaikan yang terjadi tidak begitu signifikan, selisih maksimum dari kondisi sebelum reklamasi dan sesudah reklamasi adalah 0,180 meter. Mayoritas selisih tertinggi terjadi pada bagian tengah dan muara sungai. Sehingga dapat mengakibatkan pengaruh pasang surut akan tertarik ke arah muara sungai. Angka hasil pemodelan di bawah ini didapat setelah menjalankan program RMA2 untuk kondisi sebelum reklamasi dan setelah reklamasi. Untuk bagian pasang, angka hasil pemodelan diperoleh dari data pada waktu ke 99. Sedangkan untuk bagian surut, angka hasil pemodelan diperoleh dari data pada waktu ke 135. Selain menggunakan data input arus rata-rata pada tiap sungai, skenario II ini juga menggunakan input hidrograf sungai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan elevasi muka air yang terjadi pada sungai- sungai sesuai dengan kondisi hidrograf banjir. Kecepatan arus rata-rata dari hasil pemodelan pada saat menuju surut di spring tide adalah 6,00 m/s.

  

Gambar 11. Perbandingan pengaruh pasang surut skenario II

Time Series

Gambar 12. Profil muka air pasang reklamasi P rofil Muka Air S aat Pasang

  0.5

  1

  1.5

  2

  2.5

  3 2 .5

  5 Ja ra k (km) E levas i ( m )

  Sun gai Angke Sun gai Cengkar eng Sun gai Kamal Sun gai Dadap

  Profil Muka Air Saat Pasang

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  

Sungai Angke

Gambar 15. Elevasi muka air di sepanjang Sungai Cengkareng

  P as an g R ekla ma si P as an g E k sistin g S ur ut R e klam as i S ur ut E ksist ing

  5 P a n ja ng E le v as i M u ka A i r

  3 2 .5

  2.5

  2

  1.5

  1

  0.5

  

S unga i C e ngk a ren g

  Pas an g Re kla ma si Pas an g Eksis tin g Sur u t R ek lam as i Sur u t Ek sistin g

  

Gambar 13. Profil muka air surut reklamasi

P ro fil M uk a A i r S aat S uru t

  5 Pa n ja n g E le v a si M u k a A ir

  1 1 .5 2 2 .5 3 2 .5

  

Su n g a i An g k e

0 .5

  

Profil Muka Air Saat Surut

Gambar 14. Elevasi muka air di sepanjang Sungai Angke

  S u ng ai A n gk e S u ng ai Ce ng ka ren g S u ng ai K a ma l S u ng ai Da da p

  5 J a r ak ( km ) El ev as i ( m )

  2. 5

  1 1. 5 2 2. 5

  0. 5

  

Sungai Cengkareng

  Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Sung ai Kamal 2. 5

  2 1. 5 g n ja n

1 Pa

  Pa san g Re klamas i 0. 5 Pa san g Ek sist ing Su rut Rek lamasi Su rut Eks istin g 2. 5

  5 Ele va si Muka Air Gambar 16. Elevasi muka air di sepanjang Sungai Kamal S ungai Dadap

  2.5

  2 ir A a k

  1.5 u M i s

  1 a v e

  Pa sa ng Re klam asi El

  0.5 Pa sa ng Eksist in g Su ru t R ekla ma si Su ru t Eks istin g 2 .5

  5 Pa n jan g Gambar 17. Elevasi muka air di sepanjang Sungai Dadap Gambar 18. Vektor kecepatan dan arah aliran sesuai input hidrograf saat menuju surut di spring tide

  Jurnal Teknik Sipil 152

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  3

  

Profil Maksimum Muka Air Pintu Terbuka

Gambar 19. Perubahan elevasi muka air pada lokasi titik-titik pengamatan Sungai Angke

Time Series

  S ungai Angk e S ungai Cengkar eng S ungai Kamal S ungai Dadap

  5 Jarak (km) E lev asi ( m )

  2.5

  6

  5

  4

  2

  Grafik perubahan elevasi muka air pada daerah Sungai Angke adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar

  1

  

Gambar 20. Profil maksimum muka air pintu terbuka

Pr ofil Ma ksimu m Mu ka Air P in tu T erb u ka

  Pada Gambar 20 dan 21 dapat dilihat profil muka air setelah reklamasi kondisi pintu terbuka. Dapat dilihat bahwa muka air tertinggi terjadi di Sungai Cengkareng bagian hulu dan muka air terendah terjadi di Sungai Angke bagian hulu.

