PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA SEKOLAH DASAR

  

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA SEKOLAH DASAR

M. Indra, Kartono, K.Y Margiati

  

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar FKIP Untan Pontianak

Email: muhammad_indra@student.untan.ac.id

  

Abstract

This research aims to understand the influence of problem based learning model to

student learning result in natural science. Method used in this research is experimental

method, with type nonequivalent control group design. Population in this research is all

students gradeVI elementary school 36 Pontianak Selatan. Sample in this research were

students of grade V B (25 students) and V A (25 students). Data collecting technique

used is a measurement technique. Data collecting tool used is the test. Based on the

results of data analysis, obtained average student learning result of the experimental

class was 72,54 while the control class was 66,3. Result of hypothesis test (t-test) using

t-test separated varians obtained t hitung 2,4746 and t tabel 1,6892 (signif icant level (α) = 5% and dk = 48) indicate that t hitung bigger than t tabel hence hypothesis research

accepted. Based on the calculation the effect size obtained 0,47 (medium chategory). It

mean problem based learning model give influence to student learning result in natural

science on grade V of elementary school 36 Pontianak Selatan.

  Keyword: influence, problem based learning, learning result.

  PENDAHULUAN

  Pendidikan merupakan kegiatan yang tidak lepas dari setiap aspek kehidupan manusia. Selama manusia hidup maka proses pendidikan akan terus berjalan seiring perkembangan pola pikir manusia tersebut. Pendidikan merupakan cara manusia memperoleh pengetahuan serta membentuk pola pikir yang logis. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  • – kegiatan agar siswa mampu menemukan pengetahuan melalui pengalamnnya sendiri dengan melakukan kegiatan pengamatan, percobaan, diskusi dan memecahkan permasalahan terkait

  Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

  Alam di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterpakan dalam kehidupan sehari-hari; 3) mengembangkan rasa ingin tahu yang saling mempengaruhi antara

  IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan Dalam proses pembelajaran IPA.

  Beranjak dari pernyataan tersebut bahwa pembelajaran IPA tidak hanya dipahami sebagai konsep saja akan tetapi perlu diterapkan dalam kegiatan

  gejala alam sehingga pembelajaran dapat dikatakan bermakna. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Trianto (2015:137) bahwa

  IPA dapat dipandang melalui tiga dimensi yaitu IPA sebagai proses, produk dan pengembangan sikap ilmiah.

  Guru dituntut kreatif dalam penyampaian materi ajar agar siswa menjadi aktif, kreatif serta memaknai pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa. Wina Sanjaya (2013: 195) mengemukakan bahwa Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan siswa.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan, diketahui bahwa proses pembelajaran

  IPA belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif serta berpusat pada guru. Pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada penyampaian materi serta kurang dalam memberikan siswa kesempatan untuk berperan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

  Terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam mengembangkan pembelajaran

  IPA diantaranya model pembelajaran berbasis masalah.

  Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada prinsip bahwa masalah yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari

  • – hari dapat digunakan sebagai titik awal dalam pemerolehan ilmu pengetahuan. Beranjak dari sebuah permasalahan, Siswa diharapkan dapat memberikan solusi pemecahan dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh.
  • – 285) “Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belajar secara mandiri dan menuntut keterampilan berpartisipasi
dalam tim”. Hal ini sejalan dengan Wina Sanjaya (2013: 214) yang berpendapat bahwa “Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.

  Dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA, diharapkan siswa aktif dan kreatif didalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman serta menjadi lebih bermakna dan hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai atau melebihi standar KKM.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan”.

  Tujuan penelitian ini adalh untuk (1) Menganalisis pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan. (2) Menganalisis seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan.

  Menurut Trianto (2015:137). Ilmu Pengetahuan Alam sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk menambah pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai prosedur dimaksudkan adalah sebagai metode atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu atau menemukan pengetahuan.

  Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah- langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

  Dapat disimpulkan bahwa hakikat Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang disebut ilmu pengetahuan.

  Menurut Maricopa (dalam Yatim Rianto, 2009: 284

  Selanjutnya menurut Made Wena (2013: 91)

  “Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan

  • – buku saja. (f) Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. (g) Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. (h) Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. (i) Pemecahan masalah (problem solving ) dapat mengembangkan minat siswa untuk sevara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. (2) Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut (a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. (b) Keberhasilan model pembelajaran melalui
  • – permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan – permsalahan”.

  Kemudian Barrow (dalam Miftahul Huda, 2014 : 271) berpendapat bahwa “Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah”.

  Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pemecahan suatu masalah yang menuntut siswa berpikir kritis secara mandiri dalam memperoleh pengetahuan melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.

  Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut. (1) Kelebihan dari model ini adalah (a) Pemecahan masalah (problem solving ) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pembelajaran. (b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. (c) Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. (d) Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransferpengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. (d)Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses pembelajarannya. (e) Melalui pemecahan masalah (problem solving ) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah dan sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku

  problem solving membutuhkan cukup waktu

  untuk persiapan. (c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. (Wina Sanjaya, 2013: 220-221).

  Adapun langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. (1) Orientasi siswa pada masalah, yaitu Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, Pada tahap ini Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. (3) Membimbing pengalaman individual/kelompok, Pada tahap ini Guru dalam penelitian ini tidak semua kondisi obyek dapat dikontrol sehingga tidak menutup kemungkinan terdapat aspek-aspek lain dari luar yang dapat mempengaruhi penelitian ini. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control

  group design .

  Tahap Persiapan

  Nana Sudjana (2011: 22) berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Kemudian Asep Jihad dan Abdul Haris (2013: 15) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran”.

  Dari beberapa pendapat diatas maka disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala bentuk perubahan tingkah laku serta kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar.

  Menurut Muhibinsyah (2010: 129) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran, yaitu (1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di luar siswa. (3) Faktor pendekatan belajar

  (approach to learning) , yakni jenis upaya

  belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Adapun faktor yang dikendalikan dalam penelitian ini adalah Faktor pendekatan belajar yaitu berupa model pembelajaran bebrbasis masalah.

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan yaitu, (1) Menentukan populasi dan sampel. (2) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS. (3) Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi

  experimental design ) dengan alasan bahwa

  mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, yaitu Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontiank Selatan yang berjumlah 50 Orang yang terdiri dari kelas VA dan VB. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas

  VB yang berjumlah 25 orang yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VA yang berjumlah 25 orang yang dijadikan sebagai kelas kontrol.

  Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi, dan soal tes yang telah divalidasi. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan dikelas VI A Sekolah Dasar Negeri

  36 Pontianak Selatan, setelah dianalisis diperoleh reliabilitas 0,91 dengan kategori sangat tinggi.

  Adapun prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian idi dibagi dalam 3 tahap yaitu

  • – kisi, soal tes, pedoman penskoran soal test, dan lembar pengamatan. (4) Melaksanakan uji validitas dengan cara mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada ahli atau validator. (5) Melaksanakan ujicoba soal tes. (6) Menganalisis data hasil uji coba. (7) Merivisi instrumen penelitian berdasarkan hasil uji coba tes. (8) Menentukan jadwal kegiatan yang akan dilakukan dan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran IPA Kelas V yang ada di Sekolah Dasar 36 Pontianak Selatan.

METODE PENELITIAN

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Hadari Nawawi (2015: 88) mengemukakan bahwa “metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan variabel yang lain”. Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekperimen semu (quasi

  Tahap Pelaksanaan

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan yaitu (1) Memberikan pre-

  test pada kelas VA dan kelas VB Sekolah

  Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan. (2) Menganalisis hasil tes dengan melakukan penskoran terhadap hasil tes pre-test. (3) Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan teknik siple random sampling dengan hasil kelas VB sebagai kelas eksperimen dan kelas VA sebagai kelas kontrol.(4) Melakukan perlakuan dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen (VB) dan melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dikelas kontrol (VA). (5)Memberikan post-test pada kelas Eksperimen dan kelas kontrol.

  Tahap Akhir

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir yaitu, (1)Menganalisis hasil tes dengan melakukan penskoran terhadap hasil tes post-test di kelas penelitian. (2) kemudian menghitung rata-rata hasil tes. (3) setelah itu, menghitung standar deviasi serta dilanjutkan dengan menguji normalitas data. (4) kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis menggunakan rumus t-test. (5) lalu melakukan perhitungan effect size. (6) terakhir membuat esimpulan.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan. Jumlah siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang yaitu 25 orang pada kelas eksperimen dan 25 orang pada kelas kontrol. Adapun data hasil belajar pada kelas eksperimen dilihat pada tabel 1 berikut.