  Elevasi muka air tertinggi di Sunga Dadap juga berada pada bagian hulu. Tinggi elevasi muka air sesuai dengan hidrograf banjir periode ulang 100 tahun mencapai 4,3 meter di hulu Sungai Dadap. Sementara itu, elevasi tanggul sungai berada pada ketinggian 1,9 meter.

  Elevasi muka air tertinggi juga berada pada bagian hulu Sungai Kamal. Tinggi elevasi muka air sesuai dengan hidrograf banjir periode ulang 100 tahun mencapai 4,9 meter di hulu Sungai Kamal. Sementara itu, elevasi tanggul sungai berada pada ketinggian 2 meter.

  Dari hasil pemodelan juga dapat dilihat bahwa elevasi muka air tertinggi berada pada bagian hulu Sungai Cengkareng. Tinggi elevasi muka air sesuai dengan hidrograf banjir periode ulang 100 tahun mencapai 3,4 meter di hulu Sungai Cengkareng. Sementara itu, elevasi tanggul sungai berada pada ketinggian 1 hingga 3,2 meter.

  muka air tertinggi berada pada bagian hulu Sungai Angke. Tinggi elevasi muka air sesuai dengan hidrograf banjir periode ulang 100 tahun mencapai 3,8 meter di hulu Sungai Angke. Sementara itu, elevasi tanggul sungai berada pada ketinggian 0,9 hingga 2,27 meter.

  19 . Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa elevasi

  Angke Muara Angke Hulu Angke Tengah

  154 Jurnal Teknik Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Pemodelan skenario III juga dilakukan dengan langkah yang sama dengan pemodelan skenario I. Pada skenario ini, dimodelkan pintu air dalam keadaan tertutup. Tinggi muka air dilokasi pintu diasumsikan 3,5 dan 2,5 meter. Lokasi studi direncanakan menggunakan empat buah pintu air dengan lokasi tiap pintu seperti pada gambar dibawah. Pada skenario ini, kondisi batas keempat pintu menggunakan pengasumsian bahwa tinggi muka air pada pintu-pintu tersebut sebesar 3,5 meter. Kondisi batas hulu keempat sungai yang mempengaruhi skenario ini adalah data hidrograf banjir periode ulang 100 tahun. Data masukan lainnya sama seperti pada skenario-skenario yang terdahulu.

  Pola pergerakkan dan kecepatan aliran ini berubah- ubah sesuai dengan waktu. Kecepatan arus rata-rata dari hasil pemodelan pada saat menuju surut di spring tide adalah 4,01 m/s.

  Pada Gambar 24 dapat dilihat bahwa titik puncak elevasi muka air berada pada bagian hulu Sungai Angke. Tinggi muka air pada bagian tersebut sesuai dengan input hidrograf banjir periode 100 tahun mencapai angka 5,4 meter.

  Gambar 22. Lokasi penempatan pintu air pada daerah reklamasi

  Dari pemodelan dapat diketahui pula bahwa titik puncak elevasi muka air berada pada tiap bagian hulu sungai. Pada Sungai Cengkareng, tinggi muka air mencapai angka 4,5 meter dan pada Sungai Kamal, tinggi muka air mencapai angka 9,8 meter. Pada Gambar 25 dan 26 dapat dilihat profil muka air tertinggi terjadi di Sungai Kamal bagian hulu dan muka air terendah terjadi di Sungai Cengkareng bagian hilir. Pada skenario ini, kondisi batas keempat pintu menggunakan pengasumsian bahwa tinggi muka air pada pintu-pintu tersebut sebesar 2,5 meter. Kondisi batas keempat sungai yang mempengaruhi skenario ini adalah data hidrograf banjir periode ulang 100 tahun. Data-data masukkan lainnya sama seperti pada skenario -skenario yang terdahulu.

  Grafik perubahan elevasi muka air pada daerah Sungai Angke adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar

  27 . Pada Gambar 27 dapat dilihat bahwa titik puncak

  elevasi muka air berada pada bagian hulu Sungai Angke. Tinggi muka air pada bagian tersebut sesuai dengan input hidrograf banjir periode 100 tahun mencapai angka 5,3 meter.

  Pada Sungai Cengkareng dan Kamal titik puncak elevasi muka air juga berada pada bagian hulu, setinggi 4,25 meter di Sungai Cengkareng dan 9,3 meter pada Sungai Kamal.

  Pada Gambar 28 dan 29 dapat dilihat profil muka air tertinggi terjadi di Sungai Kamal bagian hulu dan muka air terendah terjadi di Sungai Cengkareng bagian hilir. Perbandingan elevasi muka air yang terjadi pada kondisi pintu tertutup dan pintu terbuka dapat dilihat pada Gambar 30 hingga 41.

  Gambar 21. Profil minimum muka air pintu terbuka Profil Minimum Muka Air Pintu Ter buka 0. 1 0. 2 0. 3 0. 4 0. 5 0. 6 0. 7 0. 8

  2.5

  5 Jarak (km) El e va si ( m )

  S ungai Angke S ungai Cengkareng S ungai Kamal S ungai Dadap

  

Profil Minimum Muka Air Pintu Terbuka

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  

Gambar 23. Vektor kecepatan dan arah aliran elevasi pintu 3,5 meter saat menuju surut di spring tide

Gambar 24. Perubahan elevasi muka air pada

lokasi titik-titik pengamatan Sungai Angke dengan elevasi pintu 3,5 meter

  

Time Series

Angke Muara

  Angke Hulu Angke Tengah

  Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Pro fil Muka Air Profil Muka Air

  10

  9

  8

  7 ) m

  Sungai Angk e

  6 i (

  5 Sungai Cengkareng as

  4 Sungai Kamal lev E

  3

  2

  1 2. 5

  5 Jarak (km) Gambar 25. Profil maksimum muka air pintu tertutup Pr ofil Muka Air Profil Muka Air

  1.003 1.0025 1.002

  ) 1.0015 m

  S ungai Angke i (

  1.001 S ungai Cengk areng as

  1.0005 S ungai Kamal lev

  1 E 0.9995 0.999 0.9985

  2.5

  5 Jarak (km) Gambar 26. Profil minimum muka air pintu tertutup

  

Time Series

Angke Tengah Angke Hulu Angke Muara Gambar 27. Perubahan elevasi muka air pada lokasi titik-titik pengamatan Sungai Angke dengan elevasi pintu 2,5 meter

  Jurnal Teknik Sipil 156

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  5 Jarak (km) El e v as i ( m )

  Waktu E lev as i M u ka A ir P int u Terbuk a E levas i A ir 3.5 m et er di P int u E levas i A ir 2,5 m et er di P int u

  1 1. 5 2 2. 5 3 3. 5 4 50 100 150 200 250 300 350

  Muar a Sungai Angk e 0. 5

  

Profil Muka Air

Gambar 30. Elevasi muka air di muara Sungai Angke kondisi pintu terbuka dan tertutup

  Su ng ai An gk e Su ng ai Ce ng ka r en g Su ng ai Ka mal

  5 J a ra k ( km ) E lev as i ( m )

  1 1 .0 00 5 1. 00 1 1 .0 01 5 1. 00 2 1 .0 02 5 1. 00 3 2 .5

  Pro fil Muk a A ir 0 .9 98 5 0. 99 9 0 .9 99 5

  

Profil Muka Air

Gambar 29. Profil minimum muka air pintu tertutup

  S ungai Angk e S ungai Cengk areng S ungai Kamal

  2.5

  

Gambar 28. Profil maksimum muka air pintu tertutup

Profil Muk a Air

  10

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  

Muara Sungai Angke

  158 Jurnal Teknik Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Profil Muka Air Maksimum Gambar 31. Elevasi muka air di hulu Sungai Angke kondisi pintu terbuka dan tertutup Hulu Sung ai Angke

  Hulu Sungai Angke

  Pintu Terbuka Elevasi Air 3.5 m et er di P int u Elevasi Air 2.5 m et er di P int u

  6 50 100 150 200 250 300 350 Waktu E le vas i M u ka A ir

  5

  4

  3

  2

  1

  El e va si (m ) Pintu Terbuka Elevasi Muka Air di Pintu 3.5 m Elevasi Muka Air di Pintu 2.5 m

  Pemberian asumsi ketinggian muka air di pintu sebesar 2,5 dan 3,5 meter dapat dilihat pada gambar diatas. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di muara Sungai Angke sesuai dengan pengasumsian awal yang ditentukan. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di muara Sungai Angke setinggi 2,1 meter maka terdapat selisih yang cukup signifikan, yakni sekitar 0,4 hingga 1,4 meter, sesuai dengan kondisi desain muka air. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air. Berdasarkan Gambar 32 dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di hulu Sungai Angke setinggi 5,3 meter. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di hulu Sungai Angke setinggi 3,8 meter maka terdapat selisih yang cukup signifikan, yakni sebesar 1,5 meter. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air.