  

Tabel 1

Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

  Nilai fi xi fixi 46-53 2 49,5

  99 54-61 3 57,5 172,5 62-69 5 65,5 327,5 78-77 5 73,5 367,5 78-85 6 81,5 489 86-93 4 89,5 358

  Jumlah 25 1813,5 Rata-rata 72,54

  Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa rata- rata nilai rata-rata kelas eksperimen adalah sebesar 72,54. Hal ini dapat terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding rata-rata nilai kelas kontrol. Jika dibandingkan dengan sebelum diberi perlakuan terdapat perubahan hasil belajar yang meningkat. Adapun data hasil belajar pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

  

Tabel 2

Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

  = 7,815. Ini menunjukan bahwa

  atau 3,093 < 7,815 dapat dikatakan bahwa data Pre-test pada kelas kontrol berdistribusi normal. Karena kedua data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan melakukan uji-t dengan rumus polled varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t dengan menggunakan rumus uji t polled varians pada data Pre-test kelas eksperimen dan kontrol di dapat t hitung = 0,1025 pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = n 1 + n 2 - 2 = 48 dengan taraf signifikan

  (α) = 5% diperoleh t tabel = 1,6892 ternyata t hitung < t tabel atau 0,1025 < 1,6892, maka Ha ditolak dan Ho diterima dan dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil Pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  Berdasrkan hasil uji normalitas data post-

  test kelas eksperimen diperoleh ℎ =

  2

  1.931 dibandingkan dengan

  2

  pada taraf signifikan (α) = 5 % dan dk = 3 diperoleh

  2

  2

  <

  <

  2

  atau 1.931 < 7,815 dapat dikatakan bahwa data Post-test pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol data Post-test kelas kontrol diperoleh

  ℎ =

  2

  5,812 dibandingkan dengan Keterangan

  Kemampuan Awal Hasil Belajar Kelas

  Eksperimen Kelas Kontrol

  Kelas Eksperimen

  Kelas Kontrol Rata-rata 38,68 38,66 72,54 66,3

  2

  2

  Nilai fi xi Fixi 42-49 4 45,5 182 50-57 2 53,5 107 58-65 5 61,5 307,5 66-73 5 69,5 347,5 74-81 7 77,5 542,5 82-89 2 85,5 171

  = 7,815. Ini menunjukan bahwa

  Jumlah 25 1657,5 Rata-rata 66,3

  Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa rata- rata nilai kelas kontrol sebesar 66,3. Hal ini dapat terlihat bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibanding rata-rata nilai kelas kontrol yaitu dengan selisih 6,24.

  

Tabel 3

Hasil Pengolahan Nilai Siswa

  Berdasarkan hasil uji normalitas data Pre-

  test kelas eksperimen diperoleh ℎ =

  2

  4,79 dibandingkan dengan

  2

  pada taraf signifikan (α) = 5 % dan dk = 3 diperoleh

  2

  ℎ

  = 7,815. Ini menunjukan bahwa

  2

  <

  2

  atau 4,79 < 7,815 dapat dikatakan bahwa data Pre-test pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol data Pre-test kelas kontrol diperoleh

  ℎ =

  2

  3,093 dibandingkan dengan

  2

  pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk= 3 diperoleh

  2

  Standar Deviasi 11,65 9,77 12,28 12,64

  Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Kota. Adapun siswa di kelas eksperimen diajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, dan di kelas kontrol diajar tanpa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan pada setiap kelas dengan alokasi waktu pada setiap pertemuan 2 x 35 menit.

  • – 2 = 48 dengan taraf signifikan

  72,54 66,3

  R at a- rat a

  90 100

  80

  70

  60

  50

  Hasil belajar siswa yang diperoleh pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, hal ini disebabkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang memungkinkan siswa lebih menguasai materi ajar sehingga memperoleh

  Berdasarkan grafik 1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol tanpa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

  

Grafik 1. Rata-rata Hasil Belajar Siswa

  Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa di kelas V B (eksperimen) diperoleh nilai rata- rata hasil belajar siswa sebesar 72,54, sedangkan pembelajaran yang dilakukan tanpa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah di kelas V A (kontrol) diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 66,3. Perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1 berikut.

  Pada penerapan model pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen terdiri atas 5 tahap yaitu (1) guru mengorientasi terhadap masalah; (2) guru mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (4) siswa mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

  8 November 2017 sampai dengan tanggal 6 Desember 2017 di kelas V B (kelas eksperimen) dan kelas V A (kelas kontrol)

  2

  Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal

  Pembahasan Penelitian

  (α) = 5% diperoleh t tabel = 1,6892 ternyata t hitung > t tabel atau 2,4746 > 1,6892, maka Hipotesis penelitian diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan hasil Post-test pada kelas eksperimen dan kontrol.