  6 2. 5

  5

  4

  3

  2

  1

  Gambar 32. Profil maksimum muka air Sungai Angke Profil Muka Air Maksimum

  Berdasarkan Gambar 34 dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di muara Sungai Cengkareng sesuai dengan desain awal yang ditentukan, yakni 2,5 meter dan 3,5 meter. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di muara Sungai Cengkareng setinggi 2 meter maka terdapat selisih yang cukup signifikan, yakni sekitar 0,5 hingga 1,5 meter, sesuai dengan kondisi desain muka air. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air.

  Berdasarkan Gambar 32 dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di hulu Sungai Angke setinggi 5,3 meter. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di hulu Sungai Angke setinggi 3,8 meter maka terdapat selisih yang cukup signifikan, yakni sebesar 1,5 meter. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air.

5 Jarak (km)

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  Pi nt u Terbuka El evasi Muka Air di Pi nt u 3. 5 m El evasi Muka Air di Pi nt u 2. 5 m

  Pint u T e rb uk a Elev as i Air 3 .5 m et er d i Pint u Elev as i Air 2 .5 m et er d i Pint u

  4 50 1 00 15 0 2 00 25 0 3 00 3 50 Wa kt u El ev as i M uk a A ir

  3.5

  3

  2.5

  2

  1.5

  1

  0.5

  

M uara Sun g ai Ce ng karen g

  

Profil Muka Air Minimum

Gambar 34. Elevasi muka air di muara Sungai Cengkareng kondisi pintu terbuka dan tertutup

  5 Jarak (km) E le vas i ( m )

  

Gambar 35. Elevasi muka air di hulu Sungai Cengkareng kondisi pintu terbuka dan tertutup

Hul u Sunga i Cengkareng

  2.5

  1.2

  1

  0.8

  0.6

  0.4

  0.2

  

Hulu Sungai Cengkareng

Gambar 33. Profil minimum muka air Sungai Angke

P rofil Muka Air Minimum

  Waktu E lev as i M u k a A ir Pint u Terbuka Elev asi Air 3,5 met er di Pint u Elev asi Air 2,5 met er di Pint u

  1 1. 5 2 2. 5 3 3. 5 4 4. 5 5 50 100 150 200 250 300 350

  0. 5

  

Muara Sungai Cengkareng

  160 Jurnal Teknik Sipil Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Berdasarkan Gambar 36 dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di hulu Sungai Cengkareng setinggi 4,5 meter. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di hulu Sungai Cengkareng setinggi 3,5 meter terdapat selisih yang cukup signifi- kan yakni 1 meter. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air.

  Berdasarkan Gambar 38 dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di muara Sungai Kamal sesuai dengan desain awal yang ditentukan, yakni 2,5 meter dan 3,5 meter. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di muara Sungai Kamal setinggi 2 meter maka terdapat selisih yang cukup signifikan, yakni sekitar 0,5 hingga 1,5 meter, sesuai dengan kondisi desain muka air. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air. Berdasarkan Gambar 40 dapat diketahui bahwa dengan asumsi kondisi pintu tidak dapat beroperasi maka akan terjadi kenaikan muka air di hulu Sungai Kamal setinggi 9,5 meter. Jika dibandingkan dengan tinggi muka air pada kondisi tanpa pintu dimana tinggi muka air di hulu Sungai Kamal setinggi 5 meter terdapat selisih yang cukup signifikan yakni 4,5 meter. Pada kondisi tanpa pintu, muka air berfluktuasi turun mengikuti hidrografnya sedangkan pada kondisi dengan pintu muka air tetap sesuai dengan kondisi desain tinggi muka air.