  t hitung = 2,4746 pada taraf signifikan (α)= 5% dan dk = n 1 + n 2

  Post-test kelas eksperimen dan kontrol di dapat

  atau 5,812 < 7,815 dapat dikatakan bahwa data Post-test pada kelas kontrol berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas data Post-test diperoleh F hitung = 1,059 dibandingkan dengan F tabel , dengan dk pembilang= (25-1) = 24 dan dk penyebut = (25-1) = 24 dengan taraf signifikan (α) = 5%, jika dilihat pada tabel maka nilai dengan dk pembilang 24 dan dk penyebut 24 adalah 1,98, karena F hitung 1,059 < 1,98 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data Post-test pada kedua kelas penelitian adalah homogen. Karena kedua data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan melakukan uji-t dengan rumus polled varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t dengan menggunakan uji t polled varian pada data

  2

  <

  2

  = 7,815. Ini menunjukan bahwa

  2

  pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk= 3 diperoleh

  Kel. Eksperimen Kel. Kontrol hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

  Sedangkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen disebabkan pembelajaran yang berlangsung berpusat pada guru serta fokus hanya pada kegiatan menjelaskan dan mencatat.

  Perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kontrol yang signifikan menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelebihan yang mempengaruhi hasil belajar pada kelas eksperimen yaitu (a) siswa lebih antusias dalam belajar; (b) siswa lebih memahami materi pembelajaran; (c) siswa lebih aktif dalam menyelidiki materi yang sedang dipelajari; (d) siswa lebih mendalami materi ajar sebab diberi perlakuan yaitu model pembelajaran berbasis masalah.

  Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pengaruh dari model pembelajaran berbasis masalah maka digunakan rumus effect

  • – 2 = 48 dengan taraf signifikansi

  size. Dari hasil perhitungan effect size,

  diperoleh ES sebesar 0,4778 yang termasuk kriteria sedang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil belajar siswa.

  Tingkat keefektifan sebesar 0,4778 dengan kategori sedang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut yaitu: (a) kurangnya perhatian peneliti terhadap keaadan kelas saat penelitian; (b) terdapat beberapa siswa yang memiliki antusias yang besar saat pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah; (c) siswa lebih memahami materi pembelajaran, sebab materi yang dipelajari lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari; (d) siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran tetapi ada juga siswa yang ribut sendiri dengan kelompoknya sehingga kegiatan belajar mengajar kurang maksimal; (e) kelas yang kurang kondusif juga mempengaruhi proses pembelajaran yang disebabkan posisi kelas yang berada dekat dengan kantin sekolah. keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan peneliti dalam mengatur waktu saat pembelajaran terutama pada kelas eksperimen. Ini dikarenakan pada kelas eksperimen terdapat pembagian kelompok dan pada saat presentasi kelompok suasana kelas ribut sehingga peneliti memerlukan waktu untuk mengkondisikan siswa agar suasana kelas menjadi tenang kembali.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan, Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan diperoleh hasil uji hipotesis (uji-t) menggunakan rumus polled

  varian diperoleh t hitung sebesar 2,4746 > t tabel

  1,6892 dengan dk = 25 + 25

  (α = 5%). Besar kontribusi pengaruh penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar IPA siswa di kelas V Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan adalah sebesar 0,47 dengan kategori sedang.

  Saran

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran sebagai berikut. (1) mengkondisikan siswa agar benar- benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan baik; (2) pertanyaan yang digunakan untuk memancing ide, dan membuat siswa untuk aktif menjawab serta relevan dengan kehidupan sehari-hari; (3) membagi kelompok siswa sebelum pembelajaran dimulai agar pada saat pembelajaran dimulai semua siswa sudah mengetahui kelompoknya; (4) membuat kontrak belajar sebelum pembelajaran dimulai; (5) alokasi waktu yang direncanakan sebaik- baiknya oleh guru agar materi pelajaran yang akan disampaikan maksimal; (6) pengkondisian kelas menjadi hal utama tercapainya tujuan model pembelajaran berbasis masalah; (7) sebagai guru juga dituntut aktif dalam memberikan pengarahan pada tahap mengorganisasikan siswa terhadap tugas belajar.

DAFTAR RUJUKAN

  Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 2011. Penilain Hasil Dan

  Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

  Yatim Rianto. 2009. Paradigma Baru

  Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

  Jakarta: Bumi Aksara. Wina Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaran

  Trianto. 2015. Pembelajaran Terpadu.

  Proses Belajar Mengajar. Bandung: rosda karya.

  Muhibin Syah. 2010. Psikologi Pendidikan.

  BSNP. 2011. Standar Kompetensi Dasar Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  Aksara Miftahul Huda. 2014. Model

  Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

  Made Wena. 2013. Strategi Pembelajaran

  Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

  Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Hadari Nawawi. (2015). Metode Penelitian

  • – model Pengajaran dan Pembelajaran.