  Gambar 36. Profil maksimum muka air Sungai Cengkareng Pro fi l M uka A ir Maksi mu m 0. 5

  1 1. 5 2 2. 5 3 3. 5 4 4. 5

  5

  2.5

  5 J ar a k ( km ) El e v a s i ( m )

  P int u T erb uka E levas i M uka A ir di P intu 3. 5 m E levas i M uka A ir di P intu 2. 5 m

  Profil Muka Air Maksimum Gambar 37. Profil minimum muka air Sungai Cengkareng Prof il Muk a A ir Mi nim um

  0 .2 0 .4 0 .6 0 .8

  1 1 .2 2. 5

  5 Ja r ak (km ) El e v a s i ( m )

  Pin tu T erbu ka Ele vas i Mu ka A ir di P int u 3. 5 m Ele vas i Mu ka A ir di P int u 2. 5 m

  Profil Muka Air Minimum

  Vol. 16 No. 3 Desember 2009 Mahfudz, dkk

  

Hulu Sungai Kamal

Gambar 40. Profil maksimum muka air Sungai Kamal

Pro fi l Mu ka Air M aksi mu m

  Pintu Te rbu ka Elevasi Mu ka Air di Pintu 3.5 m Elevasi Mu ka Air di Pintu 2.5 m

  5 Ja r ak (k m ) E l eva si ( m )

  10 2 .5

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Wa k tu E lev a s i M u ka A ir Pint u T er buk a Elevas i Air 3 .5 m ete r di Pin tu Elevas i Air 2 .5 m ete r di Pin tu

  

Gambar 38. Elevasi muka air di muara Sungai Kamal kondisi pintu terbuka dan tertutup

Muara Sungai Kama l 0. 5

  9 1 0 5 0 10 0 15 0 200 2 50 3 00 3 50

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Hulu Sungai Kamal

  Muara Sungai Kamal

Gambar 39. Elevasi muka air di hulu Sungai Kamal kondisi pintu terbuka dan tertutup

  Waktu El ev a si M u ka A ir Pint u Terbuka Elevasi A ir 3.5 meter di Pintu Elevasi A ir 2.5 meter di Pintu

  1 1. 5 2 2. 5 3 3. 5 4 50 100 150 200 250 300 350

  

Profil Muka Air Maksimum

  Analisa Hidrolika Penggunaan Pintu Air pada Proyek Reklamasi ...

  Pro fi l Muk a A ir M in im um Profil Muka Air Minimum 1 .2

Dokumen yang terkait

Keywords: Motorcycle, fatal accidents, logistic regression. Abstrak - Predicting The Influence of Accident Related Factors on Motorcycle Fatal Accidents Using Logistic Regression (Case Study : Tabanan, Bali)

0 0 10

Kata-kata Kunci: Pengukuran debit, channel flow, gelombang dinamispreissman. Abstract - Kajian Hubungan Antara Debit Berubah dengan Tinggi Muka Air dan Kecepatan Aliran

0 0 16

Rainfall Runoff GR4J untuk Analisa Unit Hidrograf

0 1 12

Keywords: Motorcycle ownership, car ownership, household characteristics, poisson regression. Abstrak - The Analysis of Household Car and Motorcycle Ownerships Using Poisson Regression (Case Study: Denpasar-Bali)

0 0 10

Kata-kata Kunci: Jalan tol, tarif, golongan kendaraan. Abstract - Kaji Ulang Penentuan Tarif dan Sistem Penggolongan Kendaraan Jalan Tol di Indonesia

0 0 8

Keywords: Horse-shoe vortex system, vorticity, Reynolds number. Abstrak - Vorticity Fields on Flow with Vortex System

0 0 12

Kata-kata Kunci: Teori probabilitas total, respons spektra. Abstract - Peta Respons Spektrum Provinsi Sumatera Barat untuk Perencanaan Bangunan Gedung Tahan Gempa

0 0 12

Kata-kata Kunci: Temperatur, kuat tekan, beton. Abstract - Analisis Pengaruh Temperatur terhadap Kuat Tekan Beton

0 0 8

Kata-kata Kunci: Curling, baut mutu tinggi; sambungan lap (lap-joint), perilaku keruntuhan. Abstract - Distorsi Sambungan Baut akibat Curling dan Pencegahannya Studi Kasus Sambungan Pelat Tipe Geser (lap-joint) dengan Baut Tunggal

0 0 14

Kata-kata Kunci: Audit, defisiensi, jalan, kecelakaan, keselamatan. Abstract - Audit Keselamatan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Jalan Nasional KM 78-KM 79 Jalur Pantura Jawa, Kabupaten Batang)

0 1 